NovelToon NovelToon

IVONA: 1Nama 2Dunia

1. Merasa Tidak Asing

Rumah Sakit Jiwa

"Menjeritlah, aku suka mendengar teriakan dan rintihan kalian!" ucap seorang pria bertubuh tambun dengan jemawa, diiringi tawa yang lebih menyeramkan dari auman serigala.

Berkali-kali pukulan dan makian dilontarkan pria tambun pada gadis yang sudah tidak berdaya itu. Tak ada yang bisa mendengar setiap jeritannya di dalam rumah sakit jiwa ini. Suaranya terkurung kokohnya dinding rumah sakit yang sudah berubah menjadi seperti neraka.

Pria itu terus tertawa gila melihat korbannya tak berdaya. Dia menikmati setiap rintihan kesakitan dari gadis yang dia siksa.

Perlahan, jemari gadis yang pingsan di lantai sedikit bergerak, matanya perlahan membuka. Dengan sisa tenaganya, tiba-tiba gadis itu terbangun, dan tangannya memegangi kepalanya yang terasa sangat sakit. Menyadari dirinya belum mati, dia mengedarkan pandangannya. Aneh, dia menemukan dirinya berada di tempat asing.

Belum sempat dia bereaksi, terdengar suara pria yang membuat orang bergidik dari belakangnya, "Eh, si ja lang kecil sudah bangun rupanya."

Ivona menoleh ke belakang, dia melihat seorang pria paruh baya yang gendut melempar gadis di tangannya, lalu berjalan ke arahnya. Ivona tiba-tiba merasa pemandangan ini sangat familiar, muncul sebuah tebakan di dalam hatinya.

"Siapa kamu?" tanya Ivona bingung.

"Ivona, pura-pura hilang ingatan, ha!" jawab pria itu, yang membuat Ivona semakin bingung.

"Dua hari yang lalu bukannya kamu masih bilang kalau kamu itu Nona Muda keluarga Iswara? Dasar banyak tingkah!" ucap pria itu dengan nada mengejek.

Setelah mendengarnya, raut wajah Ivona semakin bingung. Dia yakin ada yang salah dengan dirinya. Kepalanya terasa semakin sakit, hingga ia kembali memegangi kepalanya dan sedikit memijitnya.

Terlintas dalam ingatannya potongan-potongan kejadian yang menggambarkan situasi ini. Rumah sakit jiwa, pria tambun yang kejam, gadis yang tersiksa. Semua adalah kejadian yang sama persis dari novel yang ia baca sebelum ia tertidur.

Novel yang diberikan oleh sekretarisnya beberapa hari yang lalu, sebagai hadiah ulang tahun. Novel yang isinya bertentangan dengan sebagian besar alur romantis yang menjadi trend saat ini.

Oh ... ya, bukankah nama tokoh di dalam novel itu pun sama dengan namanya, Ivona Carminda. Entah kebetulan, ataukah takdir menjadikannya demikian.

Apakah ini juga sebuah kebetulan. Apakah kini dirinya sedang berada di dalam tubuh Ivona, gadis menyedihkan yang tersiksa di dalam novel?

Ivona, gadis introvert yang tumbuh besar tanpa kasih sayang orang tua karena keluarganya salah menggendong bayi di rumah sakit mengharuskannya tinggal di panti asuhan. Saat usianya tujuh belas tahun, keluarganya menemukan dia kembali dan membawanya ke rumah keluarga Iswara. Cinta dan kasih sayang yang dia harapkan akan ia dapatkan dari keluarganya, nyatanya tidak pernah ada.

Vaya Carminda, anak yang tertukar itu telah menggantikan posisinya dan merebut cinta seluruh keluarganya. Semua kakak-kakaknya lebih menyayangi Vaya daripada dirinya. Gadis yang bersikap bak malaikat di depan semua keluarga, tapi berhati iblis itu telah menjadikannya tersisih.

Vaya memanfaatkan kasih sayang dan kepercayaan ketiga kakak laki-laki Ivona dengan mengatakan jika Ivona menderita gangguan jiwa, sehingga harus dikirim ke rumah sakit jiwa untuk pengobatan mentalnya. Di sanalah Vaya menyiksa Ivona perlahan-lahan dengan dalih pengobatan, di neraka berkedok rumah sakit jiwa ini.

