Malam ini sengaja Anita belum tidur,walaupun jarum jam menunjukkan pukul sebelas malam.Suaminya memberitahu melalui pesan singkatnya kalau dia pulang telat.
Dia menyiapkan kue ulang tahun,namun bukan acara ulang tahun suaminya atau dirinya,tetapi hari jadi pernikahannya yang ke tiga bersama Rendi suaminya.
Walaupun dalam keadaan perut besar,tapi Anita menyempatkan diri untuk berdandan dan menyambut suaminya pulang.
Baru di umur pernikahannya yang ke tiga,Anita di beri karunia Tuhan dengan hamil anak kembar.Selama kehamilan itu,Anita tidak merasa mual atau pusing.Tapi di trisemester kedua dia baru merasakan hal yang namanya ngidam.
Dia kadang ingin memakan sesuatu di malam hari,namun Rendi suaminya jarang menurutinya karena kadang ketiduran dan belum pulang sampai larut malam.
Entah apa yang di kerjakan Rendi di kantornya,namun begitu Anita tidak berpikiran negatif pada suaminya itu.
Suara mobil memasuki halaman rumah tepat pukul dua belas malam.Anita bangkit dari duduknya,walaupun susah dan berpegangan di meja untuk menjaga keseimbangan badannya yang mulai membesar.
Di bukanya pintu rumah untuk menyambut sang suami yang terlihat sangat lelah dan mengantuk.Anita merasa kasihan dengan suaminya itu,lalu dia mengambil tas Rendi dan menyalaminya.
"Kamu capek banget kelihatannya,mas?"tanya Anita mengiringi langkah Rendi menuju kamar mereka.
"Iya,tadi pak direktur mengajak makan malam sampai larut.Tadinya aku mau pulang duluan,tapi di tahan.Ya,begini jadinya."ucap Rendi melepas ikatan dasinya dan membuangnya ke arah tempat tidurnya.
Anita yang melihat suaminya kelelahan jadi tidak tega untuk duduk di depan kue yang sudah di siapkan sejak jam tujuh tadi.
"Apa mau aku siapkan air panas mas?Buat mandi."tanya Anita lagi.
"Ngga usah,pengen langsung tidur aja.Tolong ambilkan kaos yang adem dan celana pendek."kata Rendi,dia duduk di tepi ranjangnya sambil mulutnya terus menguap.
Anita dengan sigap mengambil baju yang di minta suaminya itu,sejenak dia melirik ke arah Rendi.Dan benar saja,Rendi sundah terkantuk-kantuk.
Setelah mendapat apa yang di carinya,Anita memberikannya pada Rendi.Rendi melepas bajunya dan menggantinya dengan kaos serta melepas celana panjangnya di ganti dengan celana pendek,lebih tepatnya sih celana kolor untuk tidur.
Anita mengambil baju dan celana yang tadi di pakai Rendi,lalu memasukkannya ke dalam keranjang kumpulan baju-baju kotor.
Dia kemudian keluar dari kamar dan menuju meja makan.Menyimpan kue yang tadi rencananya untuk mempetingati hari pernikahannya dengan Rendi.
Kue itu dia masukkan ke dalam lemari es agar tidak basi.Besok pagi dia keluarkan lagi,siapa tahu suaminya itu ingat bahwa hari ini adalah hari universary pernikahannya yang ke tiga.
Dua kali perayaan tidak pernah lupa,namun mungkin sekarang beban kerja suaminya itu semakin banyak jadi mungkin lupa pada hari bahagia itu.
Setelah kue di masukkan ke dalam lemari es,Anita bergegas masuk ke dalam kamarnya untuk istirahat.Menyiapkan semuanya untuk besok pagi.
_
Pagi hari,Anita benar-benar menyiapkan kue yang tadi malam tidak sempat untuk merayakan.Dia sengaja meletakannya di meja makan bersama makanan untuk sarapan agar suaminya itu tahu dan menyadarinya.
Rendi yang sudah siap untuk berangkat ke kantor,dia menuju meja makan untuk sarapan pagi.Dia belum menyadari ada kue di tengah-tengah meja itu.Baru setelah dia mengambil kerupuk untuk teman nasi goreng merasa aneh ada kue di tengah meja.
"Anita,kamu beli kue lagi?"tanya Rendi pada Anita yang sedang membuat kopi untuknya.
