"Apa ini mimpi?," ucap seorang gadis cantik yang memakai gaun pengantin lengkap dengan hiasannya. Menatap wajah dari pantulan kaca yang ada di depan nya. Kebahagiaan terpancar jelas di wajah nya. bibir tipis yang indahnya tersenyum lebar bak bulan sabit.
Begitu bahagia yang dirasakan, sampai-sampai ia tidak bisa berkata-kata apa-apa lagi. Tangis tak bersuara mewakili kebahagiaan yang dia rasakan.
Gadis itu bernama Kirania, atau bisa di panggil Kiran, gadis cantik, bermata coklat, hidung mancung dan memiliki bibir yang tipis serta pipi yang terus.
" Ini bukan mimpi, ini kenyataan, sebentar lagi kau akan menjadi nyonya Devano wijaya Group, salah satu keluarga terkaya di indonesia, anak semata wayang dari keluar Wijaya, otomatis kamu akan menjadi ratu di rumah keluar Wijaya." Ucap seorang gadis cantik yang baru saja datang. Indira, atau kerap disapa Dira, sahabat terbaik Kirania. Dia adalah orang yang mempertemukan Kirania dengan seorang pria yang sebentar lagi akan menjadi suaminya.
" Aku bahagia bukan karena itu, tapi... ya.. kau tau sendiri alasan nya,Dir. Dia adalah cinta pertama ku, dia satu-satu nya orang yang selama aku cintai, cuma dia yang ada di hati ku. Dan tidak akan tergantikan oleh apapun, hingga saat ini."
"Kirana, aku tidak tau harus berkata apa, yang jelas aku iri sama kamu, bukan karena kamu akan menjadi nyonya di keluar Wijaya, tapi aku iri karena kamu bisa mempertahankan cinta sejatimu itu, cintamu tak pudar dimakan waktu, aku bangga sama kamu." puji Indira dengan tulus, sembari memeluk Kirania dari belakang.
" Dira, aku sendiri tidak tau kenapa aku bisa seperti ini, mencintai orang yang tidak pasti, yang jelas Allah yang sudah mengatur ini semua, sehingga aku bisa bertemu dan bisa bersatu dengan nya lagi."
" Kamu benar,Kiran. Yang jelas aku bahagia saat kamu bahagia." Keduanya saling berpelukan, air mata kebahagiaan mengalir di pelupuk mata indah kedua nya.
" Sudah jangan menangis lagi, nanti riasanmu rusak." Indira menyeka air mata nya dan begitu juga dengan Kirania.
"Dira, apa Devano sudah datang?."tanya Kurnia.
" Belum, aku juga tidak tahu kenapa, ponsel nya tidak bisa di hubungi."
" Tidak bisa di hubungi?," Menimpali ucap Dira, rasa cemas tiba-tiba muncul dalam. benak Kirania.
" Iya, tapi kamu tenang saja, paman,bibi serta kedua orang tuanya sudah tiba, beliau baru saja datang." Jelas Indira.
" Mereka sudah datang?." senyum kebahagiaan kembali muncul.
" Iya, paman bilang, Devan sedang dalam perjalanan." jelas Indira lagi.
" Benarkah, syukurlah kalau begitu, aku... aku sedikit lega."
" Jangan khawatir, dia tidak akan melakukan hal buruk, percayalah." mengusap punggung sang sahabat, membantu menenangkan apa yang sedang dirasakan nya.
"Indira, kenapa aku tiba-tiba merasa sedih, jantungku berdegup kencang."
" Kamu harus tenang, kau hanya mengalami kecemasan berlebih."
"Yah, kamu benar, aku harus tenang,semua akan baik-baik saja." Kirania menghela nafas dalam-dalam, menganti oksigen dalam paru-paru nya, rasa sesak yang dirasakan perlahan membaik.
Setelah menunggu beberapa saat, Devano dan Kirania sudah siap untuk melakukan ijab kabul di depan penghulu.
Dengan setelan jas berwarna hitam, dan rambut yang tertata rapi, Devano dengan penuh percaya diri menghadap penghulu dan para saksi. Tidak ada keraguan di mana Devano, membuat Kirania tidak lagi merasa cemas.
" Saudara Devano wijaya apa saudara sudah siap." tanya pak penghulu.
" Siap." ucapnya dengan penuh percaya diri.
