Braakkkk......
Pintu ruangan tiba - tiba dibuka dengan kasar.
Yurina gadis 20 tahun yang baru bekerja satu minggu sebagai pegawai cleaning service di Agatsa Properti Grup, salah satu perusahaan ternama di kota itu sangat terkejut.
Yurina bersembunyi di belakang pintu toilet, sambil menahan napasnya.
seorang pria masuk ke toilet, ia membasuh wajahnya berkali - kali di wastafel.
"Aaakkkkhhh..."
"Aaakkkhhh...."
Pria itu berteriak kesakitan sambil ******* - ***** rambutnya.
Hal itu dilakukannya berkali - kali, hingga akhirnya ia keluar dari toilet.
Yurina yang bersembunyi dibalik pintu toilet keluar perlahan dan sangat hati - hati.
Sapu dan alat pel yang ia bawa tiba - tiba menyenggol tong sampah plastik yang ada didekatnya.
"Braakkkk..... gleeekkk.... gleeekkk.... gleeekkk... !!!"
"Siapa disana.... ?!"
Yurina yang ketakutan segera membereskan tong sampah yang menggelinding dengan cepat.
Bersamaan dengan itu, seorang pria tinggi telah berdiri tegap dengan tatapan dinginnya.
"Siapa kau....?" Tanya sang pria.
"Apa yang kau lakukan diruanganku...?"
"Ma... maafkan saya tuan.... "
"Saya hanya seorang cleaning service... " jawab Yurina terbata - bata.
"Sekarang..... cepat keluar.... !"
"Ba... baik tuan..." Yurina yang baru pertama kali bertemu dengan sang pria itu segera bergegas.
Namun, tanpa disengaja, ujung sapu yang dipegang Yurina terantuk mengenai jidad sang pria.
"Aakkkhhh.... kau..... "
Saat pria tersebut ingin menghindar, ia tersenggol ember pel sehingga air kotor yang ada di dalamnya tertumpah dan menyebabkan sang pria terjatuh karena lantai yang licin.
"Ma... maafkan saya tuan...."
"Saya sungguh tidak sengaja... " Ujar Yurina seraya cepat membersihkan lantai menggunakan kain pel ditangannya.
"Kau.... "
"Sudah kuperingatkan cepat keluar dari sini.... "
"Tapi kau masih tetap disini...!"
Pria itu bangkit dan segera meraih tubuh Yurina dalam dekapannya.
"Le.... lepaskan.... lepaskan saya tuan." Yurina meronta berusaha melepaskan.
Pria itu lalu membawa Yurina dengan paksa ke kamarnya yang berada disebelah toilet dan melemparkan tubuh gadis itu ke tempat tidur dengan kasar dan mengurungnya dibawah kungkungannya.
"Lepaskan saya tu... tuan..."
"Maafkan saya...." Pinta gadis itu menghiba ketakutan.
Pria itu tak berkata apapun, bahkan semakin kuat menekan tubuh Yurina yang ada di bawahnya.
Kulit wajah pria itu hingga ke lehernya terlihat memerah, dan tatapan matanya tajam.
"To... tolong lepaskan saya tu...."
Belum sempat Yurina menyelesaikan ucapannya, bibir pria itu telah menempel di bibir milik Yurina.
Yurina segera menggigit pria itu dengan sekuat tenaga.
"Akkhh... !!!"
"Kau......!"
Pria itu tanpa ragu segera melepaskan seragam yang digunakan Yurina dengan paksa, dan melemparnya ke sembarang tempat sehingga kancing - kancing bajunya terlepas berserakan.
"Ja... jangan lakukan ini padaku tuan..." sambil meronta, ia berusaha melepaskan diri dari pria itu. Ia menendang kekanan dan kekiri, sebisa yang dapat ia lakukan.
Namun pria yang mengurungnya dibawah kungkungannya itu tenaganya lebih kuat dan semakin kuat menekannya.
Yurina yang kehabisan tenaga akhirnya hanya bisa pasrah, dan air matanya mengalir merasakam semua perlakuan kasar dari sang pria yang menyakiti dirinya.
