Bagaimana jadinya jika tiba-tiba ada seorang wanita cantik dan kaya raya memaksa seorang pria miskin untuk menikahinya hanya demi sebuah harta? Itu lah yang di alami Deri sekarang.
Wanita itu bernama Reva, Reva adalah seorang pewaris tunggal perusahaan ayahnya. Ayah dan ibunya meninggal karena kecelakaan tiga tahun yang lalu. Namun Reva merasa ada kejanggalan atas kematian kedua orang tuanya karena itu dia mencoba mencari bukti atas apa yang mengakibatkan kedua orang tuanya meninggal.
Reva selalu bermimpi yang aneh dan mengerikan. Setiap tidur atau memejamkan mata, dia selalu bermimpi buruk, yang sering dia lihat di mimpinya adalah saat dia berpakaian seperti seorang puteri, tapi dia terlihat sedih dan menangis lalu mengenggelamkan dirinya sendiri di dalam danau, dan rasa sakitnya itu sangat terasa sesak didadanya seperti nyata. Berbagai pengobatan dan terapi telah di lakukan, namun hasilnya sia-sia.
Reva juga seorang wanita yang sangat angkuh dan tidak punya rasa empati, jika ada karyawan yang salah, dia langsung memecatnya begitu saja, tanpa peduli dengan nasib mereka. Bahkan dia sering gonta ganti pembantu di rumahnya.
Namun dia di haruskan menikah saat menginjak usia 25 tahun, padahal dia sama sekali tidak tertarik untuk menikah karena tidak pernah menyukai seseorang, bahkan dia merasa dirinya tidak boleh dimiliki orang lain. Karena itu dia terpaksa mencari calon suami yang bisa mengikuti aturannya di pernikahan sementaranya itu, sehingga mengharuskannya terlibat dengan seorang pria miskin yang ternyata sering hadir dimimpinya itu.
Siang itu Reva sedang melihat acara festival, yang diadakan oleh perusahaannya, banyak sekali pengunjung yang datang.
Dia menonton seorang badut sedang beratraksi, si badut melihat kejanggalan saat tak sengaja melihat seorang pria bertopi hitam berjalan kearah Reva, dia kaget saat melihat pria itu mengeluarkan pisau dari jaketnya dan akan melukai Reva dari belakang, Reva sama sekali tak menyadari hal itu.
Dengan reflek badut itu berlari dan menarik tangan Reva hingga Reva terjatuh, si badut hendak mengejar laki-laki itu tapi malah di halangi Reva karena tidak tau dengan kejadian sebenarnya.
"Kurang ajar!"
PLAAKKK!
Reva menampar si badut. Dia terlihat sangat marah.
"Mengapa kamu menampar aku? tadi aku menolong kamu. Di belakang kamu tadi ada yang.... "
Belum selesai bicara asisten Reva datang bersama polisi lalu menangkap si badut.
"Tunggu dulu pak, aku tidak bersalah pak" si badut hendak melawan tapi akhirnya di borgol juga.
Setelah 6 jam kejadian itu, Reva mendapat kabar dari asistennya kalau si badut itu tidak bersalah, karena kebetulan di tempat kejadian ada CCTV dan polisi berhasil menangkap pelaku yang sebenarnya.
Miss Gita adalah asisten yang sudah dipercaya oleh keluarga Reva, apalagi di mimpi Reva, dia melihat Miss Gita seorang pelayan yang sangat baik padanya, di mimpinya itu seperti sebuah puzzle gambaran kehidupan Reva sebelumnya, mungkin saat ini Reva adalah reinkarnasi dari seorang Puteri yang bunuh diri itu.
Miss Gita memperlihatkan biodata si pelaku yang hendak mencelakainya itu, ternyata dia mantan karyawan yang pernah dipecatnya, dia merasa dendam pada Reva karena gara-gara dia pengangguran, sang istri pergi meninggalkannya.
"Lalu bagaimana dengan biodata badut itu?" tanya Reva.
"Saya belum mendapatkan biodata nya, biar nanti saya cari... "
"Ya sudah tidak perlu, tidak terlalu penting juga"
"Baik, Nona"
"Berikan saja dia uang!"
