Pagi yang Cerah, Matahari mulai menampakkan sinarnya. Memberikan kehangatan pada setiap mahluk yang bernyawa di muka bumi. Seorang gadis sederhana yang berambut lurus dan pendek, berhidung mancung dan berkulit putih mulai mengayuh sepedanya.
Dia bernama Fani. Sudah menjadi kegiatan rutinnya sebelum berangkat ke kampus, Fani menitipkan Kue yang dia buat ke toko-toko kue langganannya. Tidak banyak jenis kue yang dititipkan. Hanya ada 3 jenis kue yang dibuat setiap harinya. Kali ini Fani dan Neneknya membuat brownies, Agar-agar, dan lemper.
Hampir setiap hari mereka akan menitipkan kue buatannya ke toko kue yang sudah jadi langganan mereka. Dari uang menjual kue inilah dan sedikit uang dari pensiunan Ayahnya Fani lah, Mereka dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Ayah dan Ibu Fani telah lama meninggal saat usia Fani 12 tahun. Semenjak itu Fani dirawat neneknya. Sekarang Fani telah menginjak usia 21 tahun. Ia sudah kuliah semester akhir di sebuah kampus ternama, Universitas Pelita Mandiri.
Universitas Mandiri adalah Kampus yang terkenal dengan bayarannya yang sangat mahal dan juga terkenal akan prestasi akademiknya itu. Untung saja, Fani mempunyai prestasi yang bagus yang selalu menjadikannya juara umum dari Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Atas. Sehingga dia bisa masuk ke Universitas tersebut dengan jalur beasiswa.
"Huftt.. Selesai juga tugas mengantarkan kue ke toko. Saatnya naik Bis kekampus" Pikir Fani sambil memarkirkan sepedanya.
"Bang Agus, Fani titip sepeda yah ! Seperti biasa" Ucap Fani.
"Oke Fan, Aman !" kata Bang Agus yang punya toko.
"Betewe, Kalau abang pinjam sepedanya buat pacaran dengan Mpok Muna yang punya laundry sebelah, Boleh kan ?" Tanya Bang Agus.
"Boleh aja Bang ! Asal jangan sampai nih sepeda ikut kena razia, Gara-gara Bang Agus sama Mpok Muna pacarannya mojok" Ucap Fani.
"Yaelah tenang aja Fan. Bang Agus ga bakalan mojok kok pacarannya. Paling nyudut sedikit aja" Ucap Bang Agus.
"Itu sih sama aja Bang !" Ucap Fani seraya tertawa.
"Udah ah, Fani cabut dulu ya. Takut telat !" Ucap Fani.
"Oke !" Jawab Bang Agus.
Toko bang Agus adalak toko pemberhentian terakhir tempat Fani menitipkan kue dagangannya. Tokonya pun sangat dekat dengan halte Bis. Jadi Fani bisa menitipkan sepedanya di tokonya dan langsung berangkat ke kampus menaiki bis.
Sesampai dikampus Fani sudah dihadapkan dengan pemandangan yg tak enak. Dia melihat ada seorang anak perempuan berkaca mata tebal sedang dibully oleh beberapa mahasiswa perempuan.
Ya, Siapa lagi kalau bukan Lisa dan teman-teman satu gengnya. Mereka memang terkenal usil, sok berkuasa, dan sombong.
Astaga, Apalagi yang mereka perbuat.
Batin Fani.
"Hei, Apa yang kau lakukan padanya ? " Bentak Fani kepada Lisa dan teman-temannya.
Sontak Lisa dan teman-temannya menoleh ke asal suara.
"wah..wah..wah.. Siapa yg datang ini ? Si pahlawan kesiangan kayaknya" Ucap Lisa sembari tertawa mengejek.
"Bukan Urusanmu !" Sambung Lisa sedikit berteriak.
Fani mengulurkan tangannya meraih tangan gadis cupu berkacamata tersebut, membantunya untuk berdiri.