Anita pun menghampiri suaminya yang sedang menyuapkan nasi goreng ke dalam mulutnya.Dia duduk di sebelah suaminya dan meletakan lilin di tengah kue tersebut.
Rendi mengernyitkan dahi,tidak mengerti apa yang di lakukan istrinya itu.
"Kamu kan masih lama ulang tahunnya,kenapa ada kue dan lilin juga?"tanya Rendi heran,dia masih belum menyadari maksud dari istrinya itu.
"Kamu lupa mas?Semalam aku nunggu kamu untuk merayakan hari jadi pernikahan kita yang ke tiga.Karena kamu keburu ngantuk jadi ya sekarang merayakannya."ucap Anita sedikit kecewa kalau suaminya itu melupakan hari jadi pernikahannya.
"Oh ya ampun,maaf sekali aku lupa akan hal itu.Tadi malam aku benar-benar lelah,maaf ya."ucap Rendi merasa menyesal.
"Iya mas,ngga apa-apa.Aku juga ngerti kok,ya udah sekarang kita rayakan sebelum kamu berangkat kerja.Kita doa sama-sama minta sama Tuhan agar pernikahan kita langgeng."ucap Anita sambil tersenyum.
Lalu dia siap berdoa,bersiap mengepalkan kedua tangannya,namun bunyi deringan telepon menghentikan niat Anita.
Dengan mengacungkan telunjuk,Rendi memberi isyarat kalau acara doa di hentikan sebentar,dia mengangkat teleponnya dan menjauh ke arah ruang keluarga.
Anita mendesah,dia memandang Rendi dari belakang yang sedang menerima telepon dari seseorang,entah itu siapa.
Anita tetap menyalakan lilin dan berdoa sendiri,nanti jika suaminya selesai menelepon dia akan berdoa lagi bersama suaminya.
Sepuluh menit Rendi menelepon,kini dia mematikan ponselnya dan memasukkannya ke dalam saku bajunya.
Dia masuk ke dalam kamarnya mengambil tas kerjanya,sedangkan Anita memandang suaminya terus.
Tak lama Rendi berpamitan pada Anita untuk berangkat kerja.
"Aku berangkat dulu ya."kata Rendi sambil mengusap kepala Anita.
"Tapi mas,acara doa bersamanya merayakan aniversary kita gimana ini?"tanya Anita.
"Nanti sore aja aku pulang cepat,setelah itu kita pergi makan malam di luar."ucap Rendi.
Anita pun tersenyum lalu mengangguk cepat.Dia bangkit dari duduknya dan berjalan mengiringi langkah Rendi.
Sampai di depan teras,Anita mengambil tangan kanan suaminya lalu menciumnya.Rendi mencium kening Anita dan melambaikan tangannya pada istrinya itu.
Mobil Rendi bergerak maju ke depan,keluar dari halaman rumahnya dan pergi meninggalkan istrinya yang masih menatap kepergian suaminya.
Baru setelah tidak terlihat,Anita masuk lagi ke dalam rumah untuk membereskan makanan yang ada di meja makan.Tapi dia biarkan kue tadi,dia akan memakannya untuk sarapan pagi.Karena setiap pagi Anita tidak bisa makan nasi goreng,dia membuatnya karena Rendi sangat menyukai nasi goreng buatannya.Apa lagi jika di tambahkan petai dan asinan cumi,katanya sangat nikmat dan mantap.
_
Sore hari Anita bersiap untuk acara nanti malam,karena Rendi sudah berjanji tadi pagi bahwa sore ini dia pulang cepat dan akan mengajaknya makan malam di luar.
Tepat pukul lima,Anita sudah mulai gelisah.Dia selalu melihat ke arah jam dinding yang terpasang di depan ruang tamu.Matanya beralih ke luar rumah,berharap mobil suaminya muncul.
Untuk membunuh rasa bosan karena sudah satu jam menunggu,Anita mengambil kue yang tadi pagi belum habis.Dia mengambilnya di lemari pendingin untuk mengganjal perut sementara,karena sejak tadi dia sangat kelaparan.
Memang ibu hamil itu sering merasa lapar,karena nutrisi di dalam tubuhnya di serap oleh dua bayi kembarnya di dalam perut.
Wajah dan tubuh Anita semakin besar semenjak usia kandungannya lima bulan.Dan ***** makannya juga naik,jadi tubuh Anita jika orang tidak tahu seperti orang obesitas.
