NovelToon NovelToon

Andin & Yoga [TAMAT]

1. First day

Hey!! Kenalin nih, tokoh utama yg akan aku ceritakan kisahnya kali ini.

Namanya Andini Putri Gabriella.

...

...

Dia gadis mungil yang suka mencoba berbagai hal baru. Apapun yang menarik menurutnya, akan ia kejar sampai ia bisa mendapatkannya. Tapi kali ini ada hal lain yang menarik perhatian nya. Laki-laki yang selalu menguntitnya diam2 sejak ia duduk di bangku SMP yang sama dengannya.

" ahh, ini dia.." gumam Andin. Nama pendek nya.

" apa yang kau temukan sampai menghela nafas lega begitu??" tanya Jia, teman sebangku Andin.

Jia

...

...

" ini, lho.. Aku nyari upil dari tadi gak dapet-dapet. Udah dapet lega banget."

" astaga!! Jijik banget sih, Ann!!"

" hehe.."

" buang ahk!!"

" iya_iyalah!! Masa iya aku simpen di saku."

Bel masuk berbunyi. Waktu istirahat telah habis. Dua muda mudi itu segera memasuki kelas.

Pelajaran berlangsung dengan lancar hingga akhirnya jam sekolah pun selesai. Namun saat para siswa hendak keluar, beberapa siswa kelas lain tiba-tiba masuk kelas mereka.

" Jia, siapa mereka??" bisik Andin.

" kayak nya pengurus OSIS yang baru, deh. Kan kemarin mereka baru pelantikan."

" ohh.."

Andin hanya terdiam melihat mereka mulai membentuk barisan di depan kelas mereka.

" mohon maaf mengganggu waktunya. Kebetulan kami kesini membawa sebuah pengumuman sekaligus berita bahagia bagi kalian semua." ujar salah seorang dari mereka.

" berita apa kak?" tanya siswa disana.

" ada bazar amal yang sudah dibuka di lapangan sekolah kita. Dan hasil dari bazar itu akan disalurkan kepada orang-orang di sekitar sekolah kita yang memiliki kekurangan ekonomi, dan para lansia."

" bagi kalian yang ingin memberikan donasi, atau mungkin membeli barang-barang dan makanan yang kami sediakan, kami tunggu kehadirannya di lapangan. Sekian saja yang bisa kami sampaikan, terima kasih atas lerhatian nya." ujarnya lagi.

" wahh!! Ada makanan Jia!! Dateng, yuk??"

" itu gak gratis, Ann.."

" lah, emang kata siapa gratis? Kan udah dibilangin bazar amal. Kapan lagi lho kita jajan sambil beramal, ya kan??"

" yaudah, iya."

Lapangan mulai penuh dengan siswa siswi yang menjajah setiap sudutnya. Ingin melihat ada apa saja disana. Mulai dari makanan, kerajinan, barang seni, sampai pakaian ada disana. Tidak jarang sekolah ini begitu terkenal dengan kreativitas siswa nya yang tanpa batas. Namun bukan produk bazar yang membuat Andin tertarik, tapi..

" Hey!! Yoga?? Kamu disini juga??"

" ehh, i.. Iya."

Pemeran utama pria kita, Yoga.

...

...

" ngapain kamu disini?? Kamu jual apa??" ujar Andin seraya melihat-lihat barang yang dijual teman SMP nya itu.

" aku mencalonkan diri menjadi pengurus OSIS. Ini program baru kami tahun ini."

" ohh.. Boneka-boneka ini, kamu yang buat??"

" iya_"

" lucu banget!!"

" makasih."

" bilang lucu doang, beli kagak!!" ujar Jia dari belakang Andin.

" ihh!! Terserah aku dong!! Pembeli kan raja."

" gak, apa-apa kok. Lihat-lihat saja dulu. Siapa tahu ada yang suka. Oh, ya. Soal harganya yang sebelah sini tiga puluh ribu, yang kecil ini sepuluh ribu."

" ohh, yahh.. Sayang banget, ya. Uangku tinggal lima belas ribu. Kalo beli boneka kecil ini, mana cukup buat beli yang lain."

" ehh, gak apa-apa. Ini.. Buat kamu gratis aja satu. Kamu mau pilih yang mana?"

" yang.. Itu. Boleh??" ujar Andin sambil menunjuk boneka teddy bear yang paling besar.

