“Kenapa kamu tega lakuin ini sama aku, apa salah aku sama kamu, semua sudah aku berikan kepada kamu, termasuk kehidupanku selama ini”. Ucap Renatta sambil memegang surat undangan yang bertulis nama kekasihnya.
Renatta menangis tergugu tidak menyangka orang yang selama ini sangat dia percaya dan cintai tega mengkhianatinya seperti ini. Apalagi dia tega berkhianat dengan sahabatnya sendiri yang sudah dia anggap seperti saudara sendiri.
“Aku tidak akan pernah melupakan semua ini, aku pasti balas semua apa yang sudah kalian lakukan terhadapku dan akan aku pastikan kalau kalian akan menyesal sudah melakukan semua ini terhadapku”
Di tengah tangisnya yang tergugu tiba tiba terdengar suara ketukan pintu dari luar
“Iya bik, sebentar”. Renatta berjalan kearah pintu sambil menyeka air matanya.
”Non tuan non tuaannn…..” ucapnya sambil raut muka kecemasan dan kesedihan yang begitu ketara.
“Apa yang terjadi dengan papah bik, kenapa bibi terlihat sedih” raut khawatir jelas terlihat di wajah Renatta melihat Bi Ani yang menjeda ucapannya dengan suara tangisan.
“Tuan Brata mengalami kecelakaan dan sekarang sedang dibawa ke rumah sakit, kondisinya saat ini cukup memprihatinkan….”
Renatta sudah tidak bisa lagi mendengar kelanjutan dari perkataan yang diucapkan Bi Ani, telinganya tiba – tiba terasa berdengung dan semuanya menjadi gelap”
.
.
“ughh” Renatta memegangi kepalanya yang terasa sangat berat.
“Non Renatta sudah sadar, akhirnya non Renatta sadar” Dengan cepat Bi Ani memberikan air minum ke Renatta.
“Bi tadi aku bermimpi kalau Bi Ani mengatakan papah kecelakaan dann saat ini sedang di rumah sakit, itu hanya mimpi kan” Gumannya dengan raut penuh harap.
“Itu non…..” Sebelum Bi Ani menyeleseikan perkataanya pintu kamar lebih dulu dibuka.
“Maaf non Renatta harus segera ke rumah sakit keadaan tuan Brata semakin memburuk dan beliau ingin segera bertemu dengan anda ada hal penting yang harus dibicarakan” Ucapnya sambil menatap Renatta dengan sendu.
“ Jadi semua ini bukan mimpi, jadi… ini semua benar tentang papah yang kecelakaan dan tentang Robert yang tega mengkhianati aku” air mata seketika tumpah kembali.
Renatta langsung bangkit dari tidurnya tanpa mempedulikan rasa sakit di kepalanya, dia langsung menuju keluar rumah tanpa mempedulikan teriakan dari Bi Ani dan asisten pribadi papahnya, tapi sebelum tangannya menggapai pintu mobilnya tangannya sudah ditahan terlebih dahulu oleh Bi Ani.
“ Non biar tuan Regan yang menyetir mobilnya, saya khawatir dengan kondisi non yang kurang sehat akan berbahaya jika non Renatta menyetir mobil sendirian”.
Renatta menurut dan langsung masuk dan duduk di kursi penumpang bersama Bi Ani. Disepanjang perjalanan Renatta tidak berhenti menangis dan terus khawatir dengan kondisi papahnya, Bi Ani berusaha menenangkan Renatta yang dari tadi tidak bisa berhenti menangis.
Sesampainya di rumah sakit Renatta langsung berlari ke ruangan ayahnya yang sudah dia ketahui dari asisten papahnya, bertepatan dengan itu Renatta melihat seorang dokter baru saja keluar dari ruang inap papahnya.
“ Dok bagaimana keadaan papah saya” Ucapnya dengan nada syarat penuh dengan kekhawatiran.