"Baik" Miss Gita mengangguk lalu segera pergi menemui sang badut.
Ternyata badut itu cukup tampan setelah memperlihatkan penampilan aslinya, namanya Deri.
Miss Gita menemui Deri di depan kantor polisi, dia sedikit membungkukan badan, "Kami minta maaf atas kesalahpahaman ini! "
"Mengapa harus anda yang minta maaf? Mengapa bukan wanita kejam itu?"
"Kebetulan sekali Nona Reva sedang ada meeting, jadi dia tidak bisa menemui anda"
"Oh namanya Reva" kata Deri, pelan.
Miss Gita memberikan sebuah amplop yang berisikan uang yang pasti jumlahnya sangat banyak, "Tolong Terima ini sebagai permohonan maaf kami"
Deri tersenyum sinis "Tidak perlu! Saya tidak butuh uang itu" dia pergi meninggalkan Miss Gita.
Reva memang sangat ahli menggambar dan melukis, karena itu dia bisa melukis siapa saja yang pernah hadir di mimpi buruknya itu.
Pertama adalah Miss Gita, dulunya dia seorang pelayan kerajaan.
Kedua adalah Om Tama, dia adalah wakil direktur di perusahaan, di mimpinya Om Tama adalah seorang yang jahat dan haus kekuasaan.
Ketiga adalah Andre, dia anaknya Om Tama, di mimpinya Andre adalah seorang Pangeran yang akan di jodohkan dengannya.
Keempat adalah seorang laki-laki yang belum pernah di temuinya di zaman modern ini, padahal di mimpinya sangat terlihat jelas wajahnya dia adalah seseorang pengawal yang di tugaskan mengawal Reva kemana-mana. Reva merasa yakin bahwa pengawal itu lah yang menyebabkan dia bunuh diri, yang terlintas di mimpinya Reva menangisi pria itu, tapi belum terlihat jelas apa penyebabnya.
Seandainya Reva bersedia datang bersama Miss Gita ke kantor polisi, Reva pasti akan menemui pria yang ada di dalam mimpinya itu, yaitu Deri.
Reva menyembunyikan gambarnya saat Miss Gita datang.
"Maaf Nona, pria itu menolak uang yang Anda berikan!" Miss Gita sedikit menunduk.
"Sombong sekali si badut itu" sinis Reva, "Ya sudah kau tidak perlu membujuk nya lagi"
"Apa Nona tidak ingin berterima kasih? dia sudah menolong Nona!"
"Tidak perlu!"
Miss Gita sudah tau bagaimana sifat Direkturnya itu, "Baik, Nona"
Terdengar suara ketukan pintu, ternyata dia Andre. Miss Nina segera keluar dan Andre masuk ke Ruangan Reva.
Andre seorang pria yang baik, sifatnya berbeda jauh dengan ayahnya yang haus kekuasaan. Dia satu sekolah dan kuliah di tempat yang sama juga dengan Reva, karena itu Reva sedikit ramah dengannya.
Andre adalah manager di perusahaannya, dia memberikan semua berkasnya kerjaannya kepada Reva.
"Kerja yang bagus!" puji Reva.
"Terimakasih, Nona Direktur" Andre sedikit membungkuk , saat hendak pergi, dia menghentikan langkahnya lalu membalikan badan, "Nanti malam ada acara?"
"Tidak, mengapa?"
"Aku ingin mengajak kamu makan malam, itu juga kalau kamu mau, tapi kalau..."
" Okay" potong Reva.
Andre tersenyum, "Baiklah aku jemput nanti jam 7"
"Gak perlu, kita datang masing-masing saja.
"Mmm... iya, tidak apa-apa. "
Deri berjalan menuju rumahnya, dia teringat dengan uang yang tadi di tolaknya, ada rasa sedikit menyesal tapi dia lebih memilih harga dirinya.
Deri tidak sengaja berpapasan dengan Vina, mantan kekasihnya, mereka putus karena Vina selingkuh dengan pria yang kaya.
Deri dan Vina saling bertatapan, lalu dia melihat seorang pria berjas turun dari mobil mewah, dia memeluk Vina, dan Vina masuk ke dalam mobil pria itu.
