HAI PARA READER KESAYANGAN AUTHOR ... INI ADALAH NOVEL KEDUA AUTHOR YANG IKUT EVENT BERBAGI CINTA. DISINI MEMANG TEMANYA BERPOLIGAMI, JADI AUTHOR MINTA DUKUNGAN UNTUK LIKE, KOMEN, VOTE DAN HADIAHNYA YA BIAR SEMANGAT UNTUK UP.
Ini adalah Real imajinasi author sendiri, jadi bijaklah saat berkomentar jangan sampai ada yang menyamakan dengan karya orang lain. Oke👍👍👍
Cordelia Almira seorang perawat cantik berusia 25 tahun. Dia merupakan bintang dari semua perawat, wajahnya cantik, bibir mungil berwarna pink, alis tebal dan pipi cubby. Kecantikan itu membuat Elia banyak sekali di sukai pria, bahkan ada yang mengira bahwa Elia adalah seorang siswa magang karena wajahnya terlihat jauh lebih muda dari usianya. Padahal Elia merupakan perawat senior dengan status sudah menikah.
Wajah yang terlihat baby face tak membuat para perawat magang tidak menghormatinya, justru mereka sangat menghormati Elia karena kepiawaian dalam melakukan pekerjaanya sampai dijadikan sebagai contoh dan panutan bagi para perawat magang dan perawat junior.
Selama ini Elia memang terkenal sebagai perawat yang ramah, murah senyum dan sabar. Hal itu membuat para pasien sangat menyukainya, sehingga ia sering mendapatkan banyak surat ungkapan terimakasih dari para pasien yang pernah ia rawat.
Jam di dinding menunjukan pukul 4 sore, sudah waktunya untuk berganti shift pekerjaan. Melihat jam kerjanya sudah habis, Elia segera bersiap-siap untuk pulang .
"Lo udah mau pulang El?" tanya Seruni sahabatnya yang baru datang.
"Iya, kalau gitu Aku pulang dulu ya Run. Soalnya Bang Rigel katanya mau jemput," ujar Elia sambil cipika cipiki dengan Seruni untuk pamit pulang terlebih dulu. Hal itu memang sudah wajib mereka lakukan ketika akan berpisah.
Seruni Anjani merupakan sahabat baik Elia di rumah sakit tempat ia bekerja. Mereka berteman dan menjadi sahabat sejak masuk ke rumah sakit ini. Elia juga mempunyai sahabat bernama Jingga Pramudita, tetapi beberapa bulan yang lalu Jingga pindah tugas ke rumah sakit lain sehingga mereka terpisah.
Elia berjalan menapaki lantai rumah sakit, sambil tersenyum ramah ketika ada yang menyapanya. Dari kejauhan Elia telah melihat seorang lelaki tampan tengah berdiri di depan lobi rumah sakit tengah menunggunya.
Pria tampan itu adalah suami tercintanya, Jerone Rigel Ervinosa atau biasa dipanggil Rigel. Melihat Rigel yang sudah datang, Elia semakin mempercepat langkahnya.
Elia menghambur memeluk Rigel. "Abang sudah lama menunggu?" tanya Elia dengan mendongakkan wajahnya menatap wajah tampan Rigel dengan seuntai senyum manis di bibir.
"Tidak juga, baru saja sampai. Kamu pasti sangat capek kan?" Rigel memegang wajah Elia dengan kedua tanganya, dan Elia menjawab dengan sebuah anggukan.
Ia memang merasa capek dan Lelah, tetapi pelukan yang diberikan Rigel mampu membuat rasa lelah Elia sedikit memudar. Ia merasakan sebuah kehangatan dan kenyamanan disana.
"Yaudah kalau gitu, kita pulang." Ajak Rigel yang diangguki oleh Elia. Setelah itu mereka berdua berjalan bersama menuju tempat parkir sambil bergandengan tangan.
Awalnya Elia malu bermesraan di tempat umum, tetapi Rigel selalu saja melakukan hal itu dimana saja karena ia ingin semua orang tahu bahwa wanita cantik dan imut ini adalah miliknya seorang. Mengingat banyak pria yang menyukai Elia, membuat Rigel semakin posesif kepadanya. Jika bisa Rigel ingin mengurung Elia dalam sangkar emas, tetapi sebelum menikah ia sudah berjanji tidak akan melarang Elia untuk bekerja menjadi seorang perawat karena itu adalah impian dan cita-cita Elia sejak kecil untuk menjadi seorang perawat yang bisa merawat dan menolong orang banyak.