Orang-orang mulai ramai mengerumuni Fani dan Lisa. Mereka tidak berani untuk melerai karena orang tua Lisa merupakan salah satu orang terpandang dikota tersebut.
Fani berjalan menghampiri Lisa. Mereka bersitatap.
Benar -benar orang kaya yang sombong !
"Sudah berulang kali aku bilang padamu apa untungnya kau menjahili anak-anak yang diterima lewat jalur beasiswa seperti kami !" Ucap Fani.
"Tentu saja karena kalian orang miskin tidak pantas berkuliah disini. Bikin suasana kampus ini sesak saja " Ucap Lisa, diiringi suara tawa dari teman-temannya.
"Oh hanya itu ?" ucap Fani.
"Tapi aku lihat banyak prestasi dan piala - piala yang dipajang dikampus ini karena didapat oleh mahasiswa miskin seperti kami ini" Sambung Fani yang sengaja menekan kata miskin pada ucapannya.
"Jadi siapa kira-kira yang lebih tidak pantas berkuliah dikampus yg berprestasi ini ?" tantang Fani.
"Sialan Kau Fani !" Ucap Lisa dengan wajah piasnya karena menahan malu.
"Lain kali Aku akan buat perhitungan denganmu !" Sambung Lisa.
Lisa dan teman-teman satu gengnya pun pergi meninggalkan Fani dengan emosi.
Semua orang yang mengerumuni mulai menertawai kepergian Lisa dan memandang kagum dengan keberanian Fani.
"Kau tak apa-apa ?" Tanya Fani pada gadis cupu itu.
"Aku tidak apa-apa. Hanya pakaianku saja yang sedikit kotor. Aku sangat bersyukur kamu menolongku tadi" Ucap gadis itu.
"Tidak apa-apa bukankah sudah kewajiban kita menolong sesama" Ucap Fani.
"Aku sudah sering sih mendengar tentangmu yang sering membela anak-anak yang tertindas dikampus ini. Ingin rasanya aku melawan tadi, Tapi Jujur aku tidak punya keberanian sepertimu" Ucap Gadis itu terisak.
"Hei, jangan menangis. Mau aku ceritakan sesuatu ?" Ucap Fani menghibur gadis dihadapannya itu.
Gadis itupun Mengangguk.
"Dulu sewaktu semester 1, pertama kali aku menginjakkan kakiku disini. Aku juga sering jadi bahan bullyan. Mereka juga menghinaku karena aku mahasiswa miskin yang hanya bisa berada dikampus ini karena bantuan beasiswa. Sempat aku berfikir ingin keluar dari kampus ini. Tapi aku tepis semua pikiran itu. Karena aku tidak ingin semua yang aku perjuangkan selama ini jadi sia-sia hanya karena ejekan itu. Sejak saat itu, Aku mulai melawan semua yg mengejekku. Aku jawab setiap ejekan yang mereka lontarkan padaku. Setiap harinya sebelum berangkat ke kampus aku selalu berkata pada diriku sendiri bahwa aku kuat dan aku bisa melalui semua itu. Lambat laun mereka mulai malas menanggapiku dan mulai berfikir aku bukan orang yang lemah." Ucap Fani menjelaskan.
"Jadi sebisa mungkin kau harus bisa berfikir sepertiku juga ya. Karena kalau kita hanya diam, mereka akan menganggap kita lemah dan semakin menindas kita" Ucap Fani.
Gadis cupu itupun tersenyum.
"Hei siapa namamu, kita belum berkenalan ?" Tanya Fani.
"Aku Chelly" ucap gadis itu.
"Oh, Aku Fani" Ucap Fani.
"Aku tau kok, kan aku sudah bilang aku sudah pernah mendengar tentangmu sebelumnya" Ucap gadis yang bernama Chelly itu.
Fani tersenyum.
Tiba-tiba Fani mendengar seseorang memanggil namanya.