" Ann!! Kamu tuh, ya. Udah baik hati dikasih gratis malah minta yang paling gede!!" Jia mencubit pinggang Andin.

" lah, kan dia nawarin aku buat milih?? Kalo aku pengen nya yang itu gimana?"

" udah-udah.. Gak apa-apa. Ini buat kamu, semoga suka ya."

" iya, makasih." ujar Andin yang pergi begitu saja meninggalkan Yoga.

Andin sudah pergi dan menghilang dari pandangan Yoga. Tapi jantungnya masih berdegup kencang. Ya, Zayn Prayoga. Lelaki yang sudah lama menyukai Andin. Namun tidak pernah bisa menyatakannya. Ia hanya bisa sementara menjadi temannya. Semoga saja benar-benar hanya untuk sementara. Namun entahlah.. Yoga merasa, sampai kapanpun ia tidak akan pernah mendapatkan Andin untuknya.

" Ann, kamu sebenarnya suka gak sih sama Yoga?"

" kenapa emangnya? Kamu suka, Jia?? Yaudah ambil aja."

" enggak gitu maksud aku. Gini lho, kok aku ngerasa kalo Yoga itu suka sama kamu ya? Cara dia natap kamu itu, lho. Beda banget.."

" lah emang dia suka sama aku."

" jangan ke geer_an kamu."

" Jia, kan kamu sendiri yang bilang Yoga suka sama aku. Kok kamu sendiri yang ngebantah kalo aku tau juga dia suka sama aku. Aneh.."

" ya, Aneh. Kamu juga lebih aneh. Ditaksir cowo ganteng kayak Yoga gitu so' jual mahal."

" aku bukan so' jual mahal aja, lagipula kalo aku emang gak cinta sama dia gimana? Harus pura-pura cinta, gitu? Ihh najis!!"

" kalian kan udah lama barengan, apa gak ada rasa gimana gitu?"

" entahlah, Jia. Aku capek. Udah di taksir cowo ganteng, di wawancarai paparazzi kayak kamu. Aku ngerasa jadi artis."

" tapi Ann.."

" udah udah.. Stop, ya. Artis nya mau istirahat dulu, kan besok masih banyak kerjaan. Bye, Jia!!" teriak Andin berlari meninggalkan Jia di persimpangan jalan.

Andin memang kadang sedikit terganggu dengan tingkah Yoga yang makin hari semakin menempel padanya. Ia kadang heran, hal apa yang ada pada dirinya hingga membuat Yoga se_tergila-gila itu.

" hai, aku Andini Putri Gabriella. Mau panggil Andin boleh, Ann boleh, Putri juga boleh." Andin menyapa pria baru yang duduk disampingnya.

" Zayn Prayoga."

...

...

" aku boleh panggil kamu siapa??"

" Yoga, panggil aja Yoga."

" oh, oke." ujar Andin singkat.

Pertama kali melihat gadis yang begitu imut dan lucu. Begitu berani menjabat tangannya. Jantung Yoga berdegup kala itu untuk pertama kalinya. Melihat tatapan mata Andin yang begitu cerah dan ceria. Senyumnya yang tidak pernah lepas dari bibir manisnya. Apakah Yoga mulai terobsesi dengan gadis ini?

" Andin?"

" ehh_ Yoga, kan?" ujar Andin menyapa teman barunya.

" kamu sering ke perpustakaan, ya?" tanya Yoga canggung.

" kadang-kadang, sih. Kalo aku lagi penasaran sama sesuatu."

" emang kamu lagi penasaran tentang apa?" tanya Yoga.

" Yoga."

" hah?? Aku?" pipi Yoga mulai memerah dihari pertama mereka bertemu.

" bukaan.. Itu lho, olahraga yang bisa buat relaksasi."

" ohh, itu_"

" oh, ya. Kamu sukanya apa?"

" Ehm_ aku? Banyak yang aku suka."

" kalo aku? Kamu juga suka sama aku??" Andin mendekatkan wajahnya secara tiba-tiba.

' Astaga!!' gumam Yoga dalam hati.

Yoga hanya terdiam melihat wajah Andin yang begitu dekat dengannya.

" lho, kok diem. Gak suka, ya?? Yaudah gak apa-apa." Andin menyipitkan bibirnya.