Semua spekulasi-spekulasi itu berkelebatan dalam pikirannya. Kalau benar demikian, ia harus merubah nasib Ivona. Dia harus menghentikan kejahatan yang dilakukan Vaya atas dirinya dan keluarganya.

Selesai mengingat kembali alur cerita dalam novel yang ia baca, Ivona menerima kenyataan dirinya dan berusaha untuk tidak terlihat panik sedikitpun.

Saat akan bergerak, dia merasakan perih di kakinya. Matanya menangkap luka dan darah di kaki jenjangnya. "Apa kau yang melakukannya?" tanya Ivona menatap pria tambun itu, dengan sorot mata dingin.

Pria tambun yang merupakan kepala rumah sakit itu tidak menggubris pertanyaan Ivona. "Dasar ja lang, masih saja bersikap seolah kau adalah Nona Muda keluarga Iswara!" ujarnya mengejek.

Pria itu semakin mendekat, akan menarik Ivona untuk berdiri. Namun, dia justru melihat Ivona berdiri dengan sendirinya. Pakaian yang dikenakan Ivona sudah lusuh, tapi tatapannya yang tadinya pengecut sekarang berubah menantang.

"Kalau begitu, kau harus menggantikan satu dengan kakimu!" ucapnya dengan sorot mata mengintimidasi.

Melihat sorot mata kejam Ivona, kepala rumah sakit seketika ketakutan. Dia membawa langkahnya mundur, saat Ivona berjalan maju ke arahnya.

"Sudah dipikirkan mau ganti dengan yang mana?" Kini berbalik, Ivona yang mengancam.

"Pria sepertimu harus mendapatkan balasan yang lebih kejam dari apa yang telah kau lakukan padaku," ujar Ivona terus memaksa maju, semakin membuat kepala rumah sakit itu tersudut.

Pria itu menatap Ivona aneh. Gadis yang tadinya sudah tidak berdaya dalam siksaannya, kini berubah menjadi gadis penuh dendam di matanya. Seolah siap menghabisinya dan membalaskan setiap perlakuan yang telah ia lakukan.

"A-apa yang akan kau lakukan?" ucap kepala rumah sakit dengan terbata.

Seringai di bibir Ivona tergambar jelas. Sejelas niatnya untuk melakukan kekejian yang sama pada pria tambun yang telah menyiksanya.

"Apa kau takut?" tanya Ivona mengejek.

"Aku akan membuat kau merasakan hal yang sama, seperti apa yang telah aku rasakan. Supaya kau mengerti, setiap perih dari luka yang kau ciptakan," sambung Ivona. Dari kalimatnya jelas mengartikan niat balas dendam gadis itu.

Dari mana gadis ini mendapatkan keberaniannya. Tidak mungkin karena pingsan, sifat gadis ini langsung berubah. Gadis yang sebelumnya hanya bisa menangis dan pasrah menerima setiap siksaannya, telah berubah dalam sekejap. Matanya merah dipenuhi amarah, layaknya api yang berkobar dan siap membakar kepala rumah sakit itu hidup-hidup.

Apakah ini hanya permainan gadis ini untuk membuatnya takut. Mempermainkan emosinya, membuatnya ketakutan akan balas dendam. Padahal sebenarnya ia tetaplah gadis lemah yang berada dalam pengawasannya. Kepala rumah sakit itu membuat argumen untuk menenangkan dirinya sendiri.

"Ja lang kecil yang bodoh, aku tidak akan tertipu dengan sikapmu saat ini. Aku yang berkuasa di sini, aku yang harusnya menyiksa dan bukan disiksa," ucap kepala rumah sakit dalam hati.

Ivona semakin berani, ia terus maju dan mengintimidasi setiap langkah kepala rumah sakit, hingga pria itu tersudut tak bisa lari.

Sebelum Ivona kembali mengucapkan kalimat ancaman untuknya, pria itu memunculkan ekspresi garang dan langsung menerjang ke arah Ivona.