***
Yurina yang melihat pria itu tertidur disisinya segera bangkit. Ia merasakan sakit pada seluruh tubuhnya dan berjalan tertatih - tatih mengambil pakaiannya yang berserakan dilantai.
Yurina mengambil kemeja sang pria dan memakainya dengan segera, karena seragamnya sudah tidak memiliki kancing.
Yurina segera keluar dari ruangan itu, dengan menggunakan tangga darurat, karena lift pegawai telah dimatikan.
"Nona.... Apa yang anda lakukan disini, ini sudah larut malam?" Tanya seorang security.
"Emmm... tadi, saya masih membersihkan ruangan dilantai tujuh Pak...." Kata Yurina yang bingung memberi alasan.
"Tolong perlihatkan tanda pengenal anda nona?"
Yurina mengeluarkan name tag nya dari saku tasnya dan memperlihatkanya pada security.
"Baiklah nona Yurina, berhati - hatilah dijalan, karena ini sudah terlalu larut malam."
"Terima kasih Pak... " Yurina segera berlalu dari hadapan sekurity dengan mengayuh sepedanya.
Sesampainya dikost nya, Yurina melihat sahabatnya Lisa telah tertidur pulas.
Yurina segera membersihkan tubuhnya dikamar mandi. Setelah selesai ia segera naik ke temoat tidur susunnya yang berada diatas tempat tidur Lisa.
Waktu menunjukan jam tiga pagi, namun Yurina masih belum bisa memejamkan matanya.
Kejadian beberapa jam yang lalu menghantuinya, membuat sesak didadanya.
Ia merasa begitu hancur, ingin rasanya berhenti dari tempat ia berkerja, namun jika ia melakukannya, betapa sulitnya mencari pekerjaan yang baru dalam waktu singkat.
Menjelang jam lima pagi Yurina yang masih belum bisa terlelap kembali membersihkan dirinya dikamar mandi. Rasa perih itu masih terasa, dan sekujur tubunya terasa remuk, namun ia berusaha kuatà. Setelah selesai membersihkan diri ia lalu membuat sarapan didapur kecil mereka.
"Hai.... Selamat pagi." Lisa yang baru saja terbangun bergegas ke kamar mandi.
"Selamat pagi... " Yurina membalas sapaan sahabatnya sambil tetap meneruskan pekerjaan dapurnya.
Lisa yang telah selesai membersihkan diri segera menghampiri Yurina yang telah menunggunya untuk sarapan bersama.
"Yurina, kenapa kau pulang terlalu larut semalam, aku sampai tertidur menunggumu?" Lisa memulai pembicaraan sambil mengunyah sarapannya.
"Perusahaan mengadakan pesta ulang tahun, jadi kami harus membersihkan tempat acara setelah usai." Jawab Yurina.
"Lenganmu kenapa Yurina?"Lisa yang tak sengaja melihat beberapa lebam di lengan Yurina segera menyentuhnya.
"Tubuhmu juga panas, matamu agak memerah, apa kau tidak tidur semalam." Kata Lisa agak kuatir.
"Apa sebaiknya kau hari ini beristirahat saja di rumah dan memeriksakan diri kedokter."
"Ah, aku... baik - baik saja, ini... mungkin kelelahan saja." Kata Yurina yang menghindar dari tatapan sahabatnya itu.
""Lagi pula.... aku baru seminggu berkerja, jika aku ijin berkerja takut terjadi masalah." Lanjut Yurina lagi.
"Aku membutuhkan pekerjaan ini Lis..." Katanya dengan wajah sedihya.
"Tapi... Kau juga harus menjaga kesehatanmu." Kata Lisa yang terlihat masih khawatir.
"Iya, aku mengerti Lis. Terima kasih ya telah khawatir padaku..." Ucap Yurina sambil menyentuh punggung tangan Lisa sahabatnya.
"Aku buru - buru, berangkat dulu ya, takut terlambat," Kata Yurina.
"Baiklah... aku juga mau bersiap untuk berkerja." Kata Lisa yang baru menyelesaikan sarapan paginya.