"Hei, Fani ayo masuk kelas. dari tadi dicariin juga. Pantes ga ketemu-ketemu, Rupanya disini" Ucap Dila, sahabat Fani.
"Tau nih.. Dari tadi muter-muter Aku dan Dila cariin ! Ga lihat nih keringat pada bercucuran !" Ucap Nisa lebay.
"Itu sih bukan karena elu nyari Fani, Tetapi gara-gara elu kepedasan makan seblak di kantin tadi !"Ucap Dila.
"Bukan wee.." Nisa mencibir.
"Chelly aku masuk kelas dulu ya. Jangan lupa dengan kata-kataku tadi" Ucap Fani.
"Iya Fani !" Ucap Chelly tersenyum lebar.
************
"Eh, Siapa anak tadi ? Habis kena bully lagi ya oleh Lisa si nenek lampir ?" Tanya Nisa.
"Iya. Kok tau aja elu Nis ! Sudah mulai pintar nih otaknya sekarang !" Ucap Fani.
"Emang tadinya gimana dengan otak gue ?" Tanya Nisa lagi.
"Tadinya elu gak pernah nyambung kalau diajak ngomong !" Ucap dila langsung menyambar.
"Kayaknya waktu ada pembagian otak, Kamu ga datang deh !" Sambung Dila lagi.
"Sialan elu Dil !" Ucap Nisa kesal.
Akhirnya tiga serangkai tersebut, Eh maksudnya tiga sahabat tersebut masuk ke dalam kelas untuk belajar.
# Jangan lupa beri like, komen dan vote ya gaes.. 😊
Dering bel kampus berbunyi, tanda bahwa jam pelajaran telah usai. Semua mahasiswa yang telah selesai mengikuti mata kuliah, berhamburan keluar kelas.
"Kita ke mall yuk gaes. Hari ini kan kita ga ada mata kuliah lagi" ajak Dila.
"Ogah ah, Kalian aja. Aku harus bantu nenek dirumah" Bantah Fani.
Fani memang lebih memilih dirumah ketimbang senang-senang menghabiskan waktu diluar. Karena Dia ingin banyak membantu nenek dirumah, Dan lagi untuk ke mall Dia harus mengeluarkan banyak uang. Yah, Walaupun tidak membeli barang, Paling tidak buat beli makan dan minum.
Beda dengan Dila dan Nisa yang memang berasal dari keluarga yang tajir.
"Ayolah Fan, Ntar gue yang traktir deh" Bujuk Nisa.
"Tambah ga mau. Malu ah ditraktir mulu. Udah kalian aja berdua kenapa sih" Tolak Fani.
"Aihhh, Ga seru Fan. Kita kan Tiga Serangkai. kemana-mana selalu bersama. Kalau kurang satu rasanya gimana gitu" Ucap Nisa.
"Iya nih lagian Kita kan belum cari tugas kelompok dari Bu Ina. Kita kan ada tugas disuruh cari buku tentang Laba Rugi Perusahaan. Besok terakhir ngumpul loh" Ucap Dila panjang lebar.
"Oops, Hampir lupa aku Dil sama tugas itu. Untung Kamu ingetin. Ok deh, Aku ikutan " ucap Fani.
Merekapun bergegas pergi ke mall Mandala menaiki mobil Dila.
Sesampai di mall, Nisa langsung ngacir ke tempat butik baju langganannya di mall. Fani dan Dila hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan Nisa.
"Bukan langsung ke tempat tujuan malah asik pilih-pilih baju tu anak !" ucap Dila.
"Udah Kita duluan aja yuk ke toko bukunya. Takutnya Nisa bakal lama memilih bajunya. Kita kan mau pilih dan lihat-lihat dulu mana buku yang tepat" Ucap Fani.
"Oke, Yuk kita pergi " ajak Dila.
"Nis, Kita ke toko buku duluan yah. Ntar kamu nyusul yah" Ucap Fani.
"Oke !" Ucap Nisa.
