NovelToon NovelToon

CINTAI AKU SUAMIKU

Bab 1

"Apa ini mimpi?," ucap seorang  gadis  cantik  yang  memakai  gaun  pengantin  lengkap  dengan hiasannya. Menatap  wajah dari pantulan kaca  yang  ada di depan nya.  Kebahagiaan  terpancar jelas  di wajah nya. bibir tipis yang  indahnya  tersenyum lebar  bak bulan sabit.

Begitu bahagia yang  dirasakan,  sampai-sampai  ia tidak  bisa  berkata-kata apa-apa lagi. Tangis  tak  bersuara mewakili kebahagiaan yang  dia rasakan.

Gadis itu bernama  Kirania, atau  bisa  di panggil Kiran, gadis  cantik,  bermata  coklat,  hidung mancung  dan memiliki bibir  yang  tipis serta pipi yang  terus.

" Ini  bukan  mimpi,  ini kenyataan, sebentar  lagi  kau akan menjadi  nyonya Devano wijaya Group, salah satu keluarga  terkaya  di indonesia, anak semata wayang  dari keluar Wijaya, otomatis  kamu akan  menjadi  ratu di rumah  keluar Wijaya." Ucap  seorang  gadis  cantik yang  baru  saja datang. Indira, atau kerap  disapa  Dira,  sahabat  terbaik  Kirania. Dia adalah  orang  yang  mempertemukan Kirania dengan  seorang  pria yang sebentar  lagi  akan  menjadi suaminya.

" Aku bahagia  bukan  karena  itu,  tapi... ya.. kau tau sendiri  alasan nya,Dir. Dia adalah  cinta  pertama ku,  dia satu-satu nya orang  yang  selama aku  cintai, cuma  dia yang  ada di hati ku. Dan tidak  akan  tergantikan  oleh  apapun, hingga  saat ini."

"Kirana, aku tidak tau  harus  berkata apa,  yang  jelas  aku iri sama kamu,  bukan  karena kamu akan menjadi  nyonya  di keluar  Wijaya,  tapi  aku iri karena kamu bisa mempertahankan  cinta  sejatimu itu,  cintamu tak pudar  dimakan  waktu,  aku bangga  sama kamu." puji Indira dengan  tulus, sembari  memeluk Kirania dari belakang.

" Dira, aku sendiri  tidak tau kenapa  aku bisa  seperti ini,  mencintai  orang  yang  tidak  pasti, yang  jelas  Allah yang  sudah  mengatur  ini semua, sehingga  aku bisa  bertemu dan bisa  bersatu  dengan  nya lagi."

" Kamu  benar,Kiran. Yang  jelas aku bahagia  saat kamu bahagia." Keduanya  saling  berpelukan,  air  mata kebahagiaan  mengalir  di pelupuk  mata indah  kedua nya.

" Sudah jangan menangis lagi,  nanti  riasanmu rusak." Indira menyeka  air mata nya dan begitu  juga dengan  Kirania.

"Dira, apa Devano sudah  datang?."tanya Kurnia.

" Belum, aku juga  tidak  tahu  kenapa, ponsel nya tidak bisa di hubungi."

" Tidak  bisa  di hubungi?," Menimpali  ucap  Dira,  rasa cemas  tiba-tiba  muncul  dalam. benak  Kirania.

" Iya, tapi  kamu  tenang  saja,  paman,bibi serta kedua orang  tuanya  sudah  tiba,  beliau baru  saja datang." Jelas  Indira.

" Mereka  sudah  datang?." senyum  kebahagiaan  kembali  muncul.

" Iya, paman  bilang, Devan sedang  dalam perjalanan." jelas   Indira lagi.

" Benarkah,  syukurlah kalau begitu, aku... aku sedikit lega."

" Jangan khawatir,  dia tidak akan  melakukan  hal buruk, percayalah." mengusap  punggung  sang  sahabat, membantu menenangkan  apa  yang  sedang  dirasakan nya.