Yurina segera mengambil tas gendongnya dan berangkat terlebih dahulu.
***
"Yurina, kau sudah tiba, mana seragammu?" Tanya bu Sari.
"Maafkan saya bu, tadi malam saya terjatuh, beberapa kancing seragam saya terlepas, dan belum sempat saya perbaiki." Katanya sedikit berbohong.
"Bolehkah saya meminjam seragam yang ada disini bu?"
"Baiklah, ibu akan memberikannya lagi satu untukmu."
"Lain kali kau harus lebih berhati - hati ya, utamakan keselamatn kerja." Tambah bu Sari lagi.
"Terima kasih bu, anda baik sekali." Kata Yurina dengan senyumnya.
Bu Sari, kepala cleaning service hanya tersenyum hangat mendengar perkataan Yurina, ia memang memperlakukan semua bawahannya dengan baik, termasuk Yurina.
"Yurina, tadi malam ibu mencarimu, supaya kita bisa membersihkan ruangan pesta setelah usai acaranya."
"Emmm.. itu... bu... setelah membersihkan ruangan dilantai tujuh, saya merasa kurang enak badan, jadi tidak sempat meminta ijin saat pulang."
Kring... Kring... Kring....
Suara telepon diruangan itu memutus pembicaraan mereka.
"Selamat pagi, disini ruang cleaning service, ada yang bisa kami bantu?" Kata bu Sari saat mengangkat telepon.
"Baik, segera kami kerjakan." Ibu Sari lalu meletakan gagang telponnya.
"Yurina, tolong kau bersihkan ruang kerja tuan Moranno yang berantakan, asisten Rudi mengatakan tuan Moranno semalam menginap di ruang kerjanya."
"Siapa itu tuan Moranno bu?" Tanya Yurina.
"CEO sekaligus pemilik Agatsa Properti Grup tempat kita berkerja." Kata bu Sari.
"Apakah ruang kerjanya yang berada di lantai tujuh itu bu?" Tanya Yurina memastikan.
"Benar... Kau belum pernah bertemu dengan tuan, karena tuan baru tiba kemarin bersama ibunya yang berobat di luar negeri.
Wajah Yurina tiba - tiba pucat dan tubuhnya sedikit gemetar, kejadian semalam kembali berputar - putar di kepalanya.
"Bu Sari, bolehkah orang lain saja yang mengerjakannya, saya melakukan ditempat lain saja bu?" Kata Yurina yang tiba-tiba diserang rasa takut.
"Yurina, disini hanya kau yang baru tiba, selain itu tuan Moranno sangat tidak suka melihat ruangannya yang berantakan dan kotor." Kata bu Sari yang tidak memperhatikan perubahan yang terjadi pada bawahannya itu.
"Segeralah... Asisten Rudi juga sedang mengambil pakaian ganti untuk tuan Moranno." Tambah bu Sari lagi.
***
Yurina membuka pintu ruang kerja sang CEO itu dengan perlahan - lahan, dan sangat hati-hati ia masuk dengan perasaan takut yang menyelimuti.
Ia menebarkan pandangannya keseluruh ruangan, melihat kesetiap sudut.
Ruangan itu memang terlihat sangat kotor dan berantakan setelah peristiwa semalam.
Semua kejadian itu kembali melintas dan berputar - putar dalam ingatan gadis itu. Tiba-tiba ia merasa pusing.
Yurina buru - buru membersihkan dan merapikan ruangan itu, ia berharap bisa menyelesaikan tugasnya dalam waktu yang singkat, sehingga ia tidak perlu bertwmu dengan orang yang menakutkan itu.
Pintu kamar dalam ruang kerja itu tiba - tiba terbuka.
Yurina yang sebelumnya telah diselimuti rasa takut menjadi sangat kaget hingga menahan napasnya. Ia berdiri sambil menundukkan wajahnya tak berani bergerak, tubuhnya sedikit gemetar.
"Kau.....!!" Suara pria itu terdengar menggema memenuhi ruangan.
"Tuan, maafkan saya..."
"Saya yang mengijinkan nona Yurina masuk untuk membersihkan ruang kerja tuan."