Lama kelamaan Elia menjadi terbiasa bersikap romantis seperti ini dimana saja, sampai membuat orang yang melihat keharmonisan mereka mengira bahwa rumah tangga mereka selama ini tidak pernah mempunyai masalah.
Elia dan Rigel memang jarang bertengkar, tetapi tetap ada masalah dalam rumah tangganya yaitu Ibu mertuanya. Meskipun telah menikah hampir 5 tahun, Hana ibu Rigel tetap saja tak menyukai Elia, ditambah Elia yang tak kunjung hamil membuat Hana semakin tak menyukainya serta sering membuat Elia tertekan.
Sesampainya di tempat parkir Rigel segera membukakan pintu untuk istri tercintanya.
"Silahkan masuk nyonya Rigel," ucap Rigel yang sudah membuka pintu serta meletakkan telapak tangannya di atas kepala Elia agar kepalanya aman tak terbentur pintu mobil.
Setelah memastikan Elia masuk ke mobil dengan aman, Rigel segera ikut masuk kedalam mobil.
" Oke, apakah Anda sudah siap nyonya karena sebentar lagi, Kita akan segera meluncur ke istana bintang," ujar Rigel yang mampu membuat Elia tertawa bahagia.
Kehidupan rumah tangga Elia memang begitu bahagia penuh dengan warna-warni pelangi, tetapi belum sempurna bila belum ada hadirnya malaikat kecil yang menjadi pelengkap kehidupan mereka.
Tanpa berlama-lama Rigel segera menginjak pedal gas melajukan mobilnya menuju istana tempat mereka tinggal. Tak perlu lama, akhirnya mereka sampai juga di rumah.
Di tempat garasi terlihat mobil hitam yang telah terparkir di sana. Elia sangat hafal siapa pemilik mobil itu, wajah bahagia Elia berubah padam seketika melihat mobil mertuanya terparkir. Ia menghembuskan nafas kasar, sebenarnya ia tak ingin berburuk sangka kepada mertuanya itu, tetapi setiap ia datang pasti akan ada saja masalah yang datang.
Rigel dan Elia turun dari mobil, suara ketukan sepatu dengan lantai terdengar semakin mendekat. Membuat Hana yakin bahwa Anaknya telah datang. Melihat Rigel datang bersama Elia membuat wajah sinis Hana terpampang jelas. Entah apa yang membuat Hana tetap tak menyukai Elia sampai sekarang, padahal Elia sudah selalu berusaha menjadi menantu yang baik. Tetapi Hana tetap saja tak menyukainya dan tak mau menjelaskan apa alasan ia tak menyukai Elia.
"Kalian baru pulang?" sapa Hana yang duduk bersandar di sofa ruang keluarga.
Elia dan Rigel menghampiri Hana, lalu mencium punggung tangannya.
"Iya Ma, kita baru pulang," sahut Rigel.
"Duduk!" titah Hana yang dituruti oleh Rigel dan Elia.
"Mama ada apa ya, tiba-tiba datang kesini?" tanya Rigel.
" Bagaimana dengan hasil pemeriksaan yang mama sarankan untuk kalian lakukan? Apa hasilnya?" tanya Hana yang langsung bertanya pada inti pembicaraan tanpa basa basi.
"Em … hasilnya bagus kok ma, kita semua sehat, tidak ada yang perlu dikhawatirkan,"jawab Rigel. Sedangkan Elia hanya diam tanpa kata.
" Oh ya, kalau kalian semua sehat lalu kenapa sampai sekarang belum punya anak juga! Kapan Elia akan hamil? Apa jangan-jangan … " Hana tak melanjutkan ucapannya.
"Jangan-jangan apa ma?" timpal Rigel yang penasaran dengan kelanjutan ucapanya Hana.
"Jangan-jangan kalian memang tidak cocok dan berjodoh untuk memiliki anak bersama, sehingga seberapa lama kalian bersama tidak akan pernah bisa memiliki keturunan. Jadi, lebih baik kamu menikah lagi saja, biar bisa memberikan keturunan kepada keluarga Ervinosa, " papar Hana.
Elia dan Rigel spontan membolakan matanya ketika mendengar ucapan dari Hana. Hati Elia terasa sakit disaat mendengar ucapan ibu mertuanya yang menyuruh Rigel untuk menikah lagi. Padahal sudah jelas bahwa Elia sehat dan tidak mandul, tapi ia tetap saja mencoba untuk menyingkirkan Elia.
