NovelToon NovelToon

Balada ANAK METAL

GALAU ( PROLOG )

Base Camp DANGER DEATH.

Kota Wu Shang bagian utara. Pada suatu sore, terlihat seseorang sedang duduk dengan santai sambil memainkan sebuah gitar akustik. Bulan Berlin, itulah lagu berirama slow rock yang tengah dinyanyikan oleh pria muda berwajah oriental nan tampan bernama Jessey Liu. Dia adalah gitaris utama dari sebuah grup musik beraliran Symphonic Black Metal.

Dari balik sisi dinding yang lain. Dua orang gadis cantik berpakaian ala anak metal tampak sedang asyik berbincang-bincang sembari menikmati makanan dan minuman ringan sebagai teman bersantai di sore yang cerah itu. Mereka memang sedang beristirahat setelah beraktifitas sebagai anggota dari sebuah band musik yang bernama Danger Death.

"Eh, lu dengerin tuh!" Zee berseru di sela pembicaraan yang tadi sedang mereka bincangkan.

"Dengerin apaan?" Zike bertanya sambil celingukan.

"Si boss lagi galau." Megan Zee lalu terkikik sembari menutup mulutnya.

"Bisa galau juga dia? Kenapa emangnya?" Zike merasa heran kali ini. Setahu dia, Jessey Liu adalah seorang cowok yang sangat menyebalkan. Jangankan untuk bercanda, bahkan hampir tidak pernah tersenyum kepada siapa pun. Sikap Jessey Liu begitu dingin, kaku dan cuek. 

Zee balik bertanya, "Jadi, lu kagak tau emangnya?"

"Kagak. Gue kan gak akrab sama dia. Ketemu papasan aja, dia buang muka!" Zike menggerutu dengan nada sebal.

"Jadiiiii, lu pengen tahu gak?" Sepertinya, Megan Zee sengaja memancing keingintahuan kawannya.

"Mmh, bolehlah!" Zike menyahut sambil menyesap minumannya.

"Jadiiii ... dulu si boss waktu SMP kan pernah naksir ma cewek. Tapi dia gak berani ngungkapin rasa sukanya itu. Akhirnya yaa, tuh cewek dihalalin deh sama orang lain."

"Eh, serius ada cerita begitu?" Zike merasa sedikit heran. Dalam hati dia sungguh penasaran dengan gadis yang disukai oleh si gunung es itu.

"Iya lah! Masa gue berkata bohong?" Megan Zee merasa sedikit kesal.

"Waahh, beruntung banget tuh cewek."

Jessey Liu mengakhiri lagunya. Dia tak ingin terus larut dalam kesedihan. Pria muda itu bangkit dan segera beranjak sambil menenteng gitarnya untuk kembali ke kamar yang ada di base camp itu. Jessey Liu tiba-tiba berhenti, saat melihat Zee dan Zike sedang berada di taman itu. Jessey Liu berdiri di balik dinding memperhatikan Zike yang sudah lama dia sukai secara diam-diam. Senyum tipis mengembang di bibir pria muda itu.

"Makanya, sampe sekarang dia gak mau pacaran."

"Ooh, gitu?" Zike manggut-manggut.

 "Trus, kalo lu sendiri?" bertanya Megan Zee membuat Zike hampir saja tersedak oleh es bloom yang sedang disesapnya. "Ati-ati napa sih? Sampe kesedak gitu!"

"Gue? Kok jadi gue sih?" Zike merasa heran.

"Yaa, elu. Gue nanya ke elu, kan?" Zee sengaja bertanya tentang isi hati Zike. Ini adalah misi yang diberikan oleh seseorang kepadanya untuk mengorek keterangan tentang sahabatnya ini.

 "Gue ...  juga gak mau pacaran!" Zike menjawab sambil memasukan siomay ke dalam mulutnya.

Diam-diam Jessey Liu tersenyum mendengar perkataan Zike. Dia merasa ada peluang baginya untuk mendekati gadis itu. Perkataan Zike menandakan, kalau dia sedang tidak memiliki seorang kekasih. Hatinya kini terasa berbunga-bunga.

"Lu kagak ngiri apa sama gue dan Willy?" bertanya Zee sambil menyesap es bloom-nya. Megan Zee dan William Chen adalah pasangan yang belum lama menikah.

"Ngapain gue musti ngiri? Lagian, umur gue kan baru enam belas tahun juga," jawab Zike dengan santai.

"Iya sih. Tapi, mmhh ... kalo misal udah waktunya. Lu pengen dapetin cowok yang kek apa?" tanya Megan Zee dengan harapan Zike akan berterus terang tentang tipe pria idamannya. Secara diam-diam pula Zee memasang ponsel di bawah meja untuk merekam perkataan Zike.