“ maaf saya harus mengatakan ini, keadaan tuan Brata cukup buruk, karena benturan cukup keras dan mengenai jantungnya apalagi dilihat dari riwayat penyakitnya tuan brata yang pernah mengalami gagal jantung jadi itu memperburuk keadaannya”.
Tangisan Renatta semakin tidak bisa terbendung lagi dengan langkah gontai Renatta masuk ke ruang rawat papahnya. Dipandangnya wajah papahnya yang terlihat pucat, tidak ada lagi senyuman yang selalu ditunjukkan kepada Renatta, hanya terlihat wajah pucat yang penuh luka.
Renatta menggenggam erat tangan papahnya sambil berguman “ papah harus segera bangun pah, jangan tinggalin aku, Renatta sudah tidak punya siapa siapa lagi selain papah, hiks, hiks, hiks….” Sambil membenamkan wajahnya di samping tubuh sang papah.
Tak beberapa lama terasa gerakan dari tangan papahnya yang membuat Renatta mendongak sambil melihat mata papahnya mulai terbuka “papah sudah sadar, Renatta panggilkan dokter sebentar pah” Sebelum Renatta pergi tangannya digenggam oleh papahnya terlebih dahulu.
“Renatta..” Ucap tuan Brata pelan
Renatta langung mengurungkan niatnya untuk keluar dari ruang perawatan.
“Iya pah, ada yang sakit atau papah ingin minum” Tuan Brata menggeleng.
“ Ada yang ingin papah katakana kepada kamu, sebenarnya kamu bukan anak kandung papah” Jeda sebentar sambil melihat raut wajah Renatta yang terlihat terkejut dan syarat akan ketidakpercayaan.
“ Papah bohong kan, ini nggak mungkin Renatta nggak percaya Rena…..” Renatta tidak sanggup lagi melanjutkan perkataannya karena masih dengan rasa terkejutnya.
“ Papah mohon dengarkan penjelasan papah, walaupun kamu bukan anak kandung papah tapi papah sama mamah sangat sayang sama kamu, apapun akan papah lakukan buat kebahagiaan kamu, termasuk melindungi harta warisan papah yang papah wariskan ke kamu, kamu bisa tanyakan semuanya ke asisten papah Om Regan” Jedanya sambil mengatur nafasnya akibat terlalu banyak berbicara.
.
.
.
Renatta termenung di luar kamar tempat papahnya dirawat, dia masih memikirkan semua perkataan yang diucapnya papahnya dan asisten papahnya Om Regan sangat sulit dipercaya tentang semua fakta fakta yang hari ini dia dengar.
Flashback
“Non Renatta” Renatta mendongak menatap orang yang memanggil namanya, ya dia Om Regan asisten papahnya.
“Apa ada yang ingin non tanyakan ke saya, saya yakin tuan Brata sudah menceritakan semuanya ke non Renatta” sambil duduk di samping Renatta.
“ Saya bekerja dengan tuan Brata sejak muda, sejak tuan Brata belum menikah, selama 5 tahun tuan Brata dan nyonya Anisa sangat mengharapkan kehadiran seorang anak tapi fakta kalau nyonya Anisa akan sulit memiliki anak membuat tuan Brata dan nyonya Anisa sedih, hingga suatu ketika setelah pulang dari bekerja saya dan tuan Brata menemukan sebuah kardus yang didalamnya terdapat seorang bayi yaitu non Renatta” Jedanya sambil melirik raut muka Renatta yang terlihat dingin tapi penuh dengan kelelahan.
“ Tuan Brata langsung membawa non Renatta pulang dan menganggap ini adalah anugrah yang diberikan Tuhan kepadanya dan nyonya Anisa, sesuai dugaan nyonya Anisa sangat bahagia menyambut kehadiran non Renatta dan menganggap non Renatta sebagai anak kandungnya” Ucapnya sambil membayangkan bagaimana senangnya tuan dan nyonyanya saat kehadiran Renatta saat itu.
“Lalu apa maksud papah masalah harta warisan yang mungkin tidak bisa langsung aku dapatkan” Ucap Renatta dengan suara pelan.