"Ma! Apa maksud mama berkata seperti itu?" seru Rigel dengan nada yang sedikit tinggi karena ia tak mengira bahwa Hana akan mengatakan hal konyol itu didepan Elia. " Mama sudah tau kan, kalau kita sehat semua tidak ada yang mandul. Jadi, untuk apa Rigel menikah lagi? Kalau memang kita belum diberikan anak, mungkin memang belum saatnya," imbuh Rigel.
"Kamu berani bentak mama hanya demi wanita itu!" tunjuk Hana kepada Elia dengan nada yang tak kalah tinggi.
Rigel bangun dari tempat duduknya. "Ma, sudah berkali-kali Rigel katakan jangan pernah panggil Elia dengan sebutan wanita itu! Dia memiliki nama C-o-r-d-e-lia" sebut Rigel dengan penuh penekanan. " Dan Elia adalah istri sekaligus wanita yang Rigel cintai. Jadi, tolonglah sekali-kali Mama bisa menerima Elia sebagai menantu. Sebenarnya apa sih kurangnya Elia, sampai Mama gak pernah menganggap Elia itu sebagai menantu mama?" tanya Rigel yang memang tak mengerti dengan jalan pikiran Hana.
Hana ikut berdiri. "Sampai kapanpun Mama tidak akan pernah menganggap dia sebagai menantu keluarga Ervinosa! Jadi, jangan pernah berharap akan hal itu!" tungkas Hana yang segera berlalu pergi meninggalkan Elia dan juga Rigel.
......................
Semoga suka. Jangan lupa like, komen, dan vitenya ya. Kalian juga bisa klik tombol favorit biar tahu kalau novel ini update
Setelah kepergian Hana, Rigel mengusap wajahnya kasar. Ia menyesal telah berbicara sedikit kasar oleh mamanya, tapi kali ini Hana memang sudah keterlaluan. Mana mungkin Rigel bisa menikah lagi dengan perempuan lain disaat ia sangat mencintai Elia, Ia juga tak ingin membuat Elia tersakiti dengan hal itu.
Melihat wajah Rigel yang terlihat kacau, Elia mengusap pundak Rigel untuk menenangkanya. Lalu Rigel memeluk Elia erat-erat untuk memberikan kekuatan baginya.
"Maafin mama ya sayang, Kamu gak usah pikirin apa perkataan mama tadi. Abang janji sama kamu, Kamu adalah satu-satunya istri Abang dan tidak akan ada wanita lain dalam pernikahan kita," ucap Rigel agar Elia tak memikirkan ucapan Hana.
"Iya, Abang juga tenang ya … jangan terlalu emosi saat bicara sama mama. Bagaimana juga mama adalah ibu yang sudah melahirkan , membesarkan dan juga surganya Abang. Jadi, Abang jangan seperti ini lagi ya … saat ini mama pasti sedang sedih, melihat anaknya berani membentaknya demi wanita lain, " papar Elia.
Rigel melepaskan pelukannya, lalu memegang tangan Elia." Apa kamu tidak membenci mama? " tanya Rigel.
Elia tersenyum dan menggelengkan kepalanya, menandakan bahwa ia tak membenci Hana. Meskipun Hana tak pernah menyukainya, sering membuatnya tertekan dsb. Elia memang tak membenci Hana, jika kesal mungkin iya tapi tidak benci.
" Kenapa mama tidak bisa melihat hati kamu yang selembut ini sih, padahal mama udah sering banget nyakitin hati kamu. Tapi kamu tetap saja berbuat baik, berusaha menjadi menantu yang baik,dan tidak membencinya."
" Aku tak sebaik seperti yang Abang ucapkan. Aku juga manusia biasa yang mempunyai rasa sakit dan kesal. Tapi rasa itu bukanlah benci, kalau aku juga membenci mama. Terus apa bedanya aku sama mama? " jawab Elia dwngan mengulas senyum di bibirnya.
Bibirnya memang mengulas senyum, tapi hatinya remuk dan sakit. Elia memang pandai dalam menyembunyikan perasaannya sendiri, ia selalu berusaha untuk tersenyum meskipun hatinya terluka.
" Makasih ya sayang, kamu memang benar-benar wanita sempurna yang dikirim tuhan untukku!" kata Rigel dengan memeluk Elia kembali.
***
Hari demi hari telah berlalu, sejak pertengkaran yang terjadi beberapa hari lalu. Hana sudah tak pernah lagi datang kerumah Elia dan Rigel. Rigel juga sudah meminta maaf, tapi Hana masih saja marah dan ngambek kepada Rigel. Hari ini Elia punya jadwal jaga shift malam, sehingga ia pulang kerumah disaat Rigel telah berangkat ke kantor.
