Nea Wijaya adalah seorang wanita cantik, bertubuh sintal, rambut panjang hitam legam, kulit putih, wajah mulus tanpa noda, serta memiliki tinggi 170 cm membuat Nea menjadi wanita idaman semua pria. Dia memiliki sahabat masa kecil bernama Robin. Namun saat sang sahabat menyatakan perasaan cinta padanya, Nea merasa sedih, dia tidak menyangka jika Robin justru memiliki maksud lain ketika menjalin persahabatan dengannya.
Sejak saat itu hubungannya dengan sang sahabat merenggang, di tambah dengan kepulangan Robin ke negara asal ibunya di New York karena sang ibu sedang sakit, hubungan dengan Robin semakin berjarak.
Nea adalah seorang wanita yang cerdas, lembut serta tegas. Kedua orang tuanya memiliki perusahaan kosmetik bernama H.W skincare. Nea Wijaya adalah anak tunggal dari keluarga terpandang Hardianto Wijaya dan Mila Wijaya.
Meskipun dari kalangan orang-orang berduit, gaya hidup Nea tidak semewah kelihatannya, dia adalah sosok wanita sederhana dan apa adanya. Cita-citanya sejak kecil juga tidak terduga, dia ingin berpendidikan tinggi agar bisa mendidik dengan baik anak-anaknya kelak saat dirinya telah siap untuk menikah meskipun sang ayah sangat berharap Nea mau mengurus perusahaan milik ayahnya juga. Nea selama ini hanya sekedar membantu sang ayah saat dirinya sedang libur kuliah, selebihnya dia manfaatkan waktu untuk belajar. Karena terlalu rajin belajar, Nea lupa akan usianya yang semakin lama semakin bertambah itu.
Pagi ini Nea sedang berada di ruangan presiden direktur H.W skincare, dia terlihat sedang membantu sang ayah merapikan beberapa berkas.
"Usiamu berapa?" tanya tuan Hardianto tiba-tiba.
"Dua puluh empat ayah, ada apa?" jawab Nea.
"Ayah punya calon yang tepat untukmu, apa kau mau menerimanya?" tanya sang ayah.
"Kuliahku belum selesai ayah, aku ingin menyelesaikan S2 ku dulu," jelas Nea.
"Kau terlalu rajin belajar Nea, kau juga harus memikirkan masa depanmu," saran sang ayah.
"Aku juga memikirkannya ayah," jawab Nea.
"Apa kau sudah ada calon?" tanya sang ayah.
"Ada, aku memiliki seorang teman laki-laki yang sedang dekat denganku, saat teman laki-lakiku sudah siap, dia akan datang padamu ayah," jawab
Nea.
"Siapa namanya?" tanya sang ayah.
"Lewis Hans Smith," jawab Nea.
"Wow, dia pasti sosok yang luar biasa," ucap sang ayah.
Nea hanya tersenyum, dia merasa jika sang ayah akan menyukai calon suaminya kelak.
Setelah selesai merapikan berkas sang ayah, Nea berpamitan kepada ayahnya untuk pergi ke kampus karena ada tugas yang harus di kumpulkan. Sang ayah mengizinkan dan Nea bergegas pergi dari ruangan presiden direktur itu.
Nea berjalan perlahan menuju ke lift, saat lift terbuka, dia masuk ke dalam. Di dalam lift ada seorang gadis yang tersenyum padanya. Dia membalas senyuman gadis itu.
"Anda cantik sekali nona," puji sang gadis.
"Kau juga cantik, nona kecil," ucap Nea.
"Aku sudah dewasa nona, mengapa kau memanggilku nona kecil seperti kekasihku?" gerutu sang gadis.
"Kau lucu sekali, berapa usiamu?" tanya Nea.
"Usiaku delapan belas tahun nona, aku seorang mahasiswi yang juga bekerja paruh waktu di perusahaan L.H.S skincare, aku seorang gadis dewasakan? aku kuliah dan bekerja dalam waktu bersamaan," tukas sang gadis.
