NovelToon NovelToon

Berondong Bayaran, CEO Cantik 2

Kehidupan Arka dan Amanda

(BACALAH NOVEL INI DARI VOL 1)

"Good morning sayang."

Arka tersenyum pada Amanda yang baru saja membuka mata, di pagi yang masih berembun.

"God morning." balas Amanda seraya tersenyum pula.

Arka kemudian mencium bibir istrinya itu dengan lembut dan mesra.

"Wangi banget, kamu udah sikat gigi ya Ka?" tanya Amanda pada pemuda itu.

"Udah barusan." ucap Arka.

"Aku bau."

Amanda berkata lalu beranjak. Setiap pagi setelah bangun tidur, hal pertama yang mereka lakukan sebelum menyapa pasangan adalah menyikat gigi.

Sehingga pagi mereka selalu dipenuhi vitalitas dan juga kesegaran yang membawa energi positif. Seperti pagi ini, Amanda bergerak menuju kamar mandi untuk menggosok gigi dan mencuci muka.

Sementara Arka beralih ke kamar si kembar untuk mengecek apakah mereka sudah bangun atau belum. Dan ternyata mereka sudah duduk di dalam box bayi sambil seolah saling berinteraksi satu sama lain.

"Selamat pagi anak-anak papa."

Arka menyapa keduanya dengan mencium kening mereka satu persatu. Seperti biasa mereka antusias dan menyebut Arka dengan tiga suku kata.

"Papapa."

"Papapa."

Arka tertawa, lalu mengeluarkan dan melucuti pakaian mereka untuk mandi. Sudah tugas rutinnya pagi-pagi memandikan anak. Sementara Amanda biasanya akan beberes dan membuat sarapan.

Sejauh ini rumah tangga mereka sangat asik serta harmonis. Tak pernah ada yang keberatan dalam mengerjakan tugas apapun itu.

Semua dilakukan dengan ikhlas dan sukarela. Sehingga setiap hari hampir tak pernah ada hal negatif yang berani menghampiri mereka.

"Udah pada ganteng anak-anak mama."

Amanda menyapa kedua anaknya yang kini dibawa oleh Arka untuk keluar dan duduk di kursi makan mereka. Amanda telah selesai mengelap debu di perabotan dan untuk urusan lantai, ada tiga robot penghisap debu yang saat ini masih lalu lalang.

"Nono."

"Nono."

Azka dan Afka antusias dan senang melihat robot-robot tersebut. Mereka menamai robot-robot itu dengan nama Nino.

Sebab waktu itu Nino yang membelikan, karena yang sebelumnya sudah rusak. Setiap kali melihat robot tersebut, mereka selalu menyebut kata "Nono." Yakni panggilan mereka terhadap Nino selama ini.

"Iya Nono lagi bersih-bersih, kalian makan dulu ya." ucap Amanda.

"Ka, mandi Ka." Amanda juga berujar pada sang suami.

"Iya, ini aku mau mandi." tukas Arka.

Pria itu kini beralih ke kamar, tentu saja untuk menuju ke kamar mandi dan membersihkan diri. Sebab sebentar lagi ia dan Amanda akan segera berangkat kerja.

"Nih, sarapan dulu nak."

Amanda meletakkan potongan buah pisang, mashed potato serta beberapa buncis rebus dihadapan Azka dan juga Afka. Tak lupa ia menyelipkan brokoli satu atau dua potong.

Mengingat kedua anak itu amat sangat membenci rasa brokoli. Awal-awal mereka coba makan, namun ternyata kapok.

Sisanya mereka lebih banyak menyingkirkan sayuran sehat tersebut ke pinggir. Namun Amanda tak pernah berhenti dan terus memberikannya.

Kadang mereka makan, kadang juga dilempar ke lantai. Bahkan pernah masuk ke sepatu Arka yang disiapkan Amanda di dekat sana. Ketika Arka memasang sepatu, ia menginjak sesuatu yang hijau.