" bukan gitu, aku.. Apa boleh aku_"

" jadi_"

" temen kamu?" ujar Yoga dengan begitu bersusah payah.

" ya, boleh lah. Masa iya gak boleh. Kita teman sekarang." ujar Andin meraih tangan Yoga dan menjabatnya.

DEG.

" Andin!! Ini aku bawain makan siang buat kamu."

" wah makasih, ya. Aku pasti bakalan makan nanti siang."

" aku boleh makan bareng kamu?"

" boleh lah, masa gak boleh."

*Di Lain waktu.

" Andin, ini aku tadi mampir ke toko buku. Ada buku bagus buat kamu. Kamu kan suka sama hal-hal baru."

" oh, iya?? Makasih ya, kamu baik banget."

*Waktu berikutnya.

" Andin!! Pulang bareng, yuk?"

" a_ ayo.. Boleh."

*Waktu lain.

" Andin, aku nelpon kamu semalam kok gak diangkat. Lagi sibuk, ya?"

" ahh, iya. Aku banyak tugas semalam."

" bukannya kita sekelas? Perasaan hari ini kita gak bakalan ngumpulin tugas."

" ehh_ tugas buat Sabtu, ya!! Sabtu kan ada tugas, bener kan?" ujar Andin berusaha menghindar.

Dan seterusnya seperti itu. Yoga sudah seperti fans fanatik-nya selama ini. Gak pernah ada teman yang bisa se BAIK ini pada temannya. Niat Yoga terlalu mudah dibaca. Tapi Andin juga tidak pernah mendengarkan pernyataan cinta itu secara langsung darinya. Ia kadang bingung, bagaimana harusnya ia menyikapi lelaki ini. Apa ia harus dengan lantang bertanya apa Yoga benar menyukainya?? Lalu bagaimana jika tidak?

" aahhh.. Lelahnya." Andin membanting tubuh mungilnya ke atas ranjang.

Ia melihat sekeliling kamarnya yang sudah penuh dengan barang-barang pemberian Yoga. Ia sampai bingung akan menyimpan boneka teddy bear nya ini dimana.

" Disini aja kali, ya?" ujarnya menyimpan boneka besar itu di samping ranjangnya.

Andin langaung tertidur lelap saat itu juga. Namun beberapa jam kemudian dering telpon membangunkan tidurnya.

" halo?" ujar Andin dengan nada baru bangun tidur.

" aku di depan rumahmu, kau ada dirumah kan??"

" Yoga??!!"

Tanpa menjawab pertanyaan itu, Andin langsung melompat dari ranjang nya. Melihat keluar jendela. Dan benar saja, laki-laki penguntit itu sudah berdiri disana dan melambaikan tangannya pada Andin.

...

...

...

...

To be continue..

Next gak nih?? 😆😆

Versi lengkapnya ada di *******, ya!! 😘

2. Cemburu

" aku di depan rumahmu, kau ada dirumah kan??"

" Yoga??!!"

Tanpa menjawab pertanyaan itu, Andin langsung melompat dari ranjang nya. Melihat keluar jendela. Dan benar saja, laki-laki penguntit itu sudah berdiri disana dan melambaikan tangannya pada Andin.

Andin salah mengiranya sejak dulu. Ia kira laki-laki ini polos dan pendiam. Namun sejak ia memberitahu alamat rumahnya, Yoga hampir setiap hari datang ke rumahnya. Di waktu yang tidak pernah Andin duga.

" kamu ngapain kesini?? Emang bazar nya udah selesai?" tanya Andin menghampirinya.

" udah."

" trus sekarang apa?"

" aku mau ajak kamu main."

" maaf, aku gak bisa. Aku.."

" bentar aja, pliss.."

" aku bener-bener gak bisa, Yoga."

" tapi Andin.."

" udah cukup!! Yoga, maaf ya. Tapi aku udah bener-bener gak bisa. Kamu tuh udah bikin aku terganggu banget. Dan perihal tadi siang aku cuman pengen boneka itu aja, udah. Sebagai teman aja udah bisa kan ngasih sesuatu secara gratis? Bukan karena aku nanggepin kamu terus, itu artinya aku ngasih harapan lebih ke kamu. Enggak!!" ujar Andin seraya pergi meninggalkan Yoga.

" Andin, dengerin aku dulu.." Yoga berusaha menahan tangan Andin.