"Iya, kau hebat," jawab Nea.
Saat pintu lift terbuka, keduanya berpisah. Nea berjalan menuju pintu keluar dan sang gadis menemui sang kekasih yang sudah menunggunya di lantai dasar gedung itu. Sang kekasih berdiri membelakanginya,sang gadis menepuk pundak sang kekasih pelan, sesaat kemudian sang kekasih tersadar dan menatapnya.
"Gadis kecil? kau lama sekali," ucap sang kekasih.
"Kau seperti nona yang baru saja keluar itu, dia juga mengatakan jika aku adalah seorang gadis kecil," jawab sang gadis sembari menunjuk ke arah Nea.
"Oh," jawab sang kekasih yang sibuk dengan ponselnya.
"Lewis! kau ini, kalau di ajak bicara jangan melihat ponsel saja, dasar!" ucap sang gadis.
"Iya Haruka, aku tahu, aku hanya tidak ingin melihat gadis lain selain dirimu jadi aku menatap layar ponsel," jawab Lewis beralasan.
"Aku sudah menyerahkan berkas yang kau minta kepada sekertaris tuan Hardianto Wijaya. Saatnya kita kembali ke kantor," pinta Haruka.
"Baik sekertarisku sayang," jawab Lewis.
...* * *...
Lima tahun kemudian....
Lewis telah resmi mempersunting Nea. Mereka menjadi pasangan suami isteri setelah lima bulan saling mengenal. Lewis menjadi pria yang sangat dewasa, penyayang dan setia kepada sang isteri.
Sejak dia menikah dengan Lewis Hans Smith, kebebasan dalam bersosialisasi ia kurangi karena tugasnya kini mengurus rumah serta penghuninya. Nea adalah sosok wanita tangguh yang mengabdikan diri menjadi ibu rumah tangga meskipun dirinya bergelar S2.
Usianya yang belum genap tiga puluh tahun membuat ibu dari si kembar Fea dan Fany Hans Smith yang kini genap berusia lima tahun itu selalu terlihat awet muda karena rajin berolahraga serta makan buah dan sayur, dia rutin menjalani gaya hidup sehat setiap harinya.
Isteri dari pria tampan dan gagah bernama Lewis Hans Smith ini, tinggal di mansion utama milik keluarga Hans Smith yang megah dan mewah, Nea tinggal bersama keluarga besar sang suami. Semua penghuni mansion utama sangat menyukai kepribadian Nea yang meski lembut, tapi tegas. Nea tidak hanya menyayangi keluarga sang suami tetapi juga para pelayan yang membantunya mengurus mansion utama itu.
Hari ini adalah Anniversary lima tahun pernikahan Nea dan Lewis, mertua Nea dan para pelayan ingin membuat sebuah pesta untuk Lewis dan Nea tanpa sepengetahuan keduanya.
Tuan Hans Smith menyuruh Lewis untuk berkerja tanpa henti dari pagi hingga malam menjelang karena tuan Hans berpura-pura sedang sakit. Sedangkan untuk Nea, sang ibu mertua mengajak Nea dan kedua cucunya berbelanja di mall.
...* * *...
Dari pagi hingga malam menjelang, situasi di mansion utama sangatlah sibuk, tuan Hans menjadi pengurus acara wedding anniversary ke-5 Nea dan Lewis.
Dia melakukan segalanya dengan baik dan sempurna, hingga saat itu tiba, tuan Hans menelpon sang isteri untuk segera kembali karena acara sudah siap, di mansion utama juga sudah ada kedua orang tua Nea yang mendapatkan undangan khusus tuan Hans Smith.