Kalau sudah seperti itu Arka akan menggerutu dan si kembar tertawa-tawa. Namun pagi mereka akan menjadi penuh warna.

***

Selang beberapa saat kemudian Arka tiba di meja makan dalam keadaan yang sudah rapi. Saat itu makanan Azka dan Afka sudah hampir habis.

"Wah dua anak papa pinter, makanannya hampir habis."

Arka mengusap kepala Azka dan Afka yang saat ini masing mengunyah baby buncis.

"Pinter dong papa, tapi brokolinya tetap di lempar." ucap Amanda seraya tertawa.

"Oh ya?"

Arka memperhatikan kedua anaknya itu, lalu beralih ke arah brokoli yang kini sudah berada di atas meja makan.

"Di lempar tadi ke robot Nono. Hampir di isep." ujar Amanda seraya tertawa, Arka pun jadi ikut-ikutan tertawa. Kini pemuda itu duduk di meja makan.

"Nih Ka, kopi susunya."

Amanda meletakkan segelas kopi susu ke dekat sang suami. Arka langsung menyeruput kopi susu tersebut lalu mengambil dua potong roti dan mengolesnya dengan selai. Sementara Amanda rotinya sudah hampir habis, sebab ia sudah makan duluan sejak tadi.

"oh ya, Ka. Bekal hari ini nugget, nasi sama sayur rebus aja. Aku nggak sempat siapin yang lain, soalnya bahan udah habis semua. Paling ntar sore aku belanja."

"Iya, nggak apa-apa. Kalau nggak sempat siapin bekal juga, aku kan bisa beli." ujar Arka.

"Iya."

Amanda menyudahi sarapannya. Tak lama dua asisten rumah tangga yang biasa mengasuh Azka dan Afka pun tiba.

Sampai hari ini Amanda dan para asistennya itu tak tinggal serumah. Amanda ingin hubungannya dengan Arka tetap intens tanpa adanya orang lain di sekitar.

Lagipula di jaman sekarang secantik apapun wanita, haruslah tetap wanti-wanti. Apalagi pengasuh kedua anaknya itu adalah perempuan yang masih muda-muda.

Baru-baru ini ada kejadian seroang artis yang di cerai suaminya lewat WhatsApp, sebulan kemudian sang mantan suami menikahi baby sitter anak-anak mereka.

Amanda tak mau hal tersebut terjadi. Ia lebih baik menjaga rumah tangganya dengan sangat hati-hati, daripada menyesal di kemudian hari. Sebab mereka semua pun hanyalah manusia biasa dan bisa saja khilaf serta melakukan kesalahan.

Amanda tak ingin rumah tangganya hancur akibat kehadiran orang ketiga. Apalagi dirinya jauh lebih dewasa ketimbang Arka.

Kebanyakan perselingkuhan terjadi akibat adanya interaksi yang terus menerus terjadi secara intens. Bermula dari saling menyapa, berbicara, lalu munculah benih-benih rasa yang membuat orang menjadi lupa.

Meski Amanda percaya Arka tak akan berbuat demikian. Tetapi kembali lagi, mencegah akan selalu lebih baik daripada mengobati. Sebab bila sudah terjadi, luka yang tercipta pun kebanyakan sulit untuk disembuhkan. Kalaupun sembuh, semuanya tak akan kembali utuh seperti semula.

Usai menitipkan Azka dan Afka pada asisten rumah tangga, Amanda dan Arka pun pamit untuk pergi bekerja.

Seperti biasa Amanda di antar Arka terlebih dahulu, kemudian barulah pria itu beranjak menuju kantor tempat dimana ia bekerja.

Ia masih setia di kantor itu, walau dulu sempat ada kepikiran untuk resign dan kembali fokus di dunia entertainment. Namun ternyata keduanya bisa dijalani dengan baik, dan ia menikmati semua itu dengan hati yang gembira.