"Yang kek apa ya?" Zike terlihat berpikir. "Yang jelas, ya yang baik dong!"

"Yang jelas, yang gak kayak Ale!" geram Zike dalam hati hingga tanpa sadar gadis itu meregam gelas plastik tempat es bloom-nya dengan kuat. Gelas itu pun penyok seketika.

"Pokoknya, yang jelas gue gak mau pacaran! Kalo ada yang mau serius sama gue ... ya tinggal lamar and langsung nikah. Ntar pacarannya kalo dah halal aja!" Zike berkata seolah tanpa beban, meski sebenarnya hati gadis itu merasa hancur dan sakit atas ulah Alexi.

"Cuma gitu doang? Gak ada syarat lainnya?" Zee semakin merasa penasaran.

"Ya ada siiih."

"Apaan?" Zee gigih untuk mendapatkan apa yang diinginkan oleh seseorang itu.

"Pertama ... dia harus bisa jadi pemimpin buat gue," jawab Zike. Gadis itu tetap berusaha bersikap santai. Dia tak ingin memperlihatkan kekecewaan hatinya di hadapan Zee sahabatnya.

Zee manggut-manggut dan kembali bertanya, "Kedua?"

"Mmhh ... dia harus sekeyakinan sama gue. Karena gue gak mau nikah beda keyakinan." Zike menjawab dengan nada pasti.

Jessey Liu harus menelan salivanya dengan kesusahan saat mendengar hal kedua ini. Dia tercekat bagai tak bisa bergerak. Jessey Liu berpikir, ini adalah hal yang paling berat baginya. Bisakah dirinya melakukan hal yang kedua ini?

"Ketiga?"

"Yaaa ... yang sayang sama gue lah!" Zike menyahut sambil memandangi jari-jemarinya sendiri.

"Lu gak kepengen yang ganteng, macho, kaya raya atau setidaknya yang udah mandiri bisa cari duit sendiri gitu?" tanya Zee. Diam-diam matanya melirik ke arah kaca yang di mana Jessey Liu berada.

Jessey Liu pun hanya menganggukan kepalanya kepada Zee dan gadis itu mengacungkan salah satu ibu jarinya kepada Jessey Liu tanpa sepengetahuan Zike. 

"Mmhh ... itu buat bonus aja, gue gak berharap lebih. Asal laki gue nurut, rajin ibadah, setia, sadar kewajiban kasih nafkah lahir batin, trus bisa mendidik anak istri dengan baik dan terutama dia gak ninggalin gue seenaknya." 

"Trus, kalo ada yang tiba-tiba lamar lu dan pas lu gak suka. Apa mau lu trima juga? Padahal lu gak ada feel sama sekali gitu ke dianya." Zee yang merasa aneh dengan perkataan Zike.

"Pokoknya, yang duluan lamar yang gue trima asal memenuhi syarat tadi itu," jawab Zike. Gadis itu berkata seolah sedang berputus asa dalam nada bicaranya.

Jessey Liu yang mendengarkan dari balik dinding itu pun tertegun. Dia memang menyukai Zike, akan tetapi dia tak pernah berani mengungkapkan. Jessey Liu pun memutuskan untuk pergi dari tempatnya berada karena sudah mendapatkan apa yang dia inginkan. Pria muda itu juga merasa sangat tidak baik jika terus-terusan menguping pembicaraan orang lain.

"Tapi, kenapa sih lu bisa kepikiran gitu? Jangan-jangan lu trauma ya?" bertanya Megan Zee dengan rasa penasaran.

"Mmhh, gue pernah ditinggal sama pacar gue, pas gue udah lagi sayang-sayangnya sama dia. Dia ninggalin gue gak ngasih tau apa-apa. Bahkan ada rumor katanya dia udah sama cewek lain." Zike menjawab dengan nada sedih. Terbayang wajah Alexi Nata Praja pacarnya, yang baru resmi pacaran belum genap satu tahun, tapi kini Alexi tak ada kabarnya sama sekali.

Alexi Nata Praja adalah seorang tuan muda dari Sekte Sanca Perak. Sebuah perguruan seni bela diri yang tak kalah besar dari Sekte Elang Emas milik keluarga Liu. Sanca Perak juga terkenal akan kehebatannya dalam olah racun dan penawarnya, selain memiliki banyak metode ilmu-ilmu beracun yang mematikan.

"Oohh gitu. Hmm ... pantesan aja nada lu kek putus asa gitu. Gue doain, smoga lu bakal dapetin gantinya yang jauh lebih baik dari pacar lu itu." Zee berkata dengan hati merasa iba.

