Episode 1 :
Nadine, seorang gadis berusia 23 tahun yang akan menikah hari ini, dia adalah gadis desa, ayah dan ibunya telah lama meninggal akibat kecelakaan dan selama ini dia dirawat oleh neneknya di kampung.
Kebetulan beberapa bulan lalu neneknya telah meninggal juga, dan karena janji yang terikrar dahulu antara ayah Nadine dan ayah Aron Charlos, seorang lelaki tampan yang meneruskan perusahaan ayahnya dengan terpaksa Nadine harus menikahi Aron, lelaki yang tidak ia kenal itu.
Disamping itu Nadine harus menikah dengan lelaki ini demi mempertahankan panti asuhan yang akan hancur karena dana yang tidak memadai, jadi bisa dibilang Nadine menikah untuk uang.
Saat pernikahan berlangsung, Nadine sudah memiliki firasat tidak enak, bagaimana Aron begitu cuek terhadapnya, bahkan tidak melihat dirinya sedikit pun, ada terbersit rasa sakit di hati Nadine tetapi dia diamkan.
“Nadine, selamat datang ke keluarga kami ya Nak, anggap saja kami adalah ayah dan ibumu,” seru Dahlia, Ibu kandung Aron yang terlihat begitu menyayangi Nadine, gadis desa yang kelihatan lugu dan polos ini.
“Aron, jaga istrimu baik baik. Jangan sampai Ayah melihatmu melukainya, dia itu sebatang kara, ingat!” seru Alfred Charlos yang merupakan ayah kandung Aron, yang saat ini sudah menjadi suami sah Nadine.
“Iya Ayah, sudah ya, kami pergi dulu!” ketus Aron seperti tidak berminat dengan pesan pesan ayah dan ibunya, dengan arogannya Aron mengemudikan mobil pengantinnya menuju rumah yang sudah disediakan oleh ayah dan ibunya untuk menjadi tempat tinggal Nadine dan Aron.
Tetapi sebelum Aron pergi dan saat Nadine sudah ada didalam mobil, "Aron, ingat janji mu mengenai memiliki anak dengannya segera ya! Ayah tidak tahu kapan umur ayah bertahan jadi setidaknya berikan aku cucu secepatnya!" seru Ayah Aron itu membuat Aron hanya mengangguk dan kelihatan kesal.
Lalu ia segera pergi ....
Aron dengan kecepatan penuh mengemudikan mobil pengantin mereka, membuat Nadine ketakutan, dia hampir saja menangis karena takut.
“Mas Aron, to … tolong pelan sedikit, aku takut Mas,” seru Nadine tetapi Aron bahkan tidak menggubrisnya, bagi Aron ketakutan Nadine ini malah membuatnya senang.
Pernikahan yang tidak ia inginkan ini membuat Aron sangat marah, jadi dia melampiaskan kemarahannya kepada Nadine, gadis lembut yang tidak tahu apa apa ini.
Hanya dalam beberapa waktu Nadine dan Aron sampai di sebuah rumah besar dengan pagar yang tinggi, wajah Nadine sudah pucat pasi dan tangannya masih gemetaran karena kecepatan mobil yang disengaja Aron tadi.
Tetapi rasa syok dan rasa sakit Nadine belum berakhir disitu saja, saat sampai di rumah pengantin mereka, Aron sama sekali tidak melirik kearah Nadine, bahkan sekarang Aron melangkah kearah pintu rumah dimana disana ada seorang gadis yang usianya hampir sama dengan Aron berusia 28 tahun, memakai pakaian sedikit terbuka melebarkan tangannya dan gadis itu berlari memeluknya.
“Deg!”
Nadine melihat hal ini didepan matanya saat hari pertama mereka menikah, sakit rasanya tetapi Nadine seolah tidak bisa mengeluarkan kata kata, dia membisu dan kebingungan dengan apa yang ia lihat ini.
Saat Nadine yang masih mengenakan gaun pengantin terpaku di depan pintu melihat kemesraan suaminya dengan wanita lain, wanita itu menatap tajam kearah Nadine, dia memeluk suami Nadine, Aron seolah mengatakan jika Aron adalah miliknya.