“ Soal harta warisan tuan Brata yang akan diwariskan ke non Renatta tidak akan dengan mudah non Renatta dapatkan sebab nyonya Inggit adik dari tuan Brata sangat menginginkan harta tuan Brata saat mengetahui bahwa anda bukan anak kandung tuan Brata”.
“ Lalu apa yang harus aku lakukan untuk mempertahankan harta yang papah wariskan kepadaku”.
“ Nona Renatta harus segera menikah dan segera memilki seorang anak untuk memperkuat posisi non Renatta sebagai pewaris tunggal dari tuan Brata”.
“menikah?” ucap Renatta lebih meyakinkan apa yang dikata asisten ayahnya hanya anggukan kepala yang Renatta yang dapatkan.
Flashback end
“Huhh kenapa hidupku jadi serumit ini” Guman Renatta sambil memejamkan matanya sampai matanya terbuka kembali ketika mendengar perkataan tajam seorang pria didepan meja administrasi.
“ Saya akan melunasi pembayaran tapi tolong selamatkan nyawa ibu saya terlebih dalu”.
“ Maaf tapi itu sudah prosedur dari rumah sakit bahwa pasien akan dilakukan operasi jika keluarga pasien bisa membayar separuh dari biaya operasi”.
Itulah perkataan yang Renatta dengar dari obrolan antara suster dan seorang pria yang membelakanginya. Hingga punggung pria itu berbalik dan tatapan merekapun bertemu”tampan” Itulah kata pertama yang Renatta ucapkan ketika melihat rupa pria tersebut.
Hingga tanpa sadar langkahnya berjalan menghampiri pria itu yang saat ini sedang bersandar didinding sambil menundukkan kepalanya.
“ Apakah ada yang bisa aku bantu, aku merasa kamu sedang membutuhkan sebuah bantuan”
Lama Renatta menunggu jawaban dari pria tersebut.
“ Apa imbalan yang kamu inginkan, aku yakin tidak mungkin kamu menawarkan bantuan tanpa adanya imbalan” Guman pria tersebut dengan tatapan dinginnya.
“ Menikahlah denganku, maksudnya aku akan melunasi semua biaya operasi ibumu jika kamu mau menjadi suami bayaranku dan kontrak kita akan berakhir jika aku sudah berhasil mengandung dan melahirkan seorang anak” Ucap Renatta tanpa ragu sedikitpun.
“ Apa kamu yakin menawarkan sebuah pernikahan kepadaku” dengan senyum smirk yang tidak dapat dilihat oleh Renatta.
.
.
.
TBC
“Ibu harus bertahan, ibu tidak boleh pergi dulu sebelum aku membalaskan semua yang terjadi kepada kita” Ucap Devan sambil menggenggam tangan ibunya yang sudah mulai dingin.
Devan baru melepaskan tangan ibunya setelah ibunya dibawa masuk ke ruang UGD, Dia tidak akan dengan mudahnya melupakan kejadian kejadian yang membuatnya menjadi seperti ini.
Tidak lama kemudian ruang UGD terbuka dan menampakkan seorang dokter keluar dari ruangan tersebut .“Keadaan ibu anda cukup mengkhawatirkan, penyakitnya mulai kambuh lagi dan harus segera diambil tindakan operasi kalau tidak keadaan terburuk yang tidak diinginkan bisa saja terjadi”
“Berapa biaya yang dibutuhkan untuk operasi ibu saya” Ucap Devan sambil menatap dokter tersebut dengan tatapan yang memancarkan kekhawatiran.
“Anda bisa menanyakan langsung ke bagian resepsionis.” Sambil menunjuk tempat resepsionis berada.
Tanpa bertanya lagi Devan langsung menuju tempat resepsionis “Permisi, berapa biaya yang dibutuhkan untuk biaya operasi atas nama Nyonya Vira Ariana, pasien yang sekarang masih berada di ruang UGD.”
