NovelToon NovelToon

Tahanan Cinta CEO

Bab 1. Cerai?

...🍂🍂🍂...

...Bab 1. Cerai?...

.

.

Malam itu, tampak di sebuah hotel mewah sedang di adakan pesta besar. Yaitu ulang tahun perusahaan bernama Argantara grup, yang berkecimpung di dalam industri fashion. Salah satu perusahaan adidaya dari 5 perusahaan di negara tersebut yang mendunia.

Terlihat beberapa orang pria berjas rapi, dan beberapa wanita memakai gaun mewah mereka memasuki aula hotel. Suasananya tampak ramai, di hiasi lampu-lampu yang gemerlap penuh cahaya membuat suasana semakin meriah. Yang jelas, acara ulang tahun itu tentunya di hadiri oleh orang-orang kelas atas.

Beberapa tamu penting, kolega dari Argantara grup menghadiri acara ulang tahun perusahaan yang telah berdiri 65 tahun lamanya itu.

"Selamat ya pak Ray, acara ulang tahun perusahaan Argantara terlihat sangat megah dan meriah," ucap seorang pria paruh baya dengan senyuman ramah di wajahnya

"Tentu saja pak, ini ulang tahun perusahaan Argantara. Tentu saja harus mewah dan megah, "jawab seorang pria dengan wajah tampan dan senyuman tipisnya.

"Selamat ya Ray, kamu berhasil," ucap seorang pria dengan senyuman ramah pada Ray.

Semua orang mendatangi nya untuk memberikan selamat pada pria yang dipanggil Ray itu.

Dia adalah Raymond Argantara, CEO dari perusahaan Argantara. Terkenal dengan sikap dingin dan cueknya, meskipun sikapnya yang dingin tapi ia bisa membuktikan kepemimpinan nya di perusahaan. Ia telah mengalahkan pewaris lain dan membuktikan bahwa dirinya adalah orang yang paling pantas menduduki posisi Presdir di perusahaan yang sebelumnya di kelola oleh kakeknya itu.

Perusahaan Argantara, semakin besar karena jasa Ray sebagai pemimpin nya. Di sanalah semua orang berkumpul untuk menjalin kerjasama dengan Argantara melalu Ray. Akan tetapi, pria dingin itu tampaknya tidak mudah di dekati.

***

Seorang wanita cantik memakai dress berwarna ungu, berambut panjang menghampirinya dengan senyum palsu di bibirnya. Wanita itu menggandeng tangannya, dan memanggilnya "Sayang "

Sampai kapan aku harus hidup seperti ini. Mencintai pria ini tapi harus berpura-pura menjadi istrinya. Keluh si wanita itu di dalam hatinya

"Oh jadi ini istri yang selama ini disembunyikan oleh Presdir Raymond Argantara? Cantik sekali ya," seorang pria tua memuji kecantikan wanita yang ada di samping Ray.

"Iya pak, sayang perkenalkan ini rekan bisnis ku pak Andreas," kata Ray pada wanita yang ia panggil dengan sebutan sayang itu. Dia memperkenalkan rekan bisnisnya.

Sayang?Apa dia memanggilku begitu? selama 2 tahun menikah dia tidak pernah bersikap seperti ini. Tapi ada apa dengan hari ini? kenapa dia mengenalkan ku pada semua temannya?

Wanita itu adalah Latisha Anindita seorang pegawai kantoran atau lebih tepatnya asisten manager yang bekerja di kantor yang sama dengan suaminya Ray. Dia adalah istri dari seorang Ray, yang berhati dingin dan keras hatinya. Ray dan Tisha sudah menikah selama 2 tahun lamanya.

Tisha melihat suaminya dengan wajah bingung, setahunya suaminya tidak pernah bersikap seperti ini padanya. Bahkan Ray selalu menutupi, merahasiakan Tisha sebagai istrinya dari orang luar, namun kali ini, Ray mengenalkan Tisha kepada semua orang yang hadir disana.

Pesta ulang tahun perusahaan berlangsung dengan meriah. Saat Ray sedang sibuk menyambut para tamu dan rekan bisnisnya, Tisha pamit pergi ke kamar mandi pada suaminya.

"Kak Ray, aku ke kamar mandi dulu ya," bisik Tisha pada suaminya.

"Ya, jangan lama-lama sayang. Aku tunggu kamu," jawab Ray dengan senyuman manis di wajahnya yang ditujukan untuk sang istri

Haa? Sayang lagi? apa aku tidak salah dengar? ucap Tisha dalam hatinya

DEG!

Tisha kaget bukan main, suaminya yang dingin itu tersenyum? Bahkan senyuman yang manis tidak terlihat seperti berakting. Jikalau Raymond berakting mencintai nya di depan semua orang, aktingnya terlalu bagus dan cukup untuk membuat hati wanita itu berdebar bercampur geli mendengar nya.

Tidak, Tisha kamu jangan lemah lagi..., kamu harus bisa bicara. Kamu harus berani bicara, kamu tidak boleh tertipu dengan aktingnya. ucap Tisha di dalam hatinya, dengan mata yang penuh kesedihan.

Gadis itu berjalan menuju ke toilet wanita, disana ia berpapasan dengan seorang wanita cantik berambut panjang dan agak ikal. Wanita cantik itu memandangi nya dengan tatapan sinis, seolah meremehkan nya.

"Haa, aku kira siapa. Ternyata kamu ya istri palsu Raymond," ucap wanita itu dengan nada yang sarkastik.

Lagi-lagi rubah ini.. lebih baik aku menghindarinya saja.

Malas berurusan dengan wanita itu, Tisha berjalan begitu saja melewati nya. Wanita itu tampak marah karena diabaikan, dia menarik tangan Tisha yang akan masuk ke dalam toilet wanita.

"Apa-apaan sih?" tanya Tisha dengan suara meninggi.

"Kamu tidak sopan sekali ya, orang lagi bicara main tinggal aja!" seru wanita berambut ikal itu

Tisha menepis tangan wanita itu dengan kesal. Mereka berdua saling bertatapan tajam, seolah ada permusuhan di dalam tatapan mereka.

"Ray tidak mencintaimu, harusnya kamu sadar diri!" Seru wanita itu dengan suara meninggi.

"Kamu menghentikan tugas penting ku ke toilet, cuma buat ngomong gini?" tanya Tisha sinis

"Jadi menurutmu ini gak penting?" Wanita itu mendesis kesal.

"Benar, urusanku ke toilet lebih penting daripada bicara dengan mu," jawab nya ketus

" Kamu semakin berani ya gadis kampung?!" wanita itu melotot marah pada Tisha.

"Kalau kamu mau dia silahkan ambil saja, aku tidak butuh pria berdarah dingin berwajah datar seperti dia " ucap Tisha dengan penuh kekecewaan dan kesedihan di wajahnya. Matanya mulai berkaca-kaca.

Tisha segera masuk ke dalam toilet, ia berusaha sekuat tenaga menahan air matanya yang akan tumpah. Tangannya memegangi dada nya yang terasa sakit, ia teringat masa-masa saat bersama suaminya Raymond. Pria itu tidak pernah memberikan cinta pada Tisha sebagaimana suami pada istrinya. Sebaliknya, Tisha lah yang selalu mencintai Ray, namun balasan dari cinta nya pada Rey adalah kekecewaan dan kesedihan.

Bagaimana bisa aku yang mencintaimu sepenuh hatiku mendapatkan balasan seperti ini? Raymond Argantara, hari ini akan ku akhiri semuanya. Cinta sepihak yang menyakitkan ini.

