Naina Cahya Anjani, gadis cantik berusia 25 tahun, nampak sedang serius menatap layar laptopnya. Jari lentiknya dengan anggun dan terampil mengetik huruf demi huruf sambil sesekali mengerutkan matanya.
"Gimana, sudah dapat ide untuk cerita novel berikutnya.?" Tanya seorang perempuan yang tak lain sahabat sekaligus keponakannya yang usianya tak jauh beda diirinya.
"Belum nin, masih bingung mau bikin kisah apa." Jawab Naina agak frustasi.
"Tumben bingung, penggemarmu udah menunggu karyamu loh.."
"Beneran, buntu ni kepala, kayaknya aku harus keluar kota sejenak buat jernihin kepalaku. Kali aja nemu ide bagus."
"Ya elah, tinggal bikin yang kaya di novel novel online napa Nai, toh mereka kisahnya hampir sama dan yah justru kisah seperti itu yang bahkan lebih rame."
"Hmmm engga lah nin, kamu kan tahu aku ngga suka tema yang seperti itu."
"Ya di bikin agak beda dong Nai, misal nih di ceritamu jangan ada wanita yang rela melakukan apa saja demi mendapatkan pria kaya yang sudah bersama wanita lain yang sang pria cintai, atau laki laki bodoh yang mau merelakan apa saja demi wanita yang sudah jelas tak mencintainya tapi dia tetep aja ngehalu dan berharap cinta dari si wanita.."
"Hahahhaa.. ngga semudah itu Nindi ku sayang, aku hanya ingin buat cerita yang bener bener berbeda, kalau pun ada kesamaan, ya paling ngga jangan terlalu mirip banget, males tahu, ntar di kira plagiat, ngga enak juga sama penulis lain yang udah mati matian cari ide.."
"Ya aku tahu, novel novel kamu emang beda dari yang lain, makanya banyak banget yang suka, tapi kan apa salahnya gitu. Atau kamu bikin aja kisah kamu sendiri, pencarian jodoh wanita cantik yang gagal mau nikah hahhaha.."
"Ah sialan kamu nin.." Ujar Naina mengerucutkan bibirnya membuat tawa Nindi semakin pecah.
Ledekan itu kerap terlontar dari mulut sang sahabat yang sudah memiliki anak laki laki berusia 1 tahun. Tapi Naina tak sedikitpun pernah merasa tersinggung ataupun marah.
Tapi jika ledekan itu keluar dari mulut orang lain, Dengan mudah Naina akan tersinggung dan bisa jadi marah. Gimana ngga, jalan cinta sang penulis cantik ini sungguh menyedihkan. Dua kali rencana nikahnya gagal. yang pertama karena penghiatan sang pujaan hati dengan teman kantornya. Dan yang kedua gagal karene sang calon meninggal dalam sebuah kecelakaan hingga membuat dia sedikit trauma jika menyinggung ke hal yang ada sangkut pautnya dengan nama pernikahan. Hal itu membuat hatinya lebih sensitif.
"Ya kan kali aja kisah nyata dari seorang penulis akan meledak di pasaran, setelah itu di bikin film, wuihh mantap tuh.."
"Tapi ending ceritanya jadi kelihatan ngenes, karena ketahuan sang pemilik ide sedang dalam masa perjombloan huuu.."
"Hahahaa ya ngga apa apa, sekalian promosi gitu, kali aja ada cowok yang nyantol.."
"Baju kali nyantol, udah ah aku pulang dulu nin, bentar lagi kayaknya suami kamu juga pulang kerja, males lihat dia yang selalu pamer kemesraan jika aku di sini.."
"Hahhaa gitu gitu juga dia orang yang selalu ada buat kamu sejak SMA.."
"Dan herannya kenapa dia jatuh cintanya sama kamu, malah ampe nikah segala, padahalkan cantikan aku kemana mana hihiii.."
"Mungkin dia ngga tertarik sama yang cantik, dia tertariknya sama aku yang baik, kalem dan keibuan.."
"Dihh pede amat ni ibu ibu. Udah ah aku pulang, katanya bapak juga ada yang mau diomongin sama aku, ngga tahu ngomong apaan, katanya penting.." Ujar Naina kemudian beranjak setelah membereskan laptopnya. Rumah keduanya ngga terlalu jauh jadi cukup jalan kaki pun nyampai.