"Aamiin!" ucap Zike lirih.

"Eh, siapa sih pacar lu itu?" tanya Zee yang mengejutkan Zike.

"Ada deh, gue males sebut namanya," jawab Zike. Dia memang tak ingin menceritakan tentang kisah asmaranya dengan Alexi.

"Ooohh ... ya udah. Gak penting juga buat gue tahu tentang cowok yang ngeselin kek gitu. Lupain aja dia!" kata Megan Zee.

Zike mengangguk. Namun, bagaimanapun juga dia tidak bisa dengan mudah melupakan Alexi yang merupakan cinta pertamanya itu.

Jessey Liu tiba di kamar dan segera meletakan gitarnya di sudut ruangan. Pria muda itu lalu duduk sisi jendela sembari menatap ke layar laptop yang baru saja dia aktifkan. Jessey Liu kembali teringat percakapan Zike dan Zee. Entah mengapa hatinya menjadi gelisah dan takut kejadian beberapa tahun yang lalu akan terulang kembali.

"Jadi, itu syaratnya?" gumam Jessey Liu dalam hati. Kedua telapak tangannya saling bertautan di depan bibirnya, sedangkan tatap matanya kosong tanpa titik tujuan.

"Apakah aku harus melakukannya secepat mungkin? Langsung mengungkap perasaanku padanya dan lalu ... melamarnya?" Jessey Liu menggigit bibir bawahnya sambil terus berpikir serius.

"Melamarnya? Menikahinya dan ... hidup dengannya?" Sebuah senyum disertai bayangan sebuah pesta pernikahan berlarian di pelupuk matanya. "Indahnya!"

"Tapi, bagaimana dengan syarat yang kedua? Apakah aku juga harus pindah keyakinan hanya demi mendapatkannya?" tanya Jessey Liu dalam hati dengan rasa sangat bimbang.

Sejak saat itulah, pikiran Jessey Liu menjadi kacau dan gelisah. Dia bahkan kerap lalai dan melakukan kesalahan yang kadang tak dia sadari. Hingga hal itu pun terbawa juga saat latihan bersama grup band musiknya.

Band Musik milik Jesssy Liu adalah Danger Death dengan formasi terbaru saat ini.

- Jessey Liu Lead Guitar

- Ye Kai Lead Erhu, Gu Zheng, Gu Qin dan Flutte

- Zike Lead Vocal (menggantikan Leonard)

- Megan Zee Lead Bass Guitar

- William Chen Lead Keyboard

- Heldevi Deristan (Devil) Lead Drum

...Danger Death adalah band beraliran Symphonic Brutal Black Metal yang di manageri oleh Jeremy Bierk....

Pada saat mereka sedang latihan pun, pikiran Jessey Liu menjadi tidak fokus dan beberapa kali dirinya melakukan kesalahan. Hal itu membuat teman-temannya menjadi heran dan kebingungan.

Danger Death menghentikan lagu yang mainkan. Jessey Liu melangkah ke sebuah meja untuk melepaskan dahaganya dengan satu gelas air mineral. Pria muda itu kembali ke tempat effect gitarnya berada tanpa memedulikan Zike sama sekali. Hingga membuat gadis itu mengira kalau Jessey Liu masih tak menyukai keberadaannya di Danger Death.

"Beruang kutub ini, bikin gue gak betah aja! Lama-lama gue bisa hengkang dari band ini gegara sikapnya yang selalu dingin banget ke gue," bisik batin Zike.

"Zain, bagaimana cara memulainya? Aku sungguh sangat ingin mendekatimu dan menyatakan perasaanku. Tapi aku selalu saja merasa beku di hadapanmu. Zain, maafkan aku jika selalu bersikap dingin padamu. Aku sungguh tak tahu harus memulainya dari sudut mana, agar aku bisa mendapatkanmu." Jessey Liu membatin.

...Bersambung .......

Jessey Liu - Thor jangan kelamaan bikin gue galaunya yak? 😬

Author - Iya iyaaa, bawel! Tunggu dikit napa? 🙄

Jessey Liu - Gak mau! Ntar di duluin sama Alexi lagi! 😑

Author - Lah kan Zike udah dirancang buat jodohnya elu Jeess! Tinggal sabar aja napa sih? 😒

Jessey Liu - Asyiik, lu baik banget deh Thor! Oke Thor, gue bakal sabar nungguin scene itu deh 😍

Author - Dasaaaar! 🙄🙄

Dalam hati Author bilang, "Lu kagak tau apa? Kalo gue juga suka sama elu Jeees!"