Satu jam lebih Anita menunggu suaminya pulang,sekarang sudah pukul enam sore.Anita gelisah,mungkinkah suaminya itu lupa dengan janjinya?
Dia kemudian mengambil ponselnya lalu menghubungi suaminya.
Lama menunggu,belum di angkat.Beberapa kali Anita menghubungi suaminya tapi tidak di angkat juga.
Anita masih sabar menunggu,dia belum mau makan walaupun perutnya sudah merasa lapar.Tapi dia tahan,berharap suaminya segera pulang dan mengajaknya makan di luar.
Satu deringan telepon berbunyi di ponsel Anita,dia bergegas mengambil ponselnya di atas meja makan.Terlihat nama lain selain suaminya,ibu.
Dia menghela nafas berat,lalu di tekan tombol hijau dan menempelkannya di telinganya.
"Halo bu?"
"Kamu baik-baik saja nak?"
"Iya bu,Anita baik-baik saja.Ada apa?"
"Ngga apa-apa,ibu cuma kangen sama kamu.Bagaimana dengan kandunganmu?"
"Baik semua bu,akhir-akhir ini ***** makanku bertambah.Aku sering merasa lapar."
"Wajar itu,kan kamu hamil anak kembar.Jadi mereka sedang berebut makanan saripati dalam perutmu.Jadi kalau lapar jangan di tunda,langsung makan aja."ucap ibunya.
Anita diam,dia memang lapar sekali.Tapi dia ingin menunggu suaminya pulang dan mengajaknya makan malam seperti janjinya.
"Iya,aku selalu makan kok kalau lapar.Ini lagi nungguin mas Rendi pulang sebentar lagi."ucap Anita berbohong.
"Ya sudah,jaga kesehatanmu dan bayi kamu ya.Ingat jangan menunda makan,kalau lapar langsung makan aja."ucap ibu memperingatkan Anita.
"Baik bu."
Lalu ponselnya di letakkan kembali di meja seperti tadi.Dia mendesah,perutnya memang sangat lapar,mana lagi dia tidak masak untuk makan malam.
Akhirnya tanpa menunggu suaminya,dia keluar rumah mengeluarkan motor maticnya untuk mencari nasi uduk dan juga makanan kesukaannya di warung-warung pinggir jalan.Dia sudah tidak bisa menunggu suaminya untuk mengajaknya makan malam,ketika pun datang dan mengajaknya akan dia tolak karena waktu juga sudah terlalu malam untuk keluar rumah.Lagi pula Anita juga tidak tahu kapan suaminya pulang.Malam ini dia keluar terpaksa mencari makan karena di rumah tidak ada makanan.
_
_
_
❤❤❤❤❤
Setelah pulang dari pencarian makanannya,Anita langsung pulang.Mobil Rendi sudah terparkir di halaman rumah,dia mendesah lalu turun dari motornya setelah memasuki garasi.
Dengan langkah gontai karena lelah,tangannya menenteng kantong kresek berisi makanan yang dia beli di warung jalanan.
Anita duduk di meja makan,membuka kantong kreseknya dan mengambil bungkusan.Dia bangkit hendak mengambil piring dan sendok.Kemudian duduk lagi di meja makan.Menyuapkan makanan yang tersaji masih di bungkusnya.
Beberapa suap Anita makan,Rendi keluar dari dalam kamar menghampiri Anita yang sedang makan dengan lahap.Dia tidak menghiraukan tatapan Rendi yang dingin.
Mungkin suaminya itu kesal atau marah padanya karena dia datang istrinya tidak ada di rumah.
"Dari mana saja kamu?Malam-malam keluyuran,lagi hamil pula."ucap Rendi dengan entengnya.
Anita masih diam,dia terus saja makan dengan lahap.
"Anita!"
"Aku lapar,jadi aku cari makan di luar.Karena ngga ada yang bisa di suruh untuk membelinya."ucap Anita masih santai,dia berusaha sabar dengan ucapan suaminya itu.
"Tapi pake aplikasi delivery kan bisa,kenapa harus keluar rumah?"
"Aku ngga punya aplikasinya."
"Ck,alasan aja kamu.Kenapa ngga masak aja?"
"Aku di janjikan makan di luar sore harinya jadi aku tidak masak.Makanya aku menunggu sampai kelaparan,jadi terpaksa aku keluar cari makan.Bukan perutku sendiri yang kelaparan,tapi dua bocah yang ada di perutku ini juga ikut kelaparan."ucap Anita dengan nada kesal.