Setelah selesai dengan Nea, tuan Hans menelpon sang anak. Dia mengatakan jika ada hal yang penting, sang ayah meminta Lewis untuk segera pulang. Dia beralasan jika tugas di kantor belum usai, sang ayah meminta Lewis meninggalkan pekerjaannya karena sudah malam, sang ayah meminta Lewis kembali ke mansion utama. Lewis bingung dengan perkataan sang ayah yang awalnya menyuruhnya bekerja di kantor hingga malam, tapi saat dirinya sedang menyelesaikan tugasnya, justru sang ayah ingin dia kembali ke mansion utama. Lewis mengetahui sifat sang ayah yang tidak suka di bantah, daripada nanti mendapatkan masalah, lebih baik Lewis menuruti keinginan sang ayah untuk segera pulang.
Di mansion utama...
Saat pertama kali masuk ke dalam mansion utama, Nea merasa terkejut juga bahagia karena sudah ada kedua orang tuanya di sana. Dia tidak menyangka jika kedua orang tuanya akan datang ke rumah megahnya karena mereka mengatakan sedang berada di luar kota untuk urusan bisnis. Ibu mertua Nea merasa bahagia saat melihat senyum sang menantu.
"Pelayan, tolong bawa barang belanjaan ini ke kamar Nea dan cucuku," perintah nyonya Patricia.
"Baik nyonya," jawab sang pelayan.
Nyonya Patricia duduk bersama di satu meja makan bersama besan, sang suami, anak menantu, cucu-cucunya, tapi ada satu hal yang kurang yaitu suami Nea yang tak kunjung kembali ke mansion.
Di kantor L.H.S skincare...
"Ayah memang orang tua yang sangat baik, dia memberikanku banyak tugas tanpa henti, setelah aku menikmati pekerjaanku ini, ayah memintaku untuk pulang," gerutu Lewis.
Saat dia merasa bosan, tiba-tiba ada nomor tidak di kenal menghubunginya, awalnya dia malas untuk menjawab panggilan itu, namun karena merasa jika panggilan itu mungkin penting, Lewis menjawabnya.
"Halo, maaf, ini siapa ya?" tanya Lewis.
"Akhirnya aku berhasil menemukanmu Le," jawab sang penelpon.
"Darimana kau tahu nama itu, hanya Haruka yang memanggilku dengan nama itu, tunggu... apa... kau... Ha... ru... ka...?" tanya Lewis.
"Iya, ini aku," jawab sang penelpon.
Lewis diam untuk beberapa menit, dia merasa khawatir dengan kemunculan Haruka.
"Kenapa kau diam? apa kau takut denganku?" tanya Haruka.
"Bukan itu, tapi..." ucap Lewis gugup.
"Kau mengatakan akan segera kembali, tapi apa?" jelas Haruka.
"Kau sendiri yang memintaku pergi!" ucap Lewis.
"Itu karena kau licik, awalnya kau bersikap manis, kau berjanji akan bersamaku, hingga lima tahun hubungan kita, kau hanya menjadikanku partner ranjangmu, tidak lebih! kau harus bertanggung jawab, aku sedang hamil anakmu!" jelas Haruka.
"Haruka, apa kau tahu? kau sangat menyedihkan, apa aku bisa percaya dengan perkataanmu begitu saja tanpa bukti?" tanya Lewis.
"Jika kau ingin bukti, malam ini aku akan datang ke rumah megahmu itu dan akan ku katakan kepada isteri dan keluargamu tentang anak yang aku kandung," ucap Haruka.
"Datang saja, aku tidak perduli!" jelas Lewis sambil menutup panggilan teleponnya dan membanting semua berkas yang ada di depannya.
...* * *...
Malam hari telah tiba, semua anggota keluarga Nea dan Lewis telah berkumpul, di saat acara berlangsung, tiba-tiba saja bell pintu utama berbunyi, pelayan membukakan pintu dan mendapati ada seorang wanita ingin bertemu Lewis. Tapi sang pelayan tidak memperbolehkannya.
"Siapa kau?" tanya sang pelayan.
"Dimana Lewis? aku ingin bertemu dengannya!" jawab sang wanita.
"Di dalam sedang ada acara penting, kau tidak boleh masuk!" tolak sang pelayan.