" Sodari Kirania Bramanta, apa sodari sudah siap?,"
" Siap," jawab Kirania dengan suara yang sedikit gemetar.
" Apa ada unsur pemaksaan di pernikahan ini?."
"Tidak." kali ini Kirania tak lagi gemetar dalam menjawab pertanyaan pak penghulu.
" Baiklah kalau begitu, kita sudah bisa melakukan atau melaksanakan ijab kabul pada hari ini."
" Saudara Devano wijaya bin wijaya, saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan sodari Kirania Bramanta binti Bramasta dengan mas kawin seperangkat alat sholat, dan uang satu milyar beserta satu buah mobil dibayar tunai."
"Saya terima nikah dan kawinya Kirania Bramasta dengan maskawin tersebut dibayar tunai." menjawab dengan satu hembusan nafas,
"Bagaimana saksi,sah?,"
" Sahhhh," para saksi menjawab kompak.
"Alhamdulillah, sah."
"Kalau begitu Sadari Devano sekarang anda resmi menjadi suami dari Kirania Bramanta.
Upacara sakral pernikahan sudah selesai, dan kini tinggal merayakan pesta pernikahan, pesta yang hanya dihadiri pihak keluarga ini berjalan dengan lancar. semua tampak bahagia dengan pernikahan ini.
sebagian besar tamu adalah keluarga Devano, dengarkan untuk keluarga Kirania yang beberapa saja.Kirania, yang hidup sebatang kara hanya beberapa saja yang datang, yaitu Indira selalu sahabat dekat nya, itu pun Indira terbilang masih bagian dari keluarga Devano, dan beberapa orang dari panti asuhan di mana dulu Kirania tinggal.
"Selamat ya Kiran, aku sangat bahagia melihat kalian resmi menikah," ucap Indira penuh haru, air mata kebahagiaan kembali mengalir dari sudut matanya.
" Ini semua karenamu, Dira, kalau bukan karenamu ini tidak akan terjadi," Air mata kebahagiaan juga kembali mengalir dari sudut mata Kirania, memeluk sang sahabat dengan erat, Kirania tidak bisa menyembunyikan rasa bahagia nya.
Kirania tak sabar lagi menunggu pesta ini berakhir, ia tidak sabar untuk memberitahukan akan kebenaran siapa dirinya, Kirania yakin sang suami akan bahagia bila mendengar hal ini.
Kiranai tersenyum saat melihat sang suami terlihat bahagia saat melihatnya bersama keluarga nya.
"Mas, aku berjanji akan menjadi istri terbaik untuk mu, aku akan merawatmu sebagai mungkin." batin Kirania.
" Mas, Aku yakin kau akan semakin bahagia saat tau siapa aku. Sebelum kau pergi kau pernah berjanji pada ku, kau akan datang dan melamarku." Kirania menyeka kembali air mata nya, saat ia teringat masa-masa kecil nya bersama sang suami.
Flashback on.
Awal pertemuan Karina dengan Devano. Kirania bertemu dengan Devano saat keduanya bermain di tepi danau buatan yang ada di salah satu tempat wisata keluarga.
Saat itu, Kirania sedang menangis karena mainan nya tercebur ke dalam danau. Tak lama seorang anak laki-laki datang menghampiri Kirania.
" Jangan menangis, ini untuk mu," anak laki-laki itu memberi Kirania kecil sebuah boneka dengan bentuk yang unik. berkepala seperti kuda tapi itu bukan kuda, berwarna ungu muda pada tubuhnya, tapi berwarna biru pada kepala dan ping pada bagian hidung serta ungu tua pada bagian belakang kepala nya.
Kirania menatap lekat wajah anak laki-laki itu, dan dengan ragu-ragu ia menerima boneka itu.
" Terimakasih kak," ucap Kiranya dengan lirih saat boneka itu berpindah ke tangan nya.
"Iya, sekarang ikut aku, berbahaya kalau kamu bermain di pinggir danau sendirian." Menggandeng tangan Kirania dan membawa Kirania untuk bergabung dengan anggota keluarga anak laki-laki itu.
Kurnia berhenti menangis dan menyeka air mata nya dengan asal. Anak itu tersenyum melihat Kirania. ia melihat ada ingus di pipi Kirania, anak laki-laki itu membersihkan dengan sapu tangan yang ada di saku celana nya.