Hari ini merupakan hari yang sangat spesial bagi Elia dan juga Rigel, Dimana hari ini adalah Anniversarynya 5 tahun pernikahan mereka. Dikarenakan Elia yang jaga shift malam dan tak ada yang bisa menggantikanya, terpaksa ia tak bisa memberikan sebuah kejutan di pagi hari.
Karena tak bisa memberikan kejutan di pagi hari, Elia berencana untuk mendekorasi rumah saat ia pulang dari rumah sakit. Setelah pergantian shift dimulai, Elia segera pulang dan belanja untuk kebutuhan dekorasi dan masakan yang akan ia siapkan untuk Rigel di hari ulang tahun pernikahanya.
Sesampainya di rumah, Elia disambut oleh Art rumahnya yang membantu untuk membawa belanjaan. Sebenarnya Elia ingin segera memasak, tetapi rasa kantuk di matanya benar-benar tak bisa ditahan lagi akibat jaga malam dan tidak tidur sedikitpun. Akhirnya Elia memutuskan untuk tidur sebentar dan menyuruh maid untuk menyiapkan dan memotong bahan-bahan yang ia beli, sehingga ketika ia bangun nanti tinggal memasaknya saja.
Sesampainya di dalam kamarnya, Elia segera merebahkan tubuhnya diatas kasur empuk yang ia rindukan semalam. Tanpa butuh waktu lama, Elia langsung tertidur ketika mencium aroma bantal.
Di sisi lain, terlihat seorang pria tampan tengah duduk di kursi kerjanya sambil membaca dokumen-dokumen penting perusahaan. Ia adalah Jerone Rigel Ervinosa seorang manajer Eksekutif The star Resort.
Keluarga Ervinosa memang keluarga yang mempunyai bisnis Resort. Resort milik keluarga Ervinosa sudah merambah ke berbagai tempat wisata di sebuah kota-kota tertentu. Dan saat ini sedang merencanakan untuk membangun sebuah resort di daerah sumba yang masih dalam proses pembangunan.
Terdengar suara ketukan pintu dari luar ruangan kerja Rigel.
"Masuk," seru Rigel dari dalam ruangan.
Mendengar ada aba-aba masuk, Asterio membuka pintu ruangan Rigel dan masuk kedalam ruangan itu. Asteria atau biasa dipanggil Aster berjalan menuju tempat dimana bos nya berada.
"Ada apa Aster?" tanya Rigel yang masih membuka sebuah dokumen tanpa melihat ke arah Aster.
"Begini bos, Proyek yang ada di sumba sepertinya sedang terjadi masalah. Sehingga …" Aster sedikit takut ingin mengatakan ini karena pagi tadi Rigel telah berpesan untuk mengosongkan semua jadwalnya karena ia akan dinner dengan Elia malam ini.
" Sehingga apa Aster? Kenapa tidak kamu lanjutkan? "tanya Rigel dengan menatap wajah Aster yang sedikit memucat.
" Begini boss, saya sudah berusaha untuk mengosongkan jadwal anda. Tapi, tiba-tiba pengurus proyek yang ada di sumba mengatakan bahwa hari ini kita harus kesana karena … "
"Apa! Apakah tidak bisa di undur?" sela Rigel yang dijawab sebuah gelengan oleh Aster.
Rigel mengusap wajahnya kasar, saat melihat jawaban dari Aster. Aster juga telah menjelaskan bahwa keadaan disana benar-benar mendesak dan harus segera diurus. Sehingga mau tidak mau, Rigel harus pergi kesana.
Rigel mencoba menghubungi Elia, tapi panggilan nya tak kunjung diangkat oleh Elia.
"El … kamu kemana sih? Kenapa di telepon tidak diangkat coba!"
Rigel mondar-mandir sambil terus berusaha menghubungi nomor Elia, tapi tak kunjung diangkat juga. Kemudian Rigel berusaha mencoba menelpon ke telepon rumah tapi nihil, tak ada juga yang mengangkatnya.
" Kemana semua sih orang rumah! Kenapa gak ada yang jawab teleponnya," desis Rigel kesal.
"Bos, kita sudah harus berangkat!" ujar Aster yang memberi pemberitahuan bahwa mereka harus berangkat ke sumba sekarang juga. Karena tetap tak bisa menelepon Elia, dan baterai ponselnya tiba-tiba hampir habis membuat Rigel semakin kesal. Ia segera mengirim pesan sebelum ponselnya benar-benar mati.
Mungkin nanti aku akan menghubungi Elia kembali, setelah mengisi daya baterai ponsel ini! Gumam Rigel dalam hati. Kemudian ia pergi bersama Aster.
