NovelToon NovelToon

Terjerat Cinta Pria Alien

I Was Raped

Seorang pria berjalan tergesa-gesa memasuki rumahnya sendiri, langsung naik ke lantai dua dimana kamar adiknya berada.

Ceklek...

Begitu pinta terbuka ia mendapati sang adik tidur telungkup di atas ranjang, ia juga mendengar suara isak tangis, yang itu berarti Adiknya sedang dalam keadaan yang tidak baik-baik saja. " Ada apa ini?" Desaknya yang sudah tidak sabar, ia tadi mendapatkan telepon dari asisten rumah bahwa Adiknya sudah kembali lebih awal dari jadwal kepergiannya, dalam keadaan yang berantakan, tanpa berpikir panjang ia segera meluncur ke rumah dan meninggalkan pekerjaan kantornya.

" Kak aku di perkos4 kak, aku di perkos4,, hiks hiks.." Seru sang Adik yang bernama Vero saat kakaknya baru saja datang dan duduk di tepi ranjang miliknya.

" Apa?!"

Jeederrr....

Jullio sang Kakak yang mendengar peruturan dari Vero seakan merasakan dentuman suara petir yang keras menghantam langsung tepat ke jantungnya, ia sangat shock tidak bisa berkata apa-apa lagi, dan rasanya juga seperti tertusuk ribuan pedang.

" Si-siapa yang melakukannya?" Tanyanya dengan tajam.

" Aku tidak tahu Kak, aku sama sekali tidak mengingatnya." Jawab Vero masih saja menangis, menelungkupkan tubuhnya di atas ranjang empuk itu. jawaban dari Vero tak mmebuatnya puas hati. Ia terus mendesak agar Adiknya menjawab pertanyaannya, namun hingga berapa kali jawabannya tetap sama.

" Brengsekk!!!" Geram Jullio yang langsung berdiri dan memukul dinding dengan sedikit keras, membuat punggung tangannya memar dan mengeluarkan sedikit darah.

Tubuh Jullio lemas seketika merosot ke bawah lantai bersandar di ranjang sang Adik, masih jelas terdengar isak tangis dari Vero adiknya sekaligus kekasihnya itu yang sebentar lagi akan dia nikahi ternyata apa? Kenyataan pahit dan juga berita buruk sedang menimpa hubungan mereka saat ini.

Jullio jadi teringat lima hari yang lalu saat Vero meminta ijin ingin berlibur bersama teman-temannya ke pulau Dewata selama sepekan. Saat itu ia yang mengantarkannya sendiri ke bandara, seakan merasakan berat, gelisah, ada sesuatu yang janggal, perasaannya tidak tenang, tetapi langsung di tepis pikiran buruknya itu.

Ternyata perasaan gelisahnya beberapa hari kemarin adalah kenyataan pahit ini. Kekasihnya yang selama ini ia sayangi, cintai, yang selalu ia jaga layaknya bayi. Bahkan tak pernah ia sentuh sekalipun selain bergandeng tangan dan berciuman saja tak lebih dari itu, karena ia ingin menjaganya sampai hari dimana mereka selesai menikah nanti.

Lalu apa ini? Apa yang harus ia lakukan sekarang? Rasa cinta yang besar seolah mulai runtuh di terjang badai tsunami yang menerjang hebat.

Selama ini memang ia yang selalu berada di sisinya, menjaganya di saat kedua orang tua mereka sering pergi ke luar negeri. Nyatanya ia justru kecolongan saat dirinya tidak bisa ikut liburan bersama menemaninya.

Veroica Jeslin adalah anak angkat dari Papa Mama nya, Orang tua Vero meninggal dalam musibah kebakaran di rumah mereka sendiri dan mengakibatkan keduanya tidak bisa di selamatkan.

*Sepuluh tahun yang lalu.

