AUTHOR POV
Maura sedang sibuk merapikan toko bunga miliknya. Dua bulan yang lalu Dia kembali lagi ke Kota B tempat kelahirannya. Maura tinggal sendiri dirumah keluarganya yang dulu. Sementara Ayah dan ibunya tetap tinggal bersama kakeknya di Kota S. Rumah itu bisa dikatakan minimalis dan hanya satu lantai saja. Toko bunga miliknya berada di samping rumahnya. Dalam dua bulan ini toko bunganya cukup banyak didatangi oleh pembeli.
Sejak lulus SMA, Maura ikut dengan orang tuanya ke kota lain atas permintaan kakeknya yang sedang sakit. Iya juga tidak melanjutkan kuliahnya karena pada saat itu keuangan orang tuanya tidak mencukupi. Apalagi ayahnya harus resign dari kantornya. Tabungan keluarganya digunakan untuk biaya pengobatan kakeknya. Ayahnya merupakan anak satu-satunya dari kakeknya. Setelah mengumpulkan modal, ia kembali ke Kota kelahirannya dan membuka toko bunga disana.
Drrrtt....drrrtt..., ponsel Maura bergetar.
"Kak..ada panggilan masuk dari Kak Alice," ucap Bella menyerahkan ponsel Maura. Maura tampak sibuk merangkai beberapa bunga. Seorang pelanggan menghubunginya tadi pagi untuk memesan beberapa buket bunga.
"Thanks Bella," ujar Maura. Bella lalu pergi melanjutkan pekerjaannya. Bella merupakan anak panti yang baru saja lulus SMA. Saat itu panti mereka memesan Bunga dari toko Maura karena ada acara dan Bella sendiri yang ditugaskan ibu panti untuk memesan bunga. Saat itu Bella bertanya pada Maura apakah dia sedang membutuhkan karyawan karena ada papan pengumuman berisi perekrutan karyawan wanita. Setelah berbincang-bincang cukup lama. Akhirnya Bella diterima menjadi karyawan Maura.
"Halo Alice.." tukas Maura mengangkat panggilan dari sahabatnya.
"Hai..Maura. Gimana kabarnya," tanya Alice.
"Aku baik-baik saja, bagaimana dengan mu," ujar Maura.
"Aku baik-baik juga. Oh ya..kenapa tidak bilang pada ku kalau kamu sudah kembali ke rumah kalian yang dulu. Kalau saja aku tidak melihat postingan mu di media sosial, aku pasti tidak akan tau," ujar Alice marah pada sahabatnya.
"Maafkan aku, jangan marah dong, nanti kamu cepat tua," ujar Maura tertawa semakin membuat Alice kesal.
"Kalau saja aku disana, aku pasti akan mencubit mu," ujar Alice kesal.
"Untung kamu tidak disini. Hahaha....Sebenarnya Aku sudah dua bulan disini. Maaf jika aku lupa mengabari mu. Aku sangat sibuk dengan toko bunga ku. Aku baru saja membuka toko bunga dan baru-baru ini pelanggan ku lumayan banyak. Lagi pula kamu kemarin bilang padaku kamu ada kegiatan dari kampus, Aku takut mengganggu," ucap Maura menjelaskan.
"Hmm...sudahlah. Akhirnya kamu kembali lagi. Aku sudah rindu dengan mu. 2 minggu lagi aku akan pulang juga karena ujian semester akan berakhir" ujar Alice. Setelah lulus SMA, ia kembali melanjutkan studinya di jenjang perkuliahan. Alice kuliah disalah satu universitas ternama. jarak tempuh dari rumahnya ke kota dimana Ia kuliah memakan waktu 4 jam. Oleh karena itu Alice tinggal disana dengan menyewa apartemen. Ia pulang saat ada libur panjang saja.
"Benarkah? wah bagus dong, kita bisa bertemu. Aku juga udah kangen banget sama sahabatku yang manja ini," ujar Maura tertawa.
"Iss...apaan sih..Aku udah mandiri sekarang ya," ucap Alice.
"Iya..iya..Alice si manja udah mandiri sekarang," balas Maura.
"Aku akan mengabari mu nanti kalau sudah tiba di rumah daddy. Kalau begitu aku tutup panggilannya dulu. Aku ada kuliah," ujar Alice lalu mematikan ponselnya.
2 Minggu kemudian
Satu hari yang lalu Alice akhirnya kembali setelah menyelesaikan ujian semesternya. Ia juga sudah mengabari Maura dan mengundang Maura ke rumahnya. Hanya saja Maura tidak bisa datang semalam karena toko bunganya sangat ramai. Tapi ia sudah janji hari ini akan berkunjung kerumah Alice.
"Bella.., hari ini kita tutup lebih awal ya. Kakak ingin pergi ke rumah teman. Kakak sudah janji sore ini datang kerumahnya," ucap Maura menghampiri Bella.
"Baik kak," balas Bella. Mereka lalu merapikan kembali bunga-bunga yang ada disana sebelum tutup. Setengah jam kemudian pekerjaan mereka sudah selesai.
