NovelToon NovelToon

Berondong Bayaran, CEO Cantik 2

Kehidupan Arka dan Amanda

(BACALAH NOVEL INI DARI VOL 1)

"Good morning sayang."

Arka tersenyum pada Amanda yang baru saja membuka mata, di pagi hari yang masih berembun.

"God morning." balas Amanda seraya tersenyum pula.

Arka kemudian mencium bibir istrinya itu dengan lembut dan mesra.

"Wangi banget, kamu udah sikat gigi ya Ka?" tanya Amanda pada pemuda itu.

"Udah barusan." jawab Arka.

"Aku bau."

Amanda berkata lalu beranjak.

Setiap pagi setelah bangun tidur, hal pertama yang mereka lakukan sebelum menyapa pasangan adalah menyikat gigi.

Sehingga pagi mereka selalu dipenuhi vitalitas dan juga kesegaran yang membawa energi positif. Seperti pagi ini, Amanda bergerak menuju kamar mandi untuk menggosok gigi dan mencuci muka.

Sementara Arka beralih ke kamar si kembar untuk mengecek apakah mereka sudah bangun atau belum. Dan ternyata mereka sudah duduk di dalam box bayi sambil seolah saling berinteraksi satu sama lain.

"Selamat pagi anak-anak papa."

Arka menyapa keduanya dengan mencium kening mereka satu persatu. Seperti biasa mereka antusias dan menyebut Arka dengan tiga suku kata.

"Papapa."

"Papapa."

Arka tertawa, lalu mengeluarkan dan melucuti pakaian mereka untuk mandi. Sudah tugas rutinnya pagi-pagi memandikan anak. Sementara Amanda biasanya akan beberes dan membuat sarapan.

Sejauh ini rumah tangga mereka adem ayem serta harmonis. Tak pernah ada yang keberatan dalam mengerjakan tugas apapun itu. Semua dilakukan dengan ikhlas dan sukarela, sehingga setiap hari hampir tak pernah ada hal negatif yang berani menghampiri mereka.

"Udah pada ganteng anak-anak mama."

Amanda menyapa kedua anaknya yang kini dibawa oleh Arka untuk keluar dan duduk di kursi makan mereka. Amanda telah selesai mengelap debu di perabotan dan untuk urusan lantai, ada tiga robot penghisap debu yang saat ini masih lalu lalang.

"Nono."

"Nono."

Azka dan Afka antusias dan senang melihat robot-robot tersebut. Mereka menamai robot-robot itu dengan nama Nino.

Sebab waktu itu Nino yang membelikan, karena yang sebelumnya sudah rusak. Setiap kali melihat robot tersebut, mereka selalu menyebut kata "Nono." Yakni panggilan mereka terhadap Nino selama ini.

"Iya Nono lagi bersih-bersih, kalian makan dulu ya." ucap Amanda.

"Ka, mandi Ka." Amanda juga berujar pada sang suami.

"Iya, ini aku mau mandi." tukas Arka.

Pria itu kini beralih ke kamar, tentu saja untuk menuju ke kamar mandi dan membersihkan diri. Sebab sebentar lagi ia dan Amanda akan segera berangkat kerja.

"Nih, sarapan dulu nak."

Amanda meletakkan potongan buah pisang, mashed potato serta beberapa buncis rebus dihadapan Azka dan juga Afka. Tak lupa ia menyelipkan brokoli satu atau dua potong.

Mengingat kedua anak itu amat sangat membenci rasa brokoli. Awal-awal mereka coba makan, namun ternyata kapok.

Sisanya mereka lebih banyak menyingkirkan sayuran sehat tersebut ke pinggir. Namun Amanda tak pernah berhenti dan terus memberikannya.

Kadang mereka makan, kadang juga dilempar ke lantai. Bahkan pernah masuk ke sepatu Arka yang disiapkan Amanda di dekat sana. Ketika Arka memasang sepatu, ia menginjak sesuatu yang hijau.

Kalau sudah seperti itu Arka akan menggerutu dan si kembar tertawa-tawa. Namun pagi mereka akan menjadi penuh warna.