Sesampai di toko buku, Fani dan Dila mencari buku untuk tugas kelompoknya. Mereka berkeliling dari satu rak buku ke rak buku yang lainnya demi mencari buku yang dimaksud sang dosen.
"Kayaknya yang ini aja deh Dil, Lengkap isi dan penjelasannya" Ucap Fani.
"Ok, Kita ambil yang ini yah.. Yuk langsung ke Kasir. Sudah laper gue mau cari makan" Ucap Dila sambil memegang perutnya.
"Eh, Nisa gimana ? Ntar Dia cari Kita ke sini ?" Tanya Fani.
"Gampang ntar Kita kirim pesan whatsapp aja, Suruh nyusul ke restoran" Ucap Dila.
***********
Ditempat makan, Fani dan Dila sudah memegang buku menu untuk memesan makan siang mereka.
"Dil, Ngapain kita makan disini. Ini kan restoran kalangan atas. Kenapa ga cari makan ditempat yang jauh lebih murah. Aku takut uangku ga cukup buat membayar pesananku" Ucap Fani dengan wajah cemasnya.
"Udah gue yang bayar kok Fan. Tenang aja !" Bujuk Dila.
"Aduh aku beneran ga enak nih sama kalian berdua. Sering banget traktir aku, meski udah berulang kali aku bilang ga usah. Tapi kalian tu tetap aja ngeyel ya !" Ucap Fani.
"Ya udah, Biar Kamu tidak merasa ga enak. Traktirannya bayar pakai kue buatan nenekmu aja. Tiga biji doang juga udah lumayan. Habis kuenya besar dan rasanya itu loh enak banget. Tuh kan jadi tambah laper. Yuk, Kitaa pesen makan sekarang" ucap Dila.
"Oke deh, Ntar aku bawain kue buatan nenek besok. Betewe, Nisa udah di kirimi pesan Whatsapp belum kalo Kita disini ? Ntar Dia cari Kita di toko buku itu lagi" ucap Fani.
"Udah kok. Tuh, Putri Lemot udah dateng !" Ucap Dila.
Benar saja, Saat Fani menoleh ke belakang. Nisa lagi berjalan ke arah mereka, Dengan tangan kiri dan kanan yang penuh dengan kantong belanjaan.
"Ampun deh, Kamu ngerampok toko Nis ?" Tanya Fani sambil tertawa.
"Habisnya bagus semua. Aku sampai pusing pilih yang mana. Jadi Aku ambil semua deh" Ucap Nisa.
"Oh iya, Aku juga beliin baju buat Kalian berdua. Biar kita samaan gitu. Biar bener-bener kayak Best Friend Forever gitu deh" Ucap Nisa sambil tertawa.
Nisa lalu mengeluarkan kantong yang berisi tiga baju yang gambar dan modelnya sama persis. Hanya berbeda warna saja.
"Ada warna Putih, Pink, dan Merah nih. Fani aja dulu pilih yang mana ? Soalnya kalau Kita sih suka mau warna apa aja. Kalau Fani kan suka yang kalem-kalem gitu warna bajunya. Ga suka yang terlalu mencolok" Ucap Nisa.
"Aduh Aku bingung pilih yang mana ya ? Bagus semua sih !" Ucap Fani.
Tiba-tiba terdengar suara Pria dari arah yang bersebrangan dengan meja mereka.
"Yang Merah saja !" Ucap Pria itu.
Mereka bertiga kompak menoleh ke asal suara. Tetapi lelaki yang duduk sendirian dan menghadap membelakangi mereka itu, Tidak sedikitpun menoleh ke arah mereka setelah berkomentar.
Fani hanya menganggap angin lalu komentar Orang tersebut dan mulai konsentrasi kembali untuk berfikir baju mana yang Dia pilih.
"Kayaknya yang putih aja deh ! Lebih lembut warnanya" Ucap Fani pada Dila dan Nisa.