"Indira, kenapa  aku tiba-tiba  merasa sedih,   jantungku berdegup  kencang."

" Kamu harus tenang, kau  hanya  mengalami  kecemasan  berlebih."

"Yah,  kamu  benar,  aku harus  tenang,semua akan baik-baik  saja." Kirania menghela  nafas  dalam-dalam, menganti oksigen  dalam paru-paru nya, rasa sesak  yang  dirasakan  perlahan  membaik.

Setelah  menunggu  beberapa  saat,  Devano dan Kirania sudah  siap  untuk  melakukan ijab kabul di depan  penghulu.

Dengan  setelan jas berwarna hitam, dan rambut yang  tertata  rapi, Devano  dengan  penuh  percaya diri menghadap penghulu  dan para  saksi. Tidak  ada keraguan  di mana  Devano, membuat  Kirania tidak  lagi  merasa  cemas.

" Saudara  Devano wijaya  apa saudara sudah  siap." tanya  pak penghulu.

" Siap." ucapnya dengan  penuh  percaya  diri.

" Sodari  Kirania Bramanta, apa sodari  sudah  siap?,"

" Siap," jawab  Kirania dengan  suara  yang  sedikit  gemetar.

" Apa ada unsur  pemaksaan di pernikahan  ini?."

"Tidak."  kali ini  Kirania tak  lagi  gemetar  dalam  menjawab  pertanyaan  pak penghulu.

" Baiklah kalau  begitu,  kita sudah bisa melakukan atau  melaksanakan  ijab kabul pada hari  ini."

" Saudara Devano wijaya bin wijaya, saya nikahkan dan kawinkan engkau  dengan  sodari  Kirania Bramanta binti Bramasta dengan  mas kawin  seperangkat alat  sholat, dan uang  satu  milyar  beserta  satu buah  mobil dibayar  tunai."

"Saya  terima  nikah dan kawinya  Kirania Bramasta  dengan  maskawin  tersebut  dibayar  tunai." menjawab dengan  satu  hembusan  nafas,

"Bagaimana saksi,sah?,"

" Sahhhh," para saksi menjawab  kompak.

"Alhamdulillah, sah."

"Kalau  begitu  Sadari Devano sekarang  anda resmi  menjadi  suami  dari Kirania Bramanta.

Upacara sakral pernikahan sudah  selesai,  dan kini tinggal merayakan pesta  pernikahan, pesta  yang  hanya  dihadiri  pihak  keluarga  ini berjalan dengan  lancar. semua tampak bahagia  dengan  pernikahan ini.

sebagian besar  tamu  adalah  keluarga Devano, dengarkan untuk  keluarga  Kirania yang  beberapa saja.Kirania,  yang hidup  sebatang  kara hanya  beberapa  saja yang  datang,  yaitu  Indira selalu  sahabat  dekat nya,  itu pun Indira terbilang masih  bagian  dari  keluarga Devano, dan beberapa  orang  dari  panti  asuhan  di mana dulu Kirania tinggal.

"Selamat  ya Kiran, aku sangat  bahagia melihat  kalian  resmi  menikah," ucap Indira penuh  haru,  air  mata  kebahagiaan  kembali mengalir dari  sudut  matanya.

" Ini semua  karenamu, Dira,  kalau  bukan  karenamu ini  tidak  akan  terjadi," Air  mata  kebahagiaan  juga  kembali  mengalir dari  sudut  mata  Kirania, memeluk  sang  sahabat  dengan  erat,  Kirania tidak  bisa  menyembunyikan  rasa  bahagia nya.

Kirania tak sabar  lagi  menunggu pesta ini berakhir, ia tidak  sabar  untuk memberitahukan  akan  kebenaran  siapa dirinya,  Kirania yakin  sang  suami  akan  bahagia  bila  mendengar  hal ini.