" udah, pliss.. Gak usah dateng-dateng lagi kesini. Gak usah kasih aku barang-barang apapun lagi. Kamar aku udah penuh. Dan hati aku gak akan pernah bisa untuk kamu tempati."

Hanya kalimat itu yang membuat Yoga benar-benar patah hati. Ya, memang ia berharap banyak karena Andin selalu menerima apa yang ia beri dengan senang hati. Tapi ia tak menyangka Andin akan se benci itu pada dirinya. Sebenarnya apa yang salah pada diri Yoga? Bukankah akhir-akhir ini Andin baik-baik saja?

" sial!! Ternyata aku lagi pms. Pantesan rasanya kesel banget hari ini." ujar Andin melihat ada bercak darah di celananya.

Ia tak peduli dengan Yoga yang masih berdiri di luar sana entah sampai kapan, ia langsung tidur dengan lelap malam itu juga.

Esok harinya.

" Hai, Andin."

" kak Leo?"

...

...

Sosok kakak senior idola kaum hawa di sekolah sedang menyapa Andin saat ini. Bagaimana ia tidak begitu kaget dan terpesona?

" lho, kamu kenal aku?" tanya kak Leo.

" siapa sih disini yang enggak kenal sama kakak. Justru aku yang harusnya nanya. Kok kakak bisa kenal sama aku?" tanya Andin.

" ohh, itu.. Aku lihat kamu lomba dance kemarin. Kamu bagus banget."

" oh, ya? Makasih ya.."

" Andin, kamu pulang sekolah hari ini ada acara gak?"

" kenapa emangnya?"

" aku mau ajak kamu jalan-jalan, boleh?"

" bo.. Boleh. Boleh aja kok. Aku gak ada acara hari ini."

" yaudah aku tunggu di depan parkiran ya pulang sekolah nanti. See u, bye!!" ujar kak Leo seraya pergi karena bel masuk sudah berbunyi.

Andin melompat kegirangan. Ia seakan menang lotre. Siapa yang tidak menyangka bahwa cowo paling populer di sekolah ini mengajaknya kencan. Hah?? Kencan?? Apa iya ini bisa dianggap kencan?

" senyum aja teruss!! Kayak orang gila ya kamu, hari ini senyum-senyum sendiri ajaa terus."

" kak Leo ngajak aku jalan-jalan sore ini."

" apa?? Beneran kamu?"

" ya, iyalah. Masa aku bohong sih. Kamu bayangin aja, ya.. Kalo semua orang sekolah lihat aku dibonceng kak Leo, pasti semua bakalan iri sama aku."

" bukan iri, kamu pasti jadi buronan mereka di esok hari."

" ihh, Jia. Gak support aku banget, sih."

" yaa, yaa.. Aku support, deh. Fighting ya, Ann!! Jangan sampai lolos."

" oke!!"

Tiba akhirnya bel pulang pun tiba. Andin mulai gugup. Tapi bukan Andin namanya kalau tidak bisa mengatasi ketakutannya. Ia segera merapikan diri dan dengan berani keluar menghadapi situasi. Dan saat tiba di tempat parkir, ia tidak melihat kak Leo disana.

" Andin?? Nunggu siapa?"

" eh, Yoga?? Itu aku.. Ehm.."

" kalo gak nunggu siapa-siapa, ikut aku aja yuk?" ujar Yoga seraya menepuk jok belakang motornya.

" maaf, tapi aku udah ada yang jemput."

" siapa??"

" ehh, Andin. Kamu disini rupanya. Aku nyariin kamu, lho." kak Leo yang baru saja tiba.

" ohh, kamu bareng kak Leo. Yaudah gak apa-apa. Aku duluan, ya." ujar Yoga.

" ehh, Yoga.." entah kenapa Andin tiba-tiba ingin menahan Yoga.

Mungkin karena ia masih tidak enak dengan ucapannya kemarin malam. Ya, kemarin malam memang kalimatnya terlalu berlebihan.

" kita berangkat?" tanya kak Leo.

" iya, kak."

Setelah beberapa menit perjalanan akhirnya mereka tiba di sebuah cafe. Tempatnya bagus dan tidak terlalu ramai. Mereka memilih tempat diluar ruangan agar bisa lebih leluasa.

...

...

" mau pesen apa?"