Selang beberapa saat kemudian Arka tiba di meja makan dalam keadaan yang sudah rapi. Saat itu makanan Azka dan Afka sudah hampir habis.

"Wah dua anak papa pinter, makanannya hampir habis."

Arka mengusap kepala Azka dan Afka yang saat ini masing mengunyah baby buncis.

"Pinter dong papa, tapi brokolinya tetap di lempar." ucap Amanda seraya tertawa.

"Oh ya?"

Arka memperhatikan kedua anaknya itu, lalu beralih ke arah brokoli yang kini sudah berada di atas meja makan.

"Di lempar tadi ke robot Nono. Hampir di hisap." ujar Amanda seraya masih tertawa, Arka pun jadi ikut-ikutan tertawa. Kini pemuda itu duduk di meja makan.

"Nih Ka, kopi susunya."

Amanda meletakkan segelas kopi susu ke dekat sang suami. Arka langsung menyeruput kopi susu tersebut lalu mengambil dua potong roti dan mengolesnya dengan butter. Sementara Amanda rotinya sudah hampir habis, sebab ia sudah makan duluan sejak tadi.

"Oh ya, Ka. Bekal hari ini nugget, nasi, sama sayur rebus aja ya. Aku nggak sempat siapin yang lain, soalnya bahan udah habis semua. Paling ntar sore aku belanja." ujar Amanda.

"Iya, nggak apa-apa. Kalau nggak sempat siapin bekal juga, aku kan bisa beli." tukas Arka.

"Iya."

Amanda menyudahi sarapannya. Tak lama dua asisten rumah tangga yang biasa mengasuh Azka dan Afka pun tiba. Sampai hari ini Amanda dan para asistennya itu tak tinggal serumah.

Amanda ingin hubungannya dengan Arka tetap intens tanpa adanya orang lain di sekitar. Semua diperuntukkan agar mereka bisa membangun kedekatan dengan anak-anak.

Lagipula di jaman sekarang secantik apapun wanita, haruslah tetap wanti-wanti. Apalagi pengasuh kedua anaknya itu adalah perempuan yang masih muda-muda.

Baru-baru ini ada kejadian seroang artis yang diceraikan suaminya lewat WhatsApp, sebulan kemudian sang mantan suami menikahi baby sitter anak-anak mereka.

Amanda tak mau hal tersebut terjadi. Ia lebih baik menjaga rumah tangganya dengan sangat hati-hati, daripada menyesal di kemudian hari. Sebab mereka semua pun hanyalah manusia biasa dan bisa saja khilaf serta melakukan kesalahan.

Amanda tak ingin rumah tangganya hancur akibat kehadiran orang ketiga. Apalagi dirinya jauh lebih dewasa ketimbang Arka.

Kebanyakan perselingkuhan terjadi akibat adanya interaksi yang terus menerus terjadi secara intens. Bermula dari saling menyapa, berbicara, lalu munculah benih-benih rasa yang membuat orang menjadi lupa.

Meski Amanda percaya Arka tak akan berbuat hal demikian. Tetapi kembali lagi, mencegah akan selalu lebih baik daripada mengobati. Sebab bila sudah terjadi, luka yang tercipta pun kebanyakan sulit untuk disembuhkan. Kalaupun sembuh, semuanya tak akan kembali utuh seperti semula.

Usai menitipkan Azka dan Afka pada asisten rumah tangga, Amanda dan Arka pun pamit untuk pergi bekerja. Seperti biasa Amanda di antar Arka terlebih dahulu, kemudian barulah pria itu beranjak menuju kantor tempat dimana ia bekerja.

Ia masih setia di kantor itu, walau dulu sempat ada kepikiran untuk resign dan kembali fokus di dunia entertainment. Namun ternyata keduanya bisa dijalani dengan baik, dan ia menikmati semua itu dengan hati yang gembira.

Sejauh ini Arka masih yang terbaik di bidangnya dan Putra sangat senang bekerjasama dengan pemuda itu. Bahkan atasan Arka tersebut berencana menaikkan jabatan Arka kembali dalam waktu dekat ini.