Kiranai  tersenyum  saat  melihat  sang  suami  terlihat  bahagia  saat melihatnya bersama  keluarga nya.

"Mas, aku  berjanji  akan  menjadi  istri  terbaik  untuk mu,  aku akan merawatmu  sebagai mungkin." batin  Kirania.

"  Mas, Aku yakin  kau akan  semakin  bahagia saat  tau  siapa  aku. Sebelum kau pergi  kau  pernah  berjanji  pada ku, kau akan  datang dan  melamarku." Kirania  menyeka  kembali  air mata nya, saat ia teringat  masa-masa  kecil  nya bersama  sang  suami.

Flashback on.

Awal  pertemuan  Karina  dengan  Devano. Kirania bertemu  dengan  Devano saat keduanya  bermain  di tepi  danau  buatan  yang  ada di salah  satu  tempat  wisata keluarga.

Saat itu,  Kirania sedang menangis  karena  mainan nya tercebur  ke dalam  danau. Tak lama  seorang  anak  laki-laki  datang  menghampiri  Kirania.

" Jangan  menangis, ini  untuk mu," anak  laki-laki  itu memberi  Kirania kecil  sebuah  boneka dengan  bentuk  yang  unik. berkepala seperti  kuda tapi  itu bukan  kuda,  berwarna ungu muda pada tubuhnya, tapi  berwarna  biru  pada  kepala dan ping  pada  bagian hidung  serta ungu tua pada  bagian  belakang  kepala nya.

Kirania  menatap  lekat wajah  anak laki-laki itu, dan dengan ragu-ragu  ia menerima  boneka  itu.

" Terimakasih kak," ucap  Kiranya dengan  lirih saat boneka  itu berpindah  ke tangan nya.

"Iya,  sekarang  ikut  aku,  berbahaya  kalau  kamu bermain  di pinggir  danau  sendirian." Menggandeng  tangan  Kirania  dan membawa Kirania untuk  bergabung  dengan  anggota  keluarga anak laki-laki itu.

Kurnia  berhenti menangis  dan menyeka  air mata nya dengan  asal. Anak itu tersenyum  melihat  Kirania. ia melihat  ada ingus  di pipi  Kirania,  anak laki-laki itu membersihkan dengan  sapu tangan  yang  ada di saku celana nya.

Bab 2

Kirania tersenyum saat mendapat perlakuan seperti itu.

"Terimakasih kak." ucap Kirania lagi.

" Kalau tersenyum terlihat lebih cantik." ucap anak laki-laki itu.

Anak laki-laki itu adalah Devano. Devano dan Kirania sudah saling kenal sejak kecil. keduanya sangat dekat dan hampir setiap hari bertemu, meskipun Kirania bukan termasuk dari kalangan elit seperti Devano tapi keduanya tetap bisa dekat, apalagi keluarga wijaya tidak mempermasalahkan hal ini.

Dan pada suatu hari, Devano dan Kirania harus berpisah, Devano beserta keluarga besar harus pindahan ke Los angeles mengurus perusahaan yang ada disana.

Dengan berat hati Kirania harus melepas Devano pergi. Kirania kembali menangis saat Devano berpamitan.

" Jangan pergi." Ucap Kirania diselah tangis nya.

" Maaf, aku tidak bisa, aku harus pergi.Tapi, aku janji aku akan kembali menemui mu." bujuk Devano.

" Kapan?, kapan kamu kembali?." Kirania masih sesenggukan.

" Aku tidak tau,Kiran. tapi yang jelas aku akan kembali menemui mu, dan saat kita dewasa nanti aku akan menjadikan mu pasanganku."

" Janji." Kirania menjukurkan jari kelingking kecil nya.

" Janji." Devano dan Kirania saling mengaitkan jari kelingking." Aku berjanji padamu, aku, Devano, akan kembali untuk mu, dan akan menjadikan mu pasangan ku."