Tindakan sekonyong-konyong kepala rumah sakit membuat Ivona terperenyak, karena tak siap. Ivona pikir, dia sudah berada di atas angin, dengan segala intimidasi yang dia lakukan. Nyatanya salah, Kepala rumah sakit itu kembali mendominasi dirinya.

"Ja lang kecil, aku akan memberimu pelajaran hari ini!" ucap kepala rumah sakit dengan tatapan melecehkan.

2. Sosok di Tengah Hujan

Ivona berangsur mundur, yang membuat kepala rumah sakit itu kembali jemawa. Sorot ketakutan, nampak jelas di manik gadis berambut ikal itu.

Kepala rumah sakit, semakin suka melihat rasa takut yang kembali diperlihatkan Ivona. Tatapannya semakin liar, saat baju pasien yang dikenakan Ivona tersingkap. Matanya jelas memperlihatkan niat dan isi otaknya yang menjijikkan.

Pria tambun itu menunduk, dan akan menerjang ke arah Ivona. Gadis yang disangka kembali lemah itu justru dengan cepat menghindar, yang membuat kepala rumah sakit jatuh tersungkur.

Ivona memanfaatkan kelincahannya, dengan cepat ia meraih scalpel yang tergeletak di lantai. Benda pipih nan kecil itu, cukup untuk membuat kepala rumah sakit merasakan kengerian jika terkena benda tersebut. Meski kecil nan pipih, tapi kemampuan dari benda itu tak bisa diragukan, cukup untuk bisa mengoyak jaringan pada tubuh tambun kepala rumah sakit. Membayangkannya saja sudah membuat kepala rumah sakit menelan salivanya dengan susah payah, seolah ada kerikil yang mengganjal tenggorokannya.

"A-apa yang akan kau lakukan?" tanya kepala rumah sakit dengan bibir bergetar.

Ivona tersenyum senang, melihat raut ketakutan dari pria tambun yang telah menyiksanya. Dia terus mengacungkan pisau itu di depan kepala rumah sakit.

Badannya yang besar membuat pria itu sulit untuk segera berdiri. Namun, pria itu tak menyerah, dia tetap berusaha bangkit untuk menghindari Ivona yang semakin mengancamnya dengan scalpel di tangannya.

"Mau ke mana, bukan kah tadi kau ingin memberiku pelajaran?" Ivona mengukir senyum kegilaan di bibirnya.

"Ayo, beri aku pelajaran seperti yang tadi kau katakan," ucap Ivona menantang.

Kepala rumah semakin ketakutan, ia terus berusaha membawa tubuhnya menjauh dari gadis gila dihadapannya, meski harus menyeret tubuh tambunnya dengan susah payah.

"To-tolong lepaskan aku," mohonnya dengan ketakutan.

Ivona terus mengikuti kepala rumah sakit sembari mengacungkan scalpel di tangannya. "Kenapa, kenapa kau terlihat sangat takut?"

"Di mana sikap angkuhmu tadi, yang kau bilang ingin memberiku pelajaran." Ivona terus mengintimidasi.

"Tidak ... kumohon jangan lakukan apa pun padaku." mohon pria itu lagi.

Semakin memohon, semakin besar niat Ivona untuk menyakiti pria di depannya. Pria ini juga harus merasakan hal yang ia rasakan, semakin di siksa saat ia semakin memohon. Menggunakan scalpel di tangannya Ivona merobek paksa pakaian kepala rumah sakit. Suara robekan yang dihasilkan dari kain yang terkoyak, terdengar mengerikan bagi kepala rumah sakit.

"Ternyata pisau ini lebih tajam dari yang kubayangkan, bahkan ketajamannya melebihi gunting kain milik ketua panti asuhan tempatku berasal." Ivona terus menakuti kepala rumah sakit.

"Aku jadi ingin mencoba apakah pisau ini juga bisa merobek kulitmu." Ivona mengacungkan scalpel itu tepat di wajah kepala rumah sakit.

"Ja-jangan lakukan itu, kalau kau melakukannya kau akan dituntut. Kau akan di penjara karena membunuh itu adalah perbuatan melanggar hukum," ucap kepala rumah sakit, yang bersikap seolah memperingatkan Ivona tentang akibat yang harus dia tanggung jika dia sampai melukai pria itu.