Tisha mengepalkan tangannya, matanya membulat penuh tekad. Menyingkirkan air mata yang menggenang di matanya. Hari ini ia akan mengakhiri semua penderitaannya selama 2 tahun.

...***...

Di depan toilet wanita, Ray tampak bersandar di tembok, ia terlihat seperti sedang menunggu seseorang.

"Kenapa dia lama sekali? apa dia baik-baik saja?" tanya Ray dengan suara yang sedikit menunjukkan kecemasan.

Beberapa menit kemudian, Tisha keluar dari toilet wanita. Gadis itu tampak terkejut melihat Ray sedang bersandar di depan tembok toilet wanita.

Dia pasti mau marah-marah lagi karena aku kelamaan.

"Ma-af saya lama, pak " ucap Tisha sambil memalingkan wajahnya dari Ray.

Ray sedikit tersentak mendengar istrinya berbicara formal padanya. Padahal sebelumnya ia berbicara santai dengannya. Mereka berdua merasakan hal yang aneh pada diri mereka masing-masing.

"Kamu baik-baik saja?" tanya Ray pada istrinya itu

Loh? kenapa dia gak marah? malah bertanya aku baik-baik saja atau tidak?. mata Tisha membulat kaget dengan pertanyaan suaminya seolah sedang mencemaskan nya.

"Saya tidak apa-apa, pak Ray disini tidak ada orang jadi anda tidak perlu berpura-pura lagi " Tisha memasang senyuman palsunya.

"Apa maksudmu aku sedang berpura-pura?" tanya Ray dengan suara yang mulai meninggi.

"Memang begitu kan. Oh ya pak, saya akan pulang duluan gak apa-apa kan? ada hal yang harus saya urus, berkaitan dengan pekerjaan kantor " ucap Tisha tegas.

Benar, Tisha Anindita.. kamu harus tegas. Kamu juga bisa bersikap dingin padanya.

Gadis itu merasa bangga pada dirinya sendiri.

Tisha tau jika ada sesuatu yang berkaitan dengan pekerjaan kantor, Ray tidak bisa mengatakan tidak dan selalu mendahulukan pekerjaan. Ia yakin dengan percaya diri bahwa Ray akan mengizinkan nya pulang lebih dulu.

" Hem, tidak bisa. Aku masih membutuhkan mu disini. " jawab Ray menolak.

" Ya, saya sudah duga kalau bapak akan.. APA???!!" rencana Tisha telah gagal untuk pulang duluan, padahal ia sudah mempersiapkan semua hal berkaitan dengan hubungan nya dan Ray.

Dia tidak setuju? bahkan jika berhubungan dengan kantor dan pekerjaan? si workaholic ini?.

Tisha terpana dengan sikap Ray yang tiba-tiba saja berubah di depannya, apa ini aktingnya? mungkin saja.

Ray menggandeng tangan Tisha dan mengajak wanita itu kembali ke aula hotel tempat pesta itu diadakan. Ray tampak terbuka tentang istri nya pada teman-teman bisnisnya, hal itu membuat Tisha keheranan dengan sikap Ray yang tidak biasanya.

Dia tidak mau berharap lagi pada Ray, berharap hanya akan menyakiti hatinya saja. Bahkan selama 2 tahun menjadi istri Raymond, Tisha hanyalah pajangan saja. Begitulah perasaan Tisha sebagai istri yang diabaikan selama 2 tahun itu. Tapi kenapa tiba-tiba pria itu bersikap baik padanya? Ah tidak! pasti ini hanya karena berakting? bukankah Ray selalu berakting seperti ini saat membawa Tisha keluar dari rumah apalagi bertemu keluarga besarnya.

Tisha adalah tameng nya, di saat Raymond membutuhkan seorang istri sebagai syarat mewarisi perusahaan Argantara. Raymond mengulurkan tangan,meminta Tisha menjadi istri kontraknya, kebetulan saat itu ibu Tisha tidak sengaja berhutang pada rentenir dan membuat Tisha terlilit banyak utang.

Diantara terpaksa menikah dengan Raymond yang saat itu membantunya membayar hutang. Tentu saja ada syaratnya, semua nya tidak gratis bagi Raymond seorang pengusaha. Jual-beli, untung rugi.

" Aku bayar hutangmu, tapi syaratnya aku butuh istri " ucap Raymond.

Kata-kata Ray tidak terdengar seperti lamaran romantis untuk Tisha. Tisha menerima uluran tangan dari penyelamat hidupnya itu, bukan hanya karena terpaksa menikah. Namun, karena Tisha juga mencintai Raymond yang pernah menjadi senior di kampusnya.

Begitulah hubungan pernikahan yang seperti simbiosis mutualisme itu berjalan, kontrak pernikahan pun ditandangani oleh Tisha dan Raymond. Ya ini adalah cerita 2 tahun yang lalu.

...🍂🍂🍂...

Malam itu berakhir dengan sangat melelahkan, acara ulang tahun perusahaan itu berakhir pada saat tengah malam. Berakhir dengan sukses, dan sempurna seperti apa yang Raymond perkirakan. Segalanya memang harus sempurna untuk Raymond dan semuanya sudah harus sesuai rencana yang diharapakan nya.

"Ayo kita pulang" ajak Ray pada istrinya.

"Pulang?"

"Kenapa? bukannya tadi kamu mau pulang?"

Ya itu kan tadi, bukan sekarang. Dasar es balok tidak berperasaan.

"Ya, tapi apa urusan bapak sudah selesai?" tanya Tisha malas.

"Belum" jawab nya singkat.

Terus kenapa kamu ngajak aku pulang kalau urusanmu belum selesai?. Tentu saja ini diucapkan nya di dalam hati.

Kenapa dia diam saja?Apa dia kesal karena belum makan malam?. Ray melihat wajah istrinya yang cemberut.

"Sebelum pulang, kita makan malam dulu."

"Makan malam?" Tisha terperangah dengan ajakan suaminya, karena ia tak pernah mendapatkan ajakan makan malam bersama berdua. Kalaupun ada makan malam bersama, itupun karena ada pertemuan keluarga. Selama ini Tisha selalu makan sendirian di rumah, dan menunggu Ray pulang bekerja.

"Kamu kan belum makan malam" ucap pria itu datar seperti biasanya.

Sejak kapan dia perhatian padaku?dia juga tau aku belum makan malam. Kenapa dia begini hari ini?

"Baiklah" jawab Tisha setuju.

Tolong jangan buat aku percaya diri kalau kamu perhatian padaku kak Ray. ucap gadis itu dalam hatinya, memendam kesedihan.

Sebelum pulang ke rumah mereka, Tisha dan suaminya makan malam bersama di restoran yang ada di dalam hotel itu. Ray berinisiatif memesankan makanan untuk Tisha, hal yang tidak pernah di lakukan olehnya selama 2 tahun menikah.

Suasana makan malam itu terasa hening karena dua-dua nya tidak saling bicara. Sesekali Ray menatap Tisha dengan tatapan heran penuh pertanyaan, kenapa sang istri yang biasanya selalu cerewet padanya, mendadak jadi pendiam. Disisi lain, Tisha juga menatap suaminya dengan heran, bercampur bingung, karena Ray tidak bersikap seperti biasanya.

Setelah selesai makan malam yang hening, mereka berdua berada di tempat parkir dan bersiap untuk pulang ke rumah.