" Kita akan menepati janji kelingking kita." Kirania menyeka kasar air mata nya.

Fleshback off

Di kamar pengantin di salah satu Hotel bintang lima, telihat Kirania tengah membersihkan sisa mek up nya, sembari menunggu sang suami yang beluam juga kembali setelah meminta ijin untuk menerima panggilan telfon dari rekan kerjanya.

" Mas Devan kemana?, kenapa dia beluam kebali?," mimik wajah Kirania menjadi cemas saat mendapati sang suami sudah pergi dua jam lama nya.

" Apa dia belium selesai dengan telfonnya?, apa ada masalah di kantor?." Tak bisa menahan lagi rasa cemas yang Kirania rasakan. Kirania memutuskan untuk mencari keberada sang suami, Devano.

Kirania mencari kesana kamari dan mendapati sang sumi. masih bicara dengan seseorang di ujung telfon, di koridor hotel.

" Itu dia." berjalan mendekati Devano, berniat mengejutkan Devano, namun Kirania lah yang terkejut mendengar apa yang Devano ucapkan dengan orang yang sedang bicara dengan Devano, mengurukan niat nya dan kembali kekamar hotel.

Kirania kini sudah berada dikamar yang mendi kamar pengantin nya, merebak kan diri dan menyelimuti sebagian tubah nya dengan selimut tebal. Kirania memejam kan mata di saat mendengar seseorang membuka pintu kamar.

" Apa dia sudah tidur?," gumam Devano sembari melihat kerah Kirania yang tubuhnya tertutup selimut.

" Mungkin dia lelah, bagus lah kalau begitu." Devano meraih bantal, berjalan ke arah sova. malam ini Kirania dan Devano melewatkan malam pertama mereka dengan tidur sendiri-sendiri.

***

Pagi hari nya, Kirania dan Devano bersiap untuk pulang ke rumah yang sudah Devano siapakan, Devano sengaja tidak membawa Kirania kerumah orang tuanya dengan alasan ingin tunggal berdua dengan sang istri.

Sepanjang perjalanan Kirania lebih banyak diam, hal itu membuat Devano sedikit bingung. Biasanya Kirania lebih cerewet dan banyak bicara.

" Dia kenapa?," batin Devano.

" Kiran, kamu kenapa, kamu sakit?," tanya Devano pada sang istri.

Kirania melihat kerah Devano, memaksakan diri untuk tersenyum. " Aku baik-baik saja mas, mungkin aku hanya lelah." menjawab dengar lembut.

" Syukurlah aku kira kamu sakit," membelai rabu Kirania dengan lembut, Kirania membalas perlakuan Devano dengan senyuman.

"Kiran, apa kau bahagia dengan pernikahan kita?," bertanya penuh keraguan, suara Devano sedikit gemetar takut membuat Kirania tersinggung dengan pertanyaan nya.

" Tentu, siap yang tidak bahagia menikah dengan keluarga Wijaya, salah satu keluar terkaya di indonesia." senyum getir kembali terukir di bibit merah muda milik Kirania.

" Ah iya, kamu benar." Devano sedikit merasa kecewa dengan jawaban Kirania. Devano berharap Kirania tidak menjawab hal itu.

"Semua wanita sama saja." batin Devano.

Keduanya kembali terdiam hingga tiba di tempat tujuan.

Limosi mewah yang Devano kendarai memasuki sembuh mansion mewah di kawasan elit.

Dengan nuansa putih yang elegan dengan hamparan taman yang cukup menyegarkan mata. terdapat juga air mancur, bahakn untuk mengitari titik taman ke taman yang lain membutuhkan kendaraan khusus yang sudah di persiapkan.

Begitu mobil yang di kendara Devano berhenti, keduanya langsung di sambut oleh para pelayan yang jumlah nya lebih dari 30 orang. Kirania merasa tercengang dengan apa yang dia lihat.