Pada waktu itu Vero yang masih berusia 8 tahun, di ajak menginap ke rumah Neneknya yang tak jauh dari rumah kedua orang tuanya. Sebab sang Nenek sangat merindukannya malam itu, dan ingin Vero menemaninya tidur.

Sedangkan di rumah kedua orang tua Vero hanya ada Ayah dan Ibunya saja, sementara  Vero menginap di rumah Neneknya, sebab ia hanyalah anak tunggal dan tak memiliki saudara bahkan saudara sepupu sekalipun.

Hingga pada saat tengah malamnya tanpa ada orang yang tahu, tiba-tiba ada percikan api yang berasal dari sekring listrik yang berada di dalam rumah itu. Api pun mulai membesar menjalar kemana-kemana, melahap semua yang ada termasuk kedua orang yang sedang tidur terlelap.

Beruntung ada beberapa warga yang berjaga ronda malam itu, dan melihat ada kobaran api di salah satu rumah tetangganya. Sehingga mereka pun langsung berteriak meminta pertolongan kepada para warga, untuk membantu memadamkan api yang semakin membesar itu.

Dan saat api mulai padam dengan bantuan dari mobil pemadam dan di datangnya pula mobil ambulan untuk segera membawa dua korban yang sudah tidak bisa di selamatkan lagi. Yang tidak lain adalah kedua orang tua kandung Vero, Vero sendiri menangis histeris di dalam dekapan sang Nenek.

Tak lama setelah kepergian orang tuanya, datanglah kedua orang tua Jullio yang memang statusnya adalah sahabat baik dari kedua orang tua dari Vero sendiri. sang Nenek menyambutnya dengan sangat baik, sebab memang mengenal salah satunya. yaitu Papa Jullio sendiri.

Kedua orang tua Jullio membawa serta mereka ke Ibukota, sebab sejak Papa Jullio kecil sudah di anggap anak sendiri oleh Nenek Vero, Ibu sahabatnya yang telah pergi. Papa Jullio hanya ingin membalas semua kebaikan yang orang tua sahabatnya itu lakukan padanya dulu di masa lalu. Hingga beberapa tahun kemudian Nenek Vero pun pergi meninggalkan Vero seorang diri.

----------------

"Apa yang harus aku lakukan sekarang, hikss ,hiikss." Gumam Vero pada diri sendiri.

Ia beranjak dari atas ranjang lalu masuk ke dalam kamar mandi, lalu berdiri di bawah guyuran air dingin yang terus mengalir dengan derasnya, tak lama tubuhnya merosot ke lantai bawah.

Entah sudah ke berapa kalinya ia melakukan hal itu, setelah ia pulang dari acara liburannya bersama dengan teman-temannya. Bahkan ia kembali lebih awal dan tak berpamitan pada para sahabatnya itu, dan langsung pergi begitu saja.

Tapi mau bagaimana lagi, nasi telah menjadi bubur. Ia harus menghadapi kenyataan pahit ini seorang diri, bahkan Kakaknya sekaligus kekasihnya itu malah pergi seperti pengecut dan meninggalkan dirinya seorang diri saat ia bahkan sudah menceritakan segalanya yang menimpa pada dirinya.

Seharusnya pria itu tidak pergi meninggakkannya sendiri dalam keadaan yang seperti itu, bahkan ia sudah mengecewakan Mama dan Papa angkatnya. Lalu apa yang harus ia lakukan saat ini? bahkan rasanya ia sudah tidak ingin hidup lagi.

" Maafin Vero Ma, Pa. Maaf kalau Vero membuat kalian semua kecewa, tapi disini Vero juga korban, Vero membutuhkan kalian semua disini." Lirihnya di sela-sela isak tangisannya kembali yang seakan air matanya tak pernah kering.

" Dan Vero juga tidak tahu harus bagaimana lagi sekarang Ma?" Gumamnya kembali, dengan perasaan campur aduk tak menentu arah.