Sejauh ini Arka masih yang terbaik di bidangnya dan Putra sangat senang bekerjasama dengan pemuda itu. Bahkan atasan Arka tersebut berencana menaikkan jabatan Arka dalam waktu dekat ini.

"Aku udah sampe ya."

Arka mengirim pesan singkat pada Amanda, ketika ia telah sampai di kantor dan membereskan segala keperluannya.

"Oke, selamat bekerja papa kangkung sayang."

"Selamat bekerja mama Firman. Nanti siang kita lunch bareng ya. Kamu disana dan aku disini sambil telponan. Biar kayak cabe-cabean alay."

Amanda tertawa membaca semua itu, tak lama keduanya pun memulai pekerjaan masing-masing.

***

BACA BERONDONG BAYARAN CEO CANTIK VOL 1.

Rio Yang Mulai Berguna

Suasana di kantor Amanda pagi itu cukup sibuk, sama halnya dengan kantor-kantor lain seperti kantor Nino, Ryan, maupun kantor tempat dimana kini Arka tengah menghadapi kesalahan dari bawahannya.

"Coba Din, kamu perbaiki lagi. Konsentrasi, tapi tolong agak lebih cepat. Karena waktu kita udah mepet." Arka berujar pada bawahannya tersebut dengan sedikit penekanan.

"Baik pak."

Bawahannya tersebut kembali ke luar dan mengerjakan apa yang diperintahkan oleh Arka.

"Marah mulu bapak."

Ia yang terhubung dengan panggilan zoom dengan Amanda itu di ledek oleh sang istri, pada beberapa detik berikutnya.

"Gimana nggak marah, orang waktunya udah mepet. Aku udah kasih dia waktu seminggu, masa iya nggak kelar juga."

Arka berucap dengan nada pelan, meski tak akan ada yang mendengar. Sebab ia kini telah memiliki ruangannya sendiri.

"Minum dulu, Ka. Biar adem." ujar Amanda masih dengan nada menggoda. Tak lama ia menemukan sesuatu pada sebuah file dan berteriak.

"Pia, kamu tolong masuk ke sini dulu."

"Iya bu, ada apa?" tanya sekretarisnya itu sambil tergopoh-gopoh.

"Ini koq kayak gini sih?"

Gantian Amanda yang mengoceh. Kali ini Arka yang tertawa-tawa. Usai perkara istrinya itu beres, Arka balas memberi ledekan.

"Minum air putih dulu bu, pake es. Biar adem." ujarnya kemudian.

Amanda pun kini jadi tertawa sekaligus memerah pipinya. Hal seperti ini kerapkali terjadi. Dimana Amanda mencoba menenangkan sang suami, tapi justru pada menit berikutnya ialah yang marah-marah.

Hal serupa juga terjadi pada Arka yang berusaha menenangkan hati sang istri, tapi ujungnya malah ia yang terjebak dalam suasana penuh kekesalan.

Kadang demi menyadari hal tersebut keduanya sampai menertawai diri sendiri. Memang sangat sulit mencontohkan hal baik pada pasangan, meski itu haruslah tetap di usahakan.

Mengingat rumah tangga adalah tentang saling memberi contoh, bukan hanya sekedar saling menasehati.

"Udah istirahat nih, aku mau makan."

Arka berujar seraya meraih bekal makan yang tadi telah disiapkan oleh Amanda.

"Ya udah makan gih, ini juga aku mau makan." ujar Amanda seraya membereskan sisa pekerjannya.

"Eh tapi aku mau pesan es teh manis dulu." ujar Arka.

"Es terus, ntar diabetes aja kamu."

"Marah mulu, mending kamu makan." jawab Arka sambil tertawa.

Ia lalu minta tolong pada office boy untuk dibelikan es teh manis. Tak lupa ia memberikan uang tip yang cukup besar kepada office boy tersebut.