“Pasien atas Nyonya Vira Ariana membutuhkan biaya operasi sekitar 105 juta” Ucapnya sambil memberikan rincian biaya operasi.
Terkejut itulah yang dialami Devan saat itu, Dia bingung harus mencari uang sebanyak itu dari mana, dia tidak mungkin meminjam uang ke orang itu, orang yang seharusnya bertanggung jawab penuh atas kehidupannya dan ibunya.
“ Saya akan melunasi pembayaran tapi tolong selamatkan nyawa ibu saya terlebih dahulu”.
“ Maaf tapi itu sudah prosedur dari rumah sakit bahwa pasien akan dilakukan operasi jika keluarga pasien bisa membayar separuh dari biaya operasi”
“Apakah uang lebih penting daripada nyawa seseorang, apa kalian ingin menyalahi semua prosedur yang ada di rumah sakit ini” Devan mulai meninggikan suaranya.
“Sekali lagi kami minta maaf tuan” tanpa mendengar dengan jelas ucapan pegawai resepsionis tersebut Devan segera beranjak mendekati ruang UGD tersebut dan menyandarkan tubuhnya di tembok.
Tidak berapa lama dia merasa ada seseorang mendekatinya “Apakah ada yang bisa aku bantu, aku merasa kamu sedang membutuhkan sebuah bantuan.”
Devan seolah tidak mempedulikan ucapan wanita tersebut, sampai akhirnya dia penasaran dan menaikan wajahnya agar dia bisa melihat wajah wanita yang berbicara kepadanya.
“ Apa imbalan yang kamu inginkan, aku yakin tidak mungkin kamu menawarkan bantuan tanpa adanya imbalan” Ucap Devan dengan tatapan dinginnya.
“ Menikahlah denganku, maksudnya aku akan melunasi semua biaya operasi ibumu jika kamu mau menjadi suami bayaranku dan kontrak kita akan berakhir jika aku sudah berhasil mengandung dan melahirkan seorang anak”
Ucap wanita tersebut tanpa ada keraguan sedikitpun.
“ Apa kamu yakin menawarkan sebuah pernikahan kepadaku” dengan senyum dinginnya yang tidak dapat dilihat oleh wanita tersebut.
“Aku sangat yakin dan aku juga sangat perlu bantuanmu, anggap saja kita sebagai pihak yang akan saling diuntungkan, aku akan mecapai keinginanku dan kamu juga bisa membiayai pengobatan ibumu sampai ibumu sembuh”.
Lama Devan terdiam, akhirnya dia menyetujui permintaan wanita tersebut demi ibunya dan juga demi sesuatu yang sudah Devan tunggu selam ini “Ya, aku setuju”.
“Hmm…. Aku rasa kita perlu memperkenalkan diri, perkenalkan namaku Renatta Desinta Maharani” Ucapnya sambil mengulurkan tangan ke Devan.
Tapi Devan tidak menanggapi uluran tangan tersebut “Devandra, kamu bisa memanggilku Devan”.
“Ah iya Devan, ini kartu namaku kamu bisa menghubungiku dan kita akan membicarakan masalah kesepakatan dan perjanjian pernikahan yang akan kita jalani” Ucap Renatta sambil mengulurkan kartu nama ke Devan.
Devan mengambil kartu nama yang disodorkan Renatta, tanpa mengucapkan sepatah katapun, kemudian Renatta pamit untuk pergi dan kembali ke ruang rawat inap papahnya, tapi sebelum kembali ke ruang rawat inap papahnya, Renatta terlebih dahulu menuju ke meja resepsionis dan menyerahkan sebuah kartu ATM ke pegawai resepsionis tersebut.
“Ternyata aku tidak perlu bersusah payah untuk masuk di kehidupannya, bahkan dia sendiri yang menawarkan diri kepadaku untuk masuk ke kehidupannya”ucap Devan dalam hatinya.
