- FIKSI -
Nama gadis itu Akiha.
Ia adalah seorang gadis biasa dari Shorai, satu-satunya desa di negeri Kaiten.
Pada zaman itu, negeri di dunia terbagi menjadi 7; yaitu negeri Kazu, Tsuki, Hasai, Mozu, Chitsu, Isuna, dan Kaiten.
Masing-masing negeri memiliki desa yang terdiri dari klan-klan manusia yang memiliki kemampuan khusus.
Dunia ini memang dipenuhi oleh manusia-manusia istimewa, namun hal itu membuat para manusia tersebut menjadi serakah dan kejam.
Klan-klan tersebut saling ingin menguasai, selalu bertarung dan menghancurkan yang lebih lemah. Klan-klan ini pun terbagi menjadi golongan paling kuat hingga paling lemah.
Klan-klan yang kuat saling membentuk pertahanan dan menjadi semakin kuat, sedangkan yang paling lemah selalu hidup bersembunyi dan ketakutan.
Akiha bukanlah gadis yang kuat atau beruntung. Terlahir dari salah satu klan terlemah, secara otomatis ia harus hidup bagaikan mangsa atau target yang berpindah-pindah dan takut terpojok.
Selama ini, ia telah berusaha untuk hidup. Karena rumah di pusat desa akan mudah ditemukan dan dihancurkan, ia dan keluarganya memilih untuk tinggal di tempat tersembunyi.
Beberapa orang dari klan yang lemah pun hidup secara demikian. Mereka mungkin tinggal bersembunyi di tempat-tempat yang sulit ditemukan oleh musuh.
Hidup Akiha dan keluarganya amat malang. Setelah beberapa tahun berpindah-pindah, kedua orang tuanya tertangkap oleh orang-orang jahat dan mengorbankan diri mereka demi keselamatan dirinya dan saudari kembarnya yang bernama Akane.
Kini, Akane adalah satu-satunya alasan Akiha untuk terus bertahan dan hidup. Akane adalah seorang gadis yang terbilang kuat, namun tubuhnya melemah sejak ia mengalami suatu kejadian. Demi membuatkan obat-obatan dari tanaman khusus yang dapat membantu Akane, saudari kembarnya pun dengan terpaksa harus beberapa kali meninggalkannya seorang diri di rumah.
Padahal, hal yang paling dikhawatirkan oleh Akiha tentunya adalah keselamatan Akane, satu-satunya keluarga miliknya yang tersisa. Andai ia memiliki kekuatan untuk dapat melindunginya..
Akiha begitu membenci takdir, ia bahkan membenci dirinya yang lemah. Ia tidak berharap untuk menjadi yang terkuat, menjadi seorang yang cukup kuat untuk melindungi Akane sudah sangat berarti baginya.
Akiha selalu berdoa dalam hati, meski tahu bahwa tidak akan ada hal yang berubah. Ia bukan orang yang percaya akan keajaiban, namun ia ingin berharap walau sekecil-kecilnya. Penting bagi Akiha untuk menciptakan harapannya sendiri, agar ia dapat menjalani hidup di dunia yang memuakkan itu.
Kini, tanpa menghitung lagi banyaknya penderitaan dan kemalangan yang telah mereka alami, Akiha membunuh rasa takutnya dengan segala keberanian yang sebagaimana dikumpulkannya seorang diri.
Akiha tidak pernah berpikir akan ada hal atau seseorang yang dapat mengubahkan keadaan dunia dan hatinya yang hampa.
Hingga suatu saat, gadis itu mendengar kisah mengenai seorang pahlawan yang pernah ada dalam beberapa generasi sebelum ia dilahirkan.
Seorang pahlawan wanita bernama Aoi. Ia adalah seorang yang dipilih langsung oleh dewa langit untuk menghentikan kejahatan manusia dan mengubahkan dunia pada masanya.