Sudah ingkar jadi,pelupa tapi malah memarahinya seperti anak kecil mencuri uang milik kakaknya.
Rendi diam,dia tidak bisa berkata apa-apa.Dia ingat tadi pagi janji pada Anita akan makan di luar dan pulang lebih cepat.
Kini Rendi duduk di sebelah Anita yang masih asyik makan.Makanannya hampir habis,satu suapan lagi kertas pembungkus itu dia rapikan lalu di masukkan ke dalam kantong kresek lagi,sekalian di buang di tempat sampah.
Rendi memperhatikan istrinya dengan datar,ada rasa menyesal telah melupakan janjinya tadi pagi.
"Maaf."satu kata terucap dari mulut Rendi.
Anita yang sudah berdiri dan hendak pergi jadi berhenti,lalu menunduk dan menghela nafas panjang.
"Setidaknya jika membatalkan janji,beritahu aku agar aku tidak menunggu dan kelaparan seperti tadi.Ada anak kamu di perutku,aku harus banyak makan agar anak kamu baik-baik saja di sana,agar dia tercukupi nutrisinya dan sehat selalu.Jika kamu datang dan hanya memarahiku,untuk apa kamu membuat janji tadi pagi.Padahal aku tidak minta untuk makan malam di luar,aku hanya memintamu berdoa di hari universary kita yang ke tiga.Tidak lebih,tapi kamu lupa dan malah membuat janji yang sudah tentu kamu ingkari lagi."ucap Anita dengan air mata yang mengalir,dadanya sesak.
Rendi bangkit dari duduknya kemudian memeluk istrinya erat.
"Maaf,aku minta maaf banget telah melupakan universary kita.Maaf telah melupakan janjiku padamu."ucap Rendi masih memeluk Anita.
Anita terdiam,dia masih menyisakan tangisnya ketika Rendi membalikkan tubuhnya untuk menghadap ke arahnya.
"Maaf."ucap Rendi sekali lagi.
Dia menghapus airmata Anita yang masih meleleh.
Kemudian mereka masuk ke dalam kamar,waktu sudah menunjukkan pukul setengah sebelas.Mereka tidur sambil berpelukan,Rendi memeluk Anita dari belakang.Tangannya mengelus perut istrinya yang semakin membesar.
Tak ada percakapan di antara mereka,hanya pelukan saja.
_
Pagi menjelang,seperti biasa Anita menyiapkan sarapan untuk suaminya.Hari ini katanya Rendi berangkat kerja hanya sebentar lalu pulang lagi.Entahlah,Anita tidak begitu berharap ucapan janjinya akan terlaksana.
Karena dua bulan terakhir ini Rendi sangat sibuk.Di promosikan naik jabatan katanya,karena itu dia tidak mempedulikan ucapan Rendi yang akan pulang cepat dan mengajaknya berbelanja baju-baju dan perlengkapan bayi.Karena usia kandungan Anita sudah genap memasuki tujuh bulan.
Jika memang Rendi mengingkari janjinya lagi,dia akan beli sendiri.Dia juga agak malu dengan keadaan tubuhnya yang sangat gendut dan besar berjalan dengan Rendi yang gagah dan tinggi.
Walau sebenarnya itu wajar saja,namun ketidak seimbangan badannya yang membesar.Jadi dia merasa malu sendiri.
"Aku akan mengantarmu membeli perlengkapan bayi.Kalau aku telat lagi,telepon ya."ucap Rendi menyisakan satu suapan di mulutnya.
Anita hanya mengangguk saja,respon yang biasa dia lakukan ketika suaminya berjanji.Karena sudah beberapa kali Rendi berucap seperti itu namun tetap lupa akan janjinya.
"Aku janji akan pulang cepat."ucap Rendi lagi memastikan istrinya percaya akan ucapannya.
"Jangan berjanji kalau tidak bisa memenuhinya.Kamu sekarang lebih sibuk dengan pekerjaan karena di promosi naik jabatan."ucap Anita.
"Iya,memang akhir-akhir ini aku sangat sibuk,kamu juga harus ngerti aku ya."ucap Rendi yang justru malah Anita ingin mengerti keadaannya.
"Kalau aku naik jabatan,gaji aku juga naik.Kita bisa beli apapun yang kita mau."