"Ya monggo, aku juga mau ambil Zigas di rumah mertua.."
Sementara di tempat lain, di gedung perkantoran yang bediri megah, denggan beberapa lantai di dibawahnya di jadikan pusat perbelanjaan dan hiburan terlengkap di kota ini, bahkan terbesar di negara ini.
Pendiri dan pemilik gedung itu duduk termenung dengan mengedarkan pandangannya menatap luar jendela. Matanya berkerut, nafasnya terasa berat. Entah apa yang sedang dia pikirkan.
Pria tampan dengan perawakan tinggi dan atletis itu menjadi salah satu pria muda tersukses saat ini diusinya yang baru berumur 28 tahun. Dia sudah berhasil mendirikan dan mengembangkan usaha yang berkonsep di bidang pusat perbelanjaan. Cabangnya sudah tersebar di kota kota besar dan kota kecil di negara ini. baik yang berbentuk supermall maupun berbentuk mini market.
Namun sayang kesuksesan yang di raihnya tak sejalan dengan kisah percintaannya. Mungkin juga karena dia keturunan anak orang kaya, jadi dirinya merupakan sasaran empuk oleh banyak wanita yang hanya menginginkan kekayaannya saja. Dua kali dikhianati oleh wanita yang berbeda, membuat dia seperti menutup diri dari yang namanya wanita. Dia menganggap semua wanita sama, mendekatinya hanya demi sebuah status dan kekayaan seperti dua wanita yang pernah menghianatinya.
Kharisma Sinar Wibawa, Dialah nama pria itu. Pria yang hidupnya dia fokuskan hanya untuk bekerja dan memajukan usahanya.
Drrrt. Drrrt.
Getaran ponsel di saku menyadarkan dia dari lamunannya. Dia mengambil dan menatap ponsel itu kemudian mengangkat telfon yang masuk di ponselnya.
"Assalamu' alaikum mah.?"
"Iya.."
"Iya nanti Sinar usahakan pulang lebih awal.."
"Iya mah.."
"Ya, wa'alaikum sallam.."
Dia nampak berpikir lagi setelah berhenti menjawab telfon dan menaruhnya kembali di dalam saku. Dia merasa heran, Mamahnya mengajaknya makan malam dan menyuruhnya pulang lebih cepat. Bahkan Mamahnya pun mengajak kedua kakak perempuan Sinar yang sudah berumah tangga untuk ikut makan malam. Entah hal serius apa yang akan mamah dan papahnya bicarakan. Sepertinya hal penting sehingga menyuruh semuanya datang dan berkumpul malam ini.
Tok tok tok..
"Masuk.."
Terdengar langkah kaki mendekat memasuki ruangan Sinar.
"Ada apa dit.?" Tanya Sinar kepada seseorang yang menjadi asisten dan orang kepercayaannya.
"Saya mau memberikan laporan rencana pembukaan cabang ONEMART di luar kota Tuan."
Sinar menerima laporan tersebut dan memeriksanya dengan teliti.
"Sepertinya ngga ada kendala.."
"Benar tuan sepertinya tak ada kendala dan sudah siap di buka untuk umum."
"Baiklah.."
"Apakah Tuan sendiri yang akan datang dan meresmikan acara pembukaan atau akan di wakilkan.."
"Nanti aku pikirkan dulu dit, Tanggal berapa pembukaannya.?"
"Tanggal 5, minggu bepan Tuan.."
"Baik lah, apa ada jadwal lagi.?"
"30 menit lagi meeting dengan pihak ABADI JAYA Tuan, mungkin sebentar lagi perwakilan perusahaan itu akan sampai.."
"Kamu sambut kedatangan mereka dengan baik dit. oh iya apa ada jadwal lagi sampai nanti malam.?"
"Sepertinya tidak ada tuan.."
"Syukurlah, aku bisa pulang lebih cepat, Ada acara nanti sama keluarga.."
"Baik tuan, semoga acaranya lancar.."
"Makasih dit, kamu boleh keluar menyambut tamu yang akan datang, aku akan bersiap siap."
"Baik tuan.."