***
Author :
Perhatian, menurut aku novel ini merupakan novel gagalku, karena alurnya benar-benar tidak sesuai dengan yang aku inginkan karena mengikuti lomba.
Jika kalian membaca karya ini karena sebelumnya sudah membaca karya ku yang lain, aku sarankan jangan dilanjutkan baca ini ya, aku takut kalian kecewa karena menurut aku novel ini sangat kurang dari segala sisi.
Biarkanlah novel ini menjadi salah satu novel pembelajaran untuk author 😭
Salam
Anak Kost 🤍
Episode 2 : Surat Kontrak.
Wanita itu melihat penuh rasa risih dan seolah merendahkan Nadine, lalu dia memeluk suami Nadine dihadapan nya.
Nadine semakin kebingungan tentunya. Dia bukan wanita yang haus akan cinta akan tetapi adegan yang ada di hadapannya ini membuat hatinya sedikit tidak tenang.
"Apa kau sudah katakan kepada nya sayang?" suara wanita itu masih terdengar di telinga Nadine yang terpaku bingung.
Namun tidak ia sembunyikan jika dia memang merasa sakit hati sekali sekarang ini, seolah dia tidak di hargai.
"Belum, ini mau aku jelaskan," balas Aron sekarang melihat kearah Nadine yang dia membisu.
“Kau ikut aku!’ ketus Aron saat melihat Nadine masih terdiam terpaku di depannya.
Nadine mengikuti langkah Aron tetapi hatinya sudah bergemuruh, dia tidak tahu jika hari pertamanya menjadi istri akan sebegini menyakitkannya.
Aron segera duduk di sebuah kursi sofa di ruang tengah, Nadine mengikuti langkah Aron dan juga duduk di kursi sofa yang jaraknya sedikit jauh dari Aron.
Aron melihat wajah Nadine, wajah yang begitu polos dan tulus, tetapi mau bagaimana lagi, Aron tidak mencintai Nadine dan pernikahan ini sudah salah sejak awal.
“Kau sudah lihat kan wanita ini adalah istriku, kami sudah menikah sekitar satu tahun lalu, akan tetapi ibu dan ayahku belum merestui jadi kami menikah secara sembunyi sembunyi, jadi kau harus tahu pernikahan kita ini hanya keinginan ayah ku semata!” Aron segera mengatakan ucapannya dengan pedas, seolah tidak memiliki hati, dia melukai istrinya yang baru saja ia nikahi.
“Mas, jika kamu memang tidak ingin aku menjadi istrimu sejak awal kenapa kau menyetujui pernikahan ini? Aku tidak mengerti ada apa dengan semua ini,” suara Nadine sudah mulai bergetar, dia tidak bisa menyembunyikan sakit hatinya.
Memang dia belum mencintai suaminya tetapi bagi gadis desa yang baik baik sepertinya, memiliki suami menurut Nadine adalah bahwa Nadine harus belajar mencintai Aron suatu saat nanti, tetapi malah ini yang ia dapatkan.
“Nadine, kau ini hanya gadis desa yang dipungut keluargaku, persetan dengan janji ayahku, tetapi aku sungguh tidak bisa membatalkan pernikahan ini demi kesehatan ayahku, jadi kau lakukan saja peran mu menjadi istri dihadapan mereka, kau juga menyayangi keluargaku kan, setidaknya lakukanlah ini demi menyenangkan keluargaku!” ketus Aron hendak sebelumnya sudah menyiapkan kontrak pernikahan kepada Nadine.
"Plak?"
Aron melempar sebuah perjanjian Pernikahan yang diusulkan Dara kepadanya sebagai bukti agar Aron segera menceraikan Nadine.
Saat Nadine membuka surat kontrak itu, matanya terbelalak dan tangannya bergetar hebat.
Hidupnya seolah dipermainkan oleh kedua manusia jahat ini.
Bagaimana pun surat kontrak itu adalah surat kontrak untuk segera menceraikan Nadine dalam kurang waktu dua tahun setelah tercapai nya keinginan ayah Aron yaitu memiliki anak dari putri sahabat ayahnya yaitu Nadine.