Anita masih diam,dia terus menyuapkan sarapannya.Serasa telinganya tidak bisa mendengar jika Rendi berkata seperti itu.
"Anita?"
"Ya."
"Kenapa kamu diam saja kalau aku ngomong?"tanya Rendi yang sedikit kesal istrinya diam saja dengan ucapannya.
"Aku dengar kok."ucap Anita santai.
"Ya sudah,aku berangkat dulu.Sehabis makan siang aku pulang."
"Ehm."
Lalu Rendi mengambil tasnya di kamar,Anita masih asyik makan sisa makanan tadi,karena sayang kalau tidak di habiskan.
Rendi keluar dari kamarnya,dia melangkah mendekat ke arah Anita yang berdiri menyambut tangannya bersalaman.
"Aku berangkat ya."ucap Rendi mencium kepala Anita.
Lalu dia keluar memasuki mobilnya yang terparkir di halaman rumah.Anita menghampiri Rendi yang sudah menjalankan mesin mobilnya,dia melambaikan tangannya lalu tersemyum tipis.
Rendi membalas lambaian tangan istrinya kemudian dia melajukan mobilnya menuju kantornya.
Anita masuk lagi ke dalam rumah,menjalankan rutinitas sebagai ibu rumah tangga.Walau terbatas geraknya,namun dia tidak mau rumah menjadi kotor dan tidak rapi.Setelah pekerjaannya selesia,dia berencana akan pergi ke pasar untuk belanja benerapa bahan makanan yang ingin dia buat nanti.
Jam sembilan sudah Anita selesai beres-beres rumah.Mencuci baju dan merapikan kamarnya serta menyapu rumah dan menanak nasi sedikit untuk nanti siang dia makan.
Karena sekali lagi Anita masih ragu dengan janji Rendi yang pulang di jam makan siang untuk mengantarnya berbelanja keperluan bayi.
Dia kini bersiap-siap untuk pergi belanja di pasar yang tidak terlalu jauh dari rumahnya.Hanya memakai celana longgar khusus ibu hamil serta kaos lengan sebatas siku.
Jika memakai baju seperti itu terlihat sekali tubuh besarnya,namun dia tidak peduli karena memang sedang hamil.
Anita berjalan kaki menuju pasar,hanya berjarak dua ratus meter lebih dari rumahnya jadi jalan kaki yang dia tempuh.Sembari melihat sekeliling pemandangan,sangat membuatnya puas dan senang jika berjalan kaki.
Lagi pula melatih dirinya untuk berjalan kaki yang sedang hamil bagus buat kesehatan.Agar nanti persalinan dan posisi bayi tepat di tempatnya.
Setelah sampai dia langsung menuju pedagang yang menjual bahan kue.Lalu menuju tempat penjual daging dan ikan.Kemudian setelah selesai menuju sayuran dan buah-buahan.
Agak banyak dia berbelanja,dan mungkin dia tidak bisa berjalan pulang dengan membawa banyak belanjaan.Jadi dia nanti menyewa becak yang selalu terparkir menunggu penumpang untuk menyewanya.
Tukang becak menghampirinya setelah Anita melambaikan tangan padanya.
"Becak bu?"tanya tukang becak itu.
"Iya,sampe kompleks perumahan ya bang."ucap Anita.
"Oke siap."
Lalu Anita naik ke kursi becak dengan pelan.Tukang becak itu membantu Anita naik karena kesusahan.Lalu tukang becak itu memasuk-masukkan belanjaan ke sisi Anita,di tata dengan rapi agar tidak terjatuh jika becaknya sudah berangkat.
Setelah selesia,becak baru berangkat ke tujuan yang di berikan Anita tadi.
Sepanjang perjalanan antara tukang becak dan Anita mengobrol ringan seputar berapa penumpang yang di dapat oleh tukang becak itu ketika mangkal di pasar setiap harinya.
Sampai di depan rumah,Anita memberikan ongkos naik becak dan turun dari becak.Mengambil belanjaannya di bawa ke depan rumah di bantu tukang becak karena belanjaannya memang banyak.
"Terima kasih bang."ucap Anita.
"Iya bu,sama-sama."
Lalu tukang becak pergi kembali ke pangkalannya di pasar mencari penumpang baru.Sedangkan Anita masuk ke dalam rumah sambil membawa barang belanjaannya.