"Apa.? Di jodohkan.? Aku.?" Tanya Naina yang hanya di jawab dengan anggukan kepala oleh sang bapak.
"Pak, aku belum siap."
"Mau nunggu sampai kapan kamu siap Nai.?" pertanyaan itu terlontar dari bibir sang tante, ibunya Nindi, Bapak dan ibunya Nindi adalah kakak beradik. Dan aku pempunyai satu kakak yang sudah menikah dan punya anak 3 tahun.
"Seenggaknya kasih Naina waktu dong tan.?"
"Nai, kamu semua tahu, kamu pasti akan keberatan, kami semua tahu kamu masih trauma dengan yang namanya nikahan, tapi sampai kapan kamu akan menghindarinya.?" Gantian Mba Nara, kakak iparku yang bersuara.
Naina yang duduk di sebelah diantara kakak dan ibu hanya tertunduk. Tak terasa airmata Naina mulai menetes. Bayangan kegagalan pernikahannya masih jelas terringat di pikirannya.
"Bu hiks hiks.." Naina memeluk ibunya.
"Memang anak mana yang akan bapak jodohkan dengan Naina pak.?" Tanya Mas Zikri, kakak laki laki Naina.
"Anaknya temen lama bapak, kemarin kita ketemu lagi saat ada reuni akbar SMP di kampung bapak. Bapak yakin kok dia orang baik baik. Karena bapak dulu mengenal keluarga besarnya."
"Udah Nai, sekali kali nurut sama bapak. Toh bapak ngga bakalan mau menjodohkan kamu kalau emang kamu udah punya calon. Ibu sama bapak juga memikirkan matang matang tentang perjodohan ini, Kami malakukan ini karena kami sayang sama kamu Nai.." Ucap sang ibu dengan penuh lembut.
"Tapi bu.?"
"Bukankah ini salah satu jalan ikhtiar Nai.? Terima saja, semoga ini memang jalan takdirmu Nai.." Ucap Sang kakak.
Naina mengedarlan pandangannya ke segala pejuru dan keluarganya yang sedang berkumpul. Semua mata menatap ke arah Naina dengan tatapan penuh harap. Mereka ingin Naina menghadapi traumanya. Naina Nampak berpikir sejenak dan kemudian.
"Baiklah pak, Naina akan menerima perjodohan ini, tapi Naina mau minta sedikit syarat.."
"Syarat.? Syarat apa nak.?"
"Naina minta waktu satu bulan buat berpikir dan menyiapkan diri. Naina ingin tinggal selama 30 hari di kampung nenek.?" Dan sang bapak nampak berpikir sejenak.
"Baiklah nak, lakukan apa yang kamu inginkan, tapi bapak harap kamu jangan berbuat yang tidak tidak.."
"Bapak ini, memangnya apa yang akan Naina perbuat.?"
"ya kali aja bu.. hehhehe.. baiklah, dalam satu bulan bapak akan merencanakan perttemuan dengan keluarga teman bapak, Semoga ketika itu terjadi kamu sudah siap nak.?"
Anggukan Naina membuat siapapun yang ada disina bernafas lega.
Di saat yang sama di tempat berbeda.
"Ngga lucu deh pah, emangnya ini jaman apa, pake acara perjodohan segala. Sinar ngga mau."
"Sinar.? Sekali kali denger dong keinginan kami.?
"Tapi mah, kenapa harus perjodohan, seakan akan anak mamah ini bener bener ngga laku aja.."
"Hahhaa bukannya nngga laku, tapi kamu yang terlalu memandanng naif ke semua cewek. apaan menganggap semua cewek sama." Cibir Nada, kakak sinar yang juga nempunyai kembaran bernama Nadi.
"Segitu sakit hatinya apa gimana.? menyama ratakan semua cewek sama." Ujar Nadi menimpali.
Mas Ardan, Mas Amar, bantu Sinar ngomong dong.?" Protes Sinar yang melihat kakak iparnya dari tadi diem.
"Loh apa yang bisa kita bantu Nar.? Tujuan papah baik kok.."
"Iya tujuan papah memang baik, tapi kita ngga tau tujuan keluarga cewek yang mau di jodohkan."
"Sinar.."