Di kantor itu para cleaning service selalu berebut jika di suruh oleh Arka. Sebab Arka terkenal tak pelit dalam memberikan uang tip. Sambil menunggu es teh manis itu tiba, ia pun membuka kotak bekal makan dan mulai menikmatinya.

Hal yang sama terjadi pada Amanda. Wanita itu juga membuka kotak bekal makan dan mulai mengambil suapan pertama.

"Kita mesra banget ya, sampe bekal makannya aja couple."

Amanda berujar seraya tertawa geli. Arka sendiri tersedak mendengar semua itu.

"Kamu makan nasi, aku makan nasi. Kamu pake nugget dan sayuran, aku juga pake nugget dan sayuran. Sehati dan sejiwa banget ya kita." Arka meneruskan candaan tersebut.

"Ini mah bukan couple, tapi karena kulkasnya kosong. Sisa ini doang."

Amanda membuat keduanya kembali tertawa geli. Mereka kemudian lanjut makan, saling pamit untuk istirahat, dan menyudahi panggilan tersebut. Kemudian dari sana ke depan, mereka memfokuskan diri untuk bekerja.

***

"Kalian sudah lama nggak main kesini, datanglah sekali-kali. Ibu sama papa dan Rianti sudah kangen sama si kembar."

Ibu Arka berkata dengan nada cukup mellow kepada Arka di telpon. Padahal baru minggu lalu ia mengajak istri serta kedua anaknya untuk mengunjungi orang tua itu.

"Iya bu, nanti Arka sama Amanda kesana ajak anak-anak." ucap Arka kemudian.

"Janji ya, Ka. Jangan nggak loh."

"Iya bu, Arka janji." ucap Arka lagi.

Mereka lanjut berbincang sejenak, sampai kemudian telpon tersebut pun disudahi oleh sang ibu.

"Perasaan minggu kemaren kita kesana deh, walau nggak nginep. Apa aku yang udah amnesia."

Arka berujar pada sang istri dan kini mereka sudah berada di jalan pulang.

Amanda tertawa.

"Namanya juga orang tua, Ka. Mau kemaren kita kesana juga, tetap kalau kita udah pulang mereka akan kangen lagi sama cucu mereka. Orang tua dimana-mana emang lebih sayang cucu ketimbang anaknya sendiri."

Arka ikut tertawa kali ini.

"Iya juga sih, kebanyakan kayak gitu." ucapnya kemudian.

"Oh ya kan kita mau belanja." ujar Arka.

"Oh iya." Amanda baru ingat.

"Aku nih yang calon amnesia." Seloroh wanita itu sambil tertawa.

"Untung kamu ingetin." lanjutnya lagi.

"Pasti pikiran kamu tadi udah mau rebahan kan di rumah." Arka menjudge istrinya tersebut.

"Mau berendam sama anak-anak." jawab Amanda seraya tertawa.

"Ya udah, kita belanja dulu aja." tukas Arka.

Maka pria itu pun membelokkan arah ke jalan yang menuju supermarket langganan mereka. Sesampainya disana Arka langsung mengambil troli dan mereka berjalan berdua memasuki kawasan.

"Buuuk."

Tiba-tiba bahu Arka menabrak seseorang, yang tampak membawa troli dengan banyak barang belanjaan di dalamnya.

"Lo ngapain disini, Ri?"

Arka menyadari jika orang tersebut adalah Rio.

Seketika Rio pun nyengir pada keduanya.

"Ini gue mau kolaborasi sama YouTuber Bonbon Sutiyoso. Mau masak banyak sosis terus bakalan di bagi-bagikan." jawab pemuda itu.

"Sebanyak ini?" tanya Amanda pada Rio.

"Iya, Man. Ini aja masih kurang, soalnya mau bikin 1000 porsi."

"Koq nggak ngambil lagi?" Kali ini Arka yang bertanya. 