Kirania tersenyum saat mendapat perlakuan seperti itu.
"Terimakasih kak." ucap Kirania lagi.
" Kalau tersenyum terlihat lebih cantik." ucap anak laki-laki itu.
Anak laki-laki itu adalah Devano. Devano dan Kirania sudah saling kenal sejak kecil. keduanya sangat dekat dan hampir setiap hari bertemu, meskipun Kirania bukan termasuk dari kalangan elit seperti Devano tapi keduanya tetap bisa dekat, apalagi keluarga wijaya tidak mempermasalahkan hal ini.
Dan pada suatu hari, Devano dan Kirania harus berpisah, Devano beserta keluarga besar harus pindahan ke Los angeles mengurus perusahaan yang ada disana.
Dengan berat hati Kirania harus melepas Devano pergi. Kirania kembali menangis saat Devano berpamitan.
" Jangan pergi." Ucap Kirania diselah tangis nya.
" Maaf, aku tidak bisa, aku harus pergi.Tapi, aku janji aku akan kembali menemui mu." bujuk Devano.
" Kapan?, kapan kamu kembali?." Kirania masih sesenggukan.
" Aku tidak tau,Kiran. tapi yang jelas aku akan kembali menemui mu, dan saat kita dewasa nanti aku akan menjadikan mu pasanganku."
" Janji." Kirania menjukurkan jari kelingking kecil nya.
" Janji." Devano dan Kirania saling mengaitkan jari kelingking." Aku berjanji padamu, aku, Devano, akan kembali untuk mu, dan akan menjadikan mu pasangan ku."
" Kita akan menepati janji kelingking kita." Kirania menyeka kasar air mata nya.
Fleshback off
Di kamar pengantin di salah satu Hotel bintang lima, telihat Kirania tengah membersihkan sisa mek up nya, sembari menunggu sang suami yang beluam juga kembali setelah meminta ijin untuk menerima panggilan telfon dari rekan kerjanya.
" Mas Devan kemana?, kenapa dia beluam kebali?," mimik wajah Kirania menjadi cemas saat mendapati sang suami sudah pergi dua jam lama nya.
" Apa dia belium selesai dengan telfonnya?, apa ada masalah di kantor?." Tak bisa menahan lagi rasa cemas yang Kirania rasakan. Kirania memutuskan untuk mencari keberada sang suami, Devano.
Kirania mencari kesana kamari dan mendapati sang sumi. masih bicara dengan seseorang di ujung telfon, di koridor hotel.
" Itu dia." berjalan mendekati Devano, berniat mengejutkan Devano, namun Kirania lah yang terkejut mendengar apa yang Devano ucapkan dengan orang yang sedang bicara dengan Devano, mengurukan niat nya dan kembali kekamar hotel.
Kirania kini sudah berada dikamar yang mendi kamar pengantin nya, merebak kan diri dan menyelimuti sebagian tubah nya dengan selimut tebal. Kirania memejam kan mata di saat mendengar seseorang membuka pintu kamar.
" Apa dia sudah tidur?," gumam Devano sembari melihat kerah Kirania yang tubuhnya tertutup selimut.
" Mungkin dia lelah, bagus lah kalau begitu." Devano meraih bantal, berjalan ke arah sova. malam ini Kirania dan Devano melewatkan malam pertama mereka dengan tidur sendiri-sendiri.
***
Pagi hari nya, Kirania dan Devano bersiap untuk pulang ke rumah yang sudah Devano siapakan, Devano sengaja tidak membawa Kirania kerumah orang tuanya dengan alasan ingin tunggal berdua dengan sang istri.
Sepanjang perjalanan Kirania lebih banyak diam, hal itu membuat Devano sedikit bingung. Biasanya Kirania lebih cerewet dan banyak bicara.
" Dia kenapa?," batin Devano.
" Kiran, kamu kenapa, kamu sakit?," tanya Devano pada sang istri.
Kirania melihat kerah Devano, memaksakan diri untuk tersenyum. " Aku baik-baik saja mas, mungkin aku hanya lelah." menjawab dengar lembut.
" Syukurlah aku kira kamu sakit," membelai rabu Kirania dengan lembut, Kirania membalas perlakuan Devano dengan senyuman.