"Bisa aja kan mah, apa lagi papah orang terpandang, siapa yang ngga kenal coba, pasti tu orang yang menyodorkan anaknya kepada papah untuk dijodohkan, iya kan pah.?"
"Justru papah yang memohon kepada orang itu agar mau menjodohkan anaknya dengan kamu.."
"Apa.?" Sinar matanya membulat tak percaya. Baru kali ini dia mendengar papahnya memohon kepada seseorang.
"Iya, karena orang itu lah, kita papah bisa se kaya dan sesukses ini, mamah saksinya. Sudah lama kami mencarinya keberadaannya."
"Ngga mungkin, Pasti papah ngarangkan.?"
"Ni anak bisanya ngeyel doang, mau mamah kasih sambel kemulut apa gimana, orang papah bicara jujur juga.." Sinar hanya cengengesan menanggapi kesewotan mamahnya.
"Papah sangat berharap kamu mau menerima perjodohan ini.." Sinar sedikit kaget dengan sikap papah. Karena baru kali ini papahnya memohon kepadanya. San Sinar nampak berpikir.
"Baiklah, tapi Sinar minta waktu 30 hari untuk berpikir dan meyakinkan diri pah, Lagian Sinar juga mau keluar kota untuk persiapan terakhir dan peresmian cabang perusahaan Sinar."
Sang papah nampak menghela nafasnya dan menatap tajam Sinar.
"Baiklah, jika itu yang kamu inginkan.." Dan semua nampak bernafas lega.
Keesokan harinya di sebuah stasiun.
"Yakin Tuan mau naik kereta saja.?"
"Aku harus menjawab apa lagi sih dit, lagian disana kan juga ada mobil, Toh sekali kali ngga salahkan aku naik transportasi umum.?"
"Tapi kenapa harus 30 hari disana tuan, bukankah acara peresmiannya ngga nyampai seminggu.?"
"Aku mau melihat kinerja karyawan disana dit, sekalian mau nenangin pikiran dan mengambil keputusan tawaran papah.."
"Ya sudahlah tuan, semoga tuan baik baik saja, kalau sudah sampai langsung kabarin saya ya tuan.?"
"ahahaha kamu ini dit, iya iya, ya udah aku mau masuk, keretanya bentar lagi berangkat."
"Baik Tuan, hati hati, semoga lancar acaranya disana.."
"Oke, Aku masuk yah." Dan Sinar beranjak melangkah masuk ke gerbong sesuai dengan nomer yang tertera di tiket kereta.
Sementara itu di tempat yang sama.
"Ngga ada yang ketinggalan kan.?"
"Ngga ada nin, semua lengkap.."
"Ntar kamu jadi nginep di rumah om wisnu.."
"Iya lah, rumah om wisnu rame terus jadi aku mending nginep disana.." Ujar Naina. "Aku mau puas puasin piknik nanti.."
"Emang disana ada temen.."
"Ya paling sama anaknya om wisnu dan anaknya om burhan. kalau mereka ngga pada sibuk sih.."
"Yang penting kamu jaga diri nanti disana,"
"Siap nyonya Arya hehhehe.."
"Hmm kamu ini, Tapi Salamin ya buat keluarga om wisnu dan om burhan, kamu jaga tingkah disana, jangan kecentilan, ingat udah ada seseorang yang sudah disiapkan untuk mendampingimu."
Apaan sih nindi, ngga asyik ah, Arya istrimu nyebelin yah.."
"Tapi aku sayang Nai, gimana dong.?"
"Dih pengin muntah aku, sudahlah, aku mau masuk, jijik aku kalau lama lama disini.."
"Baiklah hati hati, semoga dapat ide bagus buat novelmu.." Naina hanya mengacungkan jempolnya kemudian beranjak masuk kedalam gerbong.
Naina celingukan kekanan dan kekiri mencari nomer kursi sesuai pesanan. Tak lama kemudian dia pun menemukannya, namun dia sedikit terkejut karena ada seseorang yang sedang menempati tempat duduknya.
"Maaf mas permisi, itu nomer tempat duduk saya.."
Orang yang merasa di panggilpun menoleh ke sumber suara, namun dia sedikit tercengang dengan orang yang barusan menyapanya dan dia bersuara dalam hati.
"Cantik.."