Tetapi lagi-lagi, Lelaki dari meja seberang tadi menyahut.
"Yang merah saja ! Lebih seksi !" Ucapnya yang terdengar kesal.
Suaranya teedengar lebih lantang dari yang tadi.
Dila dan Nisa bengong melihat tingkah laki-laki yang duduk membelakangi mereka itu.
Dan bagaimana reaksi Fani ?
Wajah Fani sudah sangat terlihat kesal. Tangannya sudah mengepal geram. Dia sudah siap berdiri mendatangi meja laki-aki tersebut.
"Apa maksud dari ucapan Anda tadi ?" Tanya Fani pada Laki-laki itu.
Laki-laki itu berdiri dari tempat duduknya. Wajahnya yang tampan terlihat jelas setelah Dia berdiri. Postur tubuhnya yang tegap bak seorang Atlet serta kulitnya yang putih bersih, Sungguh membuat siapapun yang melihatnya terpesona. Jas yang dikenakannya pun berasal dari brand ternama, Semakin menunjang penampilannya.
Fanipun sempat terhipnotis sesaat saat memandangi Laki-laki yang berdiri dihadapannya itu.
"Apa saya mengenal Anda ?" Tanya Lelaki itu pada Fani. Lelaki itu terlihat seperti kebingungan.
"Lucu sekali ! Setelah anda berkata yang tidak sopan, Sekarang Anda seolah-seolah berkata tidak mengetahui apa-apa ?" Ucap Fani.
"Saya benar-benar tidak mengerti apa maksud Anda Nona ! Kapan Saya pernah mengobrol dengan Anda. Seingatku tidak pernah !" Ucap lelaki itu dengan angkuhnya.
Lah ? Kok jadi galakkan Dia sekarang ?
"Ternyata wajah dan penampilan Anda benar-benar menipu. Ucapanmu tidak se-elegan penampilanmu !" Ucap Fani dengan nada suara yang mulai tinggi.
Lelaki itu terdiam beberapa saat. Dia memandangi Fani dari atas sampai ke bawah. Ia lalu melangkah selangkah ke depan ke hadapan Fani.
"Kalau cara ini yang kamu gunakan untuk mendekatiku. Sayang sekali ! Aku sama sekali tidak tertarik pada gadis sepertimu !" Ucap pria itu penuh penekanan.
Fani bengong tak percaya mendengar ucapan Pria tadi.
Pria itupun melangkah pergi meninggalkan Fani yang berdiri disitu.
Pria yang baru saja hendak meninggalkan restoran itu tiba-tiba dicegat oleh temannya yang baru datang.
"Mau kemana kamu Ren ? Sorry gue baru dateng. Tadi jalanan macet !" Ucap teman Pria itu.
"Kita ga usah makan disini ! Tiba-tiba selera makanku hilang !" Ucap Pria itu.
"Hei, Kenapa tiba-tiba begitu ? Dan Ada apa ini ?" Tanya teman Pria itu ketika melihat ada wanita berdiri di dekat meja yang mereka pesan. Ditambah lagi wanita itu melihat ke arah mereka berdua dengan wajah yang sangat kesal.
"Siapa perempuan itu Ren ? Kau mengenalnya ?" Tanya teman Pria itu.
"Tidak. Sepertinya hanya pengagum rahasiaku, Yang berusaha mendekatiku seperti biasa" Ucap Pria itu.
Fani yang juga mendengar ucapan Pria tersebut karena jarak mereka berdiri masih tidak begitu jauh, Semakin menjadi kesal.
"Dasar Mesum tidak tahu malu !" teriak Fani yang begitu keras. Sehingga membuat orang yang berada di dalam restoran tersebut kompak menoleh ke arah mereka.
Langkah kaki kedua Pria yang sudah dipintu restoran tadi sempat terhenti saat Fani meneriakinya.
Mereka saling menoleh satu sama lain.