Asisten Rudi yang baru tiba berkata dengan hormat sambil menundukan sedikit kepalanya.
"Tuan, apakah anda terluka?" tanya asisten Rudi yang tengah meletakan paper bag berisi pakaian ganti Moranno disisi tempat tidur.
"Maksudmu??" Moranno mengerutkan kedua alisnya tanda tak mengerti.
"Ada bercak darah ditempat tidur tuan." kata asisten Rudi lagi sambil melihat kearah sprei yang ada noda darah.
Wajah Moranno langsung menegang, ia menatap Yurina yang masih berdiri ditempatnya tanpa bergerak sedikitpun dengan wajah tertunduk, gadis cleaning service yang telah ditidurinya dengan paksa semalam.
Yurina tiba - tiba ambruk, sebelum kepalanya terbentur ke lantai Moranno telah menopangnya.
"Asisten Rudi , cepat telpon Dokter." Kata Moranno yang agak panik.
"Baik tuan." Asisten Rudi dengan cepat menekan nomor dokter keluarga Agatsa diponselnya.
Moranno segera mengangkat tubuh Yurina yang pingsan itu ke tempat tidurnya, ia merasakan tubuh gadis itu panas tinggi dengan wajah yang pucat.
Beberapa waktu kemudian Dokter Herman, yaitu Dokter keluarga Agatsa telah tiba, dan segera melakukan pemeriksaan terhadap Yurina.
"Nona Yurina sepertinya mengalami kelelahan. Dilihat dari beberapa lebam di lengannya, ini menyebabkan dia demam tinggi, sepertinya dia telah mengalami kekerasan fisik." Jelas sang Dokter singkat.
"Tuan Moranno, apa yang terjadi pada bibir anda?" tanya sang Dokter sambil memperhatikan bibir Moranno.
"Ini... ini terbentur di kamar mandi." Jawab Moranno sambil memegang bibirnya yang telah membengkak akibat gigitan Yurina semalam.
" Apakah di sprei ini darah tuan...?" tanya dokter lagi saat melihat noda darah disprei tempat Yurina dibaringkan.
"Itu... itu... Asisten Rudi segera ganti sprei ini." Kata Moranno yang bingung harus menjawab apa.
"Huh... kenapa harus bibirku yang dia gigit." Gerutu Moranno dalam hatinya.
"Bagaimana kalau saya bantu untuk mengompres bibir tuan..." Ujar Dokter Herman lagi.
"Ti... tidak perlu Dok, saya lakukan sendiri." Kata Moranno sedikit gugup.
"Baiklah..." Ucap Dokter Herman sambil tersenyum.
"Ini... Saya buatkan resep obat yang harus di minum oleh nona Yurina, segera ambil di Apotik." Kata sang dokter sambil menulis di secarik kertas.
"Dan... beri waktu pada nona Yurina untuk beristirahat memulihkan kesehatannya." kata sang Dokter.
"Baik, terima kasih Dok." Kata Moranno.
"Jangan lupa segera kompres bibir tuan, supaya tidak terjadi infeksi." Kata Dokter Herman sambil tersenyum.
"Saya permisi...." Dokter Herman sedikit menundukan kepalanya memberi hormat dan segera pergi.
***
Kring.... Kring... Kring....
"Selamat pagi, ruangan cleaning service disini, ada yang bisa di bantu?" Bu Sari mengangkat telepon di ruangannya.
"Apaaa... " Ibu Sari sedikit terkejut.
"Baik asisten Rudi, saya akan segera kesana." Ibu sari segera bergegas.
Tok... Tok.... Tok...
"Masuklah..."
"Permisi tuan.... Asisten Rudi...." Ibu Sari masuk lalu memberi hormat dengan menundukan kepalanya.
"Ibu Sari tolong anda urus keadaan nona Yurina." Ujar Moranno pada ibu Sari yang berdiri didepannya.
"Baik tuan." Kata Ibu Sari.
"Ini obatnya, segera berikan padanya setelah ia memakan makanannya."
"Baik tuan."
Ibu Sari segera berlalu untuk menemui Yurina yang berada di kamar Moranno.