Kereta sudah melaju meninggalkan tempatnya beberapa saat yang lalu. Para penumpang nampak sibuk sendiri sendiri dengan berbagai kegiatannya. Begitu juga yang dilakukan seorang wanita disalah satu gerbong tersebut. Dia nampak asyik menikmati perjalanannya dengan membaca buku dan memasang headset di telinganya. Tapi keasyikannya merasa terganggu saat dia beberapa kali memergoki pria yang disebelahnya menatap dia dengan memicingkan kepala.
Sedangkan si pria, entah karena merasa kesal darimana, memandang remeh gadis yang disebelahnya.
"Mungkin karena aku memakai pakaian biasa, jadi ni cewek cuek. coba kalau aku pakai pakaian kantor dengan mobil yang biasa aku bawa, pasti ni cewek matanya langsung berkilau dan ngajak kenalan, dasar perempuan." Ujarnya dalam hati.
"Maaf mas, ada apa yah.? Masnya ada masalah apa sama saya, kok dari tadi lirik lirik ngga jelas sama saya.?" Tanya si perempuan dengan wajah menyelidik. Dan yang ditanya hanya celingak celinguk terus menatap si perempuan.
"Maksud anda, saya.?" Laki laki itu bertanya balik.
"Siapa lagi, yang di sebelahkan saya kan cuma anda.."
"Oh, Ngga, ngga ada maksud apa apa, mungkin perasaan anda aja kali, ya lagiankan anda yang berada dekat jendela, ya wajarlah aku secara langsung melihat anda jika ingin menatap jendela."
"Oh sorry.."
Jawaban si pria memang ada benarnya juga. Tapi si wanita merasa tak puas mendengarnya. Dia masih merasa si pria memiliki gelagat aneh.
Dan mereka kembali dalam mode diam menikmati suasana perjalanan.
"Apa mungkin wanita ini pura pura tidak mengenal wajahku, atau sebenernya dia kenal tapi pura pura jual mahal. kalau dia tahu namaku dan nama keluargaku, udah pasti langsung nyosor kaya kebanyakan wanita." Lagi lagi si pria itu ngebatin sendiri.
Sepertinya Masa lalu pria itu benar benar menyakitkan, hingga benar benar membuat dia selalu berkesan buruk pada wanita yang bahkan ngga dia kenali.
Dia merasa, sudah sering menjadi selayaknya pria yang baik pada kekasihnya. Semua yang diinginkannya pasti dia kabulkan, dari barang yang murah hingga barang dengan harga fantastis, Tapi entah kenapa sang wanita justru malah menghianatinya. Dua kali dia mengalami yang namanya penghianatan karena cinta, dua kali dia terluka. bahkan dua kali juga dia melihat cintanya bermain api di belakangnya. Entah apa kurangnya dia. Bahkan Dua gadis yang pernah mengisi hatinya di waktu yang berbeda memilih menghianatinya.
Suasana nampak begitu hening. Hanya ada beberapa suara yang terdengar sedang bercakap cakap. yang lain ada yang tidur. maen ponsel dan baca buku sepeeri wanita yang bersebelahan dengan si pria.
Lama lama si wanita pun merasa jenuh. Dia mengambil airminum yang dibawanya.
"Masnya mau kemana emang.?" Tanya si cewek basa basi setelah meneguk minuman dalam botol yang dibawanya.
"Aku.? ke purwokerto.."
"Kok sama.. aku juga kesana, Masnya di purwokertonya apa dimana.?"
"iya, dikotanya, kamu.?"
"Aku di pinggiran sih, ya ngga jauh dari purwokertonya, cuma aku lebih ke kota kecil gitu."
"Dimana emang.?"
"Baturaden.."
"Kamu sering ke purwokerto.? Atau emang tinggal disana.?"
"Engga mas, kebetulan orang tuaku asli purwokerto, dan sebagian keluarga tinggal disana, kalau masnya.?"
"Aku.?"
Iya, Masnya asli purwokerto apa gimana.?"
"Bukan, aku hanya ada masaalah kerjaan disana.."
"Kerja di bidang apa emangnya mas.?"
"Di pusat perbelanjaan."
"Berarti masnya lagi ditugaskan kesana.?"
"Bener hehhee.." Jawab masnya sedikit berbohong.