"Aku udah sampe ya."

Arka mengirim pesan singkat pada Amanda, ketika ia telah sampai di kantor dan membereskan segala keperluannya.

"Oke, selamat bekerja papa kangkung sayang."

"Selamat bekerja mama Firman, nanti siang kita lunch bareng ya. Kamu disana dan aku disini sambil telponan, biar kayak cabe-cabean alay."

Amanda tertawa membaca semua itu, tak lama keduanya pun memulai pekerjaan masing-masing.

***

BACA BERONDONG BAYARAN CEO CANTIK VOL 1.

Rio Yang Mulai Berguna

Suasana di kantor Amanda pagi itu cukup sibuk, sama halnya dengan kantor-kantor lain seperti kantor Nino, Ryan, maupun kantor tempat dimana kini Arka tengah menghadapi kesalahan dari bawahannya.

"Coba Din, kamu perbaiki lagi. Kamu fokus dan tolong agak lebih cepat, karena waktu kita udah mepet." Arka berujar pada bawahannya tersebut dengan sedikit penekanan.

"Baik pak."

Bawahannya tersebut kembali ke luar dan mengerjakan apa yang diperintahkan oleh Arka.

"Marah mulu bapak."

Ia yang terhubung dengan panggilan zoom dengan Amanda itu, di ledek oleh sang istri pada beberapa detik berikutnya.

"Gimana nggak marah, orang waktunya udah mepet. Aku udah kasih dia waktu seminggu, masa iya masih salah."

Arka berucap dengan nada pelan, meski tak akan ada yang mendengar. Sebab ia kini telah memiliki ruangannya sendiri.

"Minum dulu, Ka. Biar adem." ujar Amanda masih dengan nada menggoda. Tak lama ia menemukan sesuatu pada sebuah file dan berteriak.

"Pia, kamu tolong masuk ke sini dulu!"

"Iya bu, ada apa?" tanya sekretarisnya itu sambil tergopoh-gopoh.

"Ini koq kayak gini sih?"

Gantian Amanda yang mengoceh, dan kali ini Arka yang tertawa-tawa. Usai perkara istrinya itu beres, Arka balas memberi ledekan.

"Minum air putih dulu bu, pake es. Biar adem." ujarnya kemudian.

Amanda pun kini jadi tertawa sekaligus memerah pipinya. Hal seperti ini kerapkali terjadi. Dimana Amanda mencoba menenangkan sang suami, tapi justru pada menit berikutnya ia sendiri lah yang marah-marah.

Hal serupa juga terjadi pada Arka yang berusaha menenangkan hati sang istri, tapi ujungnya malah ia yang terjebak dalam suasana penuh kekesalan.

Kadang demi menyadari hal tersebut, keduanya sampai menertawai diri sendiri. Memang sangat sulit mencontohkan hal baik pada pasangan, meski itu haruslah tetap di usahakan.

Mengingat rumah tangga adalah tentang saling memberi contoh, bukan hanya sekedar saling menasehati dan minta di dengar.

"Udah istirahat nih, aku mau makan."

Arka berujar seraya meraih bekal makan yang tadi telah disiapkan oleh Amanda.

"Ya udah makan gih, ini juga aku mau makan." ujar Amanda seraya membereskan sisa pekerjannya.

"Eh tapi aku mau pesan es teh manis dulu." ujar Arka.

"Es teh manis terus, ntar diabetes aja kamu. Nggak liat sekarang bahkan anak-anak banyak yang cuci darah."

"Marah mulu, mending kamu makan." jawab Arka sambil tertawa kecil.

Ia lalu minta tolong pada office boy untuk dibelikan es teh manis. Tak lupa ia memberikan uang tip yang cukup besar kepada office boy tersebut.

Di kantor itu para cleaning service selalu berebut jika di suruh oleh Arka, sebab Arka terkenal tak pelit dalam memberikan uang tip. Sambil menunggu es teh manis itu tiba, ia pun membuka kotak bekal makan dan mulai menikmatinya.