Tidak berselang lama seorang suster menghampirinya dan mengatakan akan segera melakukan operasi kepada ibunya, dan mengatakan bahwa biaya operasi sudah dibayar oleh seseorang atas nama Renatta.
“Ah ternyata kamu benar benar menepati janjimu, tapi sayangnya secara tidak langsung kau sudah membawa kehidupanmu kepada orang yang salah” tatapan Devan semakin menajam menatap bayangan seseorang yang sudah mulai tidak terlihat lagi.
.
.
.
Setelah kurang lebih tiga jam Devan menunggu di depan ruang operasi tidak lupa lampu depan ruang operasi menyala menandakan bahwa operasi sudah selesei dilakukan.
Devan lalu menghampiri dokter yang baru saja keluar dari ruang operasi “Bagaimana keadaan ibu saya dok?”.
“Operasi yang dijalankan Nyonya Fira berjalan lancar, kami akan segera memindahkannya ke ruang rawat inap”.
“Terima kasih dok” Ucap Devan dengan rasa penuh kelegaan, bagaimanapun ibunya adalah kekuatannya selama ini untuk tetap bertahan hidup dan menjadi kekuatannya untuk membalaskan dendam - dendamnya kepada orang – orang yang sudah membuat hidupnya dan ibunya menderita.
.
.
.
Di ruang rawat inap ibunya Devan tidak melepas genggaman tangannya di tangan ibunya, “Ibu harus segera sadar dan melihat bagaimana Devan membalaskan semua rasa sakit yang kita alami selama ini bu”.
Devan mengeluarkan kartu nama yang sedari tadi dia taruh disaku kemejanya, dengan tatapan dinginnya dia memandang kartu nama itu dengan tajam “Renatta Desinta Maharani, selamat datang di kehidupan Devandra Narendra Abimana”.
Kemudian dia memasukkan kembali kartu nama tersebut ke saku kemejanya, ingatannya kembali di masa dimana penderitaannya dan ibunya bermula, Tiba tiba ponsel di saku celananya berbunyi seketika lamunan tentang masa lalunya hilang seketika.
“Hallo”
“……….”
“Aku akan segera datang kesana”
“……….”
Setelah sambungan telfon tertutup Devan kembali lagi ke ruang rawat inap ibunya “Aku harus pergi bu, besok pagi aku akan kembali lagi kesini” Ucap Devan sambil mencium tangan ibunya
.
.
.
Devan melempar kartu nama Renatta di meja “Aku tidak perlu susah payah untuk menjeratnya, dia sendiri yang menawarkan sebuah pernikahan kepadaku”.
“Aku harap kamu tidak berlebihan kepadanya, dia bukan target utama balas dendammu” Ucap pria didepannya.
Devan hanya menanggapi dengan senyum tipisnya dia tidak menanggapi perkataan pria didepannya karena baginya balas dendam ini akan setimpal dengan apa yang dialaminya selama ini.
“Aku harap kamu benar benar mempertimbangkan balas dendammu ini, aku melihat dia wanita baik, dan tidak sepantasnya dia menjadi ajang balas dendammu” Peringat pria itu kembali kepada Devan.
“Aku tidak butuh nasehat apapun darimu, aku hanya mau kamu membantuku mencari tahu apa yang harus kamu cari tahu” Ucap Devan lalu meninggalkan pria tersebut sendiri.
"Setidaknya aku pernah mengingatkanmu, aku berharap kelak kamu tidak menyesal jika mengetahui kebenaran apa yang sudah terjadi."
Ucap pria tersebut dengan pelan yang tentu saja tidak didengar Devan.
.
.
.
TBC
Di sepanjang lorong rumah sakit Renatta terus tersenyum, sejenak dia melupakan beberapa masalah yang saat ini dihadapinya “Ah aku benar benar sudah gila bagaimana bisa aku menawarkan sebuah pernikahan ke seseorang yang tidak sama sekali aku kenal”
Renatta terus berjalan sampai dia berhenti di depan kamar rawat papahnya, sebelum dia masuk tiba tiba pintu ruangan terbuka “Non Renatta dari mana saja dari tadi Tuan Brata menanyakan keberadaan anda”
Renatta tidak menjawab pertanyaan dari Regan
“Apa papah sudah siuman om?”
