...Kali ini cerita ku sedikit berbeda dari cerita ku yang lain, akan terasa sedikit nyesek di bacanya. Terlepas dari masuk akal atau pun tidak, ini hanya halusinasi othor semata, sesuai judul Istri yang berpindah haluan, maka bagi anda yang kuat membaca ini, anda akan mendapatkan kepuasan batin di part part Tua. Sebelumnya visual dulu aku perkenalkan yaah....
...Brandon Dwi Pangga di panggil E'den oleh keluarga terdekat nya, berusia 25 tahun....
...Jelita Maharani akrab di panggil Jeje, berusia 21 tahun. Akan ada visual lainnya nanti tapi nyusul sesuai kebutuhan....
...♥️Ok let's get into the story♥️...
Hari ini hari pernikahan Tuan muda tampan dari perusahaan properti ternama yaitu GG group, Brandon Dwi Pangga, yah, dia lah yang akan mewarisi semua kekayaan Tuan besar Anson Dwi Pangga.
Nama mereka campuran Jawa yang ke luar luaran for your information nenek moyang mereka memang orang Jawa campuran Thailand.
Di dalam kamar pengantin, seorang gadis masih mengenakan gaun putih mahal rancangan desainer kondang, berdiri dengan beberapa pelayan yang ingin membantunya mengganti pakaian.
Resepsi pernikahan sudah selesai, maka gadis itu harus siap mengikuti ritual malam pertamanya, bibir gadis itu tersenyum manis membayangkan saat dirinya bersentuhan dengan pemuda seperti Brandon Dwi Pangga yang terkenal sangat tampan, sudah kaya tampan lagi, beruntung kamu Jelita, kalimat pujian yang selalu terdengar selama pertunangan mereka.
Suara langkah kaki terdengar mendekat pada tubuh perempuan yang baru saja melepas gaun pengantin nya, kini, Jelita hanya memakai kemben yang terlihat sangat menggoda, tapi sepertinya tidak bagi Brandon.
"Kalian keluar lah!" Brandon mengibaskan tangannya pada beberapa pelayan di sisi isterinya. Lalu keempatnya pun segera berlalu dari kamar tersebut dengan pandangan yang saling menatap satu sama lain, betapa pikiran kotor sang pelayan mulai bertengger di atas kepala mereka masing-masing, sebab sudah barang tentu esok hari nanti akan ada jejak sprei yang porak-poranda ulah sang Tuan muda.
Jelita menundukkan wajahnya, sedang tangannya meremas tepian celana pendek berbahan velvet yang ia kenakan, pipinya merona merah dengan detak jantung yang meningkat.
"Je, ..."
"Hmm?" Jelita mendekat mengenyampingkan rasa gugupnya.
"Aku mau bicara Je." Ucap Brandon.
"Iya ngomong ajah, apa?" Jelita duduk di sisi ranjang di ikuti oleh suaminya.
"Kita sahabat, dan selamanya kita akan tetap menjadi sahabat, kamu ingat kan janji kita dulu? Sebelum aku sekolah ke luar negeri?" Ujar Brandon.
"Iya, lalu?" Angguk Jelita mulai berkerut kening.
"Kamu harus tahu Je? Aku sudah punya pacar, dan aku sangat menyayangi nya, sangat mencintai nya, aku mau kamu menerima nya sebagai sahabat mu juga." Tutur Brandon mengaku.
"Pacar?" Jelita tersentak dengan penuturan suaminya "Kenapa kamu baru bilang?" Tanyanya kemudian.
"Aku tahu kamu pasti kecewa, tapi, alasan ku tidak bilang sebelumnya karena, aku takut kamu membatalkan pernikahan kita, aku pasti terancam di buang sama Papi kalo aku tidak menikahi mu." Jelas Brandon yang begitu menohok hati.
"Apa? Jadi kamu menikahi ku karena warisan saja E'den?" Tanya Jelita lagi dan lagi.
Brandon mengangguk "Lagi pula kamu juga tidak menyukai ku lebih dari teman atau sahabat kan Je? Aku tahu kau juga setuju kalau persahabatan kita akan abadi dengan hidup bersama seperti ini. Seperti janji kita, best friend forever!" Ucapnya lalu hening setelah itu, Jelita benar-benar tak mampu berkata apa-apa lagi, pernikahan yang dia impi impikan ternyata tak seindah ekspektasi nya, selama menjadi sahabat Brandon begitu baik apa lagi jika sudah menjadi suami, kenyataannya begitu miris.