Sejenak harapan Akiha timbul, meski ia tidak mengetahui seperti apa pahlawan itu secara mendalam. Namun, harapan itu pun kandas ketika ia mendengar pula tentang wafatnya pahlawan yang mortal itu.
Belum cukup dibuat kecewa oleh seluruh keadaan, tiba-tiba ia dipanggil oleh pemimpin desa secara tersembunyi melalui surat yang dibawa oleh seekor burung merpati. Ini pertanda buruk. Akiha tidak akan pernah dipanggil oleh beliau karena ia bukan siapa-siapa di desa, kecuali bila beliau tersebut memerlukan jasanya dalam berperang.
Entah apa saja yang akan terjadi selanjutnya, namun cerita hidup Akiha yang sesungguhnya akan dimulai..
"Akiha. Kami membutuhkanmu sebagai pemimpin kami untuk berperang melawan musuh, serta klan-klan yang membelot." kata Daichi, seorang anggota klan Nomozaki, salah satu klan yang telah lama melayani pemimpin desa.
"Apa maksudmu, Daichi-senpai?" tanya Akiha.
"Akiha, kau adalah gadis yang cerdas. Kurasa kau sudah mendengar dan mengerti maksudku." ucap Daichi, seraya hendak meninggalkan Akiha seorang diri di dalam ruangan yang akan dihadiri oleh pemimpin desa.
"Tunggu, Daichi-senpai!" seru Akiha.
"Ada apa lagi, Akiha?" tanya Daichi, tanpa berpaling menghadap ke arah Akiha.
"Senpai.. apakah ini adalah sebuah gurauan? Mana mungkin aku, seorang yang lemah dan tidak berguna ini menjadi seorang pemimpin perang?" kata Akiha dengan wajah serius dan tegang.
"... Tunggulah di sini. Pemimpin desa akan segera menjelaskannya kepadamu." jawab Daichi, sambil melangkah keluar dan menutup pintu tanpa menanggapi Akiha yang memanggil-manggil dirinya.
Wajah Akiha memucat. Ia berpikir dan berusaha untuk menenangkan diri. Ia yakin bahwa pemimpin desa akan mendengarkan permohonannya, karena pemimpin desa yang bernama Ijime Morikawa itu amat baik dan sabar.
Ia ingin segera mendengarkan perkataan beliau, memohon, dan pergi dari tempat itu. Akiha amat mengkhawatirkan Akane yang sedang terbaring di kasur seorang diri di rumah.
Tak lama kemudian, pemimpin Ijime, atau disebut juga Ijime Meishu pun tiba di depan pintu ruangan pribadi yang dijaga secara ketat tersebut.
Ia pun melangkah masuk dan duduk di hadapan Akiha.
"Akiha. Kau telah tiba rupanya. Sudah lama kita tidak bertemu." katanya dengan senyuman ramah.
"Meishu-sama.. bagaimana mungkin saya menjadi seorang pemimpin perang? Bukankah anda tahu bahwa saya adalah yang terlemah dan berasal dari klan yang paling tidak dibutuhkan di desa ini?" kata Akiha, meluapkan segalanya secara terus terang.
"Hmm.. Akiha. Bukankah Daichi juga berasal dari klan Nomozaki? Klan yang sama denganmu." ucap pemimpin desa yang telah tua tersebut dengan sabar.
"Namun, Meishu-sama.. saya adalah yang terlemah dari klan Nomozaki, berbeda dengan Daichi-senpai yang kuat dan berani.." kata Akiha.
"Akiha. Aku tidak pernah memilih orang-orang yang terkuat untuk menjaga desa ini, melainkan orang-orang yang mau bekerja sama memulihkan kedamaian desa ini." ucap pemimpin desa.
Mendengar perkataan sang Meishu, Akiha tertegun sejenak. Ia memang terpana oleh perkataan tersebut, namun kesadaran langsung membuatnya melawan; "Namun, Meishu-sama.. saya tidak berani.. Terus terang, saya adalah seorang penakut. Saya takut akan kehilangan seluruhnya... keluargaku satu-satunya."