_
_
_
☆☆☆☆☆
\=> 😉😊✌
Semenjak kejadian waktu Rendi lupa hari jadi universary pernikahannya,dia kini lebih memperhatikan istrinya walaupun sangat sibuk.
Dia mengusahakan bisa pulang cepat.Anita senang dengan perubahan suaminya itu.Dia berharap jika melahirkan nanti Rendi selalu mendampinginya memberi semangat padanya.
Dan kini kehamilan Anita sudah memasuki usia sembilan bulan,dia merasa canggung dan deg-degan memghadapi kelahiran anaknya nanti.
Tiga hari menjelang HPL,Anita sering jalan-jalan setiap pagi.Kadang di temani suaminya namun seringnya jalan sendiri karena Rendi harus berangkat kerja.
Ibunya pun sudah dia hubungi dan datang untuk membantunya nanti jika sudah melahirkan.
"Anita,baju-baju buat si kembar sudah kamu bereskan nanti di bawa ke rumah sakit?"tanya ibunya ketika menyiapkan perlengkapan bayi.
"Sudah bu,kemarin malam aku sudah bereskan semua.Tinggal perlengkapan mandi aja yang belum di masukkan ke dalam tas."jawab Anita.
Dia duduk di kursi goyang sambil melihat-lihat dan membaca artikel setelah melahirkan di mbah gugel.Dia sangat mempersiapkan hari kelahiran anak kembarnya sampai nama-nama dia cari di mbah gugel.
Rendi menyerahkan nama anaknya pada Anita,karena dia sering lupa dan kadang malas untuk cari-cari nama.
Anita yang sangat antusias menyambut kelahiran anaknya sedangkan Rendi biasa saja.Kadang Anita berpikir,apakah Rendi suaminya itu senang dengan kehamilannya?
Dari semenjak hamil pertama,Rendi tidak pernah terlihat bahagia.Atau memang Rendi itu tipe orang yang tidak romantis dan semuanya hanya dia rasakan sendiri di hatinya.
Namun jika di ingat lagi,awal menikah Rendi itu sangat manis perlakuannya.Baru setelah dia tahu Anita hamil jadi berkurang perlakuannya itu,walau kadang dia juga bersikap manis dan romantis.
"Ibu di sini sampai kamu melahirkan sepuluh hari ya,Anita.Ngga enak ibu ninggalin di rumah kosong terus.Kalau bisa sih kamu minta di carikan pembantu sama Rendi.Biar kamu fokus mengurus si kembar nanti."ucap ibu Anita menyarankan.
Anita diam,memang ada baiknya dia meminta suaminya itu untuk mencari pembantu di rumahnya.Mengurus si kembar dan juga mengurus rumah itu sangat merepotkan,lagi pula suaminya akan terabaikan nanti.
"Iya bu,nanti Anita coba bilang sama mas Rendi."ucap Anita.
_
Malam hari,pukul tujuh perut Anita terasa mules.Dia mencoba untuk buang air besar.Barangkali dia ingin BAB saja.Namun setelah di kamar mandi Anita tidak merasa buang air besar,tapi mulesnya semakin sering.
Dia ingat panduan di artikel,jika sudah memasuki hari kelahiran dan mules-mules maka cepat-cepat pergi ke bidan atau ke rumah sakit,itu tandanya waktu melahirkan sudah tiba.
Dan Anita pun keluar dari kamar mandi,dia bergegas menemui ibunya di kamarnya.
Tok tok tok
"Bu?"
"Ya,sebentar."
Lalu pintu kamar ibu Anita terbuka,dia melihat Anita meringis dan mengelus perutnya.
"Kamu sudah merasakan mules?"tanya ibu Anita.
"Iya bu,aku pikir cuma pengen BAB aja,tapi kok ngga keluar namun mulesnya semakin sering."ucap Anita masih menahan mulesnya.
"Ya berarti sudah mau melahirkan.Cepat kamu hubungi suamimu untuk segera pulang."
"Iya bu."
Lalu Anita mengambil ponselnya,menghibungi Rendi.Lama sambungan itu di jawab,hingga Anita tidak tahan dengan mulesnya.
Dia kirim pesan pada Rendi jika dia akan ke rumah sakit untuk melahirkan.
Setelah selesai mengirim pesan pada suaminya,Anita menghampiri ibunya yang sudah menyiapkan perlengkapan melahirkan.