"Je, kamu kenapa diam hum? Apa, kamu tidak setuju dengan ucapan ku? Apa jangan-jangan selama ini kau juga mengharapkan penyatuan kita benar-benar seperti suami istri pada umumnya?" Tanya Brandon.
"Emm, ..." Jelita masih belum bisa menyahut, terus bergumul dengan pikirannya sendiri.
"Jangan-jangan kamu menyukai ku sebagai seorang laki-laki? Bukan sebagai sahabat lagi?" Timpal Brandon penuh penekanan.
"T-tentu saja tidak!" Ceplos Jelita yang harus berkata bohong, sebab tidak mungkin Jelita mengaku bahwa dirinya sudah benar-benar mencintai Brandon dari masih sama-sama kecil sedang cintanya tidak terbalas.
"Bagus, berarti, kita sepakat, pernikahan kita, hanya sebatas penyatuan di balik hubungan sahabat sejati saja!" Sahut Brandon tersenyum.
"Iya. Sepakat." Lirih Jelita, sungguh, jika bicara tentang perasaan di dadanya seperti ada besi panas yang menerjang dan merobek robek jantung hatinya, begitu terasa sangat sakit.
Dua tahun berlalu, hari-hari Jelita lalui sebagai isteri seorang direktur. Menurut orang, rumah tangga mereka bahagia dan harmonis, Brandon Dwi Pangga memang terlihat begitu baik pada isterinya, Brandon sering menyempatkan waktu untuk pergi berbelanja dengan isterinya jalan-jalan saat weekend, ke restoran saat Jelita malas masak, keduanya sering menghabiskan waktu bersama saat Brandon libur.
Faktanya, orang-orang hanya melihat dari luarnya saja, pada kenyataannya adalah Brandon berbuat seperti itu karena Jelita sahabat terbaiknya, bukan karena isteri tercintanya.
"Jeje, ..."
Suara berat merdu yang mengalun indah memanggil gadis cantik yang kini keluar dari kamar miliknya dengan pakaian khas rumahan, celana pendek dan t-shirt putih yang juga pendek.
"Kamu udah sarapan belum?" Tanya Brandon menatap Jelita yang kini mendekati meja makan lalu gadis itu menggeleng "Belum, aku diet E'den." Jawab nya.
"Buat apa diet hum? Tubuh mu sudah indah begini, ngapain capek capek diet?" Brandon memang sering protes dengan kebiasaan Jelita yang suka sekali merawat diri, dia selalu bilang Jelita sudah cantik, seksi, menarik jadi tidak perlu menyiksa diri untuk tidak makan.
Namun, kenyataannya secantik apapun Jelita tetap saja ia tidak mendapat tempat di hati Brandon sebagai seorang istri, Jelita hanya seorang wanita yang di nikahi lalu di jadikan sahabat dan benar-benar sahabat sama seperti sebelum menikah.
"Kamu kenapa diam?" Brandon bertanya sembari menatap wajah cemberut isterinya.
"Gak papa, hari ini aku mau ke rumah Mamah Papah, sudah rindu mereka, boleh kan?" Jelita duduk di kursi sebelah suaminya, seperti biasa setiap pagi sebelum berangkat kerja Brandon harus di temani sarapan.
"Boleh, sejak kapan aku melarang mu hum?" Jawab Brandon setelah meneguk minuman nya "Kebetulan, hari ini juga Shasha turun ke Indonesia, dia cuti kuliah, jadi mau langsung ke sini." Lanjutnya.
"Oh," Jelita memaksakan senyuman "Bagus dong, kamu pasti udah kangen dia." Lanjutnya.
"Banget! Sangat, sangat merindukan nya. Et. Tapi, kamu juga gak boleh lama-lama menginap di rumah Mamah, aku juga suka kangen kamu, sahabat ku!" Brandon mencubit gemas pipi isterinya.
"Gak kok, paling seminggu."
Brandon berkerut kening seolah protes "Kok lama banget? Satu hari ajah, gak boleh lebih, aku suka kesepian tidur sendiri Je."
"Kenapa harus kesepian? Biasanya kamu juga ngajak Shasha ke rumah buat nemenin kamu." Sambung Jelita dengan hati yang sudah mulai teriris, setiap hari Jelita memang sudah sangat akrab dengan yang namanya rasa pedih yang terus ia simpan sendiri.