"Oh ... benarkah, begitu?" Ivona menunjukkan ekspresi kaget. Namun, bukan kaget yang sebenarnya, karena Ivona hanya ingin mengejek ucapan kepala rumah sakit.

Sebentar kemudian Ivona tertawa. "Bukannya kalian yang memasukan aku ke rumah sakit jiwa, apa kalian lupa?"

Tentu saja kepala rumah sakit itu tidak lupa, sebab apa yang terjadi pada Ivona sudah ia rancang dengan rapi bersama Vaya.

"Aku ini sakit, apa kalian juga lupa? Aku adalah seorang pasien rumah sakit jiwa." Ivona menyeringai, kali ini disertai tawa membahana.

Kepala rumah sakit kembali menelan ludahnya kasar. Dia paham betul ke mana arah dan arti dari ucapan Ivona. "Aku mohon, ampuni aku." Pria tambun itu terus memohon.

Tentu saja dia tak ingin berakhir tragis oleh pasiennya sendiri. Dia masih ingin hidup, sebab itu apa pun akan dia lakukan. "Jangan Ivona, aku yakin kau gadis yang baik, jangan lakukan apa pun padaku," ucap kepala rumah sakit untuk mempengaruhi pikiran Ivona.

Ivona tak bergeming sedikit pun, tidak juga mengasihaninya, apalagi menggubris ucapan kepala rumah sakit yang menurutnya hanya mempermainkannya. Ivona terus menatap kepala rumah sakit layaknya target. Sorot matanya tajam, seolah telah menemukan mangsa yang siap ia cabik-cabik.

Ivona berkata sambil tersenyum dengan tatapan sedingin es. "Aku memang gadis yang baik, karena itu aku tidak akan melukai kedua kakimu," jawab Ivona yang membuat kepala rumah sakit sedikit lega.

"Kalau begitu, bagaimana jika kaki ketiga saja." Belum selesai kalimatnya, scalpel di tangannya telah turun. Pisau bedah itu telah melukai bagian ************ kepala rumah sakit. Pria itu spontan menutup bagian selangkangannya dan berteriak histeris.

Ivona tertawa menang melihat darah dan kesakitan pada pria tambun itu. Kini ia yang menikmati kesakitan dari pria yang telah menyiksanya. Hanya sebentar, sebab Ivona tak lagi mempedulikan teriakan kepala rumah sakit, dan beranjak pergi.

Setelah kepergian Ivona, pria itu berusaha meraih ponsel di saku celananya, dia menelpon seseorang dengan rasa sakit yang masih terasa. "Vaya, Ivona kabur! Dia iblis, orang gila, kamu harus bantu ayah balas dendam," ucapnya setengah berteriak pada wanita di ujung telpon, bernama Vaya. Setelahnya ia menghubungi satpam rumah sakit, untuk segera mencari pasien yang kabur.

Satpam di rumah sakit jiwa bergerak cepat. Mereka mulai mencari keberadaan Ivona di seluruh penjuru rumah sakit.

Akibat kehilangan banyak darah karena penyiksaan yang dilakukan pada Ivona sebelumnya membuat Ivona menjadi lemah. Ivona bersembunyi di dalam hamparan bunga.

Meskipun terlihat malang dari belakang, tapi tangannya terus mengelap noda darah di pisau yang ia pegang, sorot matanya menggambarkan kegilaan dalam otaknya.

"Baiklah, giliran kalian yang akan aku ajak bersenang-senang," lirih Ivona pada dirinya sendiri. Dia terus mengawasi satpam yang terlihat kebingungan mencari dirinya. Mengabaikan segala rasa sakit yang ia terima.

"Auh," teriak Ivona, saat seekor anjing alaskan berbulu putih menerjangnya ke tanah dan menjilatinya dengan senang sebelum sempat menghindar. Membuat seluruh tubuhnya terasa sakit dan perih.

Ivona mengingat hewan yang satu ini. Dalam novel yang ia baca, anjing alaskan ini adalah peliharaan Ivona, si pemilik tubuh tempat jiwanya berada. Max, adalah nama anjing ini. Hewan ini merasa menemukan majikannya kembali. Seolah ingin menyampaikan rindu, Max terus menjilati Ivona. Membuat Ivona merasakan geli sekaligus perih karena luka yang terkena liur Max.