Hal yang sama terjadi pada Amanda. Wanita itu juga membuka kotak bekal makan dan mulai mengambil suapan pertama.

"Kita mesra banget ya, sampe bekal makannya aja couple."

Amanda berujar seraya tertawa geli. Arka sendiri tersedak ketika mendengar semua itu.

"Kamu makan nasi, aku makan nasi. Kamu pake nugget dan sayuran, aku juga sama. Sehati dan sejiwa banget ya kita." Arka meneruskan candaan tersebut.

"Ini mah bukan couple, tapi karena kulkasnya kosong. Sisa ini doang."

Amanda membuat keduanya kembali tertawa geli. Mereka kemudian lanjut makan, saling pamit untuk istirahat, dan menyudahi panggilan tersebut. Kemudian dari sana ke depan, mereka memfokuskan diri untuk kembali bekerja.

***

"Kalian sudah lama nggak main kesini, datanglah sekali-kali. Ibu sama papa dan Rianti sudah kangen sama si kembar."

Ibu Arka berkata kepada Arka di telpon, dengan nada yang sedih. Padahal baru minggu lalu ia mengajak istri serta kedua anaknya untuk mengunjungi orang tua itu.

"Iya bu, nanti Arka sama Amanda kesana ajak anak-anak." ucap Arka kemudian.

"Janji ya, Ka. Jangan nggak loh."

"Iya bu, Arka janji." ucap Arka lagi.

"Ibu tuh udah kangen banget sama kalian, terutama si kembar. Papamu juga sama, nanyain cucunya terus."

"Iya bu, ibu tunggu aja ya!. Arka sama anak-anak pasti datang nanti."

Mereka pun lanjut berbincang sejenak, sampai kemudian telpon tersebut pun disudahi oleh sang ibu.

"Perasaan minggu kemaren kita kesana deh, walau nggak nginep. Apa aku yang udah amnesia?"

Arka bertanya pada sang istri dan kini mereka sudah berada di jalan pulang. Arka menceritakan perihal ibunya yang sudah kangen pada si kembar. Amanda lalu tertawa demi mendengar hal tersebut.

"Namanya juga orang tua, Ka. Mau kemaren kita kesana juga, tetap kalau kita udah pulang, mereka akan kangen lagi sama cucu mereka. Orang tua dimana-mana emang lebih sayang cucu ketimbang anaknya sendiri." ujar wanita itu.

Arka ikut tertawa kali ini.

"Iya juga sih, kebanyakan kayak gitu." ucapnya kemudian.

"Oh ya kan kita mau belanja." ujar Arka.

"Oh iya." Amanda baru ingat akan hal tersebut.

"Aku nih yang calon amnesia." Seloroh wanita itu sambil tersenyum.

"Untung kamu ingetin." lanjutnya lagi.

"Pasti pikiran kamu tadi udah mau rebahan kan di rumah." Arka menjudge istrinya tersebut.

"Mau berendam sama anak-anak." jawab Amanda.

"Pikiran aku sih tadi begitu." lanjutnya lagi.

"Ya udah, kita belanja dulu aja." tukas Arka.

Maka pria itu pun membelokkan arah mobil ke jalan yang menuju supermarket langganan mereka. Sesampainya disana Arka langsung mengambil troli dan mereka berjalan berdua memasuki kawasan dimana rak-rak yang berisi segala keperluan berjejer.

"Buuuk."

Tiba-tiba bahu Arka menabrak seseorang, yang tampak membawa troli dengan banyak barang belanjaan di dalamnya.

"Lo ngapain disini, Ri?"

Arka menyadari jika orang tersebut adalah Rio.

Seketika Rio pun nyengir pada keduanya.

"Ini gue mau kolaborasi sama YouTuber Bonbon Susanto. Mau masak banyak sosis terus bakalan di bagi-bagikan ke orang-orang." jawab pemuda itu.

"Sebanyak ini?" tanya Amanda pada Rio.