"Pak, apa tidak perlu saya yang menyetir?" tanya seorang pria paruh baya berjas rapi, dia adalah Gerry, sekretaris Ray.

"Tidak usah, aku pulang dengan istriku. Jadi, aku akan menyetir sendiri" ucap Ray sambil mengambil kunci mobil yang ada di tangan Gerry.

"Baik pak" jawab Gerry patuh " Hati-hati di jalan, Presdir dan nyonya " Gerry memasang senyuman ramah pada pasangan suami-istri itu.

Tisha membalas senyuman Gerry dengan senyuman ramah juga. Melihat istrinya tersenyum pada pria lain, sekilas pandangan tajam dari mata Ray tertuju pada sekretarisnya itu.

Apa aku berbuat kesalahan?. Batin Gerry yang merasa ngeri melihat tatapan tajam dari bos nya itu.

Ray berinisiatif membukakan pintu mobil untuk istrinya lebih dulu. Kemudian ia menyetir mobil dan pulang menuju ke rumah mereka. Di dalam perjalanan hanya keheningan lagi yang tercipta, mereka tidak bicara satu sama lain bahkan sampai pulang ke rumah.

KLAK

Tisha membuka pintu rumahnya lebih dulu karena ia yang selalu memegang kunci, Ray mengikutinya dari belakang. Terlihat rumah yang gelap karena lampu yang padam.

Entah kenapa perasaan Tisha berdebar sangat kencang mengingat apa yang akan ia katakan pada Ray. Perlakuan Ray padanya hari ini membuatnya berpikir pikir lagi, haruskah ia melakukan nya saat itu juga?

"Tidurlah, kamu pasti lelah," ucap Ray pada istrinya, sambil menghempas kan tubuh kekarnya di sofa empuk yang berada ditengah rumah. Tangannya melonggarkan sedikit tali dasinya yang tampak menyesakkan nya.

Tisha, kamu harus berani. Cukup! kamu harus menyudahi semuanya pada detik ini juga.

Tanpa bicara apa-apa, gadis itu masuk ke dalam kamarnya. Beberapa saat kemudian ia kembali dan membawa sebuah map berwarna merah. Gadis itu menghampiri Ray yang tengah rebahan di sofa. Ia ikut duduk, namun duduk di depannya.

"Kamu belum tidur?" tanya Ray dengan nada dinginnya, sambil melirik ke arah Tisha yang sudah duduk di sofa yang ada di hadapan nya.

Ada apa dengannya hari ini?dia tampak pendiam tidak seperti biasanya? dia bahkan tidak tersenyum padaku. Hanya tersenyum palsu saja yang ia tunjukkan. batin Ray heran

Tisha, ini pilihan terbaik. Kamu harus lepas dari semua perasaan ini, dengan cara ini kamu akan bebas dari cinta yang mengikat hatimu.

Dengan hati yang berat, tangan yang gemetar. Tisha memberanikan dirinya untuk membuka map berwarna merah itu.

"Kak, aku mau bicara," ucap Tisha dengan nada yang serius.

Cukup! aku harus menyudahi semuanya. Ini sudah benar. Hatinya berteriak kesakitan, terasa berat untuknya mengatakan ini semua.

Ray yang tadinya sedang rebahan santai, segera duduk dengan tegap. Ia menatap wanita yang ada di depannya itu dengan serius.

"Ya, aku dengar"

"Kak, aku mau cerai!" seru Tisha tegas.

Akhirnya aku mengucapkan nya juga.

DEG!

Ray terdiam, seolah ia sedang menerka apa yang baru saja ia dengar. Mencerna apa yang baru saja masuk ke telinganya itu. Apa katanya? istrinya mengajak cerai?.

Dengan susah payah mengumpulkan nyalinya, Tisha menunjukkan surat cerai itu ke hadapan Ray.

"Sesuai kesepakatan jika aku bisa membayar hutangku, aku bisa bercerai dari kakak. Aku sudah punya setengahnya, tapi setengahnya lagi akan ku berikan nanti setelah aku menjual rumahku. Aku ingin bercerai sekarang! " jelas Tisha dengan wajah yang serius.

Dia pasti akan langsung setuju bercerai, toh dia tidak mencintai ku. Setelah bercerai dariku mungkin dia akan bersama dengan mantan pacarnya si rubah itu. Siapa pun dan apapun itu, aku tidak boleh peduli padanya lagi. kata Tisha dalam hatinya penuh percaya diri.

Ray tidak bergeming, wajahnya yang selalu datar kini tampak menunjukkan sebuah emosi. Emosi yang bernama kemarahan, ditambah tangannya terkepal dengan gemas.

"Cerai? Jangan mimpi! Bisa apa kamu tanpaku?" tanya Ray sambil mengambil surat cerai yang berada di map merah itu.

Jadi sikap anehnya hari ini karena dia ingin bercerai dariku? apakah ada pria lain di hatinya?

"APA?" Tisha terperangah melihat ke arah suaminya yang tampak marah itu.

Apa masalahnya? kenapa Ray tidak setuju sesuai dengan apa yang dipikirkan nya?

SREK

SREK

Raymond merobek robek surat cerai itu, robekan kertas itu pun berserakan ke meja yang ada di depan sofa. Tisha tidak mengerti kenapa suami nya bersikap seperti itu.

Apa ini? kenapa tidak sesuai dengan apa yang ku pikirkan?

"Kenapa kakak merobek surat nya? aku kan sudah bilang aku akan membayar hutang ku. Jadi ceraikan aku saja!" ucap Tisha penuh kesedihan di dalam hatinya.

Tangan Ray menekan pipi Tisha dengan keras, tangannya yang satu lagi meraih tubuh mungil Tisha hingga tubuh mereka berhimpitan.

"Cerai? Hah! kamu tidak akan bisa! Jika kita bercerai, hanya aku yang bisa mengajukan cerai!" seru Ray sambil menatap tajam istrinya dan mendekap tubuh istrinya

Dia kenapa sih? Kenapa malah jadi begini?

...--***--...

Bab 2. Terlilit hutang

Setelah pembicaraan yang membuat emosi, Ray meninggalkan Tisha di rumahnya sendirian begitu saja. Ray pergi keluar rumah untuk mendinginkan kepala nya yang panas, bahkan ia sampai menendang pintu depan rumah saking marahnya.

JDARR!! JEBLAKK!!!!

Tisha bertanya-tanya apa yang terjadi dengan Ray? kenapa ia tidak mau bercerai? apa dia ingin menjadikan nya boneka lagi?

" Pembicaraan kita belum selesai dan dia sudah pergi? kenapa dia marah? bukankah ini yang dia inginkan? kenapa mesti marah?!" gadis itu menggerutu kesal, matanya mulai berkaca-kaca.

Neraka yang selama ini membelenggu nya adalah rasa cinta nya pada pria dingin bernama Ray itu, seandainya saja dan seandainya saja ia tidak pernah menerima uluran tangannya saat itu. Hatinya dan hidupnya tidak akan terpenjara selama 2 tahun di balik bayang-bayang sosok Raymond Argantara. Terpenjara dan diabaikan oleh cinta pertama nya.

Kak Ray, kamu tidak tau bagaimana rasanya jadi diriku? setiap hari aku menunggu mu pulang, berharap kamu akan melihatku sebagai istrimu. Ketika aku ingin terlepas dari semua ini, kenapa kamu malah marah? kenapa kamu tidak mau melepaskan ku. Ya, aku tau ini semua karena kejadian 2 tahun yang lalu..aku tau ini salahku karena sudah jatuh cinta padamu.