Raut wajah Akiha menjadi sedih dan terkulai. Ia menundukkan kepala dengan kecewa pada dirinya sendiri.
"Akiha. Tidak tahukah kamu bahwa kamu memiliki sebuah kekuatan yang tidak dimiliki oleh orang lain?" kata Ijime Meishu.
Akiha mengangkat kepalanya secara perlahan dan mulai menatap wajah pemimpin itu dengan ragu-ragu.
"Akiha. Aku telah mengamati kedua orang tua, dirimu dan saudarimu sejak kalian berdua belum lahir. Jadi, aku tidak akan pernah memaksakan apapun kepadamu. Namun, kali ini sungguh berbeda, Nak.."
"Berbeda?"
"Benar. Kau telah dipilih oleh utusan yang tertinggi untuk menjadi seorang pahlawan. Bukan hanya demi desa ini, melainkan untuk seluruh dunia. Akiha, kamu adalah pilihan dewa langit untuk menggantikan pahlawan dunia kita yang sebelumnya."
Kedua mata Akiha membelalak karena amat terkejut. Ia pun berkata pelan; "Pahlawan.. maksud anda.. Aoi?"
"Benar. Kurasa cerita itu telah sampai pada generasimu. Dalam beberapa generasi sebelumnya, sebelum dunia ini berubah menjadi begitu kejam, seorang pahlawan dipilih langsung oleh dewa langit untuk menghentikan kejahatan dan keserakahan manusia. Pahlawan itu adalah seorang wanita pemberani yang bernama Aoi. Seorang yang telah membentuk klan terkuat di dunia saat ini, yaitu klan Kurosawa."
"Klan Kurosawa..?" ucap Akiha.
Sang Meishu mengangguk, lalu menjawab; "Benar. Klan Kurosawa adalah klan yang tertua dan dikenal menguasai berbagai kemampuan khusus yang diwariskan oleh Aoi Kurosawa."
"..." Akiha terdiam.
"Namun, kini klan itu berubah menjadi angkuh dan sulit diatur. Jadi, kami tidak dapat meminta bantuan mereka. Kami dengan terpaksa harus menemui utusan tertinggi.. dan utusan tertinggi mengatakan sesuatu yang sangat penting untuk kau dengar." tambah sang Meishu.
"Sesuatu yang sangat penting? Apakah itu, Meishu-sama?"
"Kamu telah dipilih oleh dewa langit untuk menjadi pengganti Aoi Kurosawa dan membawa damai bagi seluruh dunia ini. Kamu akan bertemu dengan orang-orang yang telah diutus untuk menuntun dan menolongmu demi mencapai semua itu. Kamu tidak perlu merasa takut, sebab kamu juga akan diperlengkapi dengan berbagai atribut. Begitulah kata utusan tertinggi kepada kami." jawab sang Meishu.
"Atribut..?"
"Soal itu aku juga tidak begitu mengerti. Namun, aku yakin bahwa kamu sebenarnya adalah seorang yang istimewa, Akiha." kata Meishu dengan senyuman ramah yang selalu diperlihatkannya kepada Akiha, setiap kali bertemu dengan gadis muda itu.
Akiha tidak dapat berkata-kata. Ia hanya merenungkan semua perkataan sang pemimpin desa.
"Akiha. Aku tidak akan memaksakan dirimu untuk menjadi pemimpin perang, karena sejak semula itu adalah keinginan Daichi. Setelah ia mendengar lamaran utusan tertinggi mengenai dirimu itu, cara pandang Daichi tentang dirimu memang berubah. Daichi tidak menganggapmu lemah. Ia berkata kepadaku bahwa kamu pasti akan menjadi seorang gadis yang kuat, bahkan melampaui dirinya."