" apa aja boleh." ujar Andin singkat.

" oh, ya Ann. Aku boleh tanya sesuatu?"

" apa?"

" kamu sama anak cowo yang tadi itu. Siapa ya namanya.. Ohh, ya. Yoga. Kalian pacaran?"

" eehhh enggak, kok. Siapa yang bilang begitu?"

" aku tanya-tanya sama orang terdekat kamu. Mereka bilang kamu hampir tiap hari deket sama yang namanya Yoga. Dan aku tebak laki-laki itu pasti yang tadi mau nganterin kamu pulang, kan?"

" dia emang namanya Yoga. Tapi aku gak terlalu deket sama dia. Dianya aja yang selalu ngikutin aku terus."

" ya, wajar juga sih. Cewe secantik kamu mana mungkin gak punya fans kaya dia."

" ahh, kakak bisa aja."

Dari kejauhan Yoga menatap kebersamaan keduanya. Pertama kali ia melihat pipi Andin yang begitu memerah saat dipuji. Tak pernah Andin se tersipu malu itu ketika Yoga memujinya. Senyum bahagia itu, mungkin murni. Tapi yang selalu Andin berikan pada Yoga, bukan senyumnya yang asli.

" btw, kalo kamu memang belum punya pacar.. Kayanya aku boleh dong ya, nawarin diri aku buat jadi pacar kamu?"

" lho, emang kakak mau gitu jadi pacar aku?"

" itu juga kalo kamu nya mau."

Sebenarnya Andin tinggal menjawab iya, tapi entah kenapa ia begitu berat. Padahal kesempatan ini sangatlah langka. Menjadi pacar dari seseorang yang ia idolakan itu hal yang luar biasa. Entah kenapa rasanya Andin belum bisa mengatakan iya.

" kak, aku bukan nolak ya. Tapi kayanya kita perlu saling mengenal lebih jauh dulu, deh. Walaupun, ya.. Aku salah satu fans kakak di sekolah. Tapi aku tidak se-fanatik mereka yang hampir tahu seluruh keseharian kakak. Aku perlu tau kakak orangnya gimana, cocok gak sama aku, dan.."

" iya, Andin. Aku udah ngerti kok. Aku juga gak minta kamu buat jawab sekarang. Kita jalanin aja dulu, oke?"

" ya, oke." jawab Andin.

Hatinya kembali bersorak ria. Tak menyangka kak Leo memiliki sikap selembut ini pada wanita. Kenapa barusan ia tidak menjawab iya saja!!

Keesokan harinya.

" Jiaaaa!!"

" ehh, astaga mak lampir makan sate pak Dadang. Kamu kenapa sih?? Ngagetin aku aja!!"

...

...

" latah kamu belum sembuh-sembuh, ya?"

" aku obatin gimanapun, kalo yang bikin penyakitnya kumat ngikutin aku terus yaa aku bisa apa??"

" yaudah deh, maaf. Aku ditembak kak Leo, lho."

" hahh?? Seriusan? Terus kamu terima??"

" belum. Aku mau tahu dia bakalan sanggup nunggu aku sampai kapan."

" halah!! Besok juga pasti kak Leo udah jadian sama yang lain."

" lho, kenapa kamu malah bilang gitu sih!!"

" lah emang iya. Kak Leo itu ya, walaupun pesonanya terkenal di seluruh penjuru sekolah ini. Sifatnya yang selalu gonta-ganti cewe, semua orang juga udah tau!"

" kalo dia emang serius sama aku gimana?"

" ya, up to you. Kamu udah dewasa dan bisa milih mana yang terbaik buat kamu. Tapi kalo patah hati jangan nangis nya ke aku yaa.." Jia pergi meninggalkan Andin.

" ihh, Jia. Kok kamu tega banget sih!!" Andin mengejar temannya itu.

Tak terasa bel pulang pun berbunyi. Andin segera berlari mengambil tas nya. Ya, ia sudah memutuskan jawabannya. Dengan antusias ia menanti kedatangan idolanya itu. Walau memang tidak ada janji temu hari ini, tapi Andin yakin kak Leo pasti akan lewat jalan ini.

Review kak Leo lagi dong!! Boleh, lah..

...

...

...

...

...

...

Udah meleleh belum nih?? 😆

" kak!! Kak Leo!! Berhenti bentar, kak."