Tisha memandangi sobekan kertas surat cerai yang berserakan di meja dan karpet dengan wajah yang muram, dan senyum yang pahit.

#FLASHBACK

2 tahun yang lalu, kehidupan Tisha berjalan dengan sangat baik. Ia kuliah di universitas ternama di London karena mendapatkan beasiswa. Tisha berasal dari keluarga kaya yang memiliki sebuah perusahaan besar di bidang tekstil, akan tetapi saat ayahnya meninggal terjadi sebuah bencana yang datang bertubi-tubi padanya saat ia pulang kembali ke negaranya, semua kekayaan nya habis dalam semalam.

"Ibu, apa yang ibu lakukan? bagaimana bisa ibu menjual perusahaan untuk membayar hutang? apa kakak yang berhutang?" tanya Tisha dengan penuh rasa kekecewaan saat ia melihat semua barang-barang di rumahnya satu persatu di angkut oleh rentenir dan kreditor.

"Tidak, ibu yang berhutang. Kakak mu tidak bersalah. " sangkal Bu Fani ( ibu Tisha)

"Bohong!! kenapa sih ibu selalu menutupi kesalahan kakak? apa ibu gak mikir kalau perusahaan yang ibu jual itu adalah hasil jerih payah ayah!" teriak Tisha emosi, matanya mulai bercucuran air mata

"Kamu gak usah marah sama ibu dong! lagian ini sudah terjadi kan?ya udah "kata Bu Fani cuek

"Ibu! kenapa ibu kaya gini?!" teriak Tisha frustasi

Sejak saat itu, satu persatu yang dimiliki oleh Tisha mulai lenyap. Begitu pula dengan ibu dan kakak laki-laki nya yang kabur meninggalkan banyak hutang padanya. Akibat perbuatan ibu dan kakak laki-laki nya yang tidak bertanggung jawab, Tisha menjadi sasaran para kreditor, rentenir penagih hutang yang tidak pernah ia ketahui asal usul nya.

Tisha meninggalkan sekolahnya di luar negeri, dan bekerja serabutan untuk membayar hutang. Sampai tubuhnya yang tadinya berisi, berubah menjadi kurus, walaupun bekerja sangat keras,tapi tetap saja ia tidak bisa membayar hutang hutang ibu dan kakak nya. Tabungan dan rumahnya sudah habis semua untuk membayar hutang.

Sedangkan bunga hutang dari rentenir semakin hari semakin menumpuk. Tisha seperti tertimpa batu, beban yang berat ada di pundaknya meski itu bukan kesalahan nya.

Malam itu ia baru saja pulang bekerja dari sebuah cafe dan akan pulang ke kost san nya. Gadis itu tampak letih dan lelah.

"Bagaimana ini? untuk makan saja susah, bagaimana aku bisa membayar hutang pada rentenir rentenir itu? aku tidak bisa bersembunyi terus dari mereka "

Ibu, kak Arya kenapa kalian kaya gini sama aku? kalian menyebalkan!. Gerutu Tisha dalam hatinya

" Benar, Lo gak bisa sembunyi lagi " ucap seorang pria bertubuh besar yang sudah berdiri di depannya. Di sisi nya ada 5 orang pria berwajah menyeramkan, menghadang jalannya.

Mati aku! kenapa mereka menyusul sampai kesini? mereka tau alamat kost san ku yang baru?. Tisha terlihat panik, ia berjalan mundur perlahan-lahan.

"Hey, Lo gak bisa kabur lagi. Bayar hutang atau Lo mati!" kata pria itu dengan tatapan mengancam pada Tisha.

"To-tolong beri saya waktu lagi untuk membayar. Saya sudah menjual semuanya, tolong pak. Beri saya waktu.."

Salah satu tangan pria itu mencengkram baju Tisha dengan kasar. " Waktu? Lo udah buat kita marah dengan kabur. Dan sekarang dengan gak tau malu nya, Lo malah bilang minta waktu? HAH!"

Para preman itu memang tidak bisa dianggap main-main. Mereka tidak segan-segan para Tisha, meskipun Tisha adalah perempuan. Mereka memukuli wajah Tisha hingga hingga wajahnya babak belur, untuk melampiaskan amarah mereka pada Arya ( kakak Tisha ) yang sudah membuatnya terlilit hutang dan kesulitan.

Setelah puas memukuli Tisha yang tidak berdaya, mereka mengancam gadis itu. " Kalau Lo gak bisa bayar bunga nya sampe besok! Lo gue abisin ke tempat pelacuran! ngerti Lo!"

Tak lama setelah para preman itu pergi, Tisha berusaha berdiri walaupun tubuhnya gemetar dan terasa lemas. Belum lagi darah yang bercucuran dari hidungnya, belum surut juga.

"Beraninya pada wanita! keterlaluan sekali mereka.." Tisha ingin menangis, dibandingkan semua luka di wajah dan tubuhnya, hatinya lah yang terasa sangat sakit.

Ditinggalkan oleh ibu dan kakak nya, belum lagi dengan hutang yang banyak. Hampir setiap hari ia di kejar-kejar hutang yang tidak ada habisnya, ditambah bunga hutang yang terus bertambah. Terkadang ia merindukan hati-hati tenang saat ayah nya masih hidup.

" Kalau ayah masih hidup, ayah tidak akan membiarkan ku terluka sedikitpun. Kenapa ayah? kenapa ayah pergi begitu cepat? hiks "

Pada akhirnya air mata ku jatuh juga.

Sebuah tangan yang berukuran besar, menyeka darah di hidungnya dan menyeka air matanya dengan lembut.

Tisha melirik ke arah pria itu, ia melihat pria bertubuh tinggi, berwajah tampan, sedang berdiri di hadapan nya.

"Kak senior Raymond?" ucap Tisha pada pria itu.

Kenapa orang penting seperti nya bisa ada disini?

"Ku dengar kamu butuh uang" ucap Ray dengan suaranya yang dingin

Saat itu Raymond adalah penyelamat hidup Tisha, mengeluarkan nya dari lilitan hutang yang banyak. Namun dibalik semua itu, tentu saja tidak gratis.

Apalagi bagi pebisnis seperti Raymond, ia selalu memikirkan untung dan rugi. Setelah membayar lunas semua hutang Tisha yang jumlahnya ratusan juta itu, Raymond membicarakan sebuah hal yang penting pada Tisha.

"Kamu tau kan di dunia ini tidak ada yang gratis "

"Saya tau kak, saya akan membayarnya. Tapi saya tidak bisa membayar cepat cepat, uangnya sangat banyak "

"Aku tidak meminta kamu bayar pakai uang"

"Lalu saya harus apa? apa kakak mau saya menjadi pembantu di rumah kakak? atau membantu kakak pekerjaan yang lain?" tanya Tisha dengan senang hati ia rela melakukan apapun untuk membalas kebaikan Raymond yang sudah membebaskan nya dari hutang.

Tanpa bicara, Ray menyodorkan dokumen yang ia bawa dan memperlihatkan nya pada Tisha. Tisha melihat dokumen itu dengan cermat, itu adalah sebuah kontrak pernikahan.

"Kontrak pernikahan?"tanya nya bingung

"Aku bayar hutangmu, tapi syaratnya aku butuh istri " ucap Raymond

Begitulah cara kak Ray melamar nya. Jauh dari kata romantis? apa mungkin juga ini bukan sebuah lamaran? terdengar seperti transaksi, atau mungkin simbiosis mutualisme.