"Tapi kan Shasha gak mungkin bisa menginap tanpa ada kamu di rumah Je, gimana kata tetangga depan nanti? Mereka pasti curiga, terus mengadukannya ke Papi sama Mami, tapi kalo di rumah ada kamu kan mereka gak curiga Je." Ujar Brandon memelas.
"Iya, apa nantinya ajah." Sambung Jelita yang pada akhirnya berucap demikian.
"Terimakasih yah, My Jeje, i love you forever." Brandon tersenyum sangat manis pada isterinya, isteri yang dia anggap teman hidup satu rumah, sayangnya yang di sebut teman hidup itu, bukan lah kata-kata diksi, melainkan benar-benar menjadi teman saja di rumah itu, hanya teman!
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Bersambung....
Sore ini Jelita baru saja turun dari mobil miliknya, gadis bersuami itu berjalan gontai memasuki rumah di mana selama dua tahun ini ia menjalani biduk rumah tangga yang tak wajar, keberadaan nya di rumah itu benar-benar hanya sebatas istri pajangan, parasnya yang cantik selalu Brandon bangga bangga kan sebagai istrinya, tapi, di balik itu ada duka mendalam yang tersemat.
"Aku pulang!" Ucap Jelita berseru, berharap suaminya menyambut dengan ciuman hangat, tapi justeru di sambut oleh wajah wanita lain.
Deg!
Kebas seketika menjalari seluruh tubuhnya, gadis itu menghela napas panjang berusaha menguatkan dirinya dengan mata yang terpejam sekilas "Seperti biasa, kamu kuat Je!" Gumam nya.
"Jeje, ya ampun apa kabar sayang?"
Jelita mendadak kecut menatap wanita yang tidak tahu diri tersenyum sangat manis padanya "Baik, seperti yang kamu lihat, aku sangat sehat." Ucapnya dengan senyum paksaan nya.
"Makin cantik aja kamu Je, aku jadi iri sama kamu!" Shasha mencebik kan bibirnya bukanya manis tapi justru terlihat sangat menyebalkan di mata Jelita.
"Ga usah iri, kamu tetap unggul, karena kamu punya pasangan, sedang aku tidak, aku cuma perabotan rumah." Jelita menyindir dengan terkekeh, berusaha tak terlihat cemburu ataupun tak suka pada wanita perebut suami orang itu.
"Jangan begitu dong Je, ..." Sambung Shasha lembut dan halus karena original wanita itu memang begitu "Lagian kamu kenapa gak cari pacar aja sih? Pasti banyak yang mau sama gadis cantik seperti mu." Lanjutnya mengusul sambil merangkul bahu Jelita berjalan ke arah meja makan.
"Aku mau cari pacar kalo pacar mu menceraikan ku, ..." Jelita tersenyum sangat lebar dengan gondok di dadanya lalu melepas pelan rangkulan wanita itu.
"Iya juga yah Je. Kamu pasti gak bebas yah dengan status mu? Ok, kalo begitu, aku coba ngomong sama Mas Brandon buat ceraikan kamu, mungkin saja dia mau. Kamu juga perlu pasangan hidup yang benar benar menjadi kan mu isteri kan Je, aku tahu karena kita sama-sama perempuan." Ucap Shasha terlihat sangat perduli menurutnya sendiri.
"Sama-sama perempuan bedanya aku tidak merebut suami orang seperti mu!" Batin Jelita berkata pilu.
"Ya udah aku ke kamar dulu yah, mau ganti baju, gerah." Pamit Jelita kemudian.
Shasha mengangguk "Iya, ." Ucapnya lalu duduk di meja makan panjang tersebut membiarkan Jelita pergi memasuki kamar.
"Jeje," Brandon baru saja keluar dari kamar mandi dengan handuk kecil di kepalanya membuat hati Jelita seakan tersengat hujaman belati berkali-kali, sudah pasti alasan rambut basah itu hal haram yang seharusnya tidak di lakukan oleh kedua orang yang belum menikah
"Kamu sudah pulang? Aku kira beneran satu Minggu?" Tanya Brandon mendekat sambil menggosok rambut nya dengan handuk.
"Kamu merasa terganggu?" Tanya balik Jelita.
"Bukan, bukan begitu, aku malah seneng kamu pulang cepet, aku masih suka tiba-tiba inget kamu kalo bikin kopi. Biasanya kan kamu yang suka ngerecokin kopi ku." Brandon terkekeh setelah mengucapkan itu.