Akiha pun berpikir dalam batinnya; Benarkah itu, Daichi-senpai? Benarkah aku dapat menjadi kuat dan.. mengubahkan dunia ini seperti Aoi Kurosawa?
"Kekuatan itu pasti kelak akan kau dapatkan. Namun, misi yang besar ini harus bermula dari keberanian dan perkenanan dirimu, Akiha. Kamu selalu berkata bahwa kamu ingin melindungi keluarga dan orang-orang yang penting bagimu. Ini adalah kesempatan yang hampir mustahil terulang lagi bagimu, Akiha. Namun, apakah kamu bersedia?" tanya Ijime Meishu.
"Saya.. saya.." Akiha masih saja merasa ragu pada dirinya dan ingin menolak, namun--
"Kumohon, Akiha. Hanya kamulah yang dipilih oleh dewa langit untuk melindungi semua orang. Kamu akan menjadi seorang pahlawan yang hebat." ucap Meishu.
Akiha merasa bingung. Awalnya, dirinyalah yang ingin memohon kepada sang Meishu. Namun, kini situasi menjadi berbeda dan terbalik.
"Bukankah kamu ingin melindungi Akane yang diincar oleh berbagai penjahat yang menginginkan kemampuan khusus yang hanya dimiliki olehnya?"
DEG
Perkataan itu mengenai benak Akiha dengan telak. Selama ini, ia telah berusaha keras untuk merahasiakan tentang kemampuan khusus yang dimiliki oleh Akane.
Tidak boleh ada orang yang mengetahuinya, sebab hal itu akan sangat membahayakan Akane. Namun, kini sang Meishu telah mengatakannya.
"Bagaimana anda.."
"Kemampuan khusus Akane juga dikatakan oleh utusan tertinggi. Namun, tenang saja. Hanya aku yang mengetahuinya. Aku berjanji untuk merahasiakannya, bila kamu bersedia untuk menggenapi takdirmu." wajah Ijime Meishu berubah serius, sehingga Akiha semakin tidak dapat berkata-kata dan sepertinya harus patuh.
"Saya..." tangan Akiha bergetar, sambil berusaha untuk mengatakan sesuatu.
"Aku tidak ingin mengkhianatimu, Akiha. Terlebih lagi, aku akan membantumu. Aku akan mengerahkan seluruh kekuatan yang ada, bila aku berhasil membujuk lebih banyak lagi orang dari klan-klan desa kita."
"Baiklah. Bila semua ini demi keselamatan Akane, maka saya bersedia." jawab Akiha pada akhirnya, setelah berpikir dengan berat.
Sang Meishu terkejut, kemudian kembali berkata dengan senyuman ramah; "Tidak usah khawatir, kami akan membantumu. Kamu tidak sendirian dan Akane pasti akan selamat."
"Terima kasih, Meishu-sama." ucap Akiha dengan hormat.
"Terima kasih juga, Akiha." balas Meishu.
Malam harinya..
"Gahhh!!"
Akiha terbangun dari tidurnya dan mengamati saudari kembarnya yang berbaring di sampingnya.
"Akiha.. kenapa kamu bangun?" tanya Akane, dengan suara yang pelan dan lemah karena penyakitnya.
"... Aku bermimpi." jawab Akiha.
"Mimpi apa?"
"Bukan apa-apa, kok. Tidurlah kembali, Akane." kata Akiha dengan senyuman.
Namun, Akane mengetahui apa yang membuat saudarinya seperti itu.
Setiap malam, Akiha selalu merasa jauh lebih khawatir. Musuh dapat saja menyerang mereka pada saat mereka terlelap, sehingga Akiha menjadi lebih waspada dan terbangun-bangun dalam tidurnya.
"Akiha.. maafkan aku. Gara-gara aku kamu menderita.." kata Akane dengan sedih.
"Akane. Mengapa kamu berkata demikian?" Akiha terkejut.
"Aku tahu bahwa kamu mati-matian melindungiku agar tidak ada orang yang akan mencuri kemampuan khusus yang hanya dimiliki olehku."