Ray membutuhkan pernikahan yang cepat untuk mendapatkan posisi Presdir Argantara grup. Terlebih lagi sang kakek cukup menyukai Tisha karena gadis itu pernah menyelamatkan nya dari kematian. Untuk mengamankan posisi nya Ray membutuhkan Tisha dengan kata lain, memperistri nya.

Tidak bisa membayar dengan uang, Tisha menyetujui syarat Ray untuk menikah kontrak dengan Ray selama 5 tahun. Namun, tanpa Ray tau, Tisha sama sekali tidak menganggap pernikahan mereka adalah sebuah transaksi melainkan sebuah pernikahan yang sesungguhnya. Karena Tisha mencintai pria itu sepenuh hatinya.

Begitulah bagaimana awal mulai pernikahan kontrak itu bisa terjadi antara Tisha dan Raymond.

Selama 2 tahun hidup bersama dengan menggenggam cinta di hatinya, Tisha selalu bersabar menunggu dimana suatu hari Ray akan menyambutnya.

"Kak Ray, sudah pulang? ayo makan malam dulu kak Ray " kata Tisha sambil tersenyum menyambut suaminya yang baru pulang bekerja itu.

"Aku sudah makan di luar" jawab Ray dingin

"Ya sudah tidak apa-apa kak, kak Ray tidur saja " jawab Tisha dengan penuh kesabaran.

Ray berlalu begitu saja dan masuk ke kamarnya. Dan selama 2 tahun itu mereka tidak pernah tidur satu kamar, kecuali saat ada keluarga Ray atau sang kakek berkunjung ke rumah itu.

Hari-hari berikutnya pun, Tisha mendapatkan perlakuan yang sama seperti itu. Berulang ulang, tapi gadis itu tetap sabar karena ia mencintai suaminya dan ingin menjadi istri yang baik..Tapi dia lupa! bahwa Ray hanya menganggap pernikahan mereka sebatas transaksi.

Kata orang jatuh cinta itu indah, jatuh yang indah .. bohong,, jatuh itu sakit, jatuh cinta juga sakit.

Begitulah pikir Tisha, setelah ia sadar dari mimpinya menjadi istri sesungguhnya Raymond Argantara. Setelah ia sadar dari lamunannya, bahwa tidak mungkin pria dingin ini akan mencintai nya.

Bagimu aku hanyalah pion, tameng, boneka yang bisa kamu perintahkan sesuka hati. Kamu tidak tau apa yang ada di dalam hatiku. Raymond Argantara, aku mencintaimu. Kamu lah cinta pertamaku, bagiku pernikahan denganmu bukanlah sebuah transaksi di atas kertas tapi benar-benar menikah. Namun, kamu tidak menganggap nya begitu.

Suatu malam, Ray pulang dalam keadaan mabuk berat. Ia dipapah oleh seorang wanita berambut ikal, ia adalah Zefanya yang sering di sapa Zee. Seorang desainer terkenal lulusan terbaik di Amerika, ia juga adalah mantan pacar Ray.

KLAK

"Apa yang terjadi pada kak Ray?" tanya Tisha cemas melihat suaminya yang setengah tidak sadarkan diri

"Maaf, kamu bisa kasih tau aku dimana kamarnya?" tanya Zee dengan tatapan sombongnya pada Tisha

"Saya akan menunjukkan nya pada mbak " jawab Tisha

Bukankah wanita ini adalah desainer yang baru saja memenangkan penghargaan bulan lalu?

Zee merebahkan tubuh Ray di ranjang nya yang luas. Dengan berani Zee mengelus wajah Ray, saat itu Ray tidak sadarkan diri dan tidak tau apa-apa. Tisha terperangah, matanya membulat, ada rasa cemburu di dalam hatinya saat melihat suaminya di sentuh oleh wanita lain.

"Terimakasih sudah mengantar suami saya pulang mbak, tapi dari sini biarkan saya yang mengurus suami saya. Mbak pulang saja" kata Tisha menegaskan posisinya sebagai istri Ray

"Zee... jangan pergi." tangan Ray memegang tangan Zee, pria itu masih setengah sadar

"Aduh, bagaimana ini? tangan suami mu memegang tanganku. Apa aku bisa pergi dari sini?" tanya Zee dengan senyuman liciknya

Tisha mengepal tangannya dengan kesal. Kesabaran Tisha yang selalu diuji, hanya tinggal sedikit lagi. Terlebih lagi saat kehadiran Zee mulai mengacaukan semuanya.

#END FLASHBACK

Tisha termenung sendirian, lalu ia mengutuk Ray dengan kesal. " Apa maksudnya aku tidak bisa hidup tanpanya? apa dia pikir aku bergantung hidup padanya?! dasar kamu es batu! aku bisa hidup tanpa mu tau.. aku bisa!!"

Tisha pergi ke kamarnya dan berniat pergi tidur, ia tak akan menunggu Ray pulang seperti biasanya lagi.

" Masa bodoh, kamu mau pulang atau tidak! mulai sekarang, aku tidak akan menunggu mu lagi" ucap Tisha sambil memeluk bantalnya erat-erat, kemudian ia menangis menumpahkan semua kekesalannya pada pria berdarah dingin itu.

Aku sudah menunggu 2 tahun, aku sudah cukup lelah kalau harus menunggu mu lagi.

🍂🍂🍂

Di sebuah bar, terlihat Ray sedang minum-minum bersama salah satu temannya yang baru saja di telpon nya itu.

"Bro, ada apa sih? kamu menelpon ku tengah malam begini?" tanya Sam sambil menepuk bahu temannya itu.

Sam tidak biasanya melihat Ray minum-minum begitu banyak, padahal Ray baru saja mengadakan pesta ulangtahun perusahaan nya. Tapi pria itu malah menelpon sahabatnya untuk menemani nya minum. Oh, pasti ada yang merusak mood nya! begitulah pikir Sam.

"Dasar wanita kejam! tidak berperasaan! beraninya dia meminta hal seperti itu? menurutmu masuk akal tidak?" Ray sudah menghabiskan 2 botol besar wine, pria itu sudah kehilangan setengah kesadaran nya.

"Siapa wanita yang kamu maksud? apa itu Zefanya?" tanya Sam sambil tersenyum tipis. Sam hanya tau kalau wanita yang bisa membuat Ray, sahabatnya marah dan menggila itu adalah Zefanya mantan pacarnya, cinta pertama yang sulit ia lupakan.

"Zee? haha.. kenapa aku harus memikirkan wanita tukang selingkuh itu?" Ray tersenyum dan kepalanya menunduk di meja

"Lalu siapa yang wanita yang kamu maksud itu?" tanya Sam penasaran

"Istriku" jawab Ray

"Oh.. istrimu.. A-APA? Raymond, kamu sudah punya istri??!" Tanya Sam setengah berteriak

"Berisik " keluh Ray pada Sam yang berteriak ke telinga nya.

" Gila! aku tidak tau loh kalau kamu sudah menikah. Berapa lama kalian menikah?" tanya Sam

"2 tahun" jawab Ray dengan mata yang terkatup katup.

Dalam keadaan mabuk, Ray selalu berkata jujur dan berkata apa yang ia mau. Sam sudah tau itu, dan ia terkejut karena baru tau mengetahui kalau sahabatnya itu sudah menikah selama 2 tahun.