Namun wanita itu memaksa masuk, dia mendorong pelayan itu hingga terjatuh, Nea melihat ada keributan di depan pintu utama, dia beranjak dari tempat duduknya karena penasaran dengan apa yang terjadi.
"Ada apa pelayan? mengapa kau terjatuh?" tanya Nea.
"Ada orang tidak di kenal memaksa untuk masuk nyonya muda, saat saya menyuruh dia pergi, wanita ini mendorong saya hingga terjatuh," jawab sang pelayan.
"Siapa anda? apa benar yang di katakan pelayanan saya? anda mendorongnya?" tanya Nea lembut.
"Benar sekali, aku yang mendorongnya, karena dia melarangku untuk bertemu suamiku!" jawab wanita itu.
"Suami? apa maksud perkataan anda?" tanya Nea.
"Lewis adalah suamiku dan dia ayah dari janin yang ku kandung!" jelas sang wanita.
"Suami? ayah dari janin? aku tidak mengerti apa maksud perkataanmu nyonya?" tukas Nea mulai emosi.
"Jika kau meragukan ucapanku, kau bisa melihat bukti yang lebih valid!" jawab sang wanita sembari mengeluarkan akta nikah dari dalam tas yang ia bawa.
Sang wanita menyerahkan bukti itu kepada Nea, kemudian dia memeriksanya. Nea terkejut dengan tahun yang tertera di akta nikah itu.
"Apa kau menikah dengan suamiku enam tahun yang lalu?" tanya Nea.
"Iya, benar sekali," jawab sang wanita.
"Jika kau ingin mendapatkan hakmu di rumah ini, kau diam dan jangan mengatakan apapun di depan anggota keluargaku termasuk Lewis, apa kau mengerti?" pinta Nea.
"Ya, aku mengerti," jawab sang wanita.
Nea membawa wanita itu masuk ke dalam dan mengajaknya makan bersama. Lewis yang mengenal sosok wanita itu terkejut, tatapan matanya penuh kekhawatiran.
Semua anggota kedua keluarga yang berada di meja makan merasa heran karena Nea membawa seorang wanita asing masuk ke dalam dan menyuruhnya duduk di sampingnya.
"Siapa wanita asing ini? apa dia temanmu?" tanya nyonya Patricia.
"Suamiku yang lebih tahu siapa wanita asing ini," jawab Nea sambil menatap tajam mata sang suami yang duduk tepat di hadapannya.
"Maksudnya?" tanya nyonya Patricia.
"Lim, tolong kau bawa anak-anakku masuk ke kamar," perintah Nea.
"Baik nyonya muda," jawab kepala pelayan Lim.
"Tolong, untuk semua pelayan yang ada di sini, kalian beristirahatlah karena acara telah usai," perintah Nea.
"Tapi nyonya muda, acara baru saja akan di mulai," tegur salah satu pelayan.
"Tolong kali ini jangan membantahku," ucap Nea masih menahan amarahnya.
"Baik nyonya muda," jawab sang pelayan.
Semua pelayan pergi dari meja makan itu, kini hanya tersisa anggota inti kedua keluarga.
"Ada apa Nea? apa kau baik-baik saja?" tanya tuan Hans.
"Aku baik ayah mertua, aku hanya ingin bertanya kepada suamiku tentang akta nikah ini!"
Nea meletakkan akta nikah itu di atas meja makan tepat di depan sang suami. Semua orang bingung dengan apa yang di ucapkan olehnya.
"Akta nikah?" tanya ayahnya.
"Iya ini akta nikah, di dalamnya tertulis jika suamiku Lewis Hans Smith telah menikahi Haruka enam tahun yang lalu, tepatnya satu tahun sebelum aku menikah dengan Lewis! bisa kau jelaskan ini suamiku?" tanya Nea.
Lewis gugup, dia tetap diam. Dia tidak ingin mengakui juga tidak ingin membantah, dia terjebak dalam kebohongannya sendiri.
Dia hanya mampu menunduk dan pura-pura menikmati hidangan di depannya.