"Hati-hati dengan perkataanmu Nona !" Ucap pria itu penuh dengan penekanan. Dia dan temannya lalu pergi melangkah keluar restoran.
"Semoga Aku tidak bertemu denganmu lagi brengsek !" Teriak Fani kesal.
#Sampai sini jangan lupa buat like, vote dan komen ya gaes.. 😉
Jangan lupa beri dukungannya ya biar author semangat nulis... jangan lupa beri like, vote dan komen.. Makasih 🤗
***************
Setelah keluar dari mall tersebut Rendi dan temannya Riko mencari restoran lain.
"Selamat menikmati makanannya, Tuan" Ucap pelayan restoran tersebut setelah menyajikan beberapa makanan di meja Rendi dan Riko.
"Ok, terima kasih Mbak" Jawab Riko.
Hanya Riko yang menjawab. Sedangkan Rendi asyik dengan ponselnya.
"Kau benar-benar tidak mengenal gadis tadi Ren ? Aku lihat dia benar-benar marah besar padamu tadi ?" Ucap Riko.
"Kau tidak percaya padaku ? Hei, sejak kapan kita berteman ? Seperti tidak mengenalku saja" Oceh Rendi yang mulai meletakkan ponselnya dan sudah bersiap-siap memegang sendok untuk makan.
Rendi dan Riko memang sudah berteman sejak lama. Sejak Sekolah Menengah Atas mereka sudah saling mengenal. Mereka satu sekolah di SMA yang bergengsi di kota tersebut. Sekolah yang penuh dengan fasilitas mewah dan siswa yang berasal dari keluarga terpandang. Sebenarnya bukan hanya mereka berdua yang telah menjalin hubungan persahabatan yang akrab. Masih ada dua teman mereka yang lainnya. Fahri dan Azzam. Tapi karena kesibukan diperusahaan mereka masing-masing, mereka terpaksa membatalkan janji makan siang mereka hari ini.
"Tapi apa kau benar-benar tidak melakukan atau berbicara yang membuatnya marah sebelumnya? Coba kau ingat-ingat lagi ?" Pancing riko yang masih sangat penasaran.
Karena dia tau temannya ini paling malas berurusan dengan seorang wanita, Dan kali ini dia terlibat pertengkaran dengan seorang wanita. Dan yang palih parah, Baru kali ini ada wanita yang berani meneriaki temannya ini mesum. Bagaimana mungkin Dia tidak penasaran.
Rendi menghentikan tangannya menyuap makanan. Dia lalu mulai mengingat-ingat kejadian sebelumnya ketika di Mall. Dia kelihatan berfikir sejenak.
"Yah, kau benar Riko. Sepertinya wanita itu sudah salah paham " ucap Rendi.
*************
Flashback On
Rendi yang baru saja tiba di mall miliknya. Segera berjalan melangkah menuju Restoran mewah di dalam Mall tersebut.
Dia teringat ada janji makan siang dengan teman-temannya. Sudah lama Dia tidak mengobrol dengan teman semasa SMA-nya itu. Bahkan sampai kuliahpun mereka satu tempat kuliah dan satu jurusan.
Tetapi ternyata hanya Riko yang menkonfirmasi bisa datang hari ini. Fahri dan Azzam tiba-tiba membatalkan janji karena ada urusan perusahaan yang mendadak. Padahal yang punya ide untuk makan siang bersama ini adalah idenya Fahri. Tapi nyatanya Dia sendiri yang tidak bisa datang.
Kesibukan sebagai Presiden direktur memang berat. Tiba-tiba ada kolega yang datang ke perusahaan, Mau tak mau harus menemui mereka dahulu demi kepentingan bisnis. Belum lagi, bawahan yang perlu tanda tangan untuk berkas-berkas laporan. Rendi tahu betul itu.
Mereka berempat sekarang memang menjabat sebagai presiden direktur diperusahaan masing-masing. Meneruskan Perusahaan Orang tua mereka.