Sam mengintrogasi apa yang ia ketahui dari pria yang ketika ia sadar akan menjadi dingin, Sam memanfaatkan Ray yang mabuk.

"Kamu jahat sekali Ray, tidak bilang padaku kalau kamu sudah menikah. Bahkan tidak ada berita kamu sudah menikah "

" Hanya keluarga ku saja yang tau, dan hari ini aku sudah mengenalkan nya pada dunia. Tapi.. tapi dia malah bilang ingin bercerai.." tanpa sadar mata nya mengeluarkan cairan bening.

"Apa? dia ingin bercerai? haha.. aku tidak heran sih, melihat tempramen mu ini. Siapapun tidak akan tahan denganmu?" Sam sudah mulai mabuk, meracau bicara nya kemana-mana.

"Kenapa? aku kaya, aku tampan, aku punya segalanya. Aku punya Argantara grup, kenapa dia meminta cerai dariku!!!" teriak Ray emosi, sambil menangis nangis

Akhirnya Sam yang masih setengah sadar mengantarkan temannya itu pulang ke rumahnya. Sam memapah Ray yang sudah mabuk berat sampai tidak sadarkan diri itu ke depan pintu rumahnya.

"Hey bro! berapa password rumahmu? atau dimana kunci rumah mu?" tanya Sam pada Ray yang sudah K.O. " Bodohnya aku bertanya pada orang mabuk. Haa.. aku baru ingat temanku yang dingin ini punya istri, apa istrinya ada di dalam ya? coba deh.."

Sam menekan bel rumah Ray berkali-kali, tak lama setelah itu. Tisha membuka pintunya dan melihat suaminya tidak sadarkan diri sedang di papah oleh Sam.

...---***---...

Bab 3. Mengajarkan mu

Tisha menatap Sam, dan Ray dengan pandangan tidak senang. Seperti nya ia sudah tau kalau suaminya itu mabuk-mabukan lagi di luar rumah.

Sementara Sam tiba-tiba membatu ketika melihat wanita cantik yang ada di depannya itu.

Apa ini istri nya si Ray? gila! cantik banget, kalau ada istri secantik ini di rumah, aku tidak akan akan kemana-mana lagi. Di rumah saja setiap hari.

"Maaf, anda siapa ya?" tanya Tisha ramah

Kenapa pria ini menatapku begitu?

"Sorry, aku cuma ingin mengantar Ray pulang saja. Dia tidak sadarkan diri " ucap Sam yang kesulitan memapah temannya yang tidak sadarkan diri itu.

Tercium bau alkohol yang menusuk hidung dari tubuh Ray. Entah berapa banyak dia minum? Pikiran nya mengatakan tidak ingin peduli lagi pada Ray, namun nyatanya hatinya tidak mengatakan begitu. Di matanya masih tampak kekhawatiran yang nyata, melihat kondisi Ray yang sedang mabuk. Padahal ia masih kesal dengan sikap Ray, tapi kenapa dia masih peduli?

"Bisakah bapak membantu saya membawanya ke dalam?" tanya Tisha sopan

"Oke " jawab Sam setuju

Sam memapah Ray yang tidak sadarkan diri itu masuk ke dalam rumah, berikutnya Sam mengantarkan Ray ke kamarnya. Kamar yang luas dan memiliki interior mewah, elegan, banyak buku-buku tersimpan di lemari kamarnya, sangat mencerminkan betapa workaholic dirinya.

Ray sudah terbaring di ranjangnya, tubuhnya berkeringat dan wajahnya tampak merah. Tisha memandangi nya dengan tatapan kesal bercampur cemas. Ia tak tau harus marah atau bagaimana melihat kondisi Ray saat itu.

"Terimakasih pak karena sudah mengantar suami saya dengan selamat" ucap Tisha ramah

"Sama-sama, kamu bisa panggil aku Sam saja" ucap Sam

"Iya, saya Tisha " jawab Tisha

"Aku tidak tau Ray ada masalah apa sampai dia minum banyak seperti itu. Tapi aku yakin itu berhubungan dengan kamu, biasanya Ray minum-minum saat punya masalah yang berkaitan dengan hatinya " jelas Sam

Tisha hanya mendengarkan kata-kata Sam, masuk telinga kiri dan keluar dari telinga kanan. Mendengar tapi pura-pura tak mendengar, tidak memperhatikan.

Rasanya tidak mungkin pria berdarah dingin ini akan punya masalah yang berkaitan dengan hatinya? Ya, mungkin saja dia sedang ada masalah rumah tangga dengan si nona Zee, itu..

"Sekali lagi terimakasih, dan maaf karena saya tidak bisa membiarkan anda berlama-lama disini apalagi menjamu anda. Bukan maksud saya mengusir, hanya saja ini sudah dini hari. Mungkin lain kali saya akan menjamu pak Sam " Jelas gadis itu sopan

"Baiklah, aku akan datang lagi loh lain kali" Sam tersenyum ramah pada Tisha

Lebih baik jangan datang lagi. Karena ketika kamu datang lagi, mungkin aku sudah tidak ada disini.

Setelah mengantar Sam sampai ke depan rumah, Tisha bergegas masuk kembali ke dalam kamar suaminya. Ia melihat Ray yang tertidur pulas sambil memakai sepatu, dengan hati-hati Tisha melepaskan sepatu dari kaki Ray.

"Menyebalkan, kenapa aku harus mengurus orang mabuk? Tisha, kenapa kamu masih peduli padanya? ah.. yang benar saja.., aku? peduli? ini cuma rasa kemanusiaan saja. Ya, ini sama seperti teman yang tinggal serumah. Aku dan dia hanya sebatas itu "

Tisha membantu suaminya yang sedang tidur itu untuk membuka sedikit kancing kemejanya yang sedikit mencekik nya.

"Hem.. Hem..." gumam Ray dalam tidur nya

Setelah selesai membuat Ray terlihat lebih nyaman, gadis itu melangkah keluar dari kamar Ray.

GREP

Langkahnya terhenti saat tangan Ray memegang tangannya dengan erat. " Jangan pergi.. jangan.. "

"Kamu tau, aku bukan Zefanya? kamu mengatakan ini padanya bukan?" tanya Tisha pada Ray, ia menatap suami nya dengan mata yang berkaca-kaca.

Pelan-pelan ia melepaskan tangan Ray yang memegang erat tangannya, namun Ray kembali lagi memegang tangannya. Seolah Ray tidak ingin gadis itu pergi darinya.

"jangan.. jangan tinggalkan aku.."

"Aku harus pergi, ini yang terbaik" Tisha menepis tangan Ray, ia melangkah pergi. Ia memandang suaminya itu dengan wajah yang sedih.

Ini yang terbaik Tisha, kamu dan dia memang berada di dunia yang berbeda. Sejak awal kalian memang tidak harusnya bersama.

Tisha pergi ke kamarnya sendiri, ia memandangi koper yang ada di sudut kamarnya. Kemudian ia mengeluarkan selembar kertas, lalu mulai menulis sesuatu di kertas itu dengan bolpoin nya.

Sesekali terlihat matanya yang berkaca-kaca, saat ia menulis sesuatu di secarik kertas itu. Entah apa yang ia tulis, hingga membuatnya sedih.

...***...

Keesokan harinya, pagi itu Ray terbangun dari tidurnya. Kepalanya terasa nyut nyutan, sekujur tubuhnya lemas.