Pikiran Ivona masih tentang anjing alaskan berbulu putih ini, saat terdengar suara dari seseorang. "Tuan Alexander, sudah ketemu! Alaskannya ada di sini!" teriak seseorang.

Ivona menoleh, dalam posisi duduk di tengah hujan, dia melihat sosok samar, seseorang yang berdiri dalam derasnya rinai hujan.

3. Bawa Aku Pergi

Ivona melihat sosok yang tengah diguyur derasnya rinai hujan. Pria yang mengenakan setelan jas hitam itu terlihat tenang meski tubuhnya basah kuyup.

Dialah Alexander Alberic, seorang pengusaha muda yang memiliki kerajaan bisnis terbesar di Victoria. Pria bertubuh tinggi, tegap dengan wajah rupawan, tapi dingin dan tak tersentuh wanita itu telah menarik perhatian Ivona. Gadis itu masih terduduk di atas hamparan bunga sembari mengusap bulu halus Max yang terus saja menjilatinya.

Satpam rumah sakit yang sedari tadi mencari Ivona, segera berlarian menyusul ke arah Ivona saat mendengar teriakan asisten tuan Alexander. Namun, mereka semua seketika berhenti di depan pria yang penuh kharisma itu. Mereka tau benar, siapa Alexander Alberic. Selain dikenal sebagai pengusaha yang sukses pada bisnis perhotelan dan real estate, Alexander Alberic juga seorang Mafia yang berpengaruh di Victoria.

Tak ada yang meragukan kekuasaannya, karana namanya begitu masyhur di dunia bawah tanah.

Alexander memperhatikan Ivona yang terlihat menyedihkan dengan penampilannya. Sorot matanya yang tajam, mengamati setiap jengkal tubuh Ivona. Gadis berpakaian rumah sakit yang terlihat lusuh, dengan mata sayu dan ada luka di kakinya itu nampak menyedihkan.

"Maafkan kami, Tuan, kami akan membawa gadis ini kembali," ucap salah seorang satpam. Menyadarkan Alexander dari mengamati Ivona.

Tatapan Alexander yang dingin membuat kedua satpam yang berdiri di hadapannya menjadi segan. Ia tak ingin mengambil resiko bermain-main dengan Alexander. Dua satpam itu mundur selangkah.

"Dia adalah pasien di rumah sakit ini, pengidap gangguan jiwa. Dia sedang berusaha kabur dari bangsal tempatnya dirawat, karena itu kami akan membawanya kembali agar tidak membuat masalah," ucap yang lainnya dengan berbohong. Ia harus meyakinkan Alexander dengan baik agar tidak merugikan dirinya sendiri.

Ivona tak menyangka jika dirinya akan difitnah oleh dua orang penjaga keamanan ini. Masih dengan posisinya yang terduduk di atas hamparan bunga dan di bawah guyuran hujan, Ivona menatap Alexander dengan tenang. "Tuan, tolong bantu aku lapor polisi, kepala rumah sakit di sini adalah seorang pervert yang suka menyiksa gadis muda sepertiku," ucap Ivona dengan raut sendu.

Alexander menatap kedua satpam yang berdiri di hadapannya. Mencari kebenaran kata-kata petugas keamanan itu sebelumnya.

"Tidak, Tuan, gadis ini berbohong. Dia adalah gadis gila, ucapannya tidak bisa dipercaya," sanggah salah satu dari satpam itu. Ia menolak pernyataan Ivona untuk memperkuat kebenaran kata-kata yang ia ucapakan sebelumnya. Bagaimana pun ia harus membawa gadis gila ini kembali pada kepala rumah sakit.

"Tidak, bukan aku yang berbohong. Mereka berdua yang menyembunyikan kebenaran!" teriak Ivona.

"Percayalah kepada kami Tuan, kami mencarinya untuk membawa gadis ini kembali demi pengobatannya. Tidak ada niatan yang buruk untuk gadis ini." Satpam itu masih berusaha meyakinkan.