"Kiran, apa kau bahagia dengan pernikahan kita?," bertanya penuh keraguan, suara Devano sedikit gemetar takut membuat Kirania tersinggung dengan pertanyaan nya.
" Tentu, siap yang tidak bahagia menikah dengan keluarga Wijaya, salah satu keluar terkaya di indonesia." senyum getir kembali terukir di bibit merah muda milik Kirania.
" Ah iya, kamu benar." Devano sedikit merasa kecewa dengan jawaban Kirania. Devano berharap Kirania tidak menjawab hal itu.
"Semua wanita sama saja." batin Devano.
Keduanya kembali terdiam hingga tiba di tempat tujuan.
Limosi mewah yang Devano kendarai memasuki sembuh mansion mewah di kawasan elit.
Dengan nuansa putih yang elegan dengan hamparan taman yang cukup menyegarkan mata. terdapat juga air mancur, bahakn untuk mengitari titik taman ke taman yang lain membutuhkan kendaraan khusus yang sudah di persiapkan.
Begitu mobil yang di kendara Devano berhenti, keduanya langsung di sambut oleh para pelayan yang jumlah nya lebih dari 30 orang. Kirania merasa tercengang dengan apa yang dia lihat.
"Selamat datang tuan muda dan nyonya muda," ucap mereka dengan kompak sembari menunduk hormat.
Kirania merasa cangung dengan perlakuan yang ia dapatkan, sedangkan Devano bersikap seolah tidak terjadi apa-apa, tetap berjalan seakan tidak melihat mereka semua.
Skip,
Kini keduanya sudah berada di dalam kamar. Kirania melihat sekeliling ruangan yang tampak mewah dan glamor. tampak jelas ia begitu takjub dengan kamar yang akan dia tempati. namun begitu ia melihat Devano rasa kagum akan kemewahan yang dia dapat kan hilang begitu saja.
" Dev, bukan ini yang aku mau, yang aku inggin cuma kamu, seperti apapun keadaan mu." Tanpa terasa air mata Kirania kembali mengalir dari ujung mata indahnya.
Fleshback on.
Di saat Kirania mencari keberadaan Devano yang belum kembali ke kamar hotel. Mencari kesan kemari, dan menemukan Devano masih berbicara dengan seseorang melalui ponsel nya.
Kirania beraniat mengejutkan Devano, namun ia mengurangkan niat nya saat mendengar percakapan Devano.
"Sayang, sudah aku katakan berulang kali, aku terpaksa menikah dengan nya, kamu sendiri tau apa alasan nya, ini semua demi harta waris ayah."
"Iya iya iya aku mengerti, tapi cuma ini jalan satu-satunya, ayah meminta ku untuk segera menikah kalau inggin hak ku kembali."
" Coba saja kamu mau menikah dengan ku hal ini tidak akan terjadi,"
" Iya aku tau, kamu beluam siap, sebenarnya aku juga belum siap, tapi mau bagi mana lagi, ini semua demi wariasan."
" Tentu, aku akan menceraikannya saat semua sudah menjadi milik ku, cuma kamu wanita yang aku cintai. Dia hanya alat bagi ku."
" Ya sudah, aku tutup, sudah terlalu lama kita bicara, nanti wanita itu mencari ku, semua akan kacau kalau dia dagang dan mendengar suma nya."
"love you too.
Setelah Devano selesai bicara degan seorang wanita di ujung telfom, ia bergegas kembali ke dalam kamar hotel. Setibanya di kamar, Devano mendapati sang istri sudah tertidur pulas.
Fleshback Off.
" Kirania, kamu kenapa?, kamu menangis?," tanya Devano yang melihat Kirania menyeka air matanya.
"Ya.. ah aku... Tidak, aku tidak apa-apa, aku baik-baik saja." mencoba untuk tersenyum, meski dalam hati sangat lah hancur.
" Kirani, aku pergi dulu, aku inggin bertemu dengan rekan bisnis ku, dan mungkin malam ini tidak pulang, tidak apa-apa kan?."
" Tapi Dev, apa tidak bisa besok saja, hari ini adalah hari pertama kita menikah."
" Maaf, ini sangat penting, aku tidak bisa menunda nya."
"Aku yakin kamu akan menemui wanita itu." batin Kirania.
" Baiklah, tidak apa-apa, hati-hati di jalan dan jaga kesehatan."