Sementara Julio sudah pergi sedari tadi menuju Apartement miliknya, ia masih sangat terpukul atas perkataan yang terlontar dari sang Adik sekaligus kekasihnya itu, sepertinya menyendiri dulu lebih baik untuknya sekarang ini, sambil memikirkan apa yang akan ia lakukan setelah ini.

Yaa, Jullio akui ia terlalu sibuk dengan pekerjaan kantornya beberapa hari yang lalu yang memang mengharuskan ia untuk tiap hari berada di kantor bahkan weekend pun harus berada di kantor.

Apalagi sekarang adalah akhir tahun, setiap akhir tahun pekerjaanya selalu menumpuk, belum lagi jadwal padatnya di luar kota. Hingga ia harus melupakan kekasihnya itu sendiri di rumah.

" Brengsek, siapa pun pria itu aku akan memberimu pelajaran yang setimpal karena telah merusak Adik sekaligus calon istriku." Geram Jullio membanting semua benda yang ada di dalam kamarnya.

Padahal tahun depan ia ingin menikahi Vero, kedua orang tua mereka juga sudah memberikan restu kepada hubungan mereka, itupun dengan cara yang tidak gampang meminta restu kepada orangtua sendiri, ingin menikahi Adiknya sendiri.

Lalu masalah ini datang, bagaikan badai yang menerjang hubungan mereka saat ini, Jull sangat mencintai Adiknya, akan tetapi di lain sisi ia sangat terpukul mendengar apa yang barusan ia dengar dan telah menimpa Adiknya.

Ego telah membuatnya menutup mata oleh cinta yang ia miliki selama ini kepada Vero, bahkan ia yang seharusnya memberi kekuatan atau hanya sekedar menghibur Vero saat ini, namun ia justru kabur bagaikan seorang pecundang.

Jull justru tak ingin bertemu dengan adiknya, ia sungguh merasa kecewa. Benar-benar kecewa sekaligus marah entah tidak tahu harus marah kepada siapa? Yang jelas, ia perlu menjernihakn pikirannya dulu saat ini. Kalau ia bisa memutar kembali waktu ia tidak akan mengijinkan kekasihnya itu berlibur kemarin. Tidak akan pernah ia membiarkan Adiknya itu pergi sendiri tanpanya.

.

.

.

.tbc

Terima kasih yang sudah mampir baca, semoga suka dengan ceritanya. Minta dukungannya ya dengan memberi like, koment dan hadiah juga, 🌷🌷🌷🌷🌷

Jangan lupa tekan favorite nya agar mendapatkan notifikasi dari kami. terima kasih love u All..

Berkenalan

~ Flashback beberapa hari yang lalu.

"Sayang,, Maaf aku tidak bisa menemanimu liburan kali ini. Kamu tahu sendiri 'kan saat ini banyak kerjaan yang menumpuk di kantor, maaf yaa..?" Seru Jullio menatap wajah teduh sang kekasih.

Vero mendeaah pelan, ia sangat tahu kesibukan sang Kakak jika akhir seperti ini. " Iya, aku tahu, ngak apa-apa kok 'kan ada temen-temen aku juga yang nemenin." Jawabnya dengan memaksakan tersenyum manis pada kekasihnya itu.

" Iya Kakak tenang saja, kami akan temani dan menjaga Vero dengan baik, Kak Jull tidak perlu khawatir." Seru Sisil sahabat Vero, memberikan pesan agar bisa membuat Jullio tidak berpikir terlalu jauh.

" Yukk guys sebentar lagi pesawatnya akan berangkat. Kami pamit dulu ya Kak Jull." Ajak si Nina sahabat Vero yang lain.

" Ya sudah kalau begitu. kalian hati-hati semua, jangan lupa kabarin Kakak kalau kalian sudah sampai disana." Titahnya

Vero dan teman-temannya mulai memasuki area broading pass, mereka berempat sudah seperti saudara satu sama lain, dari mereka duduk di bangku SMP selalu bersama-sama, hingga sampai lulus kuliah bersama. Tak lama mereka semua sudah masuk ke dalam pesawat, mulai mencari tempat duduk masing-masing.