Rendi sudah duduk dimeja makan yang sudah dibookingnya. Keadaan restoran pada saat itu memang tidak begitu ramai. Karena memang sudah lewat satu jam dari jam makan siang.
Terdengar suara riuh dari meja seberang. Sepertinya gadis-gadis yang sibuk mengobrol tentang barang belanjaannya.
Rendi sangat benci suara bising dan kegaduhan. Tapi mau bagaimana lagi, Dia sudah janjian dengan Riko disini.
Lama sekali playboy itu datang. Ternyata selain playboy dia juga suka telat janji. Cih! benar-benar paket lengkap
Tiba - tiba handphone Rendi berbunyi, Ia menatap nama di layar teleponnya. Ternyata Mamanya yang menelpon.
Huft, apalagi ini..
Rendi mendesah.
"Ada apa Ma ?" Jawab Rendi malas.
"Ren, kemarin kamu ga jadi ke cafe temuin Karina anaknya teman mama ya ?" Ucap mamanya Rendi dari seberang sana.
"Kemarin Aku ada meeting sama pegawai, Ma" Elak Rendi.
"Jangan bohong ! Mama sudah tanya Sekretaris Kamu. Kemarin Kamu enggak ada meeting. Mau alasan apalagi kamu ?" Ucap Mama Rendi.
"Ma udah berapa kali rendi bilang, rendi enggak suka dijodoh-jodohin. Entah ini sudah ke berapa kalinya mama jodohin Rendi dengan anak-anak teman Mama !" Ucap Rendi.
"Enggak mesti anak teman Mama kok sayang. Kalau Kamu punya calon sendiri itu lebih baik. Mama sih setuju-setuju aja. Tapi Mama lihat Kamu enggak ada berita dekat dengan siapapun. Dan enggak pernah bawa cewek ke rumah buat dikenalin ke Mama dan Papa. Mama enggak mau anak mama dibilang gay sama orang-orang" Ucap Mama Rendi panjang lebar.
"Siapa yang gay, Ma ? Rendi ini seratus persen masih normal. Nanti juga kan Rendi bakal nemuin jodoh Rendi sendiri nantinya. Dan juga, Umur rendi sekarang kan masih dua puluh delapan tahun" Ucap Rendi.
"Kalau Mama enggak ada urusan lagi Rendi tutup ya telponnya. Rendi lagi janjian sama Riko nih sekarang" Sambung Rendi.
"Eitss, Tunggu dulu sayang.. Mama lagi bingung nih pilih baju mau hadiri pesta amal sesama kolega Mama. Kira-kira bagus yang kuning atau yang merah ya ?" Ucap Mama Rendi.
"Pilih yang merah saja" Ucap Rendi acuh tak acuh.
"Kenapa enggak yang kuning, Sayang? kelihatannya lebih elegan" Ucap Mama Rendy.
"Yang merah saja lebih sexy" Jawab Rendi asal dan biar lebih cepat menyudahi obrolan.
"Ok, Anak Mama. Jangan capek-capek kerjanya yah. Cepat pulang kerumah, Dan jangan sering lembur. Nanti kamu sakit lagi" Ucap Mama Rendi.
"Ok, Ma" Jawab Rendi menyudahi obralannya.
Tiba-tiba datang seorang perempuan menghampirinya. Perempuan berambut pendek dan berpakaian casual tersebut memegang beberapa lembar baju ditangannya. Ia lalu Berdiri dihadapannya sambil marah-marah dan berkata "Apa maksud dari ucapan Anda barusan ?" Ucap gadis tersebut.
*************
"Yah, seingatku dia memegang beberapa lembar baju dan salah satunya bewarna merah. Kau benar Rik. Pasti Dia sudah salah paham padaku. Dia pasti berpikir perkataanku pada Mamaku tadi, Ditujukan padanya" Gumam Rendi.
Jangan lupa beri dukungannya ya biar author semangat nulis... jangan lupa beri like, vote dan komen.. Makasih 🤗
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!