" ehh, Andin?? Ada apa?"

" kakak ada waktu gak? Aku ada hal yang mau dibicarakan."

" bisa lain waktu boleh gak? Aku ada urusan hari ini."

" tapi, kak. Ini perihal kemarin. Aku udah tau jawaban.."

" nanti aja, ya. Aku lagi buru-buru. Dahh!!"

" kak!! Tunggu dulu!!"

Kak Leo pergi begitu saja dengan motornya. Dan Andin terus mengejarnya bagai gadis gila. Namun tak disangka kak Leo berhenti di ujung gerbang sana. Dari kejauhan Andin melihat kak Leo membonceng gadis lain.

" oh, jadi begitu.. Itu urusan mendadaknya." gumam Andin pilu.

" benar kata Jia.." gumamnya lagi.

Saat Andin masih tertunduk lesu melihat kesempatannya telah hilang, sebuah motor melintas lambat di sampingnya. Andin sempat bertatapan dengan pengemudi motor itu.

" Yoga??" ujarnya pelan.

Namun Yoga tetap melaju tanpa menyapa Andin. Padahal mereka sempat bertatapan. Bukan, bukan itu yang membuat Andin kaget. Ia pertama kalinya melihat Yoga membonceng seorang wanita dibelakangnya. Siapa dia??

" Yoga punya pacar?" gumam Andin.

" gak mungkin!! Masa iya dia udah bisa pindah kelain hati secepat itu."

" lah kenapa juga aku peduli sama dia!!" gumamnya seraya dengan kesal menendang boneka besar pemberian Yoga waktu itu.

Tidak, bukan pemberian. Tapi perampasan secara paksa.

To be continue..

Next yaaa!! 😆😆

3. Zee Zee

" Jiaaaa!!" 😭

" cup.. Cup.. Cup.. Kan udah emak bilangin, kalo patah hati jangan nangis. Dia emang gitu orangnya. Udah yaa, cup.. Cup.. Cup.. Ann anak baik.."

...

...

" aku udah mau jawab iya, lho. Tapi kak Leo nya udah jemput cewe lain!! Ini belum sehari lho, Jii.."

" gak apa-apa. PDKT sehari gak memalukan kok. Lagipula dia kan emang kak Leo. Kalo gak gitu sikapnya bukan Leo namanya."

" ahhh!! Pokoknya aku gak mau nge-fans sama kak Leo lagi!!"

" iya-iya gak apa-apa. Kak Leo nya juga gak bakalan rugi kalo cuman kehilangan satu fans aja."

" ihhh Jiaaa!!" 😭

" iya, yaudah dua fans deh. Aku juga mau berhenti suka sama kak Leo. Karena dia udah nyakitin hati sahabat aku."

" nah gitu dong.."

" ayo kita un-follow dia!!"

" ayo!!"

Akhirnya Andin bisa bernafas lega dan merelakan idolanya itu dimiliki gadis lain. Toh emang hubungan mereka juga gak bakalan bertahan lama. Andin yakin akan hal itu.

" Yoga!!" teriak Andin melihat Yoga duduk di meja sudut kantin.

" ehh, kamu ngapain kesini?"

" tumben nanya ngapain kesini. Terserah aku lah!! Emang kantin ini punya kamu??"

" ya, bukan sih. Tapi.."

" Kak Yoga, aku boleh duduk disini?"

" Tentu boleh." ujar Yoga dengan ramah menyapa gadis itu.

" tunggu, bukannya ini gadis yang kemarin kamu bonceng ya?"

" iya, aku lupa kenalin ke kamu. Ini Marsha, kelas X-Ipa 2."

" halo, kak. Aku Marsha." gadis itu menyodorkan tangannya.

" Andin." jawab Andin singkat.

" ehm.. Kamu.. Gak gabung sama temen-temen kamu?" tanya Yoga.

" oh, kamu ngusir aku gitu??"

" enggak, bukan gitu. Kan kamu biasanya.."

" yaudah iya, aku pergi. Puas?? Nikmatin waktu kalian berdua." ujar Andin yang oergi begitu saja.

Aneh, kenapa batinnya begitu kesal melihat Yoga yang hanya duduk dengan gadis lain. Bukankah Andin sudah sejak lama menantikan si penguntit itu enyah dari hidupnya?

" kenapa lagi, sii??"