" Kalian siap guys? Semua harus happy ya liburan kali ini. Kita akan keliling wisata di pulau dewata nanti sampai puas." Seru Marry yang mendapatkan jatah untuk mengurusan bagjan menginap di hotel. Bisnis keluarga Marry bergerak di bidang perhotelan, salah satunya ada di pulau dewata sana.

Mereka semua sudah mendapatkan bagian jatah masing-masing. Soal kuliner itu bagian Sisil, yang memang bisnis keluarganya bergerak di kuliner apalagi di Bali, sudah menyebar dimana-mana cabang Restoran milik keluarganya.

Dan soal akomondasi tiket liburan pulang pergi itu adalah jatah bagian Vero, yang memang bisnis keluarga angkatnya bergerak di bidang Tour end Travel. Sang Kakak sekaligus kekasihnya-lah yang kini memimpin dan memgembangkan perusahaan keluarga mereka di ibukota, sementara Kedua orangtua mereka justru lebih memilih mengembangkan bisnisnya di luar negeri. Dan hanya ada satu di ibukota dan satu cabang lagi di pulau bali, selebihnya ada di luar negeri sana yang lebih dari lima perusahaan. Dan di kelola sendiri oleh Mama dan Papanya, apalagi Mamanya yang memang berasal dari negara kanguru sana.

Sementara bagian tempat wisatanya, kali ini giliran bagian Nina yang memang tinggal dia seorang yang belum mendapatkan bagiannya. Apalagi si Nina ini memang keturunan orang bali—tepatnya sang Papa asli orang bali namun menikah dengan Mamanya asli orang ibukota. Di tambah lagi dia yang memang suka sekali traveling ke berbagai temlat salah satunya berkeliling ke segala penjuru pulau dewata, dan pulau-pulau lainnya. Sebab katanya sekaligus ia mencari pria-pria bule, sambil cuci mata.

Akhirnya pesawatpun mendarat dengan sempurna di bandara I Gusti Ngurah Rai, perjalanan yang memakan waktu kurang lebih satu setengah jam itu, sesampainya di pulau tersebut, mereka semua sudah di tunggu oleh sang supir taksi online yang di pesan oleh Nina saat mereka baru saja mendarat tadi. Mobil pun bergerak perlahan menuju ke hotel yang mana sudah di booking oleh Marry, salah satu hote yang masih milik keluarganya.

Begitu sampai hotel, keempatnya langsung keluar dengan mendorong koper meteka masing-masing. Yang tentu saja koper berukuran sedang sebab sekitar semingguan mereka akan menginap. Setelah di berikan satu kunci ke-emapatnya menempatin salah satu kamar yang cukup luas dan mempunyai dua ranjang tidur yang berukuran king zise, dengan satu pintu penghubung.

" Akhirnya ketemu juga sama ni bantal, panas banget dijalan gil4!" Gerutu si Sisil yang sudah tidak sabar ingin segera rebahan di atas ranjang, saat mereka baru saja sampai ke kamar mereka.

" Kau tuh emang tukang tidur Sil, nggak heran lagi dech, aku tidur di sebelah aja.!!" Cetus si Nina sambil membuka pintu tengah dan berjalan ke arah ruangan sebelahnya.

" Ya aku juga tidur di sebelah aja, pengen cepat berendam." Seru Vero mengikuti langkah Nina yang sudah lebuh dulu melangkah. Di dua ruangan itu terdapat dua kamar mandi yang berukuran sedang, sehingga tidak perlu harus mengantri.

" Ya itu berarti aku yang di sini, awas geser sedikit agak sanaan Sisil." Pinta si Marry juga ingin rebahan tak lupa menyalakan Ac ruangan terlebih dahulu. Akhirnya sampai mereka semua ketiduran hingga sore harinya.