(Seneng kan, ya? Gelud sama Jessey 😅😅)

PENGEN NIKAH (Revisi 2)

Sebenarnyalah, Jessey Liu tak berani bertemu muka dengan Zike yang telah cukup membuatnya gelisah. Meskipun di awal perkenalan mereka, Jessey Liu sedikit kecewa dengan vokalis baru yang dibawa oleh Ye Kai. Bahkan, Jessey Liu sempat meremehkannya. Namun, lama-kelamaan Jessey Liu menerimanya karena Zike juga mulai menampakan skill-nya yang terbilang tidak umum untuk seorang vokalis wanita.

"Lu kenapa sih, Jess?" tanya Devil yang bernama lengkap Heldevi Deristan. Cowok gondrong si penggebuk drum itu mengernyitkan kedua alisnya karena heran atas sikap sang gitaris.

"Gak ada apa-apa," jawab Jessey Liu dengan nada suara datar.

"Tapi, tumben amat lu lagi banyak bikin kacau. Kalo ada masalah bilang kek!" Devil berkata sambil memutar-mutar Stick drumnya.

"Dih! Beruang kutub ini lagi kesambet apaan? Tumben amat bikin kacau gini," gumam Zike dalam hati.

"Udaaah, lanjut aja! Bawel amat sih lu!" Jessey Liu terlihat kesal. Kesal yang entah ditujukan kepada siapa.

"Lanjut, lanjuut! Tapi, kalo kacau mulu yaa mending gue balik aja dah. Capek gueee!" Ye Kai berseru. Dia juga tak kalah kesalnya. Pria itu juga heran atas sikap Jessey Liu.

"Yok lanjuuu!" tukas Zee yang masih menenteng bass gitarnya. Dia berjalan mondar-mandir sambil sesekali melirik ke arah Jessey Liu.

"Rasain lu! Jadi gelisah sendiri, kaan?" Zee berkata dalam hati sambil menahan tawa. "Makanya, jangan suka sok kepo ma hidup orang."

Tak lama kemudian, mereka kembali memulai lagi lagu yang tadi sempat kacau. Saat ini, mereka tengah menggarap sebuah lagu yang berjudul 'The Lord Of The Dark Valley' lagu milik mereka sendiri, lalu melanjutkan dengan meng-cover lagu dari band asal Taiwan.

"Lí tī káng pinn sio-sàng

Luī-gán leh khuànn guán ê tsûn-iánn

Tshiánn tán-thāi guá khái-suân tńg-lâ

Kè-siok lán bī-uân ê bāaaang!"

Zike melantunkan lagu berirama Black Metal itu dengan nada tertinggi yang dia bisa. Namun, karena ada kesalahan pada pengaturan keluar masuknya napas, membuat Zike terpaksa berhenti dengan sedikit terengah-engah.

"Maaf! Maaf!" kata Zike sambil memegangi dada dan merasakan tenggorokannya sedikit nyeri. Akibat minum es bloom kah?

"Kau ini! Kalau caramu begitu, kau bisa kehabisan napas saat nada sedang berada di titik tertinggi. Itu bukan saja akan membuat kacau tapi juga sangat berbahaya bagimu!" teriak Ye Kai sedikit memarahi muridnya.

Ye Kai berjalan ke arah gadis itu sambil membawa segelas air mineral, lalu memberikanya pada sang murid. Zike menerima gelas dari tangan sang guru dan meminumnya secara perlahan. "Xie-xie, Shifu!"

"Mmhh," jawab Ye Kai datar.

Zike mulai mengatur jalan napas yang menjadi kacau akibat keteledorannya sendiri. Jessey Liu secara diam-diam melirik gadis itu dan hanya bisa menarik napas sambil menggeleng-gelengkan kepala. Meskipun dia sangat ingin membantunya, tetapi dia masih tak kuasa untuk berhadapan dengan Zike.

"Maaf, semuanya! Mari kita coba lagi," seru Zike sembari memegang dan mengaktifkan lagi microphone-nya.

"Okay! Ingat jangan salah lagi!" sahut Ye Kai. Pria itu kembali meletakan jemarinya yang memakai kuku palsu untuk memetik senar gu zheng.

Mereka kembali memulai lagu yang terpenggal. Kali ini, mereka semua terlihat lebih serius dalam memainkan nada-nada bertempo cepat itu. Mereka tak ingin lagi melakukan kesalahan yang sama.

"Naah gituu! Akhirnya jadi juga kaaan?" seru William Chen dari belakang keyboard sambil bertepuk tangan tanda puas. Mereka berhasil membawakan lagu berirama black metal itu dengan mulus.