"Yurina... apa yang terjadi?" Tanya bu Sari setengah berbisik sambil menempelkan punggung tangannya pada dahi Yurina.
"Saya tidak kenapa - kenapa bu..." Ujar Yurina.
"Tidak kenapa - kenapa gimana..."
"Wajahmu sangat pucat, tubuhmu juga panas..."
"Ayo, cepat makan - makananmu, lalu segera minum obat ini." Kata ibu Sari menyodorkan makanan diatas nakas pada Yurina.
***
"Tuan, kami permisi dulu." pamit bu Sari.
"Baiklah..."
"Bu Sari, berikan dia waktu beberapa hari untuk beristirahat memulihkan kesehatannya."
"Baik tuan." Ibu Sari memberi hormat dengan menundudukan sedikit kepalanya, sementara Yurina yang disebelahnya tidak berani sama sekali mengangkat wajahnya.
Moranno menatap punggung kedua wanita itu yang menghilang dibalik pintu ruang kerjanya. Entah apa yang dipikirkannya.
"Yurina, kau langsung pulang saja, beristirahatlah untuk beberapa hari sampai kesehatanmu pulih." Kata bu Sari saat mereka berada diruang cleaning service.
"Tapi bu, saya baru seminggu berkerja, bagaimana saya bisa beristirahat di rumah untuk beberapa hari."
"Yurina, tadi kau mendengar sendiri apa yang dikatakan oleh tuan Moranno, kau diperbolehkan untuk istirahat, supaya segera sembuh, jangan kuatir. Lagi pula ada banyak teman-temanmu yang menggantikan pekerjaanmu untuk sementara waktu selama kau beristirahat di rumah. Jelas bu Sari pada bawahannya itu.
"Baiklah..." Yurina segera mengemasi barangnya dan segera pulang.
***
Beberapa hari kemudian, Yurina yang merasa membaik telah kembali berkerja.
"Yurina, kau sudah kembali berkerja?"
"Apa kau benar - benar merasa sehat?" Tanya bu Sari senang saat melihat Yurina sudah kembali berkerja.
"Sudah bu..."
"Tapi wajahmu masih terlihat pucat..."
" Dan nampak lebih kurus..." Kata bu Sari yang melihat kondisi tubuh Yurina.
"Saya... baik bu..."
"Dan saya, membutuhkan pekerjaan ini..." Kata Yurina dengan wajah seperti memohon.
"Baiklah, ibu mengerti..."
"Jika nanti kau merasa kurang baik, jangan memaksakan diri, beristirahatlah." Kata ibu Sari merasa iba.
"Terima kasih bu... " Yurina tersenyum dengan semangat, lalu mulai berkerja sesuai arahan dari ibu Sari atasannya itu.
***
Hari demi hari berlalu, dan minggu demi minggu berlalu dengan banyak kesibukan membuat Moranno lupa akan apa yang pernah ia lakukan pada pegawai cleaning servicenya.
"Huueeekkk.... hueeekkk... hueeeeekkk..."
"Motanno... Kau kenapa??" Nyonya Agatsa nampak kuatir melihat putranya yang terus - menerus memuntahkan sarapannya pagi itu.
"Entahlah mom... "
"Perutku rasanya bergejolak di dalam sana." Kata Moranno yang masih mengeluarkan semua isi perutnya.
"Bi Nur, tolong telepon Dokter cepat." Kata nyonya Agatsa.
"Baik Nyonya besar." sambil memberi hormat dengan menundukan sedikit kepalanya, kepala pelayan yang berusia paruh baya itu segera melakukan apa yang diperintahkan Nyonyanya itu.
"Huueekkk... hueeekkk... hueeekkk"
"Mami lihat beberapa hari belakangan kau sering muntah - muntah seperti ini." Nyonya Agatsa memapah putranya ke kamarnya.
Tak lama berselang, Dokter Herman tiba. Ia segera melakukan pemeriksaan, ia sedikit mengernyitkan keningnya.
"Bagaiman Dok?"
"Apa yang terjadi pada putraku?" Kata nyonya Agatsa pada dokter muda itu.