"Kepalaku sangat sakit.. duh " Ray melihat ke sekeliling nya, ia berada di ruangan yang tampak familiar untuknya. Tapi mengapa ia bisa ada disana? bukankah semalam ia bersama Sam? bagaimana caranya ia bisa pulang dan berada di kamarnya sendiri?

Apa mungkin wanita itu yang membawaku pulang?. Pikirnya dalam hati

Tercium bau masakan yang terasa sedap di hidung, Ray langsung bangun dari ranjang nya segera keluar dari kamarnya.

Dia pasti sedang memasak untukku, seperti biasanya. Ya, mana mungkin dia mau bercerai denganku. Semalam pasti dia hanya melantur saja. Ray menunjukkan sedikit senyum di bibir seksinya.

Namun bukannya seperti yang ia harapkan, seseorang yang memasak di dapur apartemen nya itu bukanlah istrinya. Melainkan seorang ibu ibu paruh baya, pembantu rumah tangga yang selalu membantu istrinya mengerjakan pekerjaan rumah.

Dalam sekejap senyuman di wajah Ray lenyap, saat bayangan nya tidak seperti kenyataan.

"Tuan sudah bangun " sapa Bi Ani ramah

"Oh, ternyata kamu. " jawab Ray datar

"Tuan, nyonya menitipkan ini untuk tuan. Saya disuruh menyampaikan ini untuk tuan begitu tuan sudah bangun " Bi Ani memberikan amplop kecil pada Ray.

Ray mengambil amplop itu, wajahnya tampak dingin seperti biasanya. Ray yang penasaran langsung membuka isinya, lalu membacanya. Beberapa detik kemudian, kertas yang dibacanya hancur di remas remas oleh tangan Ray.

Ray terlihat sangat marah dengan isi surat itu, Bi Ani melihat nya dengan keheranan. Bulu kuduk nya berdiri saat melihat ada kobaran api di wajah Ray.

"Bi Ani, dimana dia?" tanya Ray dengan nada yang kesal

Hiiiy menakutkan, kenapa wajah tuan seperti itu? apa yang ditulis oleh nyonya di dalam suratnya?

"Maksud tuan, nyonya?"

"Memangnya siapa lagi?" suara Ray mulai meninggi

"Nyonya sudah pergi ke kantor, tuan.." jawab Bi Ani Hati-hati.

Wanita sialan! beraninya meminta cerai dariku dan pergi dari rumah ini? dia juga meninggalkan suaminya yang sedang mabuk, wanita kejam. Lihat saja bagaimana aku akan membalas mu.

Ray terlihat marah, ia bahkan menendang vas bunga hingga pecah. Bi Ani ketakutan melihat sosok Ray yang cuek dan dingin, bisa marah seperti itu.

PRANG!!

Sial! aku ingin sekali mengumpat!. batin Ray kesal

Tuan kenapa ya?ada apa dengan nyonya dan tuan?. batin Bi Ani keheranan melihat Ray yang marah-marah.

***

Kemarahan nya tidak kunjung mereda, bahkan saat pergi ke kantor untuk bekerja. Ia membawa kemarahannya saat bekerja, semua orang yang bicara dengannya terkena imbasnya dan kemarahannya.

Gerry, si sekretaris juga heran melihat Ray yang terus marah-marah tidak seperti biasanya.

Ada apa dengan pak Raymond? hari ini sudah dua orang dipecat olehnya.

"Gerry, kamu mau bengong saja atau kerjakan pekerjaan mu!" teriak Ray marah

"Maafkan saya pak " Gerry tersadar dari lamunannya.

"Aku tidak menggaji mu untuk bengong! cepat pergi kerjakan tugasmu, jangan berdiri seperti orang bodoh!" ujar Ray emosi

"iya pak, saya akan kembali ke meja saya" ucap Gerry sambil menunduk patuh, ia pun meninggalkan ruangan Presdir.

Tadinya ia ingin bertanya pada Ray apa yang membuat pria itu moodnya jelek, tapi Gerry mengurungkan niatnya. Karena seperti nya Ray tidak bisa ditanyai oleh nya, yang ada dia bisa dipecat oleh Ray jika menyinggung nya.

Ray melihat-lihat laporan yang ada di mejanya, ia masih tampak kesal. Kemudian ia tersenyum setelah melihat satu dokumen di mejanya.

" Gerry! tunggu!" ucap nya pada Gerry yang baru saja membuka pintu untuk keluar dari ruangan itu.

Gerry membalikkan badannya dan melihat ke arah Presdir nya.

"Panggilkan ketua tim perencanaan 1 dan wakil ketua nya, kemari!"

"Baik pak, tapi ada apa ya?"

"Gerry, aku pikir aku terlalu baik padamu akhir-akhir ini " Ray menatap sekretaris nya itu dengan tatapan tajam.

"Saya tidak akan bertanya lagi. Maafkan saya pak, saya akan segera menyampaikan nya pada ketua tim perencanaan dan wakil ketua tim perencanaan 1! " ucap Gerry ketakutan melihat Presdir nya itu

Seperti nya benar kalau pak Presdir sedang ada masalah dengan nyonya Tisha. Presdir seperti mencari alasan untuk memanggil nyonya. Lebih baik aku tidak banyak bicara, aku masih mau bekerja.

Setelah Gerry menyampaikan pesannya pada tim perencanaan. Ketua tim perencanaan 1, Bu Riani dan juga wakilnya, Tisha segera memenuhi panggilan dari Presdir mereka. Mereka berdua sama-sama pergi ke kantor Presdir, kepala mereka memiliki banyak pertanyaan. Ada apa mereka sampai di panggil ke kantor presdir? orang-orang bahkan mengira kalau yang dipanggil ke kantor presdir berarti ada masalah.

Kini Tisha dan Bu Riani sudah berdiri di depan Ray. Mereka berdua berdiri dengan tegap.

Ray melihat ke arah istrinya, namun Tisha memalingkan wajahnya darinya.

Berani sekali dia memalingkan wajahnya dariku dan pura-pura tidak mengenalku? aku ini suaminya. gerutu Ray dalam hatinya sebal

Mau apa sih dia memanggilku kemari juga? harusnya kan ketua tim saja. keluh Tisha dalam hatinya

"Apa kalian tau kenapa aku memanggil kalian kemari?" tanya Ray dengan nada bicara nya yang tegas

"Kami tidak tau pak" jawab Bu Riani

"Hey, kamu tidak jawab pertanyaan ku?" tanya Ray pada Tisha

"Anda bertanya pada saya, pak?"

"Tentu, memangnya siapa lagi!"

"Saya tidak tau kenapa bapak memanggil kami kemari, karena bapak kan belum memberitahu kami" jawab Tisha dengan senyum santai nya

Tenang, Tisha.. stay calm.

Bu Riani langsung melirik ke arah Tisha dengan wajah yang kaget.

Tisha, matilah kamu menyinggung Presdir.

"Kamu berani menjawab ku?"tanya Ray kesal

"Kan tadi bapak sendiri yang suruh saya menjawabnya, ya saya jawab" jawab Tisha santai

Bagus Tisha, teruslah buat dia marah. Lalu dia akan menceraikan mu, di pecat juga baik-baik saja. Bagus bagus, kamu berhasil melawan es batu ini. ucap Tisha merasa bangga pada dirinya.

Ray tercengang mendengar jawaban Tisha, ia pun tersenyum sinis.

Apa maksudnya dia bersikap seperti ini? apa dia sedang memberontak?