" gak kenapa-napa."

" mukanya udah kayak trenggiling gitu masih bilang gak kenapa-napa."

" gak tau."

" pms, ya?"

" kalo iya kenapa??"

" widih, pantesan.. Yang sabar ya, cobaan pms emang sulit."

Ya, mungkin karena Andin lagi pms. Dia mudah tersulut emosi dan lebih sensitif dari biasanya. Semoga bantinnya segera mereda.

Satu minggu kemudian.

Tidak ada yang berbeda. Entah kenapa makin kesini, Yoga dan gadis yang bernama Marsha itu semakin lengket saja. Batin Andin kesal rasanya. Namun ia tidak bisa mendeskripsikan apa alasannya. Apa mungkin ia rindu di ikuti kemanapun oleh pria itu?? Atau ia merasa hampa karena hari-harinya yang sebelumnya selalu diwarnai dengan gangguan Yoga?

" Ahh, tidak mungkin.." gumam Andin.

" kak Yoga, aku boleh gak ikut kakak balapan malam ini?"

" jangan, disana bahaya."

" Balapan?? Yoga suka balapan? Sejak kapan??" batin Andin.

Telinganya semakin jeli mendengarkan percakapan mereka.

" yahh, padahal malam kemarin itu seru. Aku pengen nonton kakak lagi."

" kemarin itu cuman balapan biasa. Kali ini bahaya, ada tantangannya. Disana banyak orang yang gak baik."

" yaudah, deh." ujar Marsha yang kemudian mereka pergi.

" hmm.. Jiwa penasaranku meronta-ronta. Aku harus datang malam ini." gumam Andin.

Tak perlu menunggu lama, malam pun tiba. Gelap mencekam tak membuat jiwa Andin menciut. Ia berjalan menyusuri jalanan yang sepi. Sayup-sayup ia mendengar suara deruman motor. Sejenak ia merasa takut jika Yoga tidak ada disana. Jikalaupun ada, bagaimana jika Andin tengah berjalan menuju bahaya saat ini?

" uhh.. Dingin juga." gumam Andin.

" kayaknya disana." lanjut Andin.

Ia menghampiri kerumunan gadis dan pria yang bersorak ria. Ada banyak motor sport yang berjejer disana. Entahlah, Andin bukan anak motor yang paham ada motor jenis apa saja disitu. Yang ia tahu hanyalah motor itu bagus-bagus dan keren.

Andin melihat kesana kemari. Mencari keberadaan Yoga. Tapi dia tidak ada disana.

" bagaimana mungkin lelaki polos seperti Yoga bisa berada di lingkungan seperti ini?? Mustahil.. Mending aku pulang aja deh." gumam Andin.

Namun sesaat ketika Andin hendak pergi, sorakan setiap orang disana menjadi semakin keras.

" Zee Zee!! Zee Zee!!" teriak mereka.

" Baron!! Ayo Baron!!" teriak kelompok lainnya.

" ahh, aku penasaran siapa yang akan menang. Lebih baik aku menonton sebentar." gumam Andin.

Dua motor saling menyalip satu sama lain. Motor pertama berwarna biru tua, yang kedua berwarna Merah.

" yang merah pasti menang, merah kan warna kesukaanku." gumam Andin.

Ia bertaruh pada motor yang merah. Dan benar saja, pengendara motor itu yang memenangkan balapan. Para pendukung yang menyuarakan nama 'Zee Zee' bersorak keras dan bertepuk tangan.

" ini pasti Zee Zee. Hebat juga dia." gumam Andin.

Namun pengendara itu tiba-tiba berhenti di depan Andin. Itu membuatnya kaget. Ia membuka helm-nya dan membuat Andin semakin kaget.

" Yo_Yoga??!! Ini kamu??"

" iya, kenapa emangnya?"

" tapi kan, tadi mereka bilang.."

" Zee Zee?? Nama lengkapku Zayn Prayoga. Zee Zee nama balapku."

' gilak!! Keren juga ni anak kalo pake stelan anak jalanan kayak gini!' batin Andin.

" kenapa kamu bisa ada disini?"

" ehm_ itu. Aku.. Aku denger pembicaraan kamu sama pacar kamu. Kamu tau kan aku orangnya penasaran, trus aku nyari kamu kesini."

" pacar? Marsha maksud kamu??"