"Selamat datang tuan muda dan nyonya muda," ucap mereka dengan kompak sembari menunduk hormat.

Kirania merasa cangung dengan perlakuan yang ia dapatkan, sedangkan Devano bersikap seolah tidak terjadi apa-apa, tetap berjalan seakan tidak melihat mereka semua.

Skip,

Kini keduanya sudah berada di dalam kamar. Kirania melihat sekeliling ruangan yang tampak mewah dan glamor. tampak jelas ia begitu takjub dengan kamar yang akan dia tempati. namun begitu ia melihat Devano rasa kagum akan kemewahan yang dia dapat kan hilang begitu saja.

" Dev, bukan ini yang aku mau, yang aku inggin cuma kamu, seperti apapun keadaan mu." Tanpa terasa air mata Kirania kembali mengalir dari ujung mata indahnya.

Fleshback on.

Di saat Kirania mencari keberadaan Devano yang belum kembali ke kamar hotel. Mencari kesan kemari, dan menemukan Devano masih berbicara dengan seseorang melalui ponsel nya.

Kirania beraniat mengejutkan Devano, namun ia mengurangkan niat nya saat mendengar percakapan Devano.

"Sayang, sudah aku katakan berulang kali, aku terpaksa menikah dengan nya, kamu sendiri tau apa alasan nya, ini semua demi harta waris ayah."

"Iya iya iya aku mengerti, tapi cuma ini jalan satu-satunya, ayah meminta ku untuk segera menikah kalau inggin hak ku kembali."

" Coba saja kamu mau menikah dengan ku hal ini tidak akan terjadi,"

" Iya aku tau, kamu beluam siap, sebenarnya aku juga belum siap, tapi mau bagi mana lagi, ini semua demi wariasan."

" Tentu, aku akan menceraikannya saat semua sudah menjadi milik ku, cuma kamu wanita yang aku cintai. Dia hanya alat bagi ku."

" Ya sudah, aku tutup, sudah terlalu lama kita bicara, nanti wanita itu mencari ku, semua akan kacau kalau dia dagang dan mendengar suma nya."

"love you too.

Setelah Devano selesai bicara degan seorang wanita di ujung telfom, ia bergegas kembali ke dalam kamar hotel. Setibanya di kamar, Devano mendapati sang istri sudah tertidur pulas.

Fleshback Off.

" Kirania, kamu kenapa?, kamu menangis?," tanya Devano yang melihat Kirania menyeka air matanya.

"Ya.. ah aku... Tidak, aku tidak apa-apa, aku baik-baik saja." mencoba untuk tersenyum, meski dalam hati sangat lah hancur.

" Kirani, aku pergi dulu, aku inggin bertemu dengan rekan bisnis ku, dan mungkin malam ini tidak pulang, tidak apa-apa kan?."

" Tapi Dev, apa tidak bisa besok saja, hari ini adalah hari pertama kita menikah."

" Maaf, ini sangat penting, aku tidak bisa menunda nya."

"Aku yakin kamu akan menemui wanita itu." batin Kirania.

" Baiklah, tidak apa-apa, hati-hati di jalan dan jaga kesehatan."

" Terimakasih sayang, aku pergi dulu," Devano mencium sekilas pucuk kepala Kirania lalu pergi.

Bab 3

"Begitu besar cinta mu dengan wanita itu, sampai kamu tidak menghargai ku sebagai istri mu?."

" Bahkan kau tidak lagi ingat dengan ku?, kamu memang kembali dan memenuhi janjimu, tapi, kenapa hanya tubuh mu, tidak dengan hati mu?."

" Mungkin ini salah ku, kau hanya bilang akan kembali dan menjadikan ku sebagian pendamping mu, bukan menjadi orang yang kamu cintai, yah... ini salah ku." Bangin Kirania

Air mata nya Kirania terus mengalir tiada henti, kecewa dan sakit hati sangat ia rasakan, namun ia tidak bisa berbuat apa-apa, Cinta tulus yang Kirania berikan pada sang suami yang membuat nya bertahan, bertahan entah sampai kapan tidak ada yang tau.