Perkataan Akane membuat Akiha semakin terkejut dan hampir tidak dapat berkata-kata. Namun, ia berusaha menjawab; "Itu memang benar. Namun, kamu tidak membuatku menderita. Justru sebaliknya, keberadaanmu adalah alasanku untuk hidup, Akane."
"Akiha.." Akane menatap saudarinya, lalu meneteskan air mata.
"Akane, aku akan menjadi lebih kuat. Aku berjanji akan selalu melindungimu, karena kamu adalah satu-satunya orang yang berharga bagiku. Kita harus berjuang bersama hingga kamu sembuh dari penyakitmu!" kata Akiha, dengan senyuman yang bersemangat.
"Un, terima kasih, Akiha." balas Akane dengan senyuman manisnya.
Bagi Akane, Akiha juga merupakan orang yang sangat berharga dan dapat memberi kekuatan untuk terus melawan penyakit yang menggerogoti tubuhnya.
Dua tahun lalu, di suatu sore, saat tubuh Akane masih baik-baik saja..
Di desa Shorai terjadi penyerangan di berbagai daerah. Orang-orang dengan wajah tertutup masker hitam membunuh setiap orang yang ada di hadapan mereka.
Saat itu, Akiha dan Akane yang tinggal di dalam hutan paling dalam sekalipun merasa ketakutan. Belum lagi, kedua orang tua mereka telah meninggal demi melindungi mereka dari musuh sebelumnya. Kedua orang tua yang mereka andalkan dan percayai.
Setelah sekian lama bersembunyi di dalam ruang rahasia di rumah itu, mereka tidak mendengar suara atau merasakan keberadaan musuh.
"Sepertinya para musuh sudah meninggalkan desa ini." kata Akane.
"Stt, jangan bersuara sekeras itu, Akane. Siapa tahu mereka sedang bersembunyi dan tiba-tiba menyerang saat kita lengah.." balas Akiha.
Mereka pun terus berdiam diri di ruang bawah tanah hingga tertidur, lalu..
Akane yang berpura-pura terlelap, tiba-tiba memutuskan untuk keluar dari rumah agar dapat melihat keadaan dan mencari makanan dengan berburu karena persediaan makanan telah menipis, bila perlu ia juga akan bertarung melawan musuh.
Akiha, maafkan aku. Kali ini, aku sudah tidak dapat terus membiarkan kita hidup dalam ketakutan seperti ini. Ini saatnya bagiku untuk melindungimu dengan kemampuan khususku. katanya dalam hati, seraya meninggalkan rumah secara diam-diam.
Dengan berhati-hati dan cekatan, Akane berhasil mengumpulkan beberapa tanaman, air, serta menangkap ikan di sungai untuk persediaan makanan. Ia pun bergegas kembali ke rumah, namun--
Tiba-tiba, langkahnya terhenti oleh suara bergerasak dari balik semak-semak di sekelilingnya. Ia pun melangkah mundur dan tidak segera meninggalkan tempat itu.
Sedetik kemudian, ia telah dikepung oleh beberapa orang lelaki dengan wajah tertutup masker berwarna hitam.
"Oh, lihat. Ternyata mangsa kita kali ini adalah seorang gadis berambut hitam pendek yang manis." kata salah seorang pria bertubuh tinggi besar tersebut.
Para lelaki itu terlihat kuat dan memiliki aura yang sangat tidak menyenangkan.
"Bagaimana jika kita bersenang-senang dengan tubuhnya terlebih dahulu, sebelum membunuh gadis ini?" kata salah seorang dari mereka, yang terlihat seperti pemimpin para lelaki itu.
"Diam! Orang-orang mesum dan rendahan seperti kalian tidak akan dapat menyentuhku sedikit pun! Akan kupatahkan kaki dan tangan kalian semua!" seru Akane.