Ya... Pria itulah yang dulu menyebabkan Deri dan Vina putus.
Deri tersenyum sinis meratapi nasibnya yang miskin "Dosa apa apa di masa lalu sampai aku menjadi pria sengsara seperti ini?" keluhnya.
Baru saja sampai depan rumah, dia melihat sang bibi sedang bertengkar dengan rentenir.
"Ada apa, bi?"
Bi Nina menunjuk kedua rentenir itu "Mereka bilang mau menyita rumah bibi."
Deri sedikit menunduk "Tolong beri kami waktu, kami pasti akan berusaha dengan cepat untuk melunasinya"
"Baiklah, kami beri waktu kamu 2 minggu, kalau belum bisa di lunasi juga, rumah ini akan kami sita" kedua rentenir itu pun berlalu.
"Untuk apa bibi meminjam uang pada mereka?"
"Tentu saja buat biaya sekolah kamu dan Anton, buat modal juga"
Deri terdiam, hidupnya memang benar-benar tidak beruntung, dia merasa bersalah telah menyusahkan bibinya. Ibu Deri meninggal saat Deri masih berusia 4 tahun, dan sah ayah tidak tau pergi kemana. Deri di urus bibinya yang seorang janda beranak satu. Saat ini Anton masih sekolah di bangku SMA.
"Aku janji aku akan berusaha melunasi hutang bibi"
"Tidak perlu, bibi yang pinjam, jadi bibi yang harus bertanggungjawab"
Deri terdiam, bukan karena setuju tapi dia memilih diam dari pada harus berdebat terus dengan bibinya.
Tiba di kamar, Deri langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur tanpa ranjang, dia memukul kepalanya "Dasar bodoh, seharusnya aku menerima uang itu! "
Dia segera bangun mengingat saat Reva menampar dia sangat keras, tentu saja pipinya terasa sakit.
"Hah... dasar wanita kejam, dia sama sekali tidak ingin meminta maaf atau bahkan berterimakasih padaku. Benar sekali apa yang aku lakukan, aku memang harus menolak uang itu, harga diriku lebih penting!"
Malam ini Reva dan Andre sedang makan malam di sebuah restoran mewah pastinya, mereka tidak membicarakan masalah pribadi, tapi mereka malah membicarakn bisnis, walaupun Andre ingin sekali membicarakn tentang perasaannya, namun dia takut di tolak karena dia merasa tidak sepadan dengan wanita cantik dihadapannya itu.
"Mmm... apa kau ingat saat kita masih SMA?" Andre sekarang berusaha memulai pembicaraan non bisnis.
"Tentang apa?"
"Saat itu banyak sekali lelaki yang tergila-gila padamu, makanya aku selau menjadi bodyguard mu, selalu berjalan dibelakangmu"
"Ah ya aku mengingatnya, kau sangat keren!"
Andre tersenyum mendengar pujian itu. "Mmm... apa sampai saat ini kau masih bermimpi buruk?"
"Ya, aku sudah berusaha mengobatinya dan terapi, bahkan sampai ke luar negri tapi tidak ada obatnya"
"Aku selalu penasaran dengan mimpi buruk mu itu"
"Aku tidak bisa menceritakan mimpi itu kepada siapa-siapa, karena aku belum tau kebenaran tentang mimpi itu, mimpi itu seperti puzzle.Yang aku rasakan adalah bahwa mimpi itu seperti nyata bahkan aku sampai merasakan sakitnya"
Andre menatapnya dengan iba, ingin sekali dia menolongnya tapi dia tidak tau harus berbuat apa.
"...karena itulah aku selalu berusaha untuk tidak tidur"
"Kau harus menjaga kesehatanmu, jangan sampai kau sakit! "
Reva selalu berusaha untuk tidak tidur, namun rasa kantuknya tetap saja tak tertahankan.
Di mimpinya dia sedang menaiki kereta kencana dan di kawal oleh beberapa pengawal.
Di dalam mimpinya, Reva adalah Puteri Sekar. Dia adalah Puteri semata wayang sang raja. Puteri Sekar terkenal kejam, seperti ayahnya.