"Siip! Gitu tuuuh, kalo latihan pikiran musti clear. Jangan mikirin hal-hal yang enggak-enggak. Apalagi hal yang udah gak bakal kesampaian," kata Zee terdengar seperti sebuah sindiran untuk seseorang.

Jessey Liu tak menggubris sindiran Zee. Pria muda itu hanya menyibak rambutnya yang panjang dan menyisipkan sebagian ekor poni yang menjuntai ke belakang telinganya. Wajahnya terlihat murung tanpa adanya kecerian sedikit pun.

"Kalian semua, lanjutkanlah!" kata Jessey Liu dengan nada datar dan dingin sembari meletakkan gitarnya dan melangkah pergi dari ruangan itu. Jessey Liu berjalan keluar dari base camp dan menuju ke mobilnya yang terparkir di garasi base camp.

Ye Kai yang melihat gelagat tak biasa dari sahabatnya itu segera berjalan mengikutinya dan bertanya, "Mau ke mana kamu?"

"Pulang,"  jawab Jessey Liu singkat.

"Ada hal pentingkah di rumah?" Ye Kai bertanya sambil memasukan kedua tangan ke dalam kantong celananya.

"Mmhh. Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan dengan mamaku," jawab Jessey Liu yang telah berada di belakang kemudi mobilnya. Ye Kai sudah paham akan sikap Jessey Liu yang demikian itu pastilah ada hal yang sedang mengganggu pikirannya.

"Baik, berhati-hatilah! Oh ya, apa kamu akan menginap di sana atau nanti kembali ke sini?" tanya Ye Kai untuk memastikan.

"Sepertinya, aku akan tidur di rumah. Kasihan mama, kalau aku pulang hanya sebentar." Jessey Liu menjawab sambil memandang ke arah Ye Kai.

"Okaylah. Bye, Jessey!" Ye Kai berseru seraya melambaikan tangannya.

"Bye!" Jessey Liu membalas lambaian tangan Ye Kai.

Jessey Liu melajukan mobilnya menuju rumah pribadinya yang tak begitu jauh dari base camp Danger Death. Sementara Ye Kai hanya menatap sisa asap tipis yang bergumpalan di udara untuk kemudian menghilang tersapu angin malam.

"Aneh! Kenapa sih dia?" tanya Ye Kai bergumam sendirian sembari berjalan kembali ke dalam base camp yang masih ramai oleh celotehan anak-anak bandnya. Sekarang mereka beralih bermain bola sodok alias bilyar.

Sementara itu, Jessey Liu melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi agar segera sampai di rumahnya yang berjarak tak sebegitu jauh dari base camp Danger Death. Perasaan gelisah masih menghantui pikiran lelaki muda itu. Dia terus memikirkan syarat kedua dari Zike. Kali ini, dia bukan hanya ingin bertemu sang ibu, tapi juga ingin mengutarakan niat untuk meminang gadis itu secepat mungkin. Tapi, tentu saja Jessey Liu harus rela berkorban untuk merubah keyakinannya.

Jessey Liu akhirnya sampai di depan sebuah rumah besar dan megah. Beberapa penjaga langsung menyambutnya dengan sikap hormat. Jessey Liu segera memarkirkan mobilnya di garasi dan segera masuk ke dalam rumah. Dia bergegas mencari seseorang.

"Mboook, Mboook!" Jessey Liu berjalan ke dapur guna mencari Mbok Jah pengasuhnya. Begitu sampai di dapur Jessey Liu celingukan karena tak mendapati orang yang dicarinya. "Mungkin beliau sudah tidur. Tapi, ini kan baru jam delapan lebih?"

"Kebetulan, mumpung gak ada si Mbok." Jessey Liu membuka kulkas dan mengambil sekotak susu UHT ukuran besar dan untuk dibawa ke dalam kamarnya.

"Kamu pulang sayang?" Suara lembut seorang wanita mengagetkan Jessey Liu yang sedang menaiki anak tangga. Jessey Liu menoleh sambil menyembunyikan susu kotaknya.

"Eh Mamaaa! Iya, Maa. Jessey pulang karena kangen sama Mama," jawab Jessey Liu dengan nada manja sambil tersenyum. Hanya kepada beberapa orang saja dia mau menampakan senyum dan tawanya.

"Kangen mama apa sama mbokmu?" tanya Jennie Liu sambil bersedekap.

"Ya sama Mama dan si mbok jugalah," seru Jessey Liu sambil berusaha menyembunyikan kotak susunya.

"Tapi, tadi kamu manggil mbokmu duluan sebelum mama." Rupanya Jennie Liu merasa cemburu juga.