“Papah anda sudah siuman dari sekitar 15 menitan yang lalu”
“Apa om Regan besok ada waktu, ada hal penting yang ingin saya bicarakan kepada anda”
“Tentu saja, besok nona bisa menemui saya di kantor atau saya akan datang lagi ke rumah sakit”
“Besok saya akan datang ke kantor saja, kalau begitu sampai berjumpa besok dan saya permisi untuk masuk menemui ayah” Ucap Renatta sebelum masuk ke ruang rawat inap ayahnya.
Renatta tersenyum melihat papahnya yang menatap ke arahnya “papah sudah siuman, ada yang ingin Renatta bicarakan ke papah”.
Tuan Brata meraih tangan Renatta dan digenggamnya penuh kasih sayang “Apa yang ingin kamu katakan, katakanlah”
Sedikit gugup Renatta mengatakan bahwa dia telah menemukan calon suami yang akan membantunya dari rencana Tante Inggit.
“ Apa kamu yakin kalau dia benar benar laki laki yang baik dan bisa dipegang kepercayaannya, papah hanya tidak ingin kamu salah pilih walaupun itu hanya pernikahan kontrak”
“Papah tidak usah khawatir Renatta yakin kalau dia pria baik yang bisa dipercaya” Ucap Renatta meyakinkan ayahnya.
“Kamu tahu kan keadaan Papah semakin memburuk sebelum terjadi hal buruk terjadi pada ayah, Papah hanya berharap kamu segera menikah dengan pria itu jika kamu memang benar benar yakin”
“Papah akan sehat dan pulih kembali, jangan membuat Renatta takut pah” Renatta semakin mengeratkan genggaman tangan papahnya, dan papahnya hanya menanggapi dengan senyuman.
.
.
.
Keesokan harinya Renatta terbangun dengan bunyi ponselnya yang cukup nyaring, dia bergegas segera mengangkat telfonnya karena takut mengganggu tidur papahnya.
“Hallo”
“aku sudah menyetujui dan menyepakati pernikahan kontrak kita, bisakah kita segera bertemu dan membicarakan surat perjanjiannya” Ucap pria diseberang telfon yang tak lain adalah Devan.
“Ah baiklah, nanti kita akan membicarakannya secara langsung, kita akan bertemu di café sekitar sini, aku akan mengirimkan lokasinya”
“Ya” Jawab Devan singkat kemudian menutup sambungan telfonnya.
Renatta menatap ponselnya dengan tidak percaya, bagaimana ada manusia sengirit bicara seperti Devan, baru kali ini Renatta bertemu dengan pria seperti Devan padahal biasanya semua pria akan bersikap ramah dan penuh basa basi jika berbicara dengannya, tidak mau terlalu memikirkan Devan, Renatta segera beranjak pulang dan menemui Om Regan di kantor, sebelum pulang dia sudah berpesan kepada salah satu suster yang menangani papahnya bahwa dia akan kembali ke rumah sakit nanti siang.
.
.
.
Renatta sudah siap untuk bertemu dengan Om Regan dan setelahnya dia akan menemui Devan Untuk membicarakan kelanjutan pernikahan mereka.
Renatta sudah sampai terlebih dahulu di depan kantor papahnya, Renatta masuk disambut dengan sapaan beberapa karyawan papahnya yang memang sudah mengenal Renatta sebagai anak semata wayang Tuan Brata, Renatta langsung masuk ke lift yang mengarahkannya ke lantai paling atas gedung kantornya.
“Selamat siang Nona Renatta, anda sudah ditunggu Tuan Regan diruangan direktur” Ucap sekretaris ayahnya kepada Renatta.
“Oh baiklah, saya masuk dulu” Renatta berjalan masuk keruangan direktur.