"Bagaimana,apa suamimu sedang di jalan?"tanya ibunya ikut panik melihat Anita semakin meringis menahan sakit.
"Mungkin sedang di jalan bu,aku sudah kirim pesan kalau aku mau melahirkan.Biar nanti mas Rendi langsung datang ke sana aja.Kita pesan taksi aja ya bu,aku udah ngga tahan."ucap Anita.
"Ya udah,ayo kita kedepan cari taksi."ucap ibu Anita.
Lalu Anita di papah oleh ibunya untuk berjalan ke depan mencari taksi.Lama menunggu di pinggir jalan,akhirnya lewat juga taksi dan langsung di berhentikan.
"Mas ke rumah sakit ibu dan anak ya di jalan Mawar."kata Anita.
"Baik bu."ucap supir taksi itu.
Lalu Anita dan ibunya masuk ke dalam taksi,Anita masih meringis.Kini perutnya kram,dia menjerit pelan.
"Mas,cepat ya.Cucu saya sedah tidak sabar ingin cepat keluar."ucap ibu Anita.
"Iya bu,saya sudah menambah kecepatan mobilnya.Ibunya sabar dulu ya,sepertinya agak macet juga."jawab sopir taksi itu.
"Iya,cepat ya."
Lalu dengan sabar ibunya Anita masih mengelus-ngelus perut Anita yang sejak tadi kencang.
"Kamu tahan ya Anita,apa Rendi sudah ada kabar sampai di mana?"tanya ibunya.
"Ngga tahu bu,aku belum menghubunginya lagi.Sebantar aku coba lagi menghubungi."ucap Anita yang masih meringis.
Di ambilnya ponselnya dan menghubungi Rendi.Masih dengan jawaban tut tut,berulang kali Anita menghubungi tapi tetap saja belum di jawab.
"Kenapa akhir-akhir ini mas Rendi susah sekali di hubungi kalau sudah keluar rumah."gumam Anita.
"Kamu bicara apa,Anita?"tanya ibunya yang tahu gumaman Anita.
"Ngga bu,ini mas Rendi susah sekali di hubungi.Apa di kantornya sibuk banget ya."
"Mertua kamu sudah di hubungi?"
"Sudah bu,tapi bapak sudah sepuh jadi mana bisa beliau datang sendirian.Katanya nanti kalau sudah lahiran dan sudah pulang ke rumah bisa jenguk cucunya."ucap Anita.
Dia semakin gelisah dan cemas,pikirannya kemana-mana tentang suaminya.Hatinya juga sedih,kenapa di saat genting seperti ini suaminya susah sekali di hubungi.
Tidak seperti janjinya dulu,jika dia merasa ingin melahirkan langsung menghubunginya dan dia pun akan cepat menjawabnya.Tapi sekarang,malah susah sekali di hubungi.
Mobil berhenti di depan rumah sakit Ibu dan Anak,cepat-cepat ibu Anita membawa anaknya menuju UGD untuk segera di tangani.Setelah mendaftar di bagian pendaftaran.
Anita masih meringis menahan sakit yang menderanya.Deringan telepon di ponselnya berbunyi nyarinh,Anita mengambil ponselnya dan melihat siapa yang menelepon.
Bapak Mertua.
Anita mendengus kasar,kenapa di saat genting begini yang jauh malah jadi lebih perhatian.
"Halo bapak,ada apa?"
"Kamu katanya mau melahirkan?"
"Iya pak,ini sudah ada di rumah sakit."
"Rendi sudah datang?"
Anita diam,menahan sakit di pinggulnya juga hatinya ketika mertuanya menanyakan anaknya.Kalau jujur Rendi belum datang,pasti mertuanya akan khawatir.
"Halo Anita,Rendi sudah datang?"tanya mertuanya lagi.
"Sedang di jalan pak,menuju ke rumah sakit."ucap Anita berbohong.
Padahal dia tidak tahu sedang apa suaminya itu.
"Ya sudah,semoga lahirannya lancar ya.Maaf bapak ngga bisa mendampingimu melahirkan."
"Iya pak,ngga apa-apa."
Lalu telepon di tutup.Anita semkin meringis,perawat yang tadi menanganinya kini sedang memanggil dokter kandungan.
Telepon Anita berbunyi lagi,dia melihat nama Rendi di sana.
"Halo."
"Kamu sudah di rumah sakit?"