Juga jika Nadine bisa memberikan keturunan maka kesembuhan ayahnya akan lebih bisa dicapai.
"Mas, apa ini?" tanya Nadine dengan sorot mata yang seolah tak percaya.
"Apa kau tidak bisa baca? itu surat kontrak agar kita tidak memiliki hubungan lebih, aku tahu kau menikahi denganku karena uang untuk panti asuhan nenek mu, jadi secara tidak langsung kau hanya wanita yang dibeli oleh uang! jadi kau tidak memiliki pilihan lain selain menandatangani surat kontrak itu!"
Aron terus menjelaskan, mata sayu dan dalam itu, wajah polos dan tidak tahu apapun itu mendengar kata kata yang tidak seharusnya ia dengar.
Nadine memang menyetujui pernikahan ini karena dana untuk panti asuhan tidak memadai dan membutuhkan sponsor, dan saat itulah ayah dan ibu Aron datang menawarkan pernikahan yang sebenarnya sudah direncanakan sejak dulu itu.
Jadi ucapan Aron sama sekali tidak ada unsur kebohongan sedikit pun.
Nadine kemudian tersenyum pilu, hidup memang tidak bisa selalu baik, dia ingin menangis tetapi tidak bisa, jika dia menangis tidak akan ada yang akan membela nya karena dia sendirian di dunia ini.
Akan tetapi sebelum dia menandatangani surat kontrak tidak adil ini dia ingin mendengar alasan Aron.
"Mas, sebelum aku bisa menerima semua ini, apakah aku bisa menanyakan sebenarnya mengapa kau setuju menikahi aku? aku akan jujur, aku setuju menikah dengan mu memang karena sponsor dana yang akan diberikan ke panti asuhan nenek ku,"
"Lalu Mas, apa alasan Mas menikahi aku?" Nadine bertanya dengan serius, dia harus tahu apakah sikap yang harus ia ambil selanjutnya.
Walau Nadine setuju menikah memang karena uang, tetapi awalnya dia ingin benar benar mencintai suaminya ini, tetapi Nadine masih bingung dengan hubungan Aron dengan wanita itu.
"Bukankah aku sudah katakan? aku menikah dengan mu hanya demi kesembuhan ayahku, dan karena ayahku sempat berjanji kepada ayahmu!"
***
Novel ini akan update setiap hari yaa, jadi mohon di tunggu, berikan komentar membangunnya biar aku makin bagus dalam menulis.
Btw aku tahu banyak kekurangan dalam novel ini, jika kalian menemukan ada salah ketik, tinggalkan komentar saja ya, biar ;langsung aku perbaiki hehe.
Makasih ya semuanya, lope you.
***
Jangan lupa follow ig author : @nitanaiibaho
Kalian bisa DM dan tanya2 disana
Episode 3 : Tersenyum pilu
***
Saat mendengar semua ucapan itu dan setelah tahu jika sebenarnya dia hanyalah istri kedua, membuat Nadine yakin jika dia tidak memiliki alasan apapun untuk mempertahankan rumah tangga nya.
Nadine hanya tersenyum pilu dan tidak menanyakan apapun lagi setelah itu.
Harapan pernikahan yang sering dia mimpikan harus sirna, Nadine awalnya percaya jika dia berusaha maka pasti suatu saat nanti perjodohan ini akan menjadi cinta tetapi mungkin dia terlalu naif.
"Mungkin ini lah yang dinamakan untuk mendapatkan sesuatu maka harus melepaskan sesuatu juga!"
Nadine gemetaran, dia tahu jika dia menandatangani surat perjanjian mengerikan itu maka hidupnya tidak akan lebih dari sekedar objek pembuat anak dan hanya tameng untuk melindungi istri pertama suaminya ini.
Akan tetapi mau bagaimana lagi, dia butuh uang untuk memberikan makan dan biaya pendidikan, kesehatan dan semua yang dibutuhkan anak anak yang sudah di tampung di panti asuhan neneknya.