Mereka tiba di sebuah pasar, banyak sekali orang-orang memohon agar pasarnya tidak di hancurkan, namun Sekar tidak peduli dengan hal itu.
"Hancurkan semuanya! Cepat! " Suruh Sekar
Para pengawal pun segera memporak-porandakan seluruh dagangan mereka.
Disana ada seorang pedagang yang sangat emosi dan melempar air panas yang berada di dalam kendi arah Sekar, untung saja ada yang menghalanginya.
Dia memeluk Sekar, karena itu punggungnya terkena siraman air panas. "Arrghhtt... " dia merasa kesakitan.
Sekar sangat terkejut, dia memerintahkan salah seorang pengawal untuk menghukum pedagang itu. "Hukum dia!"
"Baik Tuan Puteri! " dia segera mengangkat pedangnga.
Si pedang lalu bersujud "Mohon ampun Tuan Puteri, tolong jangan hukum saya"
"Jangan hukum dia!" larang Pengawal yang menolong Puteri, dia bernama Mahesa, anak dari Panglima Kerajaan. Dan dia lah bereinkarnasi menjadi si badut itu, Deri.
Sekar marah "Lancang sekali kau melawan perintah ku!"
Mahesa menunduk "Mohon ampun Tuan Puteri, tapi hamba adalah yang memimpin pasukan disini, jadi hamba berhak untuk menyuruh dan melerai mereka"
"Apa kau lupa? Aku adalah Puteri Mahkota... "
Mahesa tidak mendengarkan ucapan Sekar, dia membantu pedangan itu berdiri. "Kali ini aku memaafkanmu, tapi jika kau mengulangnya lagi dan mencoba untuk menyakiti Puteri Mahkota, aku tidak akan memaafkanmu!"
Pedagang itu lalu membungkukan badan "Baik Tuan, hamba tidak akan mengulanginya lagi!"
Mahesa menyuruh para pengawal berhenti menghancurkan tempat dagang di pasar itu. Dan dia mulai berbicara lagi "Tempat ini adalah milik wilayah kerajaan, dan ini adalah perintah Baginda Raja untuk mengkosongkan tempat ini... "
"Lalu bagaiamana dengan nasib kami... " potong salah seorang pedagang wanita.
"Karena itu saya datang sedikit terlambat, sebelum datang kesini aku sudah berbicara dengan Baginda Raja, Baginda Raja akan membuat tempat untuk kalian berjualan yang lebih baik dari tempat ini"
Akhirnya Mahesa bisa menyelesaikan masalah ini dengan baik.
Para Pengawal pulang duluan ke Istana dengan kereta kencana kosong, karena Sekar memutuskan untuk berjalan-jalan menikmati pemandangan yang indah, di temani Mahesa.
Mahesa adalah pengawal khusus Sekar dari kecil, dia terbiasa mendapat makian kasar Sekar, tapi semakin lama mereka sering menghabiskan waktu bersama, mereka menjadi sangat akrab, tapi mereka bersikap profesional saat di hadapan banyak orang.
"Mengapa kau tidak bilang kalau kau meminta ayahanda untuk membuatkan pasar baru untuk mereka?"
"Karena saya tau kau kejam, dan kamu akan melarangnya"
"Kau berani bicara seperti itu pada Puteri Mahkota?"
"Apa kau tau julukanku?" Mahesa menepuk dadanya "Aku adalah sipemberani"
Mereka berdua tersenyum.
"Bagaimana caranya kau meluluhakan hati ayahanda?"
"Dengan memohon-mohon kepadanya dan ini demi keselamatanmu juga, aku telah banyak terluka untuk melindungimu"
"Aku tidak pernah menyuruhmu untuk melakukannya"
"Apa aku harus membiarkanmu terluka?"
"Tidak juga!"
"Apa tujuanmu ingin mengosongkan tempat itu?"
"Itu adalah salah satu tempat saya banyak menghabiskan waktu bersama dengan ibunda"
"Aku mengerti, tapi seharusnya kamu memikirkan nasib para pedagang... "
"Itu bukan urusanku, dan sekarang masalahnya sudah selasai bukan?"
"Ya karena ku" Mahesa memuji diri sendiri.