" Terimakasih sayang, aku pergi dulu," Devano mencium sekilas pucuk kepala Kirania lalu pergi.
"Begitu besar cinta mu dengan wanita itu, sampai kamu tidak menghargai ku sebagai istri mu?."
" Bahkan kau tidak lagi ingat dengan ku?, kamu memang kembali dan memenuhi janjimu, tapi, kenapa hanya tubuh mu, tidak dengan hati mu?."
" Mungkin ini salah ku, kau hanya bilang akan kembali dan menjadikan ku sebagian pendamping mu, bukan menjadi orang yang kamu cintai, yah... ini salah ku." Bangin Kirania
Air mata nya Kirania terus mengalir tiada henti, kecewa dan sakit hati sangat ia rasakan, namun ia tidak bisa berbuat apa-apa, Cinta tulus yang Kirania berikan pada sang suami yang membuat nya bertahan, bertahan entah sampai kapan tidak ada yang tau.
Malam hari nya, Kirania menunggu sang suami di rung tengah, rumah utama, berharap Devano pulang mengurung kan rencananya untuk tidak pulang malam ini.
Kirania hanya duduk diam di temani lima pelayan, dan tak melakukan apa-apa, hanya sesekali melihat kearah puntu dimana Devano akan muncul, namun ternyata tidak ada siapa-siapa di sana.
"Apa kamu benar-benar tidak pulang malam ini, mas?," batin Kirania.
Kini jam sudah menujukan pukul 01:00 dini hari, tapi orang yang Kirania tunggu tak kunjung pulang. Sedang kan Kirania masih setia menunggu dan dalam posisi yang sama, tak bergerak sama sekali dari posisi nya, begitu juga dengan para pelayan itu.
Kirania melihat jam di layar ponsel nya. " Jam segini Mas Devan belum pulang juga, apa di benar-benar tidak pulang?."
Kirania merasakan sesak di dadanya, menghela nafas berat untuk menghilang sesak yang dia rasakan.
" Aku akan menunggu nya satu atau dua jam lagi."
Tak lama perhati Kirania tertuju pada salah satu pelayan yang terlihat kelelahan karen berdiri berjam-jam.
"Apa kalian akan terus berdiri di seperti itu?," tanya Kirania, namun tidak ada satupun yang menjawab pertanyaan.
"Kenapa kalian diam?, kalau kalian lelah kalian bisa pergi dan beristirahat." lagi-lagi mereka diam.
"Kenapa mereka, apa mereka di larang berbicara?, atau mereka tidak bisa bicara?,"
" Aku ijiinkan kalian untuk pergi." printah Kirania pada para pelayan, berusaha mengusir secara halus agar mereka bisa pergi dan ia bisa sedikit leluasa, karena sebenarnya dia juga lelah berdiam disir seperti itu. Tapi nyatanya mereka tidak bergeming sedikit pun. Kirania merasa canggung melihat mereka ada di sana.
"Kenapa mereka?," Kirania semakin heran di buat nya.
"Apa karena aku masih disini?, yah, bisajadi," Kirania bangkit dan berjalan menuju kamar utama, kamar yang ia tempati bersama Devano, kamara yang beluam sempat keduanya tempati meski satu menit. Dan benar saja, para pelayan itu bergrak mengikuti Kirania. Hal itu malah membuat Kirania bingung.
"Kenapa kalian mengikuti ku?,"
" Maaf nyonya, mereka akan. kembali ketempatan mereka saat anda sudah di pasti kan beristirahat di dalam kamar anda,nyonya." jelas kepala pelayan laki-laki itu.
"Apa?,gila!, jadi karena itu?,"
"Oh, yasudah aku akan langsung kekamar kalian boleh pergi," Kirania berjalan tapi mereka masih mengikuti nya.
"Aku bilang pergi," usir Kirania, tapi mereka tetap saja diam di tempat nya.
" Ok baik lah," Kirania berlari masuk kedalam kamar dan bersiap untuk tidur." dan barulah mereka pergi dan tidak teliah mengikuti nya.
"Apa mereka sudah pergi?," mengintip dari balik selimut. " Yah ... mereka sudah pergi."
Kirania merasa tidak enak dengan para pelayan itu, karen ualah nya mereka harus berdiri berjam-jam.