Deru suara Alarm terus berbunyi mengisi ruangan kamar Elia. Membuat ia segera bangun dari tidurnya, melihat jam weker yang telah menunjukkan pukul 11 siang. Ia segera bangun dari tempat tidurnya, lalu berjalan turun menuju dapur.
Wajah bantal serta rambut yang acak-acakkan, memperlihatkan bahwa Elia baru bangun tidur. Elia segera mencuci tangan dan memasak makanan yang akan ia masak untuk dinner malam ini.
Sekitar satu jam ia bergelut dengan bahan-bahan makanan, akhirnya makanya telah matang semua. Elia naik ke kamarnya untuk mandi dan bersiap-siap. Tak lama kemudian ia sudah selesai memakai gaun yang cantik dan juga make up tipis-tipis.
Setelah selesai Elia mengambil ponselnya yang ada di atas nakas tanpa membukanya sedikitpun, karena ia belum mendekorasi meja yang akan ia gunakan untuk dinner.
Disaat Elia sibuk mendekorasi meja makan, tiba-tiba ponselnya berbunyi. Segera ia mengangkatnya.ternyata no ibunya yang menelpon.
Elia : Halo Assalamualaikum bun, Ada apa?
Bunda : Halo mb, saya hanya mau mengatakan bahwa pemilik ponsel ini mengalami kecelakaan.
Tubuh Elia seketika melemas,dadanya terasa sesak dan dunianya terasa berhenti ketika mendengar berita itu. Air matanya sudah keluar membasahi pipi, Elia segera mencari nomor Rigel untuk menghubunginya. Tetapi nomor Rigel tidak aktif dan ternyata ada pesan dari Rigel.
Rigel.
Sayang, Abang minta maaf ya. Karena malam ini tidak bisa pulang dan merayakan anniversary kita, karena tiba-tiba abang ada urusan mendadak dan harus segera ke sumba. Abang janji setelah pulang dari sumba, Abang akan menebus acara kita yang tertunda. Kamu jaga diri baik-baik ya. I love you sayang and happy Anniversary 5th.
Di saat melihat pesan itu, Elia menutup mata dan menghembuskan nafas panjangnya. Kenapa kejadian ini datang disaat bersamaan. Padahal saat ini ia sedang membutuhkan Rigel untuk ada disampingnya, tapi ia tak ada. Tanpa berpikir lama, Elia segera menghubungi Seruni untuk menemaninya pulang ke bandung.
Sesampainya di rumah sakit yang dikatakan oleh orang yang menelponnya tadi, Elia segera mencari dimana keberadaan Ayah, bunda serta kakaknya. Saat Elia sampai di ruangan UGD ia dikejutkan dengan berita bahwa semua keluarganya meninggal tak ada yang selamat.
Elia terkulai lemas di lantai, tubuhnya sudah tak mampu lagi berdiri. Melihat Elia yang terkulai lemas, Seruni membantunya berdiri dan menguatkannya untuk melihat jenazah Ayah, ibu dan juga kakaknya.
"Ayah … Bunda … bangun, kenapa kalian tega Ninggalin Lia Sendiri … hiks… hiks…" tangis Elia pecah mengisi seisi ruangan itu. Elia memeluk tubuh bundanya yang telah dingin, kaku, dan sudah tak bernafas lagi.
Ia menangis sejadi-jadinya. Ia tak pernah mengira bahwa Ayah, bunda serta kakaknya akan pergi begitu cepatnya meninggalkan dirinya seorang diri di dunia ini. Padahal Kakanya baru saja akan menikah, tapi ia sudah pergi meninggalkan dunia ini.
Karena sudah tak sanggup menahan rasa sedihnya, Elia jatuh pingsan.
"El … bangun El …" panggil Seruni dan segera ia meminta bantuan perawat untuk memindahkan Elia.
***
Jika Elia sedang berduka, lain halnya Rigel yang langsung disibukkan dengan mengurus proyek yang sedang bermasalah bersama para pegawai disana dan juga Claire Florencia. Claire merupakan arsitek resort di sumba kali ini, dan Claire juga merupakan teman masa kecil Rigel.
Hari semakin malam, dan rapat juga baru selesai. Selesai rapat mata Rigel terasa sangat mengantuk, kepalanya sedikit pusing sampai membuat jalannya sedikit terhuyung. Ditempat ruangan itu hanya tersisa Rigel dan Claire, sedangkan Aster sedang ada urusan diluar bersama pekerja lainnya .