***

Sore menjelang malam hari kini mereka tengah asyik menikmati makan malam di pinggir pantai yang di sambut hangat oleh hembusan angin laut yang menyeruak di tambah suara riuh deburan ombak yang cukup kencang, menambah kesan tersendiri. Pun tak kalah hangat di kala suara gurau canda tawa dari mereka berempat yang begitu menohok untuk di pandang mata oleh para pengunjung lainnya.

Hingga mereka tidak menyadari sedari tadi haha hihi seolah memang tidak memperdulikan keadaan di sekitarnya, ada segerombolan para pria muda seumuran dengan mereka, menatap dari kejauhan sebab suara tawa tersebut menyita perhatian mereka semua.

Dan entah sejak kapan, tiba-tiba salah satu dari mereka berjalan emnghampir meja diamah Vero dan Aira sahabatnya berkumpul." Hai ladies, bolehkah kami ikut bergabung dengan kalian??" Seru seorang pria berdiri di samping meja mereka.

Belum sempat di jawab oleh salah satu dari mereka, pria tersebut langsung menarik salah satu kursi kosong di samping Nina dan langsung mendudukinya.

Dan ternyata perbuatannya itu ikuti pula oleh teman-teman pria itu lainnya, para wanita mau tidak mau membiarkan walau sejujurnya Vero tak menginginkan kedatangan para pria yang seolah mengganggu kesenangan mereka.

" Kenalin namaku Nino, dia Jojo, Dhika dan yang duduk di bangku paling ujung sana itu namanya Boy." seru pria yang bernama Nino sambil mengulurkan tangan kanannya kepada si Nina, sembari mengenalkan para sahabatnya itu kepada para gadis-gadis cantik yang menyambut dengan senyum hangat kedatangan mereka.

Entah itu senyum palsu atau bukan, yang penting mereka bisa berkenalan, begitulah pria yang memang harus berusaha mendekat jika ingin mempunyai pasangan.

Hay aku Nina, ini Marry, Sisil dan yang itu namanya Vero." Akhirnya Nina ikut menyambut uluran tangan Nino sembari mengenalkan para sahabatnya juga kepada para pria-pria yang entah datang dari mana.

" Wah nama kalian serasi, mungkin saja kalian berjodoh." Celetuk pria bernama Dhika sambil terkekeh.

Nina hanya tersenyum saja menanggapinya, " Ini ngomong-ngmong kalian lagi liburan ya? kalian dari mana?" tanya Nino kembali menatap kagum pada gadis di sampingnya.

" Iya, kami dari Ibukota." Jawab Nina menoleh kepada para sahabatnya yang hanya terdiam saja.

" Berarti kita samaan dong, kalian menginap di hotel mana?" Kali inj giliran Dhika yang bertanya, menatap bergantian ke arah mereka para gadis.

" Dekat sini aja,  kalian juga pada liburan?" Tanya Nina balik, yang entah mengapa obrolan mereka mengalir begitu saja.

" Kami sedang menghadiri teman kami yang sedang party besok malam di hotel dekat sini sekalian kita liburan." Sahut Nino menatap lebih dalam ke arah Nina. Mungkin ini yang di namakan cinta tiga detik, begitulah pikirnya.

Nina yang di tatap demikian menjadi salah tingkah sendiri, " Ke-kenapa?' Tanyanya gugup yang langsung membuat Nino sedikit terserah.

Ia menyengir kuda karena tertangkap basah sedang memandangi gadis itu, " Tidak ada apa-apa, mau nambah lagi nggak, aku pesankan buat kalian ya." Ujar Nino yang melihat makanan penutup mereka sudah pada habis. Tanpa menunggu sebuah jawaban ia sudah memanggil salah satu pelayan dan memesan beberapa makanan camilan lagi.

" Thanks, sebenarnya kami sudah makan terlalu banyak tadi, lihat banyak piring kosong di meja." Tunjuk Nina pada piring-piring yang nampak bersih hanya tersisa saus dan bumbunya saja.