"Abis, ini aja gue udah di pelototin dan dihujat sama emak-emak yang mau beli sosis merk ini." ucapnya kemudian.

Arka dan Amanda pun kini tertawa.

"Lo kalau mau masak sebanyak itu, jangan beli disini. Bisa digoreng lo sama emak-emak pemburu sosis. Ngambil tuh ke distributor langsung atau hubungi pihak perusahannya, terus minta sponsorin." ucap Amanda.

"Ya abis gimana, orang gue nggak tau."

Amanda lalu mengambil handphone dan memencet-mencet entah apa disana. Tak lama kemudian ia memperlihatkan sesuatu pada Rio.

"Nih isi, lo kurangnya berapa banyak." ujar Amanda.

"Ini ngambil dimana, Man?" tanya Rio seraya menatap Amanda.

"Udah tenang aja, itu relasi gue koq." ujar Amanda.

Maka Rio pun mengetik jumlah kekurangan yang masih harus ia penuhi. Tak lama Amanda membereskan dan menyelesaikan orderan tersebut.

"Nih udah gue order. Ntar dikirim ke alamat rumah lo." ujarnya kemudian.

"Ya udah ntar gue transfer uangnya." ucap Rio.

"Nggak usah, lo bagi-bagikan aja tuh. Jangan lupa dimasak yang bener dan bersih, soalnya buat orang."

"Ini serius?" tanya Rio pada Amanda. ia juga kini menatap Arka.

"Jangan gitu ah, nggak enak gue. Kan gue punya budget buat beli semua itu."

"Udah lo pake aja, orang gue juga nggak bayar pake duit koq ke orangnya. Bayar pake kerjasama."

"Serius?"

"Serius, udah."

"Wah makasih loh, Firman. Lo emang bener-bener ya." ucap Rio penuh kegembiraan. 

"Udah sono lo balik, sebelum di culik sama emak-emak." Arka berujar sambil tertawa. Tak lama mereka pun berpisah di tempat itu.

"Ternyata Rio ada gunanya juga, selain bikin konten mukbang nggak jelasnya dia itu."

Arka berseloroh sambil tertawa ketika Rio telah jauh. Sementara Amanda kini ikutan tertawa.

"Tempo hari dia mukbang apaan sih itu?. Aku liat thumbnail nya doang, belum sempat nonton."

"Mukbang telor kalkun 1 biji sama telor ayam. Abis itu meriang, karena mual."

Amanda tertawa.

"Oh ya?"

"Iya, kan telor kalkun lebih amis ketimbang telor ayam. Ditambah telor ayamnya juga lagi."

"Kayak telor bebek kali ya?" ucap Amanda.

"Nggak tau, aku aja nggak berani makan." ucap Arka.

Mereka kemudian lanjut menyusuri lorong demi lorong diantara barisan rak supermarket, dan mulai memilah-milah barang yang hendak mereka beli.

Gareth

"Kebanyakan dari kita tak menyadari, jika apa yang telah kita jalani seharian ini. Berpengaruh pada apa yang akan kita jalani esok hari."

Sebuah tayangan iklan dengan kata-kata tersebut di atas terus berulang-ulang di sebuah ruangan. Tepatnya pada sebuah gedung perkantoran yang tinggi dan megah.

Gareth Surya Evans yang membintangi iklan tersebut, kini duduk di ruangan itu sambil fokus menatap layar laptop.

Ia merupakan pria sukses yang baru saja berhasil mendirikan perusahaan teranyar, yang sama sekali berbeda dengan perusahaan yang ia pimpin selama ini.

Jika selama ini perusahannya bergerak di bidang jasa keuangan. Kini ia merambah ke produk kesehatan dan membuka platform market place. Sebuah loncatan yang cukup berani, mengingat persaingan pada dua sektor tersebut sangatlah ketat saat ini.