"Oh ya, ini ada makanan untuk kalian. Tadi kakak masak banyak. Sampaikan salam kakak pada ibu panti ya," ujar Maura memberikan rantang pada Bella.
"Terima kasih banyak kak. Bella akan sampaikan salam kakak pada ibu panti," balas Bella senang.
"Kalau begitu Bella pamit dulu kak," ujar Bella pamit pada Maura.
"Hati-hati dijalan," tukas Maura lalu dibalas dengan anggukan oleh Bella.
Setelah kepergian Bella, Maura langsung bergegas menuju kamar untuk bersiap-siap pergi ke rumah Alice. Ia berjalan menuju kamar mandi dan segera membersihkan dirinya. Tak lama kemudian Maura sudah selesai mandi. Ia melangkahkan kakinya menuju lemari pakaiannya dan memilih gaun kasual yang menurutnya nyaman untuk dipakai. Maura berjalan menuju meja rias untuk merapikan rambutnya dan memoles wajahnya dengan make-up natural. Merasa sudah rapi, ia lalu memesan taxi.
Setibanya di depan gerbang rumah Alice, Maura turun dari taxi dan menatap rumah besar dan megah yang ada dihadapannya. Tidak ada yang berubah dari bagian luar rumah tersebut sejak terakhir kali Ia datang kesana saat masih SMA. Alice memang sering mengajak Maura ke rumahnya saat daddynya bepergian karena urusan bisnisnya. Ia kesepian di rumah sehingga selalu mengajak Maura menginap di rumahnya. Alice sangat senang dan nyaman berteman dengan Maura ditambah lagi Maura memiliki sosok keibuan, maka dari itu Maura adalah sahabat satu-satunya sewaktu SMA.
Maura lalu menghampiri satpam yang ada disana.
"Pak, Alice nya ada di rumah kan?" tanya Maura.
"Nona Maura...bagaimana kabarnya. Nona tidak pernah lagi datang kesini. Nona Alice nya ada di rumah kok," ucap Satpam yang masih ingat dengan jelas wajah Maura yang dulu sering datang kerumah tuannya.
"Saya baik pak. Setelah lulus SMA, kelurga kami pindah ke rumah kakek, makanya Maura tidak pernah lagi datang kesini," ujar Maura.
"Kalau begitu saya masuk dulu ya pak," lanjut Maura.
"Silahkan Nona," balas satpam ramah.
"Bik, ada Alice di dalam?" tanya Maura pada salah satu pelayan di rumah Alice.
"Nona Alice ada di dalam kamarnya. Saya akan panggilkan Nona muda . Silahkan masuk dulu Nona" ucap pelayan ramah. Maura lalu masuk ke dalam rumah dan berjalan menuju ruang tamu.
Sembari menunggu Alice, Maura tampak sibuk membuka ponselnya untuk melihat media sosialnya. Tiba-tiba telinganya mendengar suara tawa yang kuat dari laki-laki dewasa dan juga suara anak kecil. Matanya berkelana mencari asal suara itu. Hingga netra nya menatap sosok pria yang sedang menggendong anak kecil menuju lift yang ada di rumah Alice. Maklumlah, keluarga Alice merupakan salah satu orang terkaya di kota mereka.
"Darimana mereka lewat? kenapa Aku tidak melihatnya tadi. Hmm..mungkin saja mereka dari ruangan lain tadi, hingga Aku tidak melihatnya. Tapi mereka siapa? Apa mungkin keluarga Alice ya," batin Maura.
"Maura," panggil Alice yang baru saja datang dari kamarnya. Maura lalu menoleh kebelakang dan melihat Alice. Ia kemudian bangkit dari sofa dan keduanya berpelukan melepas rindu. Ini kali pertama mereka bertemu langsung setelah 3 tahun lamanya.
"Kamu terlihat semakin cantik dan dewasa sekarang," ujar Alice setelah mereka melepas pelukannya dan duduk di sofa.
"Kamu terlalu tinggi memujinya," kekeh Maura.
"Aku serius tau, kamu terlihat berbeda dari yang kulihat saat kita melakukan panggilan vidio. Dilihat langsung lebih cantik," puji Alice. Ia memang mengakui kecantikan yang dimiliki Maura sejak mereka berteman.
"Thanks, kamu juga semakin cantik," ujar Maura.
"Oh..jelas dong. Itu tidak bisa dipungkiri. Hukum alam. Tahun berganti tahun kecantikan princess Alice akan selalu bertambah," balas Alice bercanda. Keduanya lalu tertawa.
"Kamu udah makan belum, Aku akan panggilkan pelayan untuk meyiapkan makanan," ujar Alice.
"Tidak perlu Alice. Aku masih kenyang. Sebelum kesini Aku makan dulu tadi," ucap Maura.
"Baiklah kalau begitu, tapi kalau kamu butuh sesuatu langsung katakan saja. Tidak perlu sungkan. Anggap saja rumah sendiri," tukas Alice. Maura lalu mengangguk. Keduanya lalu kembali bercerita tentang masa-masa SMA dulu hingga sekarang.
Ditengah-tengah keasyikan Maura dan Alice mengobrol seorang anak kecil menghampiri Alice.