"Di saat seperti ini, kau masih bisa makan suamiku?" sindir Nea.
Lewis tersedak, dia mengambil segelas air putih di depannya dan meminumnya hingga habis. Dia tak kunjung mengatakan apapun, dia memilih diam tanpa kata.
"Hey kau wanita asing, siapa sebenarnya dirimu? tiba-tiba datang dan mengaku jika kau isteri anakku, murahan sekali!" ucap nyonya Patricia.
"Kami tahu jika kami adalah keluarga terpandang, tapi jika kau hanya ingin mengemis harta kami dengan cara seperti ini, kau salah! kami tidak akan percaya semudah itu," jawab tuan Hans Smith.
Kedua orang tua Nea juga sepakat dengan ucapan nyonya Patricia dan tuan Hans Smith, mereka semua curiga jika wanita itu hanya ingin harta Lewis dengan cara yang kotor.
Sang wanita terlihat kesal, dia merasa terhina, tetapi Nea menggenggam tangan wanita itu dan menatapnya, dia memberikan kode kepada sang wanita untuk tetap diam dan tenang.
"Kalian harusnya bertanya kepada Lewis, jangan menyudutkan satu pihak," jelas Nea.
"Lewis pria baik-baik dia tidak akan menjalin hubungan dengan wanita tidak jelas ini, ibu tahu siapa anakku Nea," jawab nyonya Patricia.
"Jika anak kalian yang salah, apa kalian akan mengakui kesalahannya?" tanya Nea.
"Tentu saja, kita adalah keluarga orang terpandang dan berpendidikan, jika itu salah pasti kami akan mengakuinya," jawab tuan Hans Smith.
"Kau dengar kan? suamiku?" sindir Nea.
Lewis masih diam seribu bahasa, dia seolah-olah sudah lepas tanggung jawab.
"Jika hanya akta nikah, dia bisa berbohong, tapi jika kita lakukan tes DNA, bagaimana?" saran Nea.
"Tes DNA?" tanya ibunya.
"Iya, karena dia juga mengaku sedang mengandung janin hasil hubungannya dengan suamiku, Lewis Hans Smith!" ucap Nea tegas, dia masih mencoba tegar sampai detik ini.
Mata semua orang tertuju kepada sosok Lewis yang sejak awal kedatangan wanita itu hanya diam, dia seperti menyembunyikan sesuatu dari Nea dan anggota keluarga yang lain.
"Apa yang di katakan Nea itu benar Lewis?" tanya tuan Hans.
"Kita tes DNA saja untuk bukti yang lebih valid," ucap Lewis setelah sekian lama diam.
Akhirnya Nea, Lewis dan anggota keluarga yang lain sepakat untuk melakukan tes DNA terhadap janin yang ada di kandungan sang wanita.
Ketegangan masih berlanjut karena tuan rumah merasa terhina dengan kedatangan Haruka, tapi Nea membela wanita asing itu. Melihat Nea yang selalu membela Haruka membuat Lewis merasa bersalah. Dia harusnya mengatakan semuanya sejak awal, tetapi karena dia juga mencintai Nea, dia tidak bisa melihat Nea terluka saat mengetahui jika dia telah berhubungan dengan wanita lain sebelum menikah dengan Nea.
"Kapan kalian akan melakukan tes DNA itu?" tanya nyonya Patricia.
"Hari ini," jawab Nea tegas.
"Tapi hari ini adalah anniversary lima tahun pernikahan kalian, apa tidak terlalu cepat?" tanya nyonya Patricia.
"Lebih cepat lebih baik. Kita akan segera mengetahui hal yang sebenarnya, apalah arti anniversary lima tahun pernikahan jika suamiku saja tidak jujur padaku sejak awal," jelas Nea.
"Sayang, mari kita bicara berdua, aku akan menjelaskan masalah ini dari awal," pinta Lewis.
"Tidak perlu, kau sudah terlalu lama membohongiku, kau antar saja kami berdua ke Rumah Sakit, kita akan melakukan tes DNA," ucap Nea.