"Maaf Nyonya, tuan Moranno baik - baik saja."
":Tidak ada masalah dengan kesehatannya." Kata dokter Herman.
"Tapi... mengapa belakangan ini ia selalu merasa mual, dan bahkan muntah - muntah seperti pagi ini." Kata nyonya Agatsa lagi.
"Mulai kapan gejala ini terjadi? Apa ada keluhan lain selain ini?"
"Hampir seminggu Dok... Mudah merasa lelah dan perut sering kembung." Jawab Moranno.
"Nyonya, saya sarankan tuan Moranno bisa memeriksakan kesehatannya di rumah sakit, untuk memastikan saja."
"Menurut pemeriksaan saya tidak terjadi masalah dalam tubuh tuan Moranno, bahkan sangat sehat."
"Dari gejala yang di keluhkan tuan Moranno... menurut pengalaman saya selama menjadi dokter, tuan Moranno kemungkinan mengalami.... Sindrom Couvade atau kehamilan simpatik." kata sang dokter dengan hati - hati dan sedikit ragu.
"Maksud Dokter...?" Tanya nyonya Agatsa dengan wajah yang terkejut.
"Tidak mungkin, tidak mungkin..." Kata Nyonya Agatsa sedikit syok.
"Moranno ini belum menikah Dok, belum memiliki seorang isteri, tidak mungkin dia mengalami hal itu..." Tegasnya lagi.
"Ahh... Dokter bercanda saja..." Nyonya Agatsa tertawa kecil untuk menghilangkan ketegangannya di hadapan sang Dokter.
Moranno yang mendengar percakapan Dokter Herman dengan ibunya hanya bisa diam dan tertegun. Peristiwa beberapa waktu lalu kembali terbayang dikepalanya hingga membuat sakit kepalanya.
"Tuan, pagi ini kita ada janji diruang meeting dengan tuan Harry jam 10 pagi." Suara Asisten Rudi dari sambungan telepon.
"Saya sudah di kantor, segera persiapkan berkasnya." Jawab Moranno.
"Baik tuan." Jawab Asisten Rudi dan menutup telponnya.
Moranno yang datang lebih pagi dari biasanya masuk ke dalam lift pribadinya menuju ruang kerjanya di lantai tujuh.
Suasana kantor masih sangat sepi, hanya para cleaning service yang terlihat membersihkan setiap sudut yang ada sebelum pegawai lainnya datang.
Saat pintu lift nya terbuka, kain pel tiba - tiba menggosok wajah tampan Moranno tanpa ampun.
"Apa yang kau lakukan... !" Bentak Moranno .
"Apa kau tidak lihat... ini wajah manusia, huh...!"
"Bukan tembok..."
Moranno yang tak menyangka hal itu terjadi pada nya merasa sangat kesal, sambil menyeka wajahnya dengan sapu tangan dari saku celananya.
"Ma... maafkan saya tuan...."
"Saya tidak sengaja...." Kata cleaning service tersebut yang juga terkejut dengan apa yang ia lakukan.
"Sa.... saya sedang membersihkan pintu lift ini."
Moranno yang mendengar perkataan pegawai cleaning service itu sangat familiar dengan suaranya, ia lalu memperhatikan wajah yang didepannya dengan seksama.
"Kau... kau lagi..." kata Moranno terkejut.
"Kau ceroboh sekali...huh..."
Moranno nampak geram karena setiap bertemu gadis itu ada saja insiden yang terjadi pada dirinya.
Yurina pun tidak kalah terkejut, ternyata orang yang telah ia gosok wajahnya dengan kain pel adalah Moranno, orang yang pernah menidurinya dan sekaligus bos nya. Ia tidak pernah melupakan kejadian itu setiap harinya.
Tubuh Yurina langsung gemetar dan tiba - tiba lunglai dan ambruk seketika.
Spontan Moranno menangkapnya supaya kepalanya tidak terbentur ke lantai.
"Aakkkhh..."
"Kenapa gadis ini begitu lemah..."
"Selalu saja pingsan setiap aku bertemu dengan nya." Kata Moranno frustrasi.