"Iya."
"Ya udah,aku langsung ke rumah sakit."
Teleponpun di tutup,kini Anita di tangani langsung oleh dokter kandungan.Ibunya baru datang setelah selesai mengurus administrasinya.
"Saya periksa dulu ya bu."ucap dokter setelah Anita sudah masuk ke dalam ruang bersalin.
Dokter memeriksa pembukaan,tangannya dia masukkan ke dalam jalan lahir.Dia meraba dengan teliti,namun ternyata masih lama.
"Masih pembukaan empat bu,di tunggu aja ya."ucap dokter.
"Tapi dok,saya sakit banget perutnya.Serasa mau keluar dede bayinya."
"Iya,di tunggu sampai nanti jam sembilan.Pembukaan empat itu bisa sampai dua jam tiga jam menuju pembukaan sepuluh kalau normal ya.Tapi jika belum nambah-nambah sampai jam sembilan ,ya terpaksa harus di ambil segera dengan cara sesar."terang dokter.
Tentu saja Anita tidak mau lahir sesar,dia ingin normal.Dia akan berusaha untuk lahir normal walau dua bayi sekaligus.
"Dokter,saya pengen lahir normal."ucap Anita.
"Ibu coba jalan-jalan sebentar,bisa nambah pembukaan juga.Kita tunggu sampai jam sepuluh jam sebelas nanti ya."ucap dokter.
"Iya dokter."ucap Anita.
Lalu dokter membiarkan Anita berjalan-jalan di sekitar ruang bersalin di temani ibunya.Pikirannya masih pada suaminya,dan sesekali dia melongok ke lorong rumah sakit berharap suaminya cepat datang.
Anita kembali meringis,dia semakin kesakitan dan berjongkok.Ibunya dengan sabar menuntun dan memberinya semangat.
Sampai pukul sepuluh,Rendi belum juga datang.Anita semakin pasrah saja,dia kini masuk ruang bersalin di dampingi ibunya.Dokter masuk dengan tiga perawat yang mendampingi dan membantu melahirkan.
"Pembukaan baru delapan,tunggu satu jam lagi ya."ujar dokter.
"Dokter,saya sudah tidak tahan lagi dok.Huh huh huh."ucap Anita nafasnya memburu.
"Iya saya tahu itu,ibu yang sabar ya.Katanya ibu mau lahiran normal.Suaminya kemana ya bu,dari tadi belum kelihatan."ujar dokter heran.
"Lagi di jalan menuju kemari,dok.Mungkin sebentar lagi datang."ujar Anita di sela rasa sakitnya yang mendera.
"Seharusnya suaminya selalu mendampingi dari awal kontraksi.Biar ibu juga ada yang nyemangati,dan kuat.Lagi pula kalau ada apa-apa kan suaminya yang bertanggung jawab."ujar dokter lagi.
"Iya dokter."hanya untuk menenangkan dokter dan dirinya saja.
Padahal dia juga merasa sedih,di saat dia sedang berjuang suaminya tidak muncul juga.
Baru selesai bicara seperti itu,Rendi muncul dari balik pintu.Dia bergegas memghampiri Anita yang masih kesakitan untuk menambah pembukaan.
"Nah ini bapaknya,pak kalau bisa dampingi ibu dari awal ya.Kasihan,ibu butuh semangat untuk melahirkan dari suaminya.Setiap perempuan jika melahirkan pasti ingin di dampingi oleh suaminya."ucap dokter.
"Iya dokter.Maaf saya kerja dan sedang sibuk banget dengan kerjaan saya."ucap Rendi.
"Tapi istri anda lebih di prioritaskan jika mau melahirkan pak.Bisa di tinggalkan sejenak untuk menemani istri anda melahirkan,saya rasa bos anda juga mengerti keadaan bapak yang istrinya mau melahirkan,pasti di izinkan pulang lebih cepat."ujar dokter lagi dengan panjang lebar.
Rupanya dokter sejak tadu memperhatikan Anita yang gelisah suaminya belum juga datang.Rendi hanya diam saja.
Dokter kemudian membimbing Anita untuk berispa mengejan karena pembukaan sudah sempurna.Rendi berdiri di samping Anita dengan mertuanya.
Satu jam sudah,hingga bayi kembar keluar dengan selamat.Semua nampak lega dan bersyukur.
_
_
_
❤❤❤❤❤
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!