❤
Reva terbangun dari tidurnya, dia merasa aneh dengan mimpinya, baru kali ini tidak muncul yang mimpi yang mengerikan lagi. Biasanya saat dia tertidur, dia melihat dengan jelas saat dia berjalan memakai baju pengantin lalu berjalan perlahan-lahan memasuki sebuah danau, saat itu terlihat Sekar menangis dan menyebut nama Mahesa lalu menenggelamkan dirinya.
Pernah juga dia bermimpi ayahnya di masa lalu mati di bunuh pria bertopeng.
Bukan hanya itu dia juga bermimpi dia menyaksikan seseorang yang di hukum mati di hadapannya sampai darahnya mengenai wajahnya yang cantik.
"Mengapa aku belum bertemu dengan Mahesa juga sekarang? Kenapa juga aku harus bunuh diri gara-gara dia?" Reva bertanya-tanya.
Itu memang sebuah mimpi tapi bagi Reva itu terasa nyata bahkan saat dia bermimpi terluka, dia merasa kesakitan saat terbangun dari tidurnya.
Terdengar seseorang mengetuk pintu, "Permisi Nona, sarapan sudah siap!" terdengar suara Miss Gita.
Reva segera keluar dari kamarnya, memang dasarnya sudah cantik jadi saat dia bangun tidur pun bahkan hanya memakai baju tidur pun tetap terlihat mempesona, tidak heran jika banyak yang ingin melamarnya tapi dia selalu menolak mentah-mentah dan tidak berniat untuk menikah.
"Siapa yang masak? bukannya kemarin saya sudah memecat koki itu?"
"Apa kamu tau chef Amar?"
"Siapa dia?"
"Chef Amar ini sangat terkenal dengan ahli memasaknya, saya sudah mengetesnya, dan rasanya sangat enak"
"Baiklah"
Reva duduk di meja makan sendiri, sementara Miss Gita berdiri di belakangnya, Reva mencoba mencicipi masakan chef Amar, di mulai dari steak sapi.
"Mmm... bagaimana, Nona?"
Reva terdiam sebentar tanpa berkata apa-apa , dia mengunyah steak sapi dengan pelan, lalu menaruh kembali garfu dan pisau "Pecat dia! "
"Pecat? Tapi dia baru 2 jam kerja disini, Nona"
Reva segera berdiri, "Panggil Chef itu!"
Miss Gita mengiyakan lalu membawa Amar ke hadapan Reva.
Reva memberikan uang di dalam amplop, "Ini gajimu selama satu bulan, jadi gak usah kerja disini lagi"
"Apa saya di pecat, Nona?"
"Ya" jawab Reva singkat dan pergi menaiki tangga menuju kamarnya lagi.
Miss Gita terlihat malu sekali dengan chef Amar "Maafkan saya chef, Nona Reva orangnya sangat pemilih... "
"Ya sudah lah, saya sudah dengar tentang sifat wanita kejam itu" Chef Amar dengan kecewa keluar dari rumah.
Miss Gita memang seorang yang sangat penyabar, dia dulu tinggal di panti asuhan milik keluarga Reva, karena kepintaran nya itu, Ayah Reva membiayai kuliahnya dan mengangkat dia jadi assisten di keluarga itu.
❤
Andre sarapan pagi bersama kedua orang tuanya, Om Tama dan Tante Widia.
"Bagaimana acara makan malam kamu sama Reva?" tanya Tante Widia.
"Kita hanya makan malam biasa, Mah"
Om Tama ikut berbicara "Kamu tau saat ini pemegang saham terbesar itu adalah Reva, lima puluh lima persen. Ayah hanya dua puluh lima persen, dan sisanya ...."
"Kenapa ayah jadi membicarakan saham?" potong Andre, tidak mengerti.
"Menikah lah dengan Reva! Bagaimana pun juga kamu akan menjadi seorang suami, kamu bisa mempunyai hak dengan saham Reva, dan ayah akan memberikan semua saham ayah untukmu. Bayangkan dengan delapan puluh persen, kamu akan menguasai DGI sepenuhnya" .
DGI adalah nama perusahaan yang sekarang di kuasai Reva.