Melihat Rigel yang berjalan terhuyung, Claire berusaha membantu Rigel untuk kembali ke penginapanya.
"Lepaskan Aku Claire, Aku bisa berjalan sendiri," ucap Rigel yang berusaha melepaskan tubuh dari Claire.
"Bagaimana caranya kamu berjalan sendiri, jika seperti ini! Biarkan aku yang membantu kamu oke!" jawab Claire yang tak mau melepaskan Rigel.
Rasa pusing dan kantuk semakin menyerang Rigel, membuatnya tak berdaya dan membiarkan Claire membantunya pulang ke penginapan.
Sesampainya didalam penginapan, tiba-tiba hawa panas menyerang tubuh Rigel sampai membuat Rigel mengira Claire adalah Elia.
"El ... Kamu kesini? Abang kangen sama kamu El, maafin Abang ya di hari Anniversary kita. Abang tidak ada disamping kamu untuk merayakanya," racau Rigel dengan menyentuh wajah Claire dengan kedua telapak tanganya.
"Ri, aku Claire bukan Elia!"
Rigel geleng-geleng. "Tidak! Kamu Elia istriku yang paling cantik dan sangat aku cintai .... Cup," sebuah ciuman mendarat di bibir Claire.
...****************...
Semoga suka. Jangan lupa like, komen, vote dan hadianya ya...
Jangan lupa klik tombol favoritnya agar kalian tahu kalau novel ini up.
Setelah sadar dari pingsan nya, Elia harus menguatkan dirinya agar bisa memakamkan jenazah kedua orang tua dan juga kakaknya.
Sesampainya di rumah, sudah banyak para kerabat dan tetangga yang datang untuk melayat. Semua orang mengucapkan bela sungkawa kepada Elia, Seruni juga selalu ada disampingnya untuk menemani dan terus menguatkan Elia.
Bacaan yasin dan tahlil terdengar mengisi ruangan di rumah Elia untuk mendoakan kepergian jenazah. Tak lama kemudian Jingga juga datang ke rumah Elia di bandung. Melihat Elia yang terlihat pucat seperti mayat hidup, membuat Jingga segera berjalan menghampiri Elia yang duduk disamping jenazah keluarganya.
"El …" Jingga memeluk Elia untuk memberikan kekuatan. "Elo yang sabar dan tabah ya El…" imbuh Jingga. Elia hanya mengangguk dan terus meneteskan air mata tanoa suara hanya isak tangis yang terdengar lirih. Suaranya seperti hilang begitu saja, sampai membuat ia tak bisa mengucapkan sepatah katapun lagi.
"Oh ya, Rigel mana?" tanya Jingga yang tak menemukan Rigel ada di samping Elia.
"Rigel lagi dinas keluar kota, dan ponselnya juga belum bisa di hubungi sampai sekarang," sahut Seruni.
"Kok bisa? Bukankah ini adalah hari Anniversary pernikahan kalian? kenapa dia masih dinas keluar kota?" cecar Jingga dengan pertanyaan bertubi-tubi sampai membuat beberapa tetangga memandang ke arah mereka bertiga. Melihat ucapanya menjadi pusat perhatian, Jingga segera menutup mulutnya. Sedangkan Elia masih terdiam membisu dan Seruni melotot kerah Jingga agar dia lebih tau sikon.
Acara pemakaman langsung dilakukan pada malam itu juga, setelah selesai dari makam. Suasana rumah kembali sepi dan hening. Saat memasuki rumah, Elia seperti melihat kembali kenangan-kenangan mereka dulu saat masih tinggal bersama.
Rumah ini, memang benar-benar menyimpan begitu banyak memori Elia bersama keluarganya. Canda tawa, sedih, bahagia semua mereka lalui bersama di rumah ini. Meskipun Elia berasal dari keluarga sederhana, tapi ia benar-benar memiliki keluarga bahagia yang penuh kasih sayang.
Elia menjadi anak kesayangan dirumah ini, yang selalu dijaga dan dilindungi dengan baik. Selama ini, ia tak pernah sedikitpun kekurangan kasih sayang, bahkan kakaknya juga begitu menjaga Elia dengan baik. Sampai Elia sudah menikah, kakaknya masih saja mengawasi Rigel, agar ia tak macam-macam dan membuat Elia tersakiti.
Kehilangan mereka, seperti kehilangan setengah Hidup Elia. Karena mereka adalah segalanya bagi Elia selain Rigel.
Melihat Elia yang berdiri sambil melihat foto-foto keluarganya membuat Jingga dan Seruni memeluknya dari belakang untuk memberikan Elia kekuatan. Meskipun Rigel tak ada disampingnya, untungnya masih ada Jingga dan juga Seruni yang setia menemaninya.