" Nggak apa-apa, biar kalian makin kenyang." Ujar Nino pelan sambil tersenyum manis, yang tentu saja hanya Nina yang mendengarnya. Akhirnya mereka pun mengobrol-ngobrol saling bercerita, walau terlihat Nina dan Nino yang mendominasi.

" Sepertinya kami harus kembali, sudah sangat malam, permisi semuanya." Seru Marry yang sedari tadi hanya diam bersama dengan Vero, keduanya merasa tidak tahan lagi di tatap aneh seperti itu oleh keempat pria asing.

" Oh iya, sorry kami duluan ya bye.." Pamit Nina yang ikut beranjak dari tempat duduknya lalu menyusul mengikuti langkah para sahabatnya yang sudah berjalan lebih dulu.

Sesampainya di kamar mereka, Nina yang baru sampai paling akhir berjalan ke arah kamar mandi untuk membersihkan diri sebelum istirahat. Tak lama ia keluar dan melihat semua sahabatnya sudah berkumpul dan menatap ke arahnya.

" Ada apa? Kenapa kalian semua menatapku seperti itu?" Tanya Nina mengernyitkan keningnya curiga pada ketiga sahabatnya.

" Tentu saja kami sedang marah, kau tak melihat tanduk kami sudah muncul." Sarkas Sisil yang sok-sok an marah nggak jelas.

Seketika tawa Nina meledak, " Haha kalian ini ada-ada saja, kenapa juga harus marah padaku, apa tentang para pria tadi yang mengajak berkenalan?" Tebaknya yang tepat sasaran.

" Sudah tahu, kenapa kau terus saja berbicara pada mereka, jangan genit ya jadi perempuan." Omel Marry menatap kesal pada Nina, sahabatnya itu memang cepat akrab dengan para pria asing, tak heran memang bukan hanya penampilan Nina yang menonjol, sikap supernya itu juga banyak di gemari oleh para pria-pria.

Sudahlah, cepat tidur, jika tidak! Besok kau kutinggal sendirian di sini!!" Ancam Marry yang langsung berjalan ke ranjangnya dan memilih untuk segera tidur. Meninggalkan ketiga sahabatnya yang melongo.

.

.

.

.tbc

Terima kasih yang sudah mampir baca, semoga suka dengan ceritanya. Minta dukungannya ya dengan memberi like, koment dan hadiah juga, 🌷🌷🌷🌷🌷

Jangan lupa tekan favorite nya agar mendapatkan notifikasi dari kami. terima kasih love u All..

Berendam

Pagi harinya ketiga wanita sudah siap untuk pergi, sementara yang satu lagi tengah mandi dengan terburu-buru akibat bangun kesiangan. Jadilah dia mandi ala kadarnya, yang penting tubuhnya basah dan juga wangi.

" Nin buruan! Sepuluh menit lagi tidak keluar, kami tinggal!" Teriak Marry dengan kesal.

Sementara Nina yang di teriaki seperti maling, juga tak kalah kesal. Dia kalang kabut berpakaian juga berhias diri.

Hampir lima belas menit berlalu saat Nina berlari tergesa menuju ke arah mobil SUV berwarna silver yang sudah siap untuk pergi. mobil yang sudah di sewa oleh mereka pada hari sebelumnya, dan tentu itu urusan Nina yang memang banyak mempunyai kenapa di kota tersebut.

" Maafkan aku guys." Sesal Nina meringis menunjukkan deretan gigi putihnya ke arah para sahabatnya yang mungkin tengah memendam rasa dongkol padanya yang sudah menunggu terlalu lama, padahal belum ada setengah jam.

" Hampir saja di tinggal lho ini!" Sindir Sisil yang sengaja memancing emosi.

" Sorry, habis kalian tidak ada yang membangunkanku tadi." Gerutunya yang seolah tak merasa bersalah. Ia pun duduk di samping Sisil di bangku belakang.