"Itu biasanya, tapi kan malam ini akan ada wanita lain yang merecoki mu, jadi nikmati saja itu." Jelita membuang tas selempang miliknya serampangan lalu melangkah menuju kamar mandi di ruangan itu.
"Je, ..." Brandon mencekal lengannya mencegah gadis itu "Kamu pakai kamar mandi di luar saja yah, di dalam masih ada pakaian Shasha, biasanya kamu kan suka ngambek kalo ada barang bekas orang lain. Nanti aku suruh Bik Mina beresin dulu, sementara ini kamu yang mengalah yah." Ujar Brandon.
"Oh, ..." Tangan Jelita mengepal erat menahan amarah yang sebegitu dahsyat nya saat mendengar informasi itu "Yah, aku sekalian tidur di kamar tamu saja. Kalian jangan sungkan berbuat lah sesuka hati mu." Dengan perasaan hancur gadis itu keluar dari kamar nya sendiri mengalah hendak memakai kamar tamu.
"Je, kamu gak marah kan? Iya lain kali Shasha gak aku izinkan pakai kamar mandi kita deh, ini tadi darurat Je, maaf yah." Laki-laki itu mengikuti langkah isterinya.
Senyuman paksaan Jelita usung sambil membalikkan tubuhnya menghadap ke arah suaminya "Aku gak marah E'den, kita ini kan sahabat, jadi buat apa aku marah? Kecuali kalo kamu merasa aku ini isteri mu, baru boleh kamu berpikir aku marah, iyakan?" Ucapnya.
Brandon hening. Sejatinya Brandon sangat khatam sekali dengan sifat isterinya, sudah dari kecil mereka bersama menjadi teman yang sedih senang bersama. Brandon tau kali ini Jelita marah padanya.
"Udah, aku mau mandi, lengket!" Pamit Jelita lalu melengos pergi memasuki kamar tamu.
Sudahlah, Jelita benar-benar sedang belajar menerima, meskipun kenyataannya belum cukup mampu ia lakukan, bahkan sampai di titik ini hatinya masih terus merasa sakit meskipun sudah bertekad untuk menjadi sahabat saja.
Sejujurnya, Jelita juga menyadari kebodohannya sendiri, mungkin di dunia ini, hanya Jelita yang mengizinkan wanita lain masuk mengacak acak rumah tangganya, Rasanya sudah tidak kuat, tapi, bisa apa dia?
Jelita menganggap dirinya sudah tidak punya pilihan hidup lagi, dia bahkan sudah tak bisa mempercayai laki-laki lain, jadi percuma saja meminta cerai, acap kali gadis itu menikmati hubungannya dengan E'den meski hanya sebatas teman saja.
BRAK!
"Aaaaaaaaaaaa!!"
Di dalam kamar tamu kedap suara itu, Jelita menjerit, mengeluarkan amarah yang tak bisa ia tunjukkan pada siapapun, menangis, meraung, terisak, tersedu, sesak nya begitu menyeruak "Tuhan, kenapa tidak angkat saja rasa cinta ku? Rubah lah rasa tulus ini menjadi kebencian! Aku sudah muak dengan kebodohan ini! Kenapa aku harus mencintai orang yang tidak pernah membalas nya? Hiks hiks, huuuuuu." Tangisnya.
...🖋️................🖋️...
Malam harinya.
Menampilkan raut sendu di wajah cantiknya, Jelita duduk pada sofa balkon kamar tamu, murung tak bersemangat, dia masih saja merasakan panas yang timbul tenggelam di dalam hatinya.
Apa lagi jikalau mengingat sang suami yang kini berada satu kamar dengan wanita lain, sungguh terasa sangat menyakitkan.
Sudah dua tahun lamanya hidup bersama tapi tak sedikitpun ada kemajuan dalam hubungannya, Brandon benar-benar tak mempedulikan status halal mereka, pria itu justru menggauli wanita lain yang belum resmi ia nikahi.
Alasannya Shasha masih belum siap menikah, tapi sudah berani menyerahkan dirinya pada Brandon, bahkan tak jarang Shasha kebobolan hamil lalu ia gugur kan lagi, Shasha tak mau tubuh seksinya menghilang karena mengandung dan melahirkan.
"Kapan punya baby?"