Malam hari nya, Kirania menunggu sang suami di rung tengah, rumah utama, berharap Devano pulang mengurung kan rencananya untuk tidak pulang malam ini.

Kirania hanya duduk diam di temani lima pelayan, dan tak melakukan apa-apa, hanya sesekali melihat kearah puntu dimana Devano akan muncul, namun ternyata tidak ada siapa-siapa di sana.

"Apa kamu benar-benar tidak pulang malam ini, mas?," batin Kirania.

Kini jam sudah menujukan pukul 01:00 dini hari, tapi orang yang Kirania tunggu tak kunjung pulang. Sedang kan Kirania masih setia menunggu dan dalam posisi yang sama, tak bergerak sama sekali dari posisi nya, begitu juga dengan para pelayan itu.

Kirania melihat jam di layar ponsel nya. " Jam segini Mas Devan belum pulang juga, apa di benar-benar tidak pulang?."

Kirania merasakan sesak di dadanya, menghela nafas berat untuk menghilang sesak yang dia rasakan.

" Aku akan menunggu nya satu atau dua jam lagi."

Tak lama perhati Kirania tertuju pada salah satu pelayan yang terlihat kelelahan karen berdiri berjam-jam.

"Apa kalian akan terus berdiri di seperti itu?," tanya Kirania, namun tidak ada satupun yang menjawab pertanyaan.

"Kenapa kalian diam?, kalau kalian lelah kalian bisa pergi dan beristirahat." lagi-lagi mereka diam.

"Kenapa mereka, apa mereka di larang berbicara?, atau mereka tidak bisa bicara?,"

" Aku ijiinkan kalian untuk pergi." printah Kirania pada para pelayan, berusaha mengusir secara halus agar mereka bisa pergi dan ia bisa sedikit leluasa, karena sebenarnya dia juga lelah berdiam disir seperti itu. Tapi nyatanya mereka tidak bergeming sedikit pun. Kirania merasa canggung melihat mereka ada di sana.

"Kenapa mereka?," Kirania semakin heran di buat nya.

"Apa karena aku masih disini?, yah, bisajadi," Kirania bangkit dan berjalan menuju kamar utama, kamar yang ia tempati bersama Devano, kamara yang beluam sempat keduanya tempati meski satu menit. Dan benar saja, para pelayan itu bergrak mengikuti Kirania. Hal itu malah membuat Kirania bingung.

"Kenapa kalian mengikuti ku?,"

" Maaf nyonya, mereka akan. kembali ketempatan mereka saat anda sudah di pasti kan beristirahat di dalam kamar anda,nyonya." jelas kepala pelayan laki-laki itu.

"Apa?,gila!, jadi karena itu?,"

"Oh, yasudah aku akan langsung kekamar kalian boleh pergi," Kirania berjalan tapi mereka masih mengikuti nya.

"Aku bilang pergi," usir Kirania, tapi mereka tetap saja diam di tempat nya.

" Ok baik lah," Kirania berlari masuk kedalam kamar dan bersiap untuk tidur." dan barulah mereka pergi dan tidak teliah mengikuti nya.

"Apa mereka sudah pergi?," mengintip dari balik selimut. " Yah ... mereka sudah pergi."

Kirania merasa tidak enak dengan para pelayan itu, karen ualah nya mereka harus berdiri berjam-jam.

"Kasian mereka?," gumam nya

Kini pandang Kirania tertuju pada sebuah bigkai besar bergambar foto pernikahan nya dengan sang suami, Devano.

Berjalan menghampiri foto itu, bibirnya tersenyum mengingat masa-masa indah saat ia bersama Devano.

"Berudu, apa kamu benar-benar lupa dengan ku?,"

Fleshback on

"Rani caba kamu lihat, di sini ada berudu," Devano duduk di panghir genangan ari yang terdapat anak katak.