"Reva seorang direktur yang berbakat, gak mungkin lah saham itu jatuh ke tangan saya"
"Itu bisa terjadi jika Reva mengalami kecelakaan"
Andre marah mendengarnya "Jangan pernah berpikir untuk mencelakai Reva,saya tidak akan membiarkan itu!"
"Ayah tidak bilang akan mencelakai Reva, ayah hanya berandai-andai..."
"Itu sama saja pikiran ayah licik"
"Tanpa kecelakaan juga Reva akan segera mundur, sesuai perjanjian awal pembentukan DGI, yang berkuasa penuh di DGI di utama kan yang berkeluarga walaupun saham dia tinggi di perusahaan. Reva sudah berusia 25 tahun, jika dia belum menikah juga, ayah dan pemegang saham lain akan berunding tentang hal ini"
"Mengapa harus menunggu Reva berusia 25 tahun dulu? " tanya tante Widia.
"Itu dulu perjanjian dengan Riko dan pemegang saham lainnya" jawab Om Tama
Riko adalah nama ayahnya Reva.
"Riko memberikan hak saham sepenuhnya pada Reva, dan jika sampai usia 25 tahun Reva belum menikah juga, pemegang saham kedua bisa menggantikan posisinya" Om Tama melanjutkan pembicaraannya.
Andre hanya diam mendengarkan pembicaraan sang ayah.
"Karena itu ayah meminta kamu menikah dengan Reva, Reva akan selama nya menjadi direktur, bukan kah itu yang kamu mau? Kecuali kalau Reva sakit parah dan kecelakaan, maka kamu akan menggantikannya. Bahkan ayah dan Riko sudah merencanakan perjodohan ini"
"Saya sudah tau tentang perjodohan itu, saya juga memang sangat menyukai Reva, tapi jika aku menikahi Reva, pasti ayah akan mencoba mencelakai Reva, saya tahu sifat ayah"
"Itu terserah kamu, bagaimana pun posisi ayah tetap menguntungkan"
"Aku lebih memilih posisi Reva tergeser kebawah dari pada harus melihatnya terluka" dengan marah Andre pergi dan tak menghabiskan sarapannya.
Seperti biasanya, Reva sangat sibuk di depan laptop. Sesekali dia menyeruput coklat hangatnya.
"Permisi" dia mendengar suara Miss Gita.
"Ada apa? saya sangat sibuk!" ketus Reva.
"Apa kau tidak ingin merayakan ulang tahunmu? Hari ini usiamu sudah 25 tahun, Nona"
"Sepertinya kau lupa, aku tidak pernah merayakan ulang tahunku"
"Tapi sepertinya Nona yang lupa, bukankah Nona sudah tahu setelah usia 25 tahun, Nona harus menikah"
"Hhh... kau merusak konsentrasi ku!" Reva menutup laptop nya. Handphone Reva berbunyi, dia melihat pesan dari Om Tama, mengajaknya makan siang. "Tumben sekali dia mengajakku makan siang"
"Siapa, Nona?"
"Om Tama"
"Sepertinya dia akan menyinggung tentang usia mu sekarang yang seharusnya menikah"
"Memikirnya saja membuatku jijik, bagaimana bisa aku bisa tidur bersama orang asing, bahkan aku harus makan bersama orang itu" keluh Reva, dia memang selalu nyaman sendirian.
"Tapi jika kau tidak menikah, Pak Tama pasti akan yang berkuasa disini. Nona tau sendirikan DGI ini semua konsepnya adalah dari almarhum Pak Riko, visi misi Pak Riko dan Pak Tama sangat berbeda, dia ingin menciptakan kasino di bagian perusahaan ini"
"Lalu aku harus menikah dengan siapa?"
Miss Gita memperlihatkan foto-foto dan biodata lelaki yang pernah melamar Reva , dan juga ada beberapa pengusaha yang sengaja meminta miss Gita untuk mempertemukan dia dengan Reva.
Miss Gita menunjuk salah seorang di foto itu, "Ini adalah pemilik Rumah Sakit JK, kau tau kan Rumah Sakit ini salah satu Rumah Sakit terbesar di Indonesia. saya rasa dia cocok sekali buat anda"
Reva menutup buku, "Hhhh... memikirkannya membuatku pusing!"