Lewis belum pernah melihat Nea semarah ini, dia mencoba membujuk sang istri agar mau berbicara dengannya. Tetapi semua itu tidak berguna, Nea sudah terlanjur sakit hati dengan apa yang di lakukan oleh Lewis sebelum mereka menikah.
"Jika kau hanya ingin memperjelas kesalahanmu, lebih baik kau diam saja!" tukas Nea.
Kedua orang tua Lewis dan kedua orang tua Nea, tidak bisa mengatakan apapun karena itu masalah anak-anak mereka. Apalagi saat ini Nea sedang butuh dukungan dari orang tua dan mertuanya.
"Lewis, sebaiknya kau antar anakku dan wanita itu segera ke Rumah Sakit, agar masalah ini cepat ada penyelesaiannya," saran tuan Hardianto.
"Baik ayah mertua," jawab Lewis.
Saat Lewis ingin mendekati Nea, dia menjauh dan berjalan lebih dulu. Lewis mengekor langkah sang isteri sedangkan Haruka merasa menjadi orang paling hina di mata keluarga Lewis dan Nea.
"Tuan saya pergi dulu," pamit Haruka.
Tuan rumah tidak menggubris ucapan Haruka, mereka masih sakit hati dengannya karena telah menimbulkan keretakan dalam hubungan Lewis dan Nea.
Di depan mansion utama, Nea masuk ke dalam mobil, tetapi dia duduk di kursi kemudi membuat Lewis semakin tidak berdaya.
"Sayang, jangan seperti ini!" pinta Lewis.
"Stop berdebat! bawa Haruka masuk ke dalam mobil!" jawab Nea tegas.
"Tapi aku mencintaimu sayang, kau harus tahu itu! dia bisa masuk sendiri, mengapa aku harus membantunya?" ucap Lewis.
"Jika bukan kau siapa lagi? kau yang pertama kali mencintai dan menikahinya bahkan meninggalkan benih di rahimnya, aku sudah cukup bersabar dengan semua kebohonganmu Lewis!" jawab Nea.
Haruka yang mendengar semua itu merasa terluka, bukan ini maksud kedatangannya, dia hanya ingin meminta pertanggungjawaban dari sang suami yang lebih dulu menikahinya itu, namun justru dia terjebak oleh hubungan rumit antara dia, Nea dan Lewis.
BRUK!
Haruka terjatuh, tepat di samping mobil Lewis. Seketika itu juga Lewis menghampiri Haruka dan mengendongnya masuk ke dalam mobil.
Setelah itu, Nea dengan segera mengendarai mobil tersebut menuju Rumah Sakit Sejahtera yang terletak tidak jauh dari mansion utamanya.
Beberapa menit kemudian, mobil yang di kemudikan Nea berhenti tepat di depan gedung Rumah Sakit Sejahtera. Lewis menggendong tubuh Haruka, di saksikan oleh Nea yang masih tetap tegar menghadapi tingkah sang suami yang membohonginya itu.
Lewis meminta dokter untuk memeriksa Haruka, karena sang dokter adalah teman baik Lewis, dengan segera dia membantunya.
"Bawa dia ke ruanganku segera," perintah dokter Leo.
Lewis mengendong Haruka masuk ke dalam ruangannya, ia membaringkan wanita itu di atas bangsal.
"Dia siapa?" tanya dokter Leo.
"Isteri pertamaku," jawab Lewis.
"Ha? apa kau bercanda?" tanya dokter Leo.
"Apa ucapanku terlihat seperti lelucon?" tukas Lewis.
"Bukan, maksudku, begini, isteri pertamamu adalah Nea, tapi kau menyebut wanita ini isterimu? aku tidak memahaminya," jawab dokter Leo.
"Daripada terlalu banyak bicara, lebih baik kau periksa saja dia," perintah Lewis.
Dokter Leo memeriksa Haruka, dia terkejut saat mengetahui ada janin di perut sang wanita.