Setelah meluapkan kesedihannya kepada Jingga dan juga Seruni, Elia pergi ke dapur untuk mengambil air minum. Tiba-tiba gelas di tangannya tak sengaja terjatuh, Jingga dan seruni yang mendengar suara sesuatu terjatuh dengan keras, segera berlari menyusul Elia.
"El … Lho kenapa?" seru Jingga dan Runi bersamaan.
Au … suara teriakan Elia ketika tangannya terkena pecahan kaca. Perasaan Elia tiba-tiba merasa tak enak sekali, ia terus saja memikirkan Rigel.
Kenapa perasaanku gak enak ya? Gumam Elia yang tak memperhatikan darah segar yang mengalir dari tangannya.
Melihat Elia yang melamun serta darah yang terus mengalir dari tangannya, membuat Jingga dan seruni segera menghampiri Elia dan membawa Elia ke ruang tengah untuk diobati.
"Elo lagi mikirin apa sih El? Sampai tangan berdarah seperti ini gak sadar …" tungkas Runi yang dengan sabar mengobati luka di tangan Elia.
Bukanya menjawab pertanyaan Runi, Elia justru meminta tolong Jingga untuk mengambilkan ponselnya yang ada di dalam kamar.
Tak lama kemudian Jingga sudah datang dengan membawa ponsel Elia.
"Nih el ponsel lo!" Jingga menyodorkan benda pipih itu kepada Elia.
Elia mengambil ponsel itu. "Makasih ya Jing," ucap Elia dan segera mencari nomor telepon Rigel.
Ia terus mencoba menghubungi nomor Rigel, tapi nomor Rigel belum aktif juga. Hal itu membuat Elia semakin khawatir.
"Lo kenapa sih El? Mondar mandir gak jelas gitu! Nelponin suami lo!" cetus Jingga yang sedikit kesal jika mengingat Rigel yang pergi dinas di hari Spesial mereka. Ditambah dalam keadaan Elia yang seperti ini, Rigel tak bisa di hubungi sama sekali membuat Jingga semakin kesal.
"Kalau tetep gak bisa, coba telpon asistenya El," saran Runi.
"Aku gak punya nomor asistenya Run, soalnya Bang Rigel gak suka kalau aku menyimpan nomor pria," tungkas Elia.
Jingga dan Runi hanya bisa menghembuskan nafas kasar dan geleng-geleng kepala saat mendengar perkataan Elia. Ia tak menyangka bahwa Rigel sebegitu posesifnya, sampai Elia tak dibolehkan menyimpan nomor asistenya.
Hari mulai larut, Jingga menyarankan Elia untuk tidur terlebih dahulu karena mereka besok harus pulang ke jakarta pagi-pagi dan harus kembali bekerja.
Sudah dua hari ini Rigel tak kunjung bisa dihubungi dan memberikan kabar, membuat Elia semaki cemas dan khawatir karena selama ini Rigel tak pernah seperti ini. Ketika melakukan Dinas keluar kota Rigel akan mengaktifkan ponselnya 24 jam dan selalu menelponya untuk menanyakan kabar, tapi sekarang berbeda.
Awalnya Elia berpikir bahwa Rigel mungkin tidak mendapatkan sinyal atau masih sibuk mengurus proyek Resort yang ada di sumba, sehingga nomornya belum aktif sampai sekarang.
Mengingat bahwa hari ini ia ada check up ke rumah sakit tempat Jingga bekerja. Elia memutuskan untuk segera berangkat kesana sana saja agar tak telat. Sebenarnya di rumah sakit tempat Elia bekerja juga ada dokter kandungan yang bagus, tetapi ia lebih nyaman dan leluasa jika konsultasi dengan Jingga.
***
Di rumah sakit ternama, terlihat seorang wanita cantik tengah duduk dikursi roda dengan tangan yang di infus. Sebelumnya Claire sempat masuk ruang UGD terlebih dahulu karena ia mengalami hyperemesis (muntah berlebihan disaat hamil) dan juga mengeluarkan flek. Sehingga membutuhkan pemeriksaan oleh dokter Obygn untuk memeriksa kondisi janin yang sedang ia kandung.
Saat masuk ke ruangan dokter, Rigel terperangah ketika melihat siapa dokter kandungan itu. Netra Rigel dan Jingga saling bertemu.
"Rigel!" ujar Jingga.
"Kalian saling kenal?" tanya Claire.