“Selamat siang nona”Ucap Om Regan dengan sedikit menundukkan kepalanya
Renatta membalas sapaan Om Regan dan langsung mendudukkan dirinya, sambil mengeluarkan beberapa lembar kertas yang berisi tulisan tangan Renatta.
Regan membaca setiap tulisan yang tertulis di kertas tersebut “Maksudnya apa ini nona?”
“Seperti yang kamu baca itu adalah surat perjanjian nikah yang akan saya lakukan, dan saya ingin kamu membuat surat kontrak resmi untuk saya”
“Apa anda yakin dengan keputusan anda, jika memang pernikahan ini anda lakukan untuk mencegah perbuatan Nyonya Inggit, kita bisa mencari solusi lain”
“saya sangat yakin, bukankah ini jalan terbaik untuk mencegah Tante Inggit dan menggagalkan rencana Tante Inggit untuk menguasai harta papah”
“Kalau memang anda yakin saya tidak bisa mencegahnya, tapi saya harap anda juga perlu berhati – hati dengan pria tersebut karena anda belum mengenal lebih jauh siapa pria itu sebenarnya”
“Om Regan tidak perlu khawatir saya yakin semuanya akan baik baik saja” Ucap Renatta dengan penuh keyakinan.
“Baik anda bisa menunggu sebentar saya akan segera membuatkan surat kontrak untuk anda” Regan beranjak dari duduknya dan segera membuat surat kontrak sesuai dengan permintaan Renatta
.
.
.
Sekarang Renatta sudah duduk berhadapan dengan Devan, Renatta langsung menyerahkan surat kontrak pernikahan yang akan mereka lakukan.
...Surat Kontrak Pernikahan...
Pasal 1
Pernikahan akan berlangsung selama 2 Tahun dimulai sejak hari pertama pernikahan.
Selama pernikahan kedua belah pihak harus berperan sebagai suami istri sesungguhnya di depan umum.
Kedua belah pihak tidak boleh ada yang melanggar ketentuan ketentuan pernikahan
Pasal 2
Suami tidak boleh ikut campur urusan istrinya begitupun istri tidak boleh ikut campur urusan suami.
Tidak boleh ada orang ke tiga baik itu dari pihak suami maupun istri.
Tidak boleh ada yang mengetahui pernikahan kontrak ini selain dari keluarga dekat.
Pasal 3
Pihak perempuan akan membayar uang 1 Miliyar kepada pihak laki - laki jika kontrak bisa selesei dengan baik sampai waktu 2 Tahun
Jika salah satu dari pihak ada yang melanggar kontrak maka pihak lainnya bisa menuntut pihak yang telah melanggar kontrak.
Kontrak bisa berakhir lebih cepat jika pihak perempuan segera hamil dan melahirkan maka kontrak bisa berakhir satu bulan setelah kelahiran.
Pihak perempuan akan tetap membiayai kesembuhan orang tua dari pihak laki – laki.
“Jika ada keberatan masalah isi kontrak kamu bisa menambahkan atau mencoret salah satu isi kontrak pernikahan itu” Ucap Renatta dengan memandang Devan yang hanya diam setelah membaca surat kontrak tersebut.
Tanpa menjawab perkataan Renatta, Devan segera menandatangani surat kontrak tersebut.
“Ya aku menyetujui surat kontrak itu, kamu bisa tentukan kapan pernikahan itu segera dilakukan”. Ucap Devan masih dengan nada dinginnya.
Sebelum Devan beranjak dari duduknya Devan, Renatta segara menghentikan Devan “satu minggu dari sekarang, ya pernikahan kita akan diadakan satu minggu dari sekarang”
Sedikit menoleh Devan berucap “Ya”.
Renatta hampir saja mengumpati Devan, kalau bukan karena keadaan mana mau Renatta menikahi manusia kulkas seperti Devan walaupun memang Renatta akui bahwa Devan memang tampan tapi sayangnya tidak dengan sifatnya yang terlampau dingin.
.
.
.
TBC
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!