"Tidak! kalian berbohong, kalian sudah memfitnahku!" teriak Ivona.

Alexander memperhatikan perdebatan antara Ivona dan dua orang penjaga keamanan. Matanya silih berganti menatap Ivona dan juga kedua satpam itu. Menilai setiap ucapan dari mereka, dan melihat kebenaran dari sorot mata yang mereka tampilkan.

"Percayalah padaku, Tuan. Aku berkata jujur," ucap Ivona, berharap Tuan muda nan tampan itu mempercayai ucapannya.

"Tidak, Tuan, jangan percaya pada orang gila. Mereka berkata apapun yang mereka inginkan tanpa ada kebenarannya. Gadis ini tidak bisa membedakan mana yang nyata dan yang mana halusinasi. Dia gila." Satpam itu terus saja menyanggah perkataan Ivona.

"Tu ...." Ivona hendak menjelaskan kejadian sebenarnya, tapi terpotong oleh Alexander yang tiba-tiba mendekat ke arahnya.

Pria itu mengulurkan ujung jarinya dengan mesra dan menunjuk kening Ivona. "Kenapa memanggilku Tuan?" Alexander mengukir senyum tipis di bibirnya. Tampak manis bagi Ivona. Ucapannya pun halus, terdengar lembut bagi indera pendengaran Ivona.

"Panggil aku Kakak," sambung Alexander.

Ivona menatap bingung dengan perlakuan pria di hadapannya. Namun, sejurus kemudian dia menyadari jika dirinya sedang dipermainkan, setelah dia merasakan kehangatan di ujung jari Alexander.

Tidak hanya Ivona, bahkan asisten Alexander, Rico, pun terkejut. Majikannya, Tuan Alexander yang sudah menahan hasrat selama lebih dari 20 tahun bisa-bisanya mempermainkan seorang gadis gila. Sikap yang sungguh bertolak belakang dengan kepribadiannya yang sedingin es.

Ivona menyadari permainan Alexander, tak berpikir lama ia menyambut permainan pria serupa dewa itu. Dia pun berpikir untuk ikut dalam permainan Alexander, dengan mempermainkan balik pria itu. "Kak, tolong bawa aku pergi?" ucap Ivona dengan wajah memohon.

Alexander kembali tersenyum ke arah Ivona yang terlihat polos. Binar yang terpancar dari sorot mata Alexander, seolah memberi Ivona harapan untuk terbebas dari neraka ini.

Alexander menoleh ke arah Rico, dia meminta anak buahnya itu untuk melapor polisi. "Hubungi polisi sekarang juga," titahnya pada asistennya.

Dua petugas keamanan yang masih berada di sana terlihat panik, dan berusaha untuk menghentikan Alexander.

"Tuan, apa yang Anda lakukan. Untuk apa Anda mempercayai gadis gila ini," ucap salah seorang satpam.

Alexander membalas pertanyaan satpam itu dengan tatapan dingin. Namun, tidak menggubris pertanyaan dari satpam tersebut. Dia justru memerintahkan asistennya untuk membawa anjing itu pulang. "Bawa anjing itu pulang," ucap Alexander pada Rico.

Hampir saja Rico membawa anjing alaskan itu pergi, dengan memegang tali kekang Max. Ivona merasa sedih saat anjingnya akan pergi, dengan cepat Ivona berseru memanggil anjing itu ke sisinya.

"Max!" seru Ivona. Anjing yang sudah hampir dibawa pergi itu, berbalik dan meronta untuk kembali pada Ivona. Max berbaring di hadapan Ivona dengan patuh, dan menggosok perutnya.

Melihat pemandangan di hadapannya, asisten Rico baru sadar kalau yang dipelihara tuannya selama ini adalah hewan peliharaan gadis ini. Terbukti dari kepatuhan Max pada suara Ivona. Terlihat keakraban dan saling menyayangi antara gadis yang disangka gila itu dengan Max.

Ivona menengadahkan kepala demi melihat Alexander yang masih berdiri di hadapannya. Gadis itu terlihat patuh dengan sorot mata yang tampak murni. "Jangan rebut anjingnya, Kak. Bawa saja orangnya?"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!