"Apa Nona pernah menyukai seseorang?"
"Menyukai seseorang?" Reva jadi memikirkan tentang mimpi semalam, di mimpi itu Reva (Sekar) terlihat bahagia saat bersama Mahesa.
"Aku tidak pernah merasakan bagaimana rasanya menyukai seseorang, tapi aku penasaran dengan orang itu.. "
"Siapa? kita bisa mencarinya atau memaksanya untuk menikah dengan Nona"
Reva merasa tersinggung dengan ucapan Miss Gita "kenapa harus memaksa? dengan hanya memperliharkan wajahku ini saja itu sudah membuat laki-laki tertarik"
"Iiya tentu saja Nona sangat menarik, tapi dimana orang itu? siapa namanya?"
"Namanya Mahesa, dia ada dimimpiku"
"Mimm.. mimpi?"
"Hmm"
Miss Gita hanya menghela nafas, seperti nya direktur muda ini sudah mulai kurang waras.
Deri menjual minuman dingin di pasar, selalu bersikap ramah dengan para pedang disana dan juga kepada orang-orang yang melewatinya karena itu dagangannya laku, dan dia juga cukup dekat dengan para pedagang disana.
"Aku dengar pasar ini akan di hancurkan oleh DGI" keluh salah satu pedagang.
"Mengapa di hancurkan?" tanya Deri, merasa kecewa.
"DGI akan mendirkan Mall disini"
"Apa kita harus demo saja!" usul salah satu pedang lagi.
"Tentu saja harus" para pedagang pada setuju untuk demo.
Deri pulang dengan perasaan tak tenang, padahal dia baru saja beberapa hari jualan disana tapi pasarnya akan di hancurkan, orang kaya memang kejam, keluhnya.
Dia berpapasan dengan Vina lagi karena memang rumah mereka berdekatan, Vina menyapa nya dan mengajaknya ngopi.
"gimana kabar kamu? " tanya Vina agak malu-malu.
"Seperti yang kau lihat, aku baik-baik saja"
"syukurlah, aku merasa tidak tenang, aku takut kau... "
"Itu sudah jadi masa lalu" potong Deri, "kau tidak perlu merasa bersalah padaku"
"Apa kita bisa berteman?"
"Aku merasa tidak yakin, rasanya aneh sekali kalau dari pacar lalu menjadi teman" Deri menolak ajakan pertemanannya dengan Vina, lalu dia pamit pergi.
Sambil berjalan Deri mengingat saat-saat dia bahagia bersama Vina, mereka pacaran dari sudah 4 tahun, tapi Vina memutuskannya begitu saja karena tergoda dengan lelaki yang kaya itu.
Reva malam ini bermimpi buruk lagi, dan kejadian ini sudah hadir di mimpinya ratusan kali atau bahkan ribuan kali.
Sekar menangis "Mahesa" tatapannya kosong.
Dia memakai pakaian pengantin zaman dulu, dan berjalan ke arah danau tanpa alas kaki,
"Mahesa.. " Lagi-lagi Sekar menyebut nama itu dengan lirih.
Dia berjalan perlahan-lahan masuk kedalam danau dan menenggelamkan dirinya.
Reva terbangun dari tidurnya, dia merasa sesak. "Hhhhhh... Hhhhh... "Dia segera menghirup obat asmanya, dia menepuk-nepuk dadanya, benar-benar sakit.
Kejadian di danau itu adalah yang paling sering hadir di mimpinya, dan setiap bermimpi itu dadanya terasa sesak.
"Mengapa aku harus menangisi pengawal itu? Apa dulu dia menyakitiku?" Reva sangat penasaran dengan kejadian yang dialami Sekar dulu.
Waktu menunjukan jam satu malam, dia memutuskan untuk tidak tidur lagi.
Reva turun dari tangga, dia memperhatikan setiap sudut rumahnya, benar-benar sepi. Para pembantu ada di ruangan khusus pembantu yang tidak bisa seenaknya datang ke rumahnya, mereka boleh masuk kalau Reva sedang tidak ada di dalam rumah, karena Reva tidak nyaman dengan orang asing.