" Siapa suruh ngajak pulang larut malam!" Dengus Marry pelan, namun tetap saja yang lain kedengaran.

" Yaelah, aku terus yang salah, ini juga gara-gara para pria-pria itu yang ngajak aku ngobrol terus." Balas Nina yang ikut kesal tak ingin di salah, padahal jelas-jelas dirinyalah yang terus meladeni pria yang bernama Nino itu.

" Sudah tahu, kenapa kamu terus saja berbicara pada mereka, jangan genit ya jadi perempuan!." Seloroh Marry kembali masih menetap kesal kepada si Nina.

Nina langsung tertawa jenaka." Memangnya aku yang salah? Mereka sendiri yang menghampiri kita, masa orang sedang bertanya kita diam saja!" Sahut Nina merasa sudah lelah.

Tak ingin menanggapinya ucapan Nina lagi, Marry segera melajukan mobilnya keluar area hotel, hari ini rencananya mereka akan pergi ke danau Baratan yang terletak di kawasan wisata bedugul.

Sementara Vero sedari tadi hanya diam saja menatap ke arah layar ponsel yang gelap. Ia tidak ingin ikut menanggapi obrolan tak bermutu dari para sahabatnya, sebab ia sendiri juga mempunyai masalah lain, yang sudah pasti dengan kekasihnya yang sedari tadi di hubungi namun tidak ada jawaban. Bahkan pesannya tadi malam juga belum di balas apalagi di baca, entah kemana pria itu??! Gerutunya dalam hati.

Cukup lama mereka menempuh perjalanan, akhirnya tibalah mereka di tempat tujuan, langkah kaki terus mengayun bersisian, berkeliling memutari area tersebut dan juga banyak melakukan swafoto ria kebersamaan mereka berempat, seolah cekcok kecil yang terjadi pada mereka tadi langsung sirna begitu sudah menikmati pemandangan indah yang memanjakan sepasang mata mereka.

Cukup lelah berkeliling, juga menikmati wahana-wahana yang telah di sediakan khusus untuk para pengunjung, akhirnya keempat wanita tersebut memilih untuk kembali ke dalam mobil dan akan mengunjungi tempat lainnya, sebab hari pun sudah siang saat mereka baru saja keluar dari danau Baratan tersebut.

" Dimana Sisil lama sekali ke toiletnya, sebentar lagi sudah sore ini?" Keluh Nina yang tak henti-hentinya menggerutu sedari tadi.

Mereka saat ini tengah berada di dalam mobil lagi, dan baru saja lelah berkeliling ke The Sila's Agrotourism, tempat rekreasi dan pendidikan dan juga cocok untuk melakukan outbond. Banyak pula wahana yang bisa di nikmati untuk para orang dewasa dan juga anak-anak. Seperti Bianglala berbentuk Kincir angin, juga Kora-kora berbentuk perahu, yang tarifnya juga terbilang lumayan murah.

Tak hanya untuk itu saja, kita juga bisa melihat lahan pertanian seperti ada strawberry, jeruk, sawi atau berbagai sayuran, jambu biji, dan indahnya pepohonan hijau yang begitu tinggi. Selain itu kita juga dapat melihat pemandangan bukit, lembah, gunung batur atau gunung tertinggi kedua di Bali dan gunung Agung yang tertinggi pertama di pulau bali. Udara di taman rekreasi The Sila’s juga sangat sejuk sebab berada di dataran yang tinggi dengan kabut yang cukup tebal ketika turun hujan.

" Nah tuh dia, lama sekali kamu ketiduran di dalam toilet?" Nina masih saja menggerutu walau sahabatnya itu sudah kembali dan langsung masuk ke dalam mobil. Sisil tak menaggapi ocehan Nina, yang sadar tengah emosi akibat kelelahan, begitupun dengan yang lain.