"Oh. Ternyata gadis kecil ini juga bisa menggertak. Puh-ahahaha. Kalian dengar? Baru saja dia mengancam kita!"
"Diamlah kalian para lelaki kotor yang hanya dapat menyerang wanita! Aku akan segera melumpuhkan kalian semua!" bentak Akane.
Mereka pun langsung dalam kuda-kuda dan posisi menyerang satu sama lain. Tanpa dapat berkedip, serangan pertama pun dilancarkan oleh kedua belah pihak.
Lalu..
BLARRR
Semua lelaki tersebut terpental begitu saja, setelah sesuatu yang seperti sinar merah meliputi Akane.
"Sial.. Apa yang barusan itu?" kata pemimpin mereka, lalu ia terkejut ketika melihat bahwa sebagian dari anak buahnya telah dikalahkan dan berbaring tak berdaya di atas tanah.
"Kalian semua bukanlah tandinganku. Menyerah dan pergilah dari sini." kata Akane memperingatkan para lelaki itu.
"Jangan bercanda kau! Gadis kecil sepertimu mana mungkin dapat mengalahkan kami?! Kami adalah klan Hyuuji yang terkuat di desa kami! Kamu akan mati, gadis kecil!!" seru pemimpin tersebut, sambil mempersiapkan serangan kedua dengan kuda-kuda yang sedikit aneh.
"Hyuuji no naisho!" tiba-tiba lelaki itu berseru dan bergerak cepat menyerang Akane.
Akane hanya tersenyum mengejek, lalu menghindari serangan itu dengan mudah. Namun--
Lelaki itu tiba-tiba telah berada di belakang Akane, serta menampilkan senyuman jahat.
Celaka! batin Akane, lalu gadis itu dengan cepat menghindar dan hendak melakukan serangan keduanya.
Kali ini, suatu aura gelap yang mengecam lawan terpancar dari tubuh Akane. Seketika, serangan lelaki itu terhenti dan ia meraung kesakitan.
Mata lelaki itu tiba-tiba mengeluarkan darah. "U--UwAAAAAAaaa!" jerit lelaki itu dengan histeris.
Akhirnya, ia pun berkata dengan penglihatan yang telah rusak; "Nona, ampunilah kami. Tolong beri kami kesempatan kedua untuk meninggalkan tempat ini dengan damai."
Para anak buah yang tersisa pun gemetar ketakutan. Lalu--
"Boleh saja. Namun, aku harus membunuh semua anak buahmu yang tersisa." jawab Akane dingin.
Pemimpin itu terkejut, lalu berkata; "Me--mengapa begitu, Nona?"
"Aku berubah pikiran. Bila anak buahmu yang berjumlah lebih dari seratus orang ini tidak kubunuh semuanya, kalian pasti akan kembali ke desa ini dan menyerang lagi." kata Akane dengan sorot mata yang berbeda dengan sorot mata manusia biasa.
Warna pupil mata gadis itu yang semula hitam berubah menjadi merah seperti darah.
Para pria yang tadinya amat sombong dan meremehkan gadis itu kini gemetar hebat. Mereka amat ketakutan, serta ingin menjerit seperti melihat hantu.
"Ampuni kami, Nonaaa!!" seru para anak buah itu, dengan bersujud ke tanah.
"Sayang sekali. Aku tidak dapat mengampuni kalian yang telah membunuh banyak sekali warga di desa ini. Mereka adalah orang-orang yang tidak bersalah. Selain itu, aku tahu betapa jahatnya niat kalian selanjutnya bila kalian kulepaskan saat ini." kata Akane dingin dan mengancam.
Lalu, tanpa bersuara lagi, malam itu Akane menghabisi semua lelaki yang berjumlah kurang lebih 140 orang itu. Sejak hari itu, para musuh bermasker hitam itu tidak pernah muncul lagi.