"Kasian mereka?," gumam nya
Kini pandang Kirania tertuju pada sebuah bigkai besar bergambar foto pernikahan nya dengan sang suami, Devano.
Berjalan menghampiri foto itu, bibirnya tersenyum mengingat masa-masa indah saat ia bersama Devano.
"Berudu, apa kamu benar-benar lupa dengan ku?,"
Fleshback on
"Rani caba kamu lihat, di sini ada berudu," Devano duduk di panghir genangan ari yang terdapat anak katak.
"Mana?," Kirania berlari untuk melihat apa yang si tujuhkan oleh Devano.
" ini, lihatlah," Devano menuju kembali apa yang dia lihat.
" Ini?, ini buka berudu tapi ini cebong," sangkal Kirania.
" Cebong?, bukan, ini berudu bukan cebong." Devano kembali. menyangkal nya.
" Cebong!," tegas Kirania.
" Bukan Rani, ini berudu!."
" Aku bilang cebong yak cebong bukan berudu!!."
" Kalau ini emang berudu mau bagai mana lagi?," tegas Devano
pengawal pribadi Devano danta melerai perdebatan kedua nya.
" Paman, ini yang dalam air Cebong kan?," tanya Kirania.
" Bukan Kirania, itu berudu." Devano masih kekeh dengan pendapat nya.
"Tuan muda dan nona Kirania, Berudu dan cebong atau kecebong itu sama saja, bedanya berudu itu bahasa indonesia kalau cebong atau kecebong bisanya di gunakan oleh bahasa daerah tertentu." jelas pengawal pribadi Devano yang sudah paruh baya itu.
" Sama?!," tanya kedua kompak. menyadari hal itu keduanya tertawa lepas menyadari kebodohan mereka.
Dan sejak kejadian itu Berudu dan cebong menjadi nama panggilan sayang mereka.
Fleshback Off.
"Berudu, aku sangat merindukan kan mu, pulanglah." gumam Kirania.
Pagi nya, Kirania yang semalam masih menunggu kepulan Devano akhirnya tertidur dengan posisi duduk dan bersandar pada sova yang ada di dalam. kamar.
Saat ia bangun ia mendapati sang suami belum juga kembali.
" Dia belum pulang juga, pergi kemana dia?," gumam Kirania.
"Aku harus bersiap, siapa tau dia pulang, aku harus terlihat rapi dan cantik, aku tidak mau kalah dengan nya, dia suami ku, dia milik ku, dan aku orang pertama yang dia cintai." Kirania menyemangati dirinya sendiri.
Selesai mandi dan berganti gaun yang sudah tersedia , Kirania lekas turun dan kembali menunggu Devano di meja makan.
Setelah menunggu satu jam Devano juga tak kunjung pulang.
"kemama dia?, kenapa dia tak pulang juga." melihat kerah dimana Devano muncul.
" Maaf Nyonya, apa anda menunggu tuan muda?," tanya kepala pelayan.
" Iya, apa dia akan pulang hari ini?."
" Maaf nyonya, seperti nya tidak, barusan tuan menghubungi hamba, beliu bilang akan pulang malam nanti." jelas kepala pelayan.
" Oh, baik lah, yasudah tidak apa-apa," menjawab sembari tersenyum seolah tidak terjadi apa-apa, meskipun hati berkata lain.
Wanita mana yang tidak sakit saat ia baru saja menikah harus di tinggal pasangan nya, bahkan dia tak kalau sang suami pergi menemu wanita lain, bahakn sampai menginap. ia harus kembali melewati kan malam kedua nya, dan kalian ini bukan hanya pisah ranjang tapi sudah beda rumah.
Selesai sarapan, untuk mengisi kekosongan dirinya, Kirania pergi ke halam belakang, duduk di bangku yang tersedia di sana, Dan tentu dengan para pelayan yang terus saja mengikuti nya.
" Apa kalian tidak bisa pergi, aku ingin sendiri," pinta Kirania.
" Kalian jangan hanya diam, cepat pergi!, aku Nyonya di sini, aku lebih berhak mengatur kalian dari pada orang yang menyuruh kalian!." tegas Kirania. Kirania merasa risih akan beradaan mereka. ia merasa di awasi seolah seorang tahanan. memberanikan diri untuk bersikap tegas pada para pelayanan itu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!