"Dia sedang hamil, apa kau menolongnya saat dia kecelakaan? atau dia kabur dari rumah dan pingsan di jalan kemudian kau menolongnya?" tanya dokter Leo.
"Kenapa dia pingsan?" tanya Lewis.
"Aku bertanya panjang lebar padamu tetapi kau menjawab dengan hal lain?" gerutu dokter Leo.
"Leo, jawab saja pertanyaanku," ucap Lewis.
"Dia hanya kelelahan, tidak perlu di khawatirkan," jelas dokter Leo.
"Oke, aku ingin tes DNA janinnya," pinta Lewis.
"Apa?" ucap dokter Leo terkejut.
"Apa tidak bisa?" tanya Lewis.
"Bisa, tapi akan menimbulkan resiko keguguran," jelas dokter Leo.
"Apa yang harus aku lakukan?" tanya Lewis.
"Kau harus persiapkan dirimu, setelah ini aku akan melakukan prosedur tes DNA pada janin wanita ini di bantu dokter Hanum," Dokter Leo meminta Lewis untuk menunggu di luar.
Nea yang sedari tadi menunggu di luar, menatap risih pada wajah sang suami.
"Nea, maafkan aku, bukan maksudku untuk membohongimu," ucap Lewis memohon.
"Kau pria hebat tapi tidak bermartabat, aku lelah denganmu Lewis, aku lelah," jawab Nea yang merasa sangat tersakiti.
"Nea!" pekik Lewis yang melihat sang isteri pergi dari hadapannya.
...* * *...
Empat belas hari kemudian...
Hasil tes DNA telah keluar, keluarga Lewis dan Nea berdiri di depan ruangan dokter Leo.
KLEK
Pintu ruangan dokter Leo terbuka, ia menyatakan jika hasil tes menunjukkan jika janin yang di kandung Haruka terbukti darah daging dari Lewis. Seluruh anggota tersentak.Nea merasa sangat terpukul dan terluka.
"Ceraikan wanita itu!" pinta Nea.
Lewis masih tertunduk, dia tidak mengatakan sepatah katapun.
"Lewis, ceraikan wanita itu, kau dengar!" pekik Nea dengan hati yang penuh luka.
"Aku tidak bisa Nea, aku juga mencintainya!" jawab Lewis bersimpuh di depan Nea.
"Jika kau mencintainya mengapa kau mendekatiku dan menikahiku?" tanya Nea.
"Aku yang salah Nea, maafkan aku!" jawab Lewis yang masih bersimpuh di hadapan sang isteri.
"Seharusnya aku meminta perpisahan saat ini juga, tetapi rasa sayangku kepada si kembar dan kedua orang tuamu, melebihi segalanya, aku tidak akan memaafkanmu tetapi aku akan menerima Haruka berada di mansion utama, dia juga harus mendapatkan hak yang sama denganku karena dia juga isteri sahmu! aku rela cintamu kau bagi dengannya, tapi kau harus tetap mencintai anak-anakku!" ucap Nea.
Lewis merasa bersalah, dia tidak mampu berkata-kata lagi, dia memohon pengampunan kepada sang isteri yang mengabaikannya karena sudah sakit hati akibat dusta sang suami.
"Apa kau tidak waras Nea? sama saja kau memberikan kesempatan wanita itu merebut Lewis dari tanganmu!" jelas sang ayah.
"Ayah, aku memang sudah tidak waras, demi kedua anakku, aku rela bertahan meskipun sangat sakit, jika ayah tahu, hanya Fea dan Fany yang selalu membuatku kuat, aku tidak ingin mereka bersedih saat mengetahui aku dan Lewis berpisah! tolong kalian dukung keputusanku ini, kalau bukan demi aku, lakukan demi si kembar!"
Nea memeluk ayahnya dan menangis sejadinya, dia memilih keputusan besar untuk tetap bertahan dengan pria yang mengkhianati kesetiaan cinta mereka dengan kebohongan yang nyata.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!