Pertanyaan receh yang terus menyambut Jelita setiap ada kesempatan berkumpul dengan keluarga dan rekan rekan bisnis suaminya membuat gadis bersuami ini lebih menderita lagi.
Bukan karena mandul tapi karena belum sekalipun Brandon menyentuhnya meskipun mereka tidur di atas ranjang yang sama. Teman, teman, teman, yah begitulah hubungan tak lazim mereka.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Bersambung.....
Dalam ruangan mewah dengan gorden toska bervariasi putih, di atas ranjang berukuran super king bersprei yang juga toska-putih, dua orang tengah bergumul satu sama lain, memikat tubuh masing-masing, saling memberi kehangatan di malam yang dingin.
Keringat masih bercucuran napas pun masih tersenggal-senggal setelah bergerilya dalam buai asmara cinta yang salah "Aku sangat mencintai mu Shasha." Ucap laki-laki itu berbisik merdu.
"Aku juga sangat mencintai mu Mas." Balas wanita itu. Lalu keduanya menarik selimut berbaring berdampingan sambil mengatur napas masing-masing.
Kemudian Shasha menegakkan kepalanya menatap wajah tampan suami Jelita dengan dalam "Kamu mau ngomong apa? Biasanya kalo menatap ku seperti ini, ada sesuatu yang mau kamu omongin." Brandon mengusap lembut pipi wanita itu.
"Kapan Mas mau menceraikan Jeje? Sampai kapan Mas berpura-pura menjadi suaminya?" Tuntut wanita itu.
"Berpura-pura?" Brandon tersenyum irit "Aku tidak berpura-pura Yank, Jeje memang benar-benar istri ku, kami menikah secara hukum dan agama, resmi, tidak main-main, kamu juga sudah sering mendengar jawaban ku kan? Sampai kapan pun aku tidak akan pernah menceraikan Jeje ku." Tegasnya.
"Tapi kenapa Mas? Kamu menyukai nya hah?" Tanya Shasha dengan kening yang mengerut.
"Kamu tau jawabannya, aku memang menyukainya, aku menyayangi nya meskipun hanya sebagai sahabat, aku sudah terbiasa hidup dengannya, dia yang sudah dari kecil bersama ku Sha, aku tidak rela melepas nya, belum lagi Papi pasti tidak akan mengizinkan ku menceraikan nya, dia putri kesayangan Papi, Papi bahkan lebih sayang padanya dari pada aku putranya sendiri. Aku tidak mau menanggung resiko jika sampai Papi membuang ku." Tepis laki-laki itu.
"Tapi apa kamu tidak kasihan? Jeje juga butuh suami yang benar-benar mencintainya layaknya suami sungguhan Mas, dia cantik, pasti di luar sana banyak yang mau menikahi nya. Lepaskan dia biarkan dia selingkuh, maka setelah itu dia yang akan di salahkan, bukan kamu! Kamu masih bisa mengambil hati Papi kamu." Sambung Shasha keras.
"Membiarkan dia selingkuh katamu?" Brandon berkerut kening mendengar usulan dari kekasihnya "Kamu gila hah? Dia istri ku! Aku bisa malu kalo sampai tersebar gosip seperti itu, lagi pula aku tidak akan tega membuat Jeje menjadi bahan gunjingan orang!" Tampik Brandon.
"Tapi semua ini demi masa depan kita Mas, supaya di masa depan, tidak ada orang ke tiga di antara hubungan kita!" Sela Shasha penuh penekanan.
"Sudahlah, aku malas terus berdebat hal yang sama dengan mu! Aku tekankan sekali lagi, aku tidak akan pernah menceraikan Jeje ku! Titik!" Tegas Brandon lalu menyingkap selimut tebal nya dengan raut murka, Brandon lantas memasuki kamar mandi.
Di bawah guyuran air shower pria itu meredam amarahnya, sesungguhnya setiap Shasha menuntut perceraiannya dengan Jelita, Brandon selalu murka.
Hidup tanpa Jelita bukan lah cita-citanya, selama ini Brandon amat sangat bergantung atas keberadaan Jelita, lagi pula selama ini Brandon menikmati pujian demi pujian orang saat memamerkan isteri cantiknya.
"Mungkin kamu gak sadar kalo kamu sudah mencintai Jeje Mas, mana ada sih persahabatan yang berujung menikah? Ini konyol!" Shasha terisak sambil memukul-mukul bantal milik isteri Syah kekasihnya.
......................