"Masnya udah nikah.?" pertanyaan yang terdengar ngga sopan itu meluncur begitu saja dari mulut si perempuan.
"hehhehe belum, mana ada yang mau sama pegawai biasa sepertiku mba.."
"Hust, jangan terlalu merendah, apa lagi soal rejeki.."
"Tapi ya emang kenyataannya gitu mba, belum ada satupun cewek yang nyantol.." Ujarnya dengan kebohongan.
"Ya mungkin belum rejeki kali mas. sabar ya, padahal masnya ganteng loh hehehe.."
"Ganteng doang ngga ada duit, percuma mba, apa mbanya mau sama saya.?"
"Boleh, kalau kita emang dijodohkan hahahha.."
"Lah terus kemu sendiri gimana mba.?"
"Sama sepertimu, belum laku hehheeh.."
"Masa sih mba.? Secantik gini masa belum laku.?"
"Ya mau gimana lagi, buktinya nih ada di depan mata kamu.."
"Tapi paling nggak sudah ada calon kan.?"
"Calonku masih dirahasiakan bapak.. ahahaha.."
"waduh mba bisa aja hehhe.."
"hehhee, entah lah, jodoh juga termasuk rahasia hidupkan.? kita ngga tahu jodohnya siapa dan ada dimana.?"
"Iya sih mba, tapi kalau tahu tahu kita berjodoh gimana mba.? hehhee.."
"Entahlah, tapi sepertinya ngga deh.."
"Ya kan kali aja mba, bukankah kamu sendiri tadi bilang, jodoh kita entah berada dimana, ya kali aja jodoh kita ada disisi kita, namanya juga misteri."
"Hahha bisa aja mas ngomongnya. kamu dipurwokerto sendirian apa ada temen atau keluarga mas.?"
"Ada temen mba.." Jawab si pria berbohong lagi, padahal dia sudah menyewa rumah untuk ditempatinya selama dia berada disana nanti.
"Oh, syukurlah, kirain kamu sendirian disana.."
"Mana berani mba di kota orang sendirian.."
"Iya sih, tapi purwokerto mah tempat yang nyaman menurutku, ngga terlalu sumpek. Udaranya juga masih seger.."
"Ya ngga tahu juga ya mba, aku baru pertama sih kesana.?"
"oh iya yah hahha, semoga kamu betah deh disana.."
"Emang kamu berapa lama mba disana.?"
"Ya kurang lebih sebulan lah.."
"sebulan, emang kamu ngga kerja.?"
"Ya kerja, aku punya toko baju.."
"toko baju.? maksudnya butik.?"
"Hahahaah bukan, toko baju biasa, aku ngga terlalu kaya untuk buka butik mas hehhe."
"Ya kan kali aja mba, apa lagi seumuran mba kayaknya banyak banget yang punya cita cita buka butik.."
"Ngga lah, bagi aku butik tuh terlalu mewah, aku mah mending yang sederhana sederhana aja mas, Asal nyaman.."
"ya baguslah mba, pasti siapapun yang menjadi jodoh kamu, akan merasa beruntung mba.."
"Aamiin, ya kali aja jodohku ada disebelahku ini hihiihii.."
hahaha bisa aja.."
"Wah ngga kerasa bentar lagi kita sampai nih.."
"hahaha iya mba, kita keasyikan ngobrol sampai ngga terasa gini.."
"Masnya nanti naik taksi apa gimana.?"
"Kayaknya di jemput mba, udah janjian sih tadi.."
"Oh ya syukurlah, takutnya ngilang hehhe.."
"hahaha eh mba kita ngga kenalan dulu.?"
"Ngga usah, toh kita ngga bakalan ketemu lagi hehhee.."
"Ya kan kali aja kita jodoh dan dipertemukan lagi.."
"ahahha masih aja ngomongin jodoh, ngga mau siap siap buat turun nih.?"
"whehhehe oke deh.."
Tak lama kereta pun berhenti, dan dua sejoli yang tak saling kenal itu menurunkan kopernya dan beranjak menuju pintu keluar.
"Kita berpisah disini yah.? moga kamu betah di tempat kerjamu mas.."
"Iya mba, kamu juga, moga liburannya membahagiakan.."
Dan merekapun saling berpamitan dan memisahkan diri.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!