Moranno menoleh kekanan dan kiri, karena masih sepi, ia akhirnya menggendong gadis itu dengan kedua tangan nya masuk ke ruang kerja nya, dan membaringkan nya di sofa.
"Dokter Herman, tolong datang ke Agatsa Properti Grup sekarang." Kata Moranno dari sambungan ponselnya.
Selesai menelpon Moranno terduduk di meja kerjanya, sambil melihat gadis cleaning service yang terbaring disofa dengan tidak sadarkan diri.
Tok... tok... tok...
"Masuklah..."
Asisten Rudi yang masuk ke ruangan itu langsung memberi hormat dengan menundukan kepalanya.
Matanya tak sengaja melihat ada tubuh seseorang terbaring di sofa tamu.
"Kenapa nona Yurina tertidur disini tuan?"
"Dia pingsan lagi..."
"Sebentar lagi Dokter Herman tiba untuk memeriksanya."
"Aneh, setiap aku bertemu dengan nya, selalu saja dia pingsan." Kata Moranno masih sedikit kesal.
Asisten Rudi tersenyum tertahan, namun terlihat Moranno.
"Mèngapa kau tersenyum?"
"Apa kau mengataiku dalam hatimu?" Kata Moranno tidak suka.
"Saya tidak berani tuan." Kata asisten Rudi seraya menundukan kepala nya dengan hormat.
"Cepat... Mana berkas untuk pertemuan kita hari ini bersama tuan Harry."
"Ini tuan." Asisten Rudi menyerahkan berkas yang telah ia persiapkan.
"Kenapa kau bau sekali...." Kata Moranno sambil menutup hidungnya.
"Ganti Parfum mu." Kata Moranno lagi sekenanya saja.
"Ini Parfum yang biasa saya pakai tuan." Asisten Rudi sambil mengendus - endus pakaiannya sendiri.
"Tapi parfummu membuat ku mual." Kata Moranno lagi.
"Berdiri di sudut sana." Perintah Moranno.
Asisten Rudi menurut saja, walau merasa tak terima, ia tetap pergi berdiri di sudut ruangan.
Tok... tok... tok...
"Masuklah..."
"Tuan Moranno..." Dokter Herman menyapa dengan hormat seraya mendudukan kepalanya.
Dokter Herman sempat melirik ke arah asisten Rudi yang berdiri di sudut ruangan, ia merasa aneh apa yang dilakukan Asisten Rudi berdiri mematung.
"Bukankah gadis ini yang saya periksa bulan lalu?" Kata dokter Herman sambil memeriksa kondisi Yurina.
Dokter Herman mengerutkan keningnya. Ia kembali mengulang pemeriksaan secara lebih teliti.
"Tuan Moranno...."
"Pegawai anda ini kekurangan gizi..."
"Dan juga ia sedang mengandung." Dokter Herman memberi penjelasan tentang pemeriksaannya.
"Apaaa....?!" Moranno terkejut mendengar hasil pemeriksaan dokter Herman.
Dokter Herman juga ikut terkejut mendengar suara Moranno yang setengah berteriak, begitu pun dengan asisten Rudi.
"Sarankan pada nona Yurina supaya ia segera memeriksakan diri ke Dokter kandungan."
"Dan yang lebih penting, gizinya harus segera di perbaiki, karena sangat berpengaruh pada bayi yang ada dalam kandungannya." Tambah sang Dokter.
"Dokter..."
"Mengapa anda juga bau seperti asisten Rudi."
Kata Moranno sambil terburu - buru ke toilet.
"Hueeekk... hueeekk... hueeekk.."
Dokter Herman dan asisten Rudi saling berpandangan melihat tingkah aneh sang CEO.
Dokter Herman mengendus - endus pakaiannya, merasa kurang nyaman atas perkataan Moranno yang mengatakan ia bau.
Moranno yang telah selesai dari toilet langsung menggunakan masker nya.
"Tuan Moranno, bila sudah tidak ada lagi yang diperlukan, saya permisi." Pamit sang Dokter.
"Baiklah... Terima kasih Dok."