Mobil pun melaju meninggalkan The Sila's yang di kemudikan oleh Nina kali ini, setelah menempuh jarak sekitar satu setengah jam-an, tibalah mereka di Melasti beach lokasi tujuan mereka untuk berendam.Ya terlihat jika sudah sore seperti ini airnya begitu tenang, cocok untuk bertapa berjam-jam di dalam air asin tersebut.

" Waaw! Indah sekali di sini, yuk guys pengen cepet berendam nih, apalagi air lautnya tenang banget." Takjub Sisil sambil melepaskan pakaian yang menempel di tubuhnya dan menyisakan pakaian bikininya yang super seksi yang sudah ia ganti tadi saat di toilet.Yang tentu saja sepasang dalaman yang hanya menutupi area tertentu saja. Begitupun dengan yang lain yang sudah siap dengan bikininya masing-masing.

" Ayo kita turun cari tempat yang sepi aja, takutnya nanti kita di godain para bule lagi, hihi." Celetuk Nina bergedik yang seolah di buat-buat.

Membuat ketiga sahabatnya memutar bola matanya jengah mendengar itu." Bukannya kamu yang biasa godain itu para bule? Tumben-tumbenan malah bergedik ngeri." Sindir Vero sambil geleng-geleng kepala.

Keempatnya pun keluar dari mobil dan berjalan masuk untuk mencari tempat yang di katakan oleh Nina tadi, tepatnya di bawah batu besar di dekat pohon yang rindang.

" Aww,, kenapa perutku tiba-tiba sakit, sepertinya tamuku akan datang" Celetuk si Nina yang wajahnya sedikit pucat sembari memegangi perutnya yang terasa nyeri, juga kram saat tamu tak di undangnya datang.

" Berarti kita nggak jadi berendam nih?" Tanya Vero memasang wajah kecewanya.

" Ya kalian berendam saja, aku akan menunggu kalian dan duduk di pasir sambil berjemur." Sahut Nina merasa sedikit tidak enak pada ketiga sahabatnya, sebab ia sendiri tadi yang sangat antusias ingin berendam, namun sayang sekali keinginnanya tidak terwujud, ia sudah mencari tempat duduk di pasir pantai bersiap berjemur.

" Baiklah kalau begitu, kamu ambil saja sendiri di dalam tasku sepertinya masih ada sisa bantal untukmu." Seru Vero yang meletakkan tasnya di dekat Nina. Begitupun dengan yang lain yang ikut menjatuhkan tas yang mereka bawa masing-masing dan meletakkannya di dekat Nina. Dan tidak merasa khawatir lagi sebab sudah ada yang menjaganya.

" Eh, tunggu biarkan aku memakainya dulu di dalam mobil, baru kalian bisa berendam. Kalian tunggu barang-barang kalian." Tanpa menunggu jawaban dari ketiga sahabatnya. Nina berlari menuju mobil segera melakukan niatnya. Tak alam ia kembali namun masih dengan pakai bikininya.

" Baiklah aku pergi dulu, fotoin kami dari sini ya!?" Pinta Marry sembari menetap Nina yang duduk memegangj perutnya.

" Ya baiklah, kalian nikmati saja waktu kalian." Balasnya merasa perutnya sedikit mendingan, sebab ia tadi juga sempat meminum obat pereda nyeri.

Kurang lebih tiga jam'an mereka bertiga berenang kesana-kemari, berendam, juga bersenda gurau. Sedangkan Nina menikmati berjemurnya seraya menikmati cemilan yang sudah mereka bawa tadi saat mampir ke minimarket. Ia tak sadar jika sedari tadi ada sepasang mata yang terus menyorotinya.

.

.

.

.

.tbc

Terima kasih yang sudah mampir baca, semoga suka dengan ceritanya. Minta dukungannya ya dengan memberi like, koment dan hadiah juga, 🌷🌷🌷🌷🌷

Jangan lupa tekan favorite nya agar mendapatkan notifikasi dari kami. terima kasih love u All..

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!