"Em ..." Rigel bingung mau menjawab apa. Tenggorokanya tercekat, bibirnya tak bisa mengucapkan sepatah katapun. Ia benar-benar terkejut saat melihat dokter kandungan Claire adalah sahabat Elia.
Melihat Rigel yang terlihat bingung dan tak mengucapkan sepatah katapun. Akhirnya Jingga yang membuka suara.
"Saya adalah sahabat istrinya tuan Rigel, lalu anda siapanya tuan Rigel?"tanya Jingga memastikan.
" Oh ... Jadi, anda temanya Elia. Saya temannya Rigel!"jawab Claire.
" Oh ... teman, ternyata teman sekarang bisa menemani ke rumah sakit juga ya," Sindir Jingga dengan membuka laporan pemeriksaan Claire.
" Jadi, Anda mengalami hyperemesis dan juga keluar flek. Kalau begitu kita langsung saja lakukan Usg saja untuk melihat bagaimana keadaan janinnya.
Jingga segera menyuruh Claire untuk berbaring diatas brankar, sedangkan ia segera mengoleskan gel ke perut Claire lalu meletakkan transduser diatas perut Claire.
"Kondisi bayinya baik-baik saja, hanya saja Anda harus bedress dan jangan melakukan hubungan seksual dulu ya. Seharusnya kesini datang dengan suami anda biar dia tahu bagaimana kondisi bayi dan istrinya," tungkas Jingga.
"Terimakasih dok," ucap Clair yang dijawab anggukan dan senyuman oleh Jingga.
Saat ini ingin rasanya Jingga memukul wajah Rigel sampai ia bonyok, dan mananyakan berbagai pertanyaan. Tapi ia sadar bahwa sekarang posisinya adalah seorang dokter kandungan, sehingga ia harus bisa menahan emosinya dan bersikap profesional.
"Saya sudah menuliskan resep obat yang harus di tebus dan diminum. Jika fleknya masih belum berhenti, nanti bisa diperiksa kembali," papar Jingga dengan menyodorkan sebuah resep obat.
Rigel mengambil resep itu dari tangan Jingga. "Terimakasih dokter, kalau begitu kamu permisi dulu," ucap Rigel yang sudah mau keluar dari ruangan pemeriksaan.
"Tunggu!" panggil Jingga yang membuat Rigel memberhentikan langkahnya.
" Hati-hati, Elia hari ini sedang ada jadwal chek up. Jangan sampai melihat kalian berada disini kalau tidak ia akan salah paham. Dan tolong lebih perhatikan istri kamu terlebih dulu, saat ini dia juga sedang membutuhkanmu!" pungkas Jingga.
Rigel ingin menanyakan apa maksud dari Jingga, tetapi suster menyuruhnya untuk segera keluar karena masih ada pasien yang mengantri untuk masuk. Jadi, terpaksa Rigel keluar dari ruangan dengan mendorong kursi roda Claire.
Dari kejauhan terlihat Elia yang sedang berjalan menuju ruangan Jingga. Tapi langkahnya seketika terhenti saat melihat siapa yang baru saja keluar dari ruangan Jingga.
Melihat hal itu, seketika dada Elia terasa sesak, nafasnya terasa tercekat, bibirnya kelu tak bisa mengucapkan apa-apa lagi. Hanya ada butiran putih yang jatuh mengalir membasahi pipinya.
Saat ini hatinya terasa sakit bagaikan tertusuk tombak yang begitu tajam sampai menembus relung hatinya yang terdalam. Ia benar-benar tak menyangka bahwa Rigel bisa melakukan hal ini kepadanya, setelah apa yang ia janjikan kepada Elia beberapa hari lalu. Bahwa tidak akan ada perempuan lain dalam pernikahan mereka, tetapi hari ini Elia melihat dengan mata kepalanya sendiri Rigel sedang bersama seorang wanita keluar dari ruangan dokter kandungan.
Siapa wanita itu? Apa semua yang kamu ucapkan itu hanya bulshit bang? Kenapa kamu tega menghianatiku seperti ini! Lirihnya yang tak terasa kakinya mulai melemas. Elia segera mencari tembok sebagai pegangan untuk menopang tubuhnya agar tak jatuh ke lantai.
...****************...
Jangan lupa like, komen, vote, hadiah serta klik tombol favoritnya ya....
Di bab ini banyak sekali yang bingung kenapa masih 2 hari kok sudah hamil dua minggu kalau mau tau jawabannya kalian harus baca bab selanjutnya biar mengerti. Alur ini memang di percepat karena permintaan dari pihak Noveltoon. Terima kasih 🙏
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!