"Mana?," Kirania berlari untuk melihat apa yang si tujuhkan oleh Devano.

" ini, lihatlah," Devano menuju kembali apa yang dia lihat.

" Ini?, ini buka berudu tapi ini cebong," sangkal Kirania.

" Cebong?, bukan, ini berudu bukan cebong." Devano kembali. menyangkal nya.

" Cebong!," tegas Kirania.

" Bukan Rani, ini berudu!."

" Aku bilang cebong yak cebong bukan berudu!!."

" Kalau ini emang berudu mau bagai mana lagi?," tegas Devano

pengawal pribadi Devano danta melerai perdebatan kedua nya.

" Paman, ini yang dalam air Cebong kan?," tanya Kirania.

" Bukan Kirania, itu berudu." Devano masih kekeh dengan pendapat nya.

"Tuan muda dan nona Kirania, Berudu dan cebong atau kecebong itu sama saja, bedanya berudu itu bahasa indonesia kalau cebong atau kecebong bisanya di gunakan oleh bahasa daerah tertentu." jelas pengawal pribadi Devano yang sudah paruh baya itu.

" Sama?!," tanya kedua kompak. menyadari hal itu keduanya tertawa lepas menyadari kebodohan mereka.

Dan sejak kejadian itu Berudu dan cebong menjadi nama panggilan sayang mereka.

Fleshback Off.

"Berudu, aku sangat merindukan kan mu, pulanglah." gumam Kirania.

Pagi nya, Kirania yang semalam masih menunggu kepulan Devano akhirnya tertidur dengan posisi duduk dan bersandar pada sova yang ada di dalam. kamar.

Saat ia bangun ia mendapati sang suami belum juga kembali.

" Dia belum pulang juga, pergi kemana dia?," gumam Kirania.

"Aku harus bersiap, siapa tau dia pulang, aku harus terlihat rapi dan cantik, aku tidak mau kalah dengan nya, dia suami ku, dia milik ku, dan aku orang pertama yang dia cintai." Kirania menyemangati dirinya sendiri.

Selesai mandi dan berganti gaun yang sudah tersedia , Kirania lekas turun dan kembali menunggu Devano di meja makan.

Setelah menunggu satu jam Devano juga tak kunjung pulang.

"kemama dia?, kenapa dia tak pulang juga." melihat kerah dimana Devano muncul.

" Maaf Nyonya, apa anda menunggu tuan muda?," tanya kepala pelayan.

" Iya, apa dia akan pulang hari ini?."

" Maaf nyonya, seperti nya tidak, barusan tuan menghubungi hamba, beliu bilang akan pulang malam nanti." jelas kepala pelayan.

" Oh, baik lah, yasudah tidak apa-apa," menjawab sembari tersenyum seolah tidak terjadi apa-apa, meskipun hati berkata lain.

Wanita mana yang tidak sakit saat ia baru saja menikah harus di tinggal pasangan nya, bahkan dia tak kalau sang suami pergi menemu wanita lain, bahakn sampai menginap. ia harus kembali melewati kan malam kedua nya, dan kalian ini bukan hanya pisah ranjang tapi sudah beda rumah.

Selesai sarapan, untuk mengisi kekosongan dirinya, Kirania pergi ke halam belakang, duduk di bangku yang tersedia di sana, Dan tentu dengan para pelayan yang terus saja mengikuti nya.

" Apa kalian tidak bisa pergi, aku ingin sendiri," pinta Kirania.

" Kalian jangan hanya diam, cepat pergi!, aku Nyonya di sini, aku lebih berhak mengatur kalian dari pada orang yang menyuruh kalian!." tegas Kirania. Kirania merasa risih akan beradaan mereka. ia merasa di awasi seolah seorang tahanan. memberanikan diri untuk bersikap tegas pada para pelayanan itu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!