Namun, ada hal mengerikan dari kemampuan khusus milik Akane tersebut. Bila ia terlalu memaksakan diri dengan menggunakan berbagai kelebihannya, ia akan kehilangan jiwanya sendiri. Tak lain adalah, ia akan berubah menjadi seorang yang haus darah dan membunuh semua orang tanpa ampun. Apalagi, jika matanya berubah merah total.. ia akan menjadi seperti dewi maut perenggut nyawa.
Sejak lahir, gadis itu dinamai Akane oleh kedua orang tuanya karena suatu alasan. Gadis itu terlahir dengan mata yang pupilnya dapat berubah warna menjadi merah. Saat ia bertumbuh besar, kedua orang tuanya selalu melindungi dan menasihatinya agar tidak membiarkan 'sosok lain' dalam dirinya itu muncul.
Namun, kali ini Akane menggunakan kemampuan khususnya itu. Kedua orang tuanya memang sudah tiada dan tidak akan dapat mengetahui perbuatannya. Namun, Akane akan merasa menyesal setelah tersadar dan matanya kembali normal.
Dengan kedua mata yang dapat berubah warna itu, sejak lahir Akane memang ditakdirkan untuk memiliki dua sisi kepribadian.
Sifatnya yang ingin melindungi adalah sisi terangnya atau Yin, dan sifat ingin membunuhnya adalah sisi gelap yang disebut Yang.
Gadis itu dapat selalu mengalahkan musuh dengan mudahnya. Namun, ia tidak dapat memprediksi dan mengontrol kapan salah satu dari kedua sisi dalam dirinya akan muncul atau hilang secara bergantian.
"Akane!" suara Akiha seketika menyadarkan Akane dari lamunannya saat itu.
Ia telah kembali ke rumah dengan selamat dan berhasil membawakan persediaan makanan dan lain-lain.
"Akane.. mengapa kamu sampai bertindak sejauh ini?" tanya Akiha dengan wajah tertunduk.
"Akiha.." kata Akane pelan, seolah takut saudarinya mengetahui perbuatan yang telah dilakukan olehnya dan membencinya.
"Akane. Kamu pasti kesulitan mengalahkan musuh demi mendapatkan semua ini.. Kamu memang baik, Akane!" kata Akiha dengan senyuman manisnya.
"Akiha.." Akane terkesima, namun ia segera menambahkan dengan wajah sendu; "Akiha, kamu salah. Aku sama sekali bukan orang yang baik.. Aku bahkan tidak layak disebut sebagai seorang manusia."
"Akane. Kamulah yang salah." balas Akiha.
"Eh?"
"Kamu adalah gadis yang dipilih dewa langit. Aku tahu itu, karena sifat asli Akane memang sangat baik!" kata Akiha, menyemangati Akane.
"Akiha.." mata Akane berkaca-kaca.
"Akane. Jangan takut atau khawatir! Kamu benar-benar adalah seorang gadis yang baik, sekaligus sangat kuat. Kamu berbeda denganku atau siapapun. Biarpun orang lain takut padamu, bagiku kamu istimewa."
"Akiha.. tapi... aku bisa saja melukaimu."
"Tidak. Aku percaya. Akane pasti tidak akan berbuat seperti itu kepadaku dan orang-orang yang baik kepada Akane."
"Akiha... huhuhu.."
Hari itu, Akane menangis dan mulai belajar untuk menerima dirinya sendiri. Meski kedua orang tuanya juga telah sering menasihatinya, namun hanya Akiha satu-satunya orang yang dengan tulus menyayangi dan tidak takut kepadanya.
Akiha dan Akane adalah dua gadis kembar bersaudari yang memiliki sifat dan tingkat kemampuan yang berbeda. Namun, keduanya menjadi berani dan kuat karena memiliki satu sama lain.
Mereka tidak akan membiarkan musuh sekuat apapun merenggut nyawa salah seorang dari mereka. Bila harus hidup, mereka akan terus hidup bersama. Bila harus mati, mereka juga akan mati bersama. Begitulah prinsip mereka.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!