"Kan tadi, Jessey pikir Mama sudah tidur. Jadi Jessey takut mengganggu Mama," kata Jessey Liu ingin membuat sang ibu agar tak merasa terabaikan.

"Yang beneer?" Jennie Liu ingin memastikan.

"Bener lah, Maa!"

"Eh, apa itu?" Jennie Liu curiga dengan posisi tangan anaknya yang seperti sedang menyembunyikan sesuatu.

"Bukan apa-apa kok Maa!"

"Boleh Mama lihat?" tanya Jennie Liu.

"Cuma kotak susu kok, Maa!" sahut Jessey Liu.

"Tapi, kenapa diumpetin gitu?" tanya Jennie Liu dengan curiga.

"Eh, gak pa-pa." Jessey Liu cengengesan.

"Sini mama liat!"Jennie Liu berjalan mendekat sambil mengulurkan tangannya meminta kotak susu itu.

"Mamaaa!" Jessey Liu merengut tak berdaya saat ibunya mengambil paksa kotak susu itu dari tangannya.

"Dingiiin!" pekik Jennie Liu.

"Eeh, heheh." Jessey Liu cengengesan sambil menggaruk kepalanya yang sedang tidak gatal.

"Gawat! Baru aja lolos dari si mbok eh malah kepergok mama," sungutnya dalam hati.

"Pantesan aja kamu sembunyikan! Dasar bandel!" Jennie Liu terlihat sangat kesal dan ingin marah.

"Mamaaa ... Jessey sudah sembuh kok!" Jessey Liu merengek.

"Tidak bisa! Pokoknya anak mama tidak boleh minum atau makan apa pun yang dingin-dingin seperti ini!" Jennie Liu menegaskan.

"Maaaaaa! Maaf!" Jessey Liu memeluk ibunya dari belakang.

"Eh, Maa ... hmm, bisa bicara sebentar?" tanya Jessey Liu berbisik di telinga ibunya.

"Ada apa?" Sang ibu sedikit curiga dengan sikap anaknya.

"Kita bicara di sana aja Ma!" Jessey Liu mengajak ibunya menuju ke ruang keluarga. Mereka berdua duduk di atas sofa panjang dan empuk.

Jessey Liu merebahkan kepalanya di atas pangkuan ibunya. "Maaa ...."

"Mmhh, ada apa?" tanya Jennie Liu sambil meletakan kotak susu tadi di atas meja.

"Jessey boleh curhat?" tanya Jessey Liu.

"Boleh, curhat aja!"

"Maaa, Jessey kan sudah dewasa. Mmhh, boleh tidak kalau .... "

Jessey Liu berhenti karena sedikit ragu dan merasa malu. Dia sungguh tidak tahu bagaimana cara memulai bicara dengan sang ibu mengenai keinginannya untuk meminang Zike.

"Bilang yang jelas dong, Sayaang!" Jennie Liu penasaran. Dibelainya dengan lembut rambut Jessey Liu yang hitam dan panjang.

"Jessey ... Jessey pengen nikah," ujar Jessey Liu dengan wajah bersemu merah. Rasanya dia ingin lari saja dari tempat itu karena malu.

"Menikah! Serius ini?" Jennie Liu sangat terkejut sampai matanya terbelalak lebar.

...Bersambung...

Kenalin ya, salah satu MC kita Berlian Jessey Liu

KELABU (Revisi 3 )

"Kamu becanda sayang?" tanya Jennie Liu.

"Jessey serius lah, Maa!"

"Jadi, anak mama ini sedang jatuh cinta?" Jennie Liu bertanya sembari menatap dalam-dalam wajah putera semata wayangnya yang memerah hingga ke telinga.

"Apa itu Vania?" tanya Jennie Liu.

Jessey Liu kaget dan tampak sangat tak suka saat mendengar nama Vania. Pemuda itu bangkit dari atas pangkuan ibunya dengan wajah masam. "Bukan dia! Jessey kan udah bilang kalo Jessey tak suka padanya!" jawab Jessey Liu dengan nada kesal.

"Jadi, bukan Vania. Lalu siapa?" Jennie Liu mengernyitkan dahinya.

"Dia ...."

Jessey Liu teringat akan seorang gadis yang terlihat sama sekali tak mengacuhkannya. Seorang gadis cantik dengan sikap cuek bagai tak melirik sedikit pun pada pria muda pujaan para wanita itu. Lalu, bagaimana dirinya akan memperkenalkan Zike kepada sang ibu?

Jelas ini bukan masalah kecil, tapi untuk memulainya Jessey Liu bahkan bagai tak punya nyali. Terkadang Jessey Liu merasa bahwa semua yang dia miliki sama sekali tak ada artinya di mata seorang gadis bernama lengkap Zain Kamila itu.