Dia duduk sendirian, lalu menyandarkan punggungnya ke kursi, lalu dia tertawa kecil mentertawanan hidupnya yang begitu kesepian, "Malang sekali nasib kamu, Reva"
Sebaliknya dengan Deri, jam segini dia belum tidur, dia sibuk bermain game dengan Anton.
Deri menyapit hidung Anton dengan jepitan, "Lo kalah lagi haha... "
"Hhh... " Anton merasa kesal, kini giliran Anton yang menang, dia bersorak-sorak dan menyapit kuping Deri.
Bi Nina merasa terganggu dengan ulah mereka, dia memukul mereka dengan bantal. "Dasa anak nakal!! Tidur! Tidur!"
"Ampun...ampun " Anton dan Deri berlarian ke kamar masing-masing sambil tertawa.
"....Para pedagang pasar bersikeras tidak ingin pindah tempat, mereka mengancam akan mendemo perusahaan kita." Andre menjelaskan kondisi terkini tentang pasar yang menjadi target DGI. Hari ini jajaran para atasan sedang rapat, karena sebuah proyek yang sangat besar.
"Bagaimana kalau kita menyogok mereka agar mereka meniggalkan pasar secara sukarela!" usul Pak Tama.
"Tidak perlu!" Reva tidak menyetujui usulan Pak Tama, "Biar saya yang turun tangan sendiri"
Pak Tama tersenyum kecut, "Hmm... apa kau yakin? "
"Tentu saja" Reva berdiri, mengakhiri rapat hari ini "Rapat hari ini cukup sampai disini dulu, hari ini saya akan mendatangi pasar itu dengan Miss Gita"
"Bagaimana kalau saya ikut?" Andre merasa khawatir.
"Tidak perlu, saya akan membawa beberapa bodyguard"
Reva , Miss Gita, dan empat orang bodyguard tiba di pasar, dia memperhatikan keadaan sekitar
"Tempat ini sangat strategis untuk sebuah Mall"
"Lalu bagaimana dengan para pedangang, Nona? " tanya Miss Gita.
"Saya tidak peduli, itu urusan mereka. Lagi pula tanah ini milik DGI"
Salah satu pedagang memperhatikan mereka, "Bukankah itu dari DGI? " tanyanya ke pedangang lain.
Beberapa pedangang menghampiri Reva dengan marah "Mau apa anda kesini?"
Keempat bodyguard bersigap berdiri menghalangi mereka.
"Mengapa kamu mengusir kami?" protes pedangang lainnya.
"Kami disini selalu membayar biaya sewa tepat waktu, mengapa Anda serakah sekali?!" sahut yang lainnya.
Reva tak peduli dengan ucapan mereka dia hanya diam melihat-lihat kondisi pasar itu. Sementara Miss Gita sangat ketakutan.
Tanpa di duga seseorang membawa telur yang banyak di dalam baskom, lalu melemparkannya ke arah Reva, Reva terkejut melihatnya, replek menunduk. Untung ada seseorang menghalangi hingga punggungnya kotor penuh pecahan telur.
Beruntung juga ada bodyguard tambahan yang menyusul atas perintah Andre, jadi para bodyguard berhasil menjauhkan para pedagang itu di hadapan Reva.
Pria itu masih memegang kedua lengan Reva, Reva yang dari tadi menunduk menengok ke wajah pria itu, dia tercengang saat melihat wajahnya dengan jelas. Pria itu mirip sekali dengan Mahesa yang selalu ada di mimpinya.
Begitu juga Deri terkejut melihat Reva, dia melepaskan tangan yang dari tadi memegang pundak Reva "Kau!"
"Apa kau mengenaliku ku?" tanya Reva, dia pikir Deri juga bermimpi yang sama dengannya, karena dia merasa ini pertama kalinya mereka bertemu.
"Tidak, tapi aku tau kamu wanita yang kejam"
Reva tak mengerti dengan ucapannya, Miss Gita berbisik kepada Reva "Pria ini adalah badut yang waktu itu menolong Nona"
"Apa?Badut?!" Reva memolototkan matanya. Dia tak menyangka ternyata Mahesa bereinkarnasi menjadi seorang pria miskin, bahkan pria itu adalah badut yang menolongnya di Festival itu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!