Banyak produk pesaing yang telah memiliki nama terlebih dahulu. Tapi dengan strategi marketing yang brilian, Gareth beserta produknya mampu meraih pasar dan saat ini tengah berkembang pesat.

"Pak Gareth, bapak sudah ditunggu oleh klien."

Seorang sekretaris bertubuh seksi masuk dan memberitahukan hal tersebut pada Gareth. Tak lama pria tampan bertubuh tinggi itu pun berdiri, dan berlalu meninggalkan ruangannya.

***

"Si Gareth lagi sukses gila-gilaan itu.

Salah satu petinggi sekaligus orang kepercayaan Amanda berujar. Ketika mereka semua mengadakan rapat internal guna membahas pembaharuan serta pelebaran sayap perusahaan, yang telah mereka rencanakan sejak setahun belakangan ini.

"Jadi menurut kalian, kita lanjut atau berubah haluan?"

Amanda meminta pendapat para senior di kantornya. Sebab untuk melakukan pergerakan, mereka harus membaca situasi terlebih dahulu.

Jangan sampai apa yang mereka lakukan, membuat mereka salah dalam mengambil tindakan. Dan ujungnya mereka akan rugi besar akibat kurang perhitungan.

"Saya rasa, iya. Sebab untuk masuk ke ranah itu kita mesti menyiapkan strategi yang kuat. Saat ini produknya Gareth sedang menguasai pasaran dan kita sulit untuk meraih pangsa pasar."

Salah satu petinggi berujar, Amanda kini diam dan tampak berpikir.

***

"Jadi menurut kamu, kamu mau menyerah gitu aja?"

Arka bertanya pada Amanda, ketika mereka akhirnya pulang kerja dan mampir ke tempat Math. Salah satu teman Arka yang memiliki kafe dengan nuansa jadul. Saat hamil Azka dan Afka Amanda kerap diajak Arka ke tempat itu.

"Ya abis gimana, mau berperang juga butuh strategi yang kuat Ka. Nggak bisa asal serang, yang ada kita kalah."

Amanda berujar seraya menyeruput es kunyit asam yang ia pesan. Sedang Arka tadi memesan kopi hitam pahit. Semenjak masuk ke dunia kerja, omongan Arka dan Amanda sudah lebih nyambung.

Berbeda saat dulu ketika Arka hanya bekerja di dunia entertainment. Arka tak mengerti dunia bisnis dan perkantoran, sedang Amanda tak begitu mengerti perihal dunia keartisan.

Meski ia sempat menanam modal pada salah satu Production House. Tetap saja hal tersebut bukan ia yang mengurus. Obrolan mereka tentang pekerjaan pun jadi kerap tidak ada korelasi.

Tapi saat ini semua sudah bisa saling mengimbangi. Terutama Arka yang sekarang sedikit banyak mengerti tentang kegiatan sang istri.

"Terus langkah selanjutnya apa?. Maksudnya kamu mau bikin apa lagi?" Arka kembali bertanya pada Amanda.

"Ya, mungkin bakalan diajak kerjasama si Gareth-nya. Kita membantu dia dan mengambil keuntungan aja dari sana." jawab wanita itu.

Mereka kemudian bercakap panjang lebar mengenai hal tersebut. Tanpa terasa malam pun mulai larut. Lagu-lagu yang ditampilkan oleh band yang manggung di tempat itu, makin menambah syahdu suasana.

"Mau dansa sama aku?" tanya Arka pada Amanda, ketika lagu yang tengah dimainkan dirasa pas untuk hal tersebut.

"Oke." jawab Amanda seraya tersenyum.

Maka Arka pun mengulurkan tangannya, dan di sambut oleh wanita itu. Mereka kemudian berdansa, dibawah terpaan cahaya lampu yang kuning temaram.

Sementara di rumah Azka dan Afka mulai berkelakuan. Mereka sengaja melengos dan merayap kesana-kemari, saat diberikan botol berisi susu oleh dua pengasuh mereka.