Bu Riani langsung mencubit tangan Tisha, mengingatkan nya agar tidak berbicara sembarangan di depan Ray, atasannya.

"Pak Presdir, mohon maafkan ketidaksopanan Bu Tisha, dia masih perlu belajar. Saya akan mengajarkan nya dengan..."

" Cukup! kamu bisa keluar "

Ray memberikan isyarat lewat tangannya agar Bu Riani berhenti berbicara. Presdir Argantara grup itu pun menyuruh Bu Riani keluar dari ruangan itu dan ia akan mengajarkan Tisha secara pribadi.

" Tisha, semoga kamu selamat" bisik Bu Riani pada Tisha, ia takut kalau Tisha akan dimarahi habis-habisan oleh Ray.

"Bu Riani tenang saja " Tisha tersenyum santai

Ya, pasti sudah ini aku akan dipecat. Lalu kami akan bercerai.

Bu Riani pergi meninggalkan ruangan presdir dengan hati yang cemas, berharap semoga Tisha akan baik-baik saja di dalam sana.

Ray tampak tidak senang melihat wajah Tisha yang terlihat santai di depannya, padahal semalam wanita itu mengajukan cerai padanya. Bukannya terlihat sedih tapi Tisha malah terlihat senang.

"Apa yang ingin bapak bicarakan dengan saya?" tanya Tisha

"Benar, aku ingin bicara denganmu. Aku tidak suka dengan laporan hasil kerja tim perencanaan satu!" Ray melempar salah satu dokumen ke meja nya.

"Kenapa bapak mengatakan nya pada saya? hal seperti ini bukan tanggungjawab wakil manager seperti saya" jawab Tisha tegas

"Kamu bagian dari tim, kan? tentu saja ini juga adalah tanggungjawab mu. "

"Lalu bapak akan memecat saya karena tidak puas dengan laporan tim perencanaan?" tanya Tisha dengan wajah yang senang

Kenapa di terlihat senang? apa dia ingin dipecat? Tidak akan semudah itu.

"Siapa bilang aku mau memecat mu? justru aku mau mengajarimu" Ray tersenyum menyeringai

"Mengajari saya? apa maksud bapak?" tanya Tisha tak mengerti

Ray beranjak dari kursinya dan mendekat ke arah Tisha, ia tersenyum memandang istrinya yang terus berjalan mundur.

Mau apa si es batu ini?

" Mulai hari ini kamu akan menjadi asisten pribadi ku"

Ya, beginilah caranya mengikat nya di dekatku.

" APA?!!" Tisha terperangah kaget.

Apa apaan ini? ini tidak sesuai dengan apa yang aku pikirkan?

" Atas dasar apa saya harus menjadi asisten pribadi bapak?! saya sudah bersikap tidak sopan pada bapak, harusnya bapak memecat saya" Tisha tidak mengerti apa mau nya Ray.

"Kenapa kamu sangat ingin dipecat?" tanya Ray dengan wajah yang serius, tubuhnya semakin mendekat ke arah Tisha, bahkan tangannya memegang pinggul Tisha.

"Baiklah, ka-kalau tidak dipecat. Ke-kenapa harus jadi asisten pribadi? saya bisa belajar dari Bu Riani, ti-tidak perlu di ajari oleh pak Presdir" kata Tisha dengan keringat dingin bercucuran di wajahnya, ia gugup saat pria itu melakukan skin ship dengannya.

DEG! DEG!

Hati Tisha masih berdebar kencang saat mendapatkan sentuhan dari tangan kekar suaminya yang ingin ia ceraikan itu. Wajahnya memerah.

"Karena aku mau saja." Tangan Ray masih memegang pinggul Tisha, ia menatap istrinya ya tampak malu-malu.

Dia masih mencintai ku. Ray tersenyum melihat istrinya itu, ia pun melepaskan tangannya dari pinggul Tisha.

"Apa saya bisa menolak?" tanya Tisha

"Sayangnya tidak bisa, kamu juga sudah terikat kontrak kerja dua tahun lagi dengan perusahaan ini."

Kamu tidak bisa kabur Tisha Anindita.

"Lalu apa cerai juga tidak bisa?" tanya Tisha serius

"Ini perusahaan, tidak seharusnya kamu membicarakan urusan pribadi disini." Ray terlihat malas membahas kata cerai yang membuat mood nya jelek seharian itu.

"Tolong jangan menghindar lagi, saya tau bapak sudah membaca surat nya. Saya ingin cerai "

"Aku tidak mau, selama kontrak pernikahan kita belum selesai 5 tahun aku tidak bisa melepaskan mu. Kakek dan yang lainnya akan mengancam posisi ku kembali kalau kita bercerai sekarang " jelas Ray pada istrinya itu.

Jadi itu alasannya dia tidak mau bercerai denganku? dia takut kehilangan semua kekayaan nya? aku pikir dia ada sedikit rasa padaku. Aku berfikir terlalu positif pada nya.

"Kalau hanya itu masalahnya, saya bisa jelaskan pada kakek dan semua keluarga bapak. Kalau saya yang bersalah dan ingin minta cerai, agar bapak tidak terkena masalah. Setelah itu bapak bisa mencari istri baru " Tisha tersenyum pahit, ia berusaha sekuat hatinya menahan air mata.

Ray mengepalkan tangannya, ia tampak kesal. Kenapa Tisha sangat ingin pergi darinya? kenapa Tisha berubah padanya?

"Kamu tidak bisa, kamu lupa ya isi dalam kontrak? hanya aku yang bisa mengajukan cerai, kalau kamu mengajukan cerai lebih dulu kamu harus membayar pinalti 2 milyar. "

"Saya akan bayar" jawab Tisha

Asalkan bisa terlepas dari ikatan ini, aku harus berani. Aku tidak mau merasakan lagi sakitnya diabaikan oleh orang yang aku cintai.

"Dengan apa? memangnya kamu punya uang sebanyak itu?" tanya Ray merendahkan

Apa dia sangat ingin berpisah denganku?

"Saya memang tidak punya uang sebanyak itu untuk sekarang. Saya akan menyicilnya, tapi tolong tandatangani surat cerai nya dulu " ucap nya penuh ketegasan

"Kamu sangat ingin bercerai denganku kan? kalau begitu berikan uang dua milyar itu sekarang juga !" ujar Ray sinis

"Saya kan sudah bilang, kalau saya tidak punya uang sebanyak itu sekarang. Saya akan menyicilnya!" ujar Tisha kesal

"Aku tidak mau pembayaran yang dicicil. Aku mau dibayar lunas. Kalau tidak punya uang, maka tidak bisa cerai. Kamu paham?" Ray menatap tajam istrinya itu.

"Kamu benar-benar..." Tisha terlihat kesal pada Ray

"Keluar lah!" bentak Ray pada gadis itu

"Aku belum selesai bicara " ucap Tisha yang masih ingin bicara dengan Ray.

"Keluar! bereskan barang-barang mu dan pindah ke kantorku sekarang juga!" teriak Ray emosi.

Tisha tidak bisa mengatakan apa-apa lagi, ia sudah kalah dari suaminya yang sedang emosi itu. Gadis itu keluar dari ruangan presdir dengan wajah yang sedih, air matanya sudah menggenang di matanya. Untuk apa ia terus bertahan di dalam sebuah hubungan, dimana suaminya tidak mencintai nya dan selalu mengabaikan nya?

Gerry melihat Tisha keluar dari ruangan itu, ia sudah menduga kalau keduanya bertengkar.

...---***---...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!