***
"Baiklah Mas, aku akan tanda tangani," balas Nadine tersenyum akan tetapi senyuman pilu yang membuat wajah cantiknya menjadi menyedihkan.
Aron sedikit terkejut saat mendengar jika wanita kampungan ini mau menandatangani surat perjanjian itu.
Mungkin memang benar uang sangat penting baginya, dan itu membuat Aron menjadi remeh sekali.
"Ternyata wanita ini sama saja, sama-sama murahan dan hanya ingin hidup tenang dan yang saja! menjijikkan!" ketus Aron melihat sinis kearah wanita muda cantik yang sekarang sudah menjadi istrinya.
Nadine segera menandatangani surat kontrak itu, walau tidak adil tapi mau bagaimana lagi.
Setelah selesai mendatangani Nadine terdiam lagi, seolah tahu nilai dirinya tidak akan penting membuat Nadine menjadi diam sekali dan akan melakukan sesuai dengan kontrak saja.
Nadine yakin jika dia berontak dan meminta cerai langsung hari ini maka panti asuhan neneknya yang di desa tidak akan bisa ia selamatkan lagi.
***
Dara melihat dengan sinis kearah Nadine, walau wajah Nadine sangat cantik tetapi Aron dan dirinya terikat, dia tidak peduli apakah Aron mencintai nya atau tidak yang jelas dia bisa bersanding dengan Aron dan itu sudah menjadi kepuasan tersendiri baginya.
Aron masih duduk dan di sisinya masih ada Dara, Aron akhirnya melihat struktur wajah Nadine yang kelihatan begitu lembut dan halus, cantik sekali namun sayangnya sama saja seperti wanita yang hanya menginginkan uang saja, seperti wanita wanita mainan nya selama ini.
***
"Plak!"
Aron hendak bangkit dan pergi dari Nadine, karena dia tidak suka melihat wajah lembut dan penuh kepalsuan itu.
Tetapi dia melempar sebuah kartu yang sudah ia siapkan untuk menyogok Nadine agar menutup mulutnya dari ayah dan ibunya.
"Ini adalah kartu dengan limit yang tak terbatas, pakai saja sesuka mu, mau foya foya atau apapun, tetapi kau harus ingat tanggung jawab mu, dan jangan berani berani nya mengadu kepada ayah dan Ibuku!"
Ketus Aron segera keluar dan diikuti oleh Dara si belakang nya, Dara tersenyum puas saat melihat Nadine tertunduk lemas dan belum bisa memproses apa yang sebenarnya tengah terjadi kepada hidupnya.
"Mas ...."
Sebelum Aron pergi, Nadine memanggil Aron.
Lalu Aron berhenti sebentar, "Aku tidak butuh kartu mu, ambil saja, aku hanya ingin Mas tetap memberikan dukungan dana ke panti asuhan saja, itu sudah cukup bagiku," Nadine melangkah dengan gaun pengantin nya, menyodorkan kembali kartu tanpa batas itu.
Aron sedikit terkejut namun menyeringai disaat yang bersama, "Ho? kau mau tarik ulur? pura-pura tidak menerima! kau salah gadis bodoh! sudah banyak wanita yang bersama ku sebelumnya dan biasanya wanita naif seperti mu akan memohon meminta kartu ini kembali!" bisik Aron remeh dengan ucapan Nadine.
Akan tetapi Nadine tetap menyodorkan karti itu di tangannya, lalu ia tersenyum pilu. "Mas, tidak masalah apapun pikiran mu tentang ku, bodoh, kampungan, apapun itu hanya saja aku jamin tidak akan menyesal dan meminta kartu ini kembali," jawab Nadine tersenyum namun bibirnya gemetaran.
***
Novel ini akan update setiap hari yaa, jadi mohon di tunggu, berikan komentar membangunnya biar aku makin bagus dalam menulis.
Btw aku tahu banyak kekurangan dalam novel ini, jika kalian menemukan ada salah ketik, tinggalkan komentar saja ya, biar ;langsung aku perbaiki hehe.
Makasih ya semuanya, lope you.
***
Jangan lupa follow ig author : @nitanaiibaho
Kalian bisa DM dan tanya2 disana
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!