Sedang di tempat lain. Di sebuah kamar mewah berhiaskan lukisan lukisan abstrak, seorang pria tampan tengah asyik memainkan jemarinya di bawah bibir sensualnya sambil menatap seorang gadis cantik yang menampilkan wajah murung dari kejauhan.
Kegiatan itu sudah cukup lama pria itu gulati, mengagumi sosok gadis cantik pemilik rumah di seberang sana. Dari kamarnya dia bisa melihat dengan jelas seluruh aktivitas gadis murung itu.
"Jadi, Bos benar-benar menyukainya? Dia itu istri orang, jangan main-main Bos!" Tampik Satu pria di sebelahnya yang agaknya asisten pribadi nya.
"Dia tidak bahagia, lihatlah, di kamar bawah, jallang keluar dengan percaya dirinya, sedang di balkon istri Syah menangis tersedu. Dasar direktur biadab." Umpat serapah laki-laki berwajah bule itu merutuki tetangganya.
"Itu bukan urusan kita Bos, lebih baik Bos pikirkan saja perjodohan Bos dengan gadis pilihan Tuan besar, atau dia terus menteror ku, apa Bos tidak kasihan padaku hah? Setiap hari Tuan besar memarahi ku gara-gara Bos tidak mau pulang ke rumah utama!" Ujar sang asisten mengingatkan.
Sang Bos mengerutkan keningnya kuat-kuat saking teramat geramnya "Cerewet mu sudah mirip anak gadis! Dengar! Aku akan menikah dengan gadis pilihan ku sendiri! Jawab saja begitu pada Daddy ku! Kenapa harus repot-repot? Sekolah mu tinggi tapi otak mu pendek!" Hardiknya sadis.
"Tapi, ..." Belum rampung ucapan asisten si Bos lebih dulu menimpali.
"Sekarang pergilah, aku masih ingin melukis wajah cantik kekasih khayalan ku!" Tuan arogan itu mengibaskan tangannya mengusir sang asisten.
Lelaki itu keluar meskipun dengan ujung bibir yang naik sebelah, sungguh, menjadi asisten pribadi Tuan muda arogan memang sangat merepotkan baginya, belum lagi mengurusi Tuan besarnya yang tak kalah arogan, itu benar-benar membuatnya pusing.
"Nasib, nasib, gini amat hidup gue! Kalo gak di semprot yang tua, di semprot yang muda." Gumam laki-laki itu merutuki nasibnya sendiri.
......................
Malam semakin larut, hawa dingin semakin mencekik tubuh ringkih gadis bersuami ini, masih di sofa balkon Jelita duduk bersedekap menatap rembulan yang hanya separuh, keindahannya begitu menentramkan hatinya, Jelita di buat candu menatap rembulan bersinar sedang itu.
Lalu suara langkah kaki terdengar mendekat tapi tak sedikitpun membuat Jelita mengindahkan nya "Je." Panggil pria itu seraya melingkarkan selimut berwarna putih pada tubuh isterinya.
"Di sini dingin, kamu kenapa belum juga masuk hm?" Tanyanya peduli "Aku lihat dari sore kamu belum makan, aku buatkan kamu ramen yah? Mau kan? Kamu jangan terus diet, gak bagus buat kesehatan mu!" Tuturnya lembut.
"Aku belum mengantuk, aku juga tidak lapar." Jawab Jelita datar.
Brandon duduk berhadap-hadapan dengan gadis cantik itu "Kamu masih marah padaku?" Tanyanya menatap lembut gadis itu.
"Marah kenapa?"
"Aku tau kamu gak suka kamar kita di masuki orang lain, lagian kenapa kamu yang tidur di sini? Seharusnya Shasha yang tidur di sini, aku kan cuma menyuruh mu pakai kamar mandi di luar, bukan menyuruh mu tidur di kamar tamu." Rutuk Brandon.
"Gak papa, lagian satu kamar atau tidak, tidak akan mengubah apapun, kita tetap sahabat sejati, iyakan?" Jelita memberikan senyuman manis berusaha tak terlihat marah ataupun cemburu padanya.
Brandon membalas senyuman yang juga tak kalah manis "Janji, apapun keadaannya, kamu akan selalu bersama ku Je." Pintanya.
"Selama aku mampu, aku akan selalu bersama mu." Jawab Jelita tersenyum getir.
......................
Bersambung.... Terimakasih yang udah mampir 😘
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!