" i_iya. Dia pacar kamu kan?"

" ehm_iya. Kamu kenapa nguping pembicaraan kami?"

" aku gak nguping, cuman gak sengaja kedengeran aja."

" ohh."

" gitu aja??"

" ya, mau apa lagi. Kamu udah lihat kan aku ada disini? Kamu mau lihat apa lagi??"

" aku mau pulang."

" yaudah pulang aja."

" ishh!!" gumam Andin kesal.

' dia gak ada niat buat nganterin aku gitu?? Ke pacarnya aja bilang tempat ini bahaya. Kok aku malah dibiarin pulang sendirian sih!!' batin Andin.

Ia berjalan menjauh dari kerumunan, belum sepuluh meter beberapa pria tak dikenal menghapirinya.

" hey, gadis cantik!! Kok pulang sendirian sih?" ujar pria berjanggut yang terlihat sudah tua.

" jangan ganggu saya, om." Andin mempercepat langkahnya.

" lho, mau kemana?? Acaranya belum selesai lho. Mending temenin abang dulu, yok?" pria-pria itu mulai berani memegang lengan Andin.

Spontan Andin berontak dan berteriak.

" Yogaa!!"

" Aaaa!! Om lepasin!! Saya mau pulang!!"

" Gaaa!! Yogaaa!!" Andin terus berteriak. Tapi kebisingan disana membuat teriakan Andin seakan sunyi.

" lepasin." ujar seorang pria lain dibelakang Andin.

Ia langsung menoleh dan menghela nafas lega. Itu Yoga..

" Zee, jangan ikut campur lah. Balapan kan udah selesai. Bang Baron udah kalah, kami terima. Jangan ganggu kesenangan kami lah, Zee."

" itu masalahnya, yang kalian ganggu saat ini cewe saya."

" tapi kami yang nemuin dia. Jadi dia milik kami. Kamu jangan ngaku-ngaku, deh. Orang dia dari tadi sendirian. Ya, kan??"

" yoi, hahaha.." mereka tertawa dan terus menyeret Andin dengan kekeh.

Yoga mulai kehilangan kesabarannya.

" lepasin gak??!!"

Bugh!!

Brak!!

Dengan satu pukulan pria berjanggut yang gemuk itu runtuh menimpa motor lain. Disusul dengan pukulan lainnya yang menghantam dua pria lainnya. Andin yang masih ketakutan berusaha melerai mereka.

" Yoga, udah cukup!! Udah!!" Andin menarik lengan pria itu.

" ayo pulang!!" Yoga menariknya dengan kasar.

Belum pernah ia melihat sosok Yoga yang seperti ini. Hitam kelam, kasar dan bengis. Jika ia tahu lelaki yang menguntitnya adalah lelaki yang seperti ini. Ia tidak akan pernah berani keluar rumah selamanya. Disisi lain Andin takut, tapi ia juga terpesona akan gagahnya Yoga yang sudah melindunginya. Ia sadar, Yoga pasti masih menyukainya.

" Gaa.. Yoga.."

" kamu ada luka gak?"

" enggak, justru lengan yang ini sedikit sakit. Gara-gara kamu tadi nariknya kasar banget."

" oh, ya?? Mana?? Maaf ya, aku terlalu emosi barusan."

" kamu terlalu keren."

" huh? Apa??"

" KAMU BUKAN TERLALU EMOSI, TAPI TERLALU KEREN!!" jelas Andin.

Pipi Yoga memerah, ia memalingkan wajahnya.

" dijalanan kayak serigala, didepan cewek kayak kucing. Aneh ya, kamu."

" cuman didepan kamu aja." jawab Yoga.

" oh, ya?? Kalo di depan Marsha?"

" aku gak pernah malu didepan Marsha."

" ohhh, begitu.."

" ya_"

" Yoga.."

" apa?"

" kayaknya aku mulai suka deh sama kamu. Kamu mau jadi pacar aku??"

" huh?? Apa??"

To be continue..

Pas jadi Yoga.

...

...

...

...

...

...

Pas jadi Zee Zee.

...

...

...

...

...

...

Mba Andin nya udah mulai meresahkan ya, bund..

😂😂

Buat para readers yang baik hati, tidak sombong dan rajin menabung..

Follow akun ******* aku juga dong, please.. 😟

Aku butuh support kalian.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!