Kurang apa sih dirinya?

Semua hampir sempurna.

Soal kekayaan?

Jangan ditanya lagi. Jennie Liu ibunya memiliki sebuah perusahaan garmen besar dan beberapa buah hotel berbintang yang kini dikelolanya.

Soal wajah?

Dia memiliki wajah yang bagai tak ada celanya.

Soal ketenaran?

Aahh! Siapa sih di daerah itu yang tidak tahu tentang tuan muda sekte besar seperti Sekte Elang Emas? Seorang praktisi bela diri yang telah berhasil menggetarkan ring pertandingan. Bahkan dia telah mampu mencapai kultivasi ranah langit tahap keenam di usia belianya ini.

Seorang Jessey Liu dengan sebilah Pedang Pencabik Langit-nya telah memenangkan duel adu ketangkasan bermain pedang dengan para praktisi pedang dari berbagai kota dan daerah. Hampir seratus tiga puluh kali pertandingan yang dia menangkan. Tapi untuk urusan wanita, Jessey Liu merasa sungguh sangat pengecut.

Jessey Liu lalu menggenggam tangan Jennie Liu. Telapak tangannya sendiri terasa dingin dan basah akibat perasaan yang tertekan dan selalu resah selama beberapa waktu terakhir ini.

"Ma, Jessey belum bisa mengenalkannya pada Mama sementara waktu ini. Dia ... dia bahkan belum tahu perasaan Jessey padanya," ucapnya dengan nada lirih.

"Lah, kok bisa gitu sih? Trus, kenapa kamu bilang pengen nikah?" Jennie Liu menepuk dahinya sendiri karena heran.

"Jessey kan baru lagi mau pedekate lah Maaa! Jessey minta ijin dulu ke Mama gitu, biar Mama nanti gak kaget," ujar Jessey Liu.

"Pokoknya, Jessey gak mau nikah sama Vania, titik!" sambungnya dengan nada tegas.

"Mama ngerti kok sayang. Mama cuma pengen anak kesayangan mama yang ganteng ini bahagia dengan caranya sendiri," ujar Jennie Liu.

"Bener Ma?" Mata Jessey Liu berbinar.

"Iya lah, sayaaang," jawab Jennie Liu sambil tersenyum lembut.

"Termasuk, bagaimana kalau ...." Jessey Liu merasa tidak tega mengatakannya.

"Apa?"

"Termasuk ... dengan kemungkinan terburuknya," jawab Jessey Liu sambil tertunduk.

"Bilang aja sayang," Jennie Liu semakin penasaran.

"Ma ...." Jessey Liu merasa ragu.

"Mmhh?"

"Mama, eh ... apa Mama gak akan marah ke Jessey?"

Jennie Liu menatap anaknya dengan rasa penasaran. "Katakan terus terang, sayang!"

"Kalau mungkin Jessey berhasil mendapatkan hatinya. Maka, anakmu ini harus mengikuti keyakinannya. Bagaimana Ma?" tanya Jessey Liu lirih sambil meremas bantal kecil di atas pangkuannya.

Jennie Liu sangat terkejut dengan ucapan anaknya. Sebagai seorang penganut keyakinan yang taat pada keyakinan yang dianutnya saat ini, tentu saja ia merasa tak rela. Jujur saja dalam hatinya merasa sangat kecewa dan ingin marah, karena ternyata gadis pujaan puteranya itu berbeda keyakinan dengan keyakinan mereka saat ini. Namun, di sisi lain. Sebagai seorang ibu yang sangat menyayangi anak semata wayangnya, tentu dia tak akan tega jika melihat anaknya kecewa. Jennie Liu mendesah berat, beraaat sekali rasanya.

"Jessey, apa pun keputusanmu nanti, meski mama mungkin berat hati ...."

Jennie Liu mengangkat dagu Jessey Liu yang tertunduk. Ditatapnya mata anak lelaki satu-satunya itu dengan perasaan kasih sayangnya. Jennie Liu sadar bahwa bocah kecilnya kini telah beranjak dewasa.

"Mama hanya berharap kamu bahagia dengan caramu sendiri. Jika kau suka maka lakukanlah!" ujar Jennie Liu sambil tersenyum.

"Mamaaa!" Jessey Liu memeluk sang ibu. Tangisnya pecah seketika karena terharu.

"Terima kasih, Maaa!" ucap Jessey Liu disela-sela tangisnya.

Jennie Liu menganggukan kepala seraya menepuk-nepuk lembut bahu anak lelakinya, baginya kebahagiaan Jessey Liu adalah yang utama.