"Ayo Azka, Afka. Minum susu dulu."

Laras si pengasuh baru mencoba merayu Azka dan Afka. Namun kedua anak itu kadang berjalan, merambat, dan bahkan merayap dengan super cepat. Karena mereka memang lebih cepat merayap ketimbang berjalan.

"Papapa."

"Mama."

Azka dan Afka berujar di waktu yang nyaris bersamaan.

"Iya, nanti papa sama mama pulang." Anita mencoba ikut membujuk keduanya.

"Hoayaa."

Mereka malah kabur dan berhenti di kolong-kolong meja sambil tertawa.

"Eheeee."

***

"Kenapa Anita?"

Amanda bertanya ketika asisten rumah tangga sekaligus pengasuh anaknya itu menelpon.

"Ngamuk, bu. Ini udah mulai nangis, botol susunya di banting. Maunya papapa sama mama mulu." Anita menjelaskan.

"Oh ya udah, ini bentar lagi kita pulang koq." ujar Amanda.

Maka Anita pun menyudahi telpon tersebut.

"Ngamuk mereka?" tanya Arka pada sang istri.

"Iya, mungkin karena kita biasa pulang sebelum ini deh." ucap Amanda.

"Dikira kita nggak balik kali ya." ucap Arka.

"Ya udah, kita balik aja. Udah malem juga." lanjutnya lagi.

Mereka pun kemudian pamit pada Matthew dan bergegas untuk pulang. Sesampainya di penthouse, tampak Azka dan Afka sedang mengamuk sambil menangis. Anita dan Laras benar-benar teraniaya dibuat oleh mereka.

"Plaaak."

Azka memukul wajah Laras di depan mata Arka serta Amanda yang baru meletakkan tas.

"Heh, nggak boleh begitu."

Amanda langsung mengeluarkan ocehan ala emak-emaknya. Tak lama anak kembar itu berpindah ke tangan Arka dan juga Amanda. Sedang pengasuh bersiap untuk pulang. Pak Darwis masih standby di bawah dan bermain catur dengan para sekuriti.

"Kenapa mbaknya tadi di tabok, hah?"

Arka bertanya pada sang anak, ketika kedua asisten rumah tangga telah turun ke bawah.

"Hoayaa."

Azka memberikan semacam pembelaan diri. Mungkin dalam pikirannya ia telah berargumen banyak. Tetapi kata yang terdengar oleh orang dewasa tetap hanya celotehan khas bayi.

"Nanti mbak Laras nggak mau lagi loh jagain Azka, Azka suka nabok soalnya." Amanda menimpali.

"Eheeee."

Di luar dugaan Afka malah tertawa, membuat Azka yang tengah di marahi itu juga ikutan tertawa. Arka dan Amanda saling pandang sambil menahan senyum.

"Kelakuan anak kamu, Ka." ujar Amanda kemudian.

"Kan kamu ibunya." Arka balas meledek.

"Maksudnya didikan aku gitu?"

"Ya kan perilaku anak mencerminkan ibunya."

"Enak aja."

"Mama."

"Papapa."

Azka dan Afka refleks memegang wajah kedua orang tua mereka, dengan tangan mungil yang mereka miliki. Seketika Arka dan Amanda pun saling menatap sambil tersenyum.

"Nggak boleh emak-bapaknya berantem." ujar Amanda.

Arka pun jadi tertawa. Pasalnya kedua anak itu benar-benar mendekatkan wajah ibu dan ayah mereka, ke wajah mereka. Tentu saja hal tersebut membuat hati Arka dan Amanda menjadi meleleh.

"Nggak, papa sama mama nggak berantem koq. Main-main doang." ucap Arka.

Lalu Azka memeluk Arka dan Afka memeluk Amanda. Sementara kedua orang tua mereka makin meleleh dan sangat terharu biru.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!