Dokter Herman memberi hormat dengan menundukan kepalanya, lalu bergegas pergi.
"Asisten Rudi, panggil ibu Sari kemari." Perintah Moranno.
"Bu Sari.... segera ke ruang tuan Moranno." Kata asisten Rudi dari sambungan telepon diruangan Moranno.
"Baik asisten Rudi." Jawab ibu Sari dari seberang sambungan telepon.
Tak menunggu lama, ibu Sari pun tiba, dan memberi hormat dengan menundukan kepala saat masuk ke ruang Moranno.
"Bu Sari, tolong anda menemani nona Yurina sampai ia sadarkan diri."
"Selepas makan siang antarkan dia ke Agatsa Hospital." Perintah Moranno.
"Baik tuan." Jawab ibu Sari singkat.
Tok... tok... tok...
"Masuklah..." Kata Moranno.
Sekretaris Fhani masuk dan memberi hormat dengan menundukan kepalanya.
"Ruang mèeting sudah siap tuan, tuan Harry sudah tiba bersama sekretarisnya."
"Terima kasih."
Moranno dan Asisten Rudi segera bergegas menuju ruang meeting.
"Asisten Rudi, cari tau semua tentang nona Yurina, dan beri laporannya segera." Perintah Moranno pada asisten Rudi.
"Baik tuan," Jawab asisten Rudi.
Moranno dan asisten Rudi pun tiba di ruang meeting.
"Selamat pagi tuan Harry." Sapa Moranno sambil berjabat tañgan.
"Selamat pagi tuan Moranno, asisten Rudi." Tuan Harry membalas sapaan sambil menerima jabat tangan dari Moranno dan asisten Rudi .
"Bagaimana, apakah kita bisa mulai pertemuan ini sekarang?" Tanya Moranno.
"Mohon tunggu sebentar tuan, sekretaris saya masih di toilet." Kata tuan Harry.
"Baiklah." Ucap Moranno.
Tak lama pintu ruang meeting terbuka. Seorang wanita peroaras cantik dan seksi masuk dengan menebarkan senyumannya.
"Gandis.... " Ucap lirih Moranno namun masih terdengar ditelinga tuan Harry.
"Anda mengenal sekretaris saya tuan Moranno?" Tanya tuan Harry penasaran.
"Benar, saya dan tuan Moranno satu almamater." Jawab Gandis dengan senyumannya.
Moranno hanya terdiam.
"Baik tuan Harry, apa kita bisa mulai sekarang." Ucap Moranno tanpa berbasa-basi.
"Silahkan tuan Moranno." Tuan Harry mempersilahkan.
"Dari penawaran yang telah Agatsa Propeŕti Grup sampaikan berkas - berkasnya satu bulan yang lalu, mungkin ada hal yang bisa tuan Harry sampaikan pada pertemuan kita hari ini?"
"Kami sudah mempelajari semua penawaran yang di tawarkan Agatsa Properti Grup, mulai dari penataan gedung, eksterior dan interiornya, sampai rencana anggaran biayanya."
"Pihak Sugara Semesta Grup memutuskan untuk berkerja sama dengan Agatsa Properti Grup." Kata tuan Harry.
"Terima kasih tuan Harry, semoga kerjasama ini berjalan baik. " Kata Moranno sambil berjabat tangan dengan tuan Harry.
"Dan jadwal selanjutnya akan segera diatur asisten Rudi." Kata Moranno menambahkan.
"Baik tuan Moranno, saya harap demikian."
Tuan Harry dan sekretarisnya Gandis lalu berpamitan meninggalkan ruang meeting.
"Asisten Rudi, segera temukan semua tentang nona Yurina seperti yang kuminta tadi." Kata Moranno mengingatkan.
"Dan segera laporkan pada ku."
"Baik tuan."
Assisten Rudi yang mendapat perintah segera mengutak - ngutik handphone nya dan mulai menghubungi kontak - kontak yang ada dalam daftarnya.
Moranno pun juga menghubungi seseorang, lalu ia segera meninggalkan gedung perkantoran Agatsa Properti Grup dengan mobilnya.
"
"
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!