BASE CAMP DANGER DEATH

Malam itu, Zike benar-benar tak bisa tidur. Dia bergulingan di atas kasur dengan gelisah dan perasaan sedih. Sebuah kertas surat berwarna biru muda tengah dipeluknya sambil menangis sesenggukan. Gadis itu baru saja membaca sebuah kalimat yang tertera di atas kertas biru itu.

...'Lupakan aku, jangan tunggu aku lagi!'...

...~ Alexi Nata Praja ~...

Betapa hancur perasaan Zike saat ini. Tulisan itu benar-benar tulisan tangan Alexi sendiri, karena Zike sangat hapal tulisan kekasihnya itu. Hari itu dia menerima surat dari Alexi yang dikirimkan melalui salah seorang anak buah ayahnya.

"Aleee, aku tak percaya semua ini! mengapa kau tega sekali padaku?" Zike menangis sesenggukan.

"Semua janjimu bohong belaka! Aku benci kau Ale!" Zike memukuli bantal guling yang tengah dipeluknya

Zike menangis sendiri dalam kepiluan hatinya. Sudah hampir satu bulan Alexi tak ada kabarnya. Dan di setiap hari minggu Zike selalu menunggu kedatangan pria pujaan hatinya itu di tempat biasa mereka bertemu. Empat minggu sudah Alexi tidak pernah datang lagj ke sana. Dan hari ini, salah seorang anak buah ayah Alexi dari Sekte Sanca Perak mendatanginya dan memberikan surat itu.

Zike kini mengerti jika Alexi sudah tidak menginginkannya lagi. Cinta Alexi hanyalah semu belaka, semua janji manisnya hanyalah racun untuk membunuh dirinya. Di saat rasa sayang kepada pria tampan nan cantik itu tengah berada di puncaknya. Alexi tiba-tiba meminta untuk melupakannya. Zike merasa nasib asmaranya sungguh tragis.

"Alee, kalau itu maumu, maka aku tak akan bertanya lagi. Kau dan aku kini bebas, kita tak ada hubungan apapun lagi," ucap Zike dalam hatinya. Meski harus diakui bahwa dia masih sangat mencintai Alexi. Namun, dia pun tak berdaya sama sekali.

Siang harinya di Puncak Goblin. "Nona, tuan muda kami mengirimkan surat ini untuk Nona. Tuan muda juga berkata agar Nona tidak menunggunya di tempat ini lagi," kata pria pengirim surat itu.

"Tapi, ini ada masalah apa? Mengapa tiba-tiba Ale berbuat demikian padaku?" tanya Zike dengan mata berkaca-kaca sambil menerima surat itu dengan penuh tanda tanya.

"Saya tidak tahu apa-apa, Nona. Saya hanya menyampaikan pesan itu saja," jawab pria itu.

"Tolong katakan Tuan! Ada apa dengan Ale? Apa dia kenapa-napa?" tanya Zike dengan cemas.

"Maafkan saya, Nona! Saya tidak tahu apa pun. Saya hanya menjalankan perintah saja ... permisi Nona!" kata pria itu sambil berbalik dan meninggalkan Zike seorang diri berdiri di dekat sebuah pohon persik yang masih kecil.

Zike memandang kepergian pria itu dengan mata nanar. Dia masih sangat tak mengerti, ada apakah gerangan dengan Alexi kekasihnya itu. Zike tak bisa menahan air matanya. Disentuhnya batang pohon bunga persik yang masih lemah itu dengan perasaan hancur. Zike berucap lirih kepada batang persik yang belum menumbuhkan terlalu banyak bunga.

"Alzaka, mungkin aku takan datang ke sini lagi untuk melihatmu tumbuh besar dan menghasilkan ribuan kelopak bunga. Karena aku dan Alexi sudah berakhir." Zike mengusap air mata dengan menggunakan punggung tangannya sambil menahan isak yang tak kunjung mereda.

"Baik-baiklah kau tumbuh dan hasilkanlah bunga sebanyak yang kau bisa. Meski hati dan kisah kami berdua telah layu dan kering. Alzaka ... selamat tinggal!" ucap Zike sebagai salam perpisahan kepada pohon lambang cintanya dengan Alexi.

Sebelum Zike melangkah pergi, dikecupnya dengan lembut batang pohon persik berwarna hijau kecoklatan itu. Dengan langkah lemah Zike meninggalkan pohon bunga persik yang berayun perlahan diterpa oleh desiran angin. Pohon itu seakan tahu, akan perasaan gadis yang meninggalkannya dengan ratusan butir derai air mata.

...Bersambung...

...Mak Author kasih gambaran Alexi yang tampan nan cantik nih, semoga pada suka yaa 😁😁...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!