"Kak Alice...." ucap anak kecil berusia hampir 3
tahun menghampiri Alice. Anak itu berlari sangking senangnya hingga ingin terjatuh. Alice dan Maura yang melihat itu refleks bangun dari duduknya. Untung saja seseorang segera menahan tubuh anak kecil itu.
"Hati-hati sayang, kamu hampir saja terjatuh," ujar laki-laki itu. Ia lalu menggendong anak kecil itu, kemudian berjalan menghampiri Alice dan Maura.
Maura terpana melihat ketampanan daddy Alice. Dulu Ia tidak pernah melihatnya. Ini pertama kalinya Ia melihat daddy sahabatnya itu. Tiap kali datang ke rumah Alice, daddynya tidak pernah ada di rumah.
"Lain kali jangan lari-lari Cecilia, kakak hampir spot jantung karena mu. Untung ada daddy," ujar Alice menghela nafas. Cecilia tersenyum menampilkan gigi susunya yang hampir tumbuh semuanya. Maura bingung melihat mereka. Dalam pikirannya penuh tanya.
"Siapa anak kecil imut ini? Apa ayah Alice menikah lagi? tapi Alice tidak pernah mengatakannya padaku. Dan lagi anak ini mirip dengan ayahnya Alice" batin Maura.
"Maura ini daddy ku, dad ini Maura yang pernah ku ceritakan pada daddy," ujar Alice.
"Hai..om, Aku Maura temannya Alice. Senang bertemu dengan om" ujar Maura sedikit gugup karena Davin menatapnya. Davin lalu menganggukkan kepalanya.
"Oh ya..ini Cecilia adik ku?" ujar Alice membuat Maura membulatkan matanya.
"A..adik?" tanya Maura.
"Dia sebenarnya anak uncle ku. Kembaran daddy. Setelah Cecilia berusia 2 bulan. Uncle dan aunty mengalami kecelakaan dan tidak bisa diselamatkan. Akhirnya daddy mengangkatnya jadi anaknya" jelas Alice.
"Emm..maafkan Aku, bukan maksudku untuk membuat kalian mengingat masa lalu," ucap Maura merasa bersalah.
"Hei..tidak apa-apa kok. Kamu tidak usah merasa bersalah seperti itu," balas Alice paham dengan perasaan Maura.
"Cecil..ini teman kakak, namanya Maura," ujar Alice.
"Hai anak manis..senang bertemu dengan mu," ucap Maura mengelus lembut kepala Cecilia.
"Mom.." ujar Alicia. Maura melihat sekeliling, mengira Alicia memanggil wanita lain. Namun tidak ada siapa pun disana selain mereka. Maura mengira anak kecil itu hanya salah ucap saja. Alice dan Davin tampak heran karena Cecilia memanggil Maura dengan panggilan mom. Anak kecil itu tidak pernah sekalipun memanggil mom kepada orang lain.
"Mommy..." ucap Cecilia gembira merentangkan kedua tangannya agar Maura menggendongnya.
"Eh..Aku bukan mommy mu, panggil kak Maura saja ya," ucap Maura salah tingkah. Sekarang iya menyadari kalau anak itu memanggilnya mommy.
"Panggil kak Maura saja sayang. Dia sama seperti kak Alicia," ucap Alicia membuat Cecilia menggelengkan kepalanya. Matanya mulai berkaca-kaca karena Maura tidak mau menggendongnya.
"Princess, Dia bukan mommy. Dia itu teman kak Alice," ucap Davin mencoba memberi pengertian pada putrinya. Cecilia tetap menggelengkan kepalanya. Kini anak kecil itu menangis dan menyembunyikan wajahnya di dada bidang Davin. Alice dan Davin tampak mendiamkan Cecilia, namun anak itu tetap saja menangis. Akhirnya Maura turun tangan karena Alice dan daddynya tidak bisa membujuk Cecilia.
"Cecil.." panggil Maura mengelus punggung Cecilia.
Anak itu langsung menoleh pada Maura dengan pipi yang sudah basah karena air matanya.
"Mommy.." rengek Cecilia.
"Kemari..Cecil mau mommy gendong?" ujar Maura. Cecilia lalu mengangguk dan merentangkan tangannya. Maura kemudian mengambil alih Cecilia dari gendongan Davin. Benar saja, anak itu langsung saja diam. Alice dan Davin takjub melihatnya.
"Besok Dia mungkin akan lupa dengan panggilannya," ucap Maura.
"Kamu tau tidak. Dia itu tidak pernah seperti ini. Biasanya kalau bertemu dengan orang baru, Cecil tidak mau. Tapi dengan mu langsung seperti ini, bahkan memanggil mu mommy. Cecil sepertinya melihat aura keibuan dari dirimu. Sahabat ku ini memang the best" puji Alice.
"Maaf merepotkan mu Maura," ucap Davin.
"Eh..tidak apa-apa kok om," balas Maura.
"Ya sudah kalian lanjutkan saja mengobrol nya, daddy pergi dulu," ucap Davin. Setelah kepergian Davin, Maura dan Alice kembali berbincang-bincang dengan Cecilia di pangkuannya. Anak itu tampak senang jika bersama Maura.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!