"Iya, Man. Ini aja masih kurang, soalnya mau bikin 1000 porsi." jawab pemuda itu.

"Koq nggak ngambil lagi?"

Kali ini Arka yang bertanya, sebab ia memperhatikan troli yang dibawa Rio dan memperkirakan jumlah sosis itu tak sampai beberapa.

"Abis, Ka. Ini aja gue udah di pelototin dan dihujat sama emak-emak yang mau beli sosis merk ini." jawab Rio kemudian.

Arka dan Amanda pun kini saling menatap satu sama lain.

"Lo kalau mau masak sebanyak itu, jangan beli disini. Bisa digoreng lo sama emak-emak pemburu sosis. Ngambil tuh ke distributor langsung atau hubungi pihak perusahannya dan minta di endorse." ucap Amanda.

"Bener, Ri. Bukannya si Bonbon udah terkenal ya, dan biasanya ada aja brand yang mau ngendorse." Arka menimpali.

"Tapi si Bonbon ngasih gue duit buat beli, Ka. Emang kali ini edisinya ga di endorse." jawab Rio.

"Oh ya udah kalau gitu."

Amanda lalu mengambil handphone dan memencet-mencet entah apa disana. Tak lama kemudian ia memperlihatkan sesuatu pada Rio.

"Nih isi, lo kurangnya berapa banyak." ujar Amanda seraya menyerahkan handphone nya pada Rio.

"Ini ngambil dimana, Man?" tanya Rio seraya menatap Amanda dan meraih perangkat tersebut.

"Udah tenang aja, gue kenal koq sama salah satu orangnya." ujar Amanda.

"Maksud lo, orang yg kerja di perusahaan sosis merk ini?" tanya Rio lagi.

"Lah iya, Ri. Pastinya orang sosis ini lah, nggak mungkin orang toko bangunan." Amanda berseloroh.

Maka Rio pun mengetik jumlah kekurangan yang masih harus ia penuhi. Tak lama Amanda membereskan dan menyelesaikan urusan tersebut.

"Nih udah gue bilang. Ntar langsung dikirim ke alamat rumah lo." ujar wanita itu.

"Ya udah ntar gue transfer uangnya." ucap Rio.

"Nggak usah, lo belikan yang lain aja uangnya. Bumbu kek, apa kek. Jangan lupa dimasak yang bener dan bersih, soalnya buat orang."

"Ini serius?" tanya Rio pada Amanda. ia juga kini menatap Arka.

"Jangan gitu ah, nggak enak gue. Kan gue punya budget buat beli semua itu." ujarnya.

"Udah lo pake aja budgetnya buat hal lain. Orang gue juga nggak bayar pake duit koq ke orangnya." jawab Amanda.

"Serius?" Rio benar-benar tak menyangka.

"Serius, udah."

"Wah makasih loh, Firman. Lo emang bener-bener bisa diandalkan ya." ucap Rio penuh kegembiraan. 

"Udah sono lo balik, sebelum di culik sama emak-emak."

Arka berujar dengan nada bercanda. Tak lama mereka pun berpisah di tempat itu.

"Ternyata Rio ada gunanya juga, selain bikin konten mukbang nggak jelasnya dia itu."

Arka berseloroh ketika Rio telah jauh, sementara Amanda kini tertawa.

"Tempo hari dia mukbang apaan sih itu?. Aku liat thumbnail nya doang, belum sempat nonton." tanya Amanda.

"Mukbang telor kalkun 1 biji sama telor ayam. Abis itu meriang, karena mual." jawab Arka.

Amanda terbahak bahkan nyaris tersedak.

"Oh ya?"

"Iya, kan telor kalkun lebih amis ketimbang telor ayam. Ditambah telor ayamnya juga lagi."

"Kayak telor bebek kali ya?" tanya Amanda.

"Nggak tau, aku aja nggak berani makan." jawab Arka.

Mereka kemudian lanjut menyusuri lorong demi lorong diantara barisan rak supermarket, dan mulai memilah-milah barang yang hendak mereka beli.

Pertama-tama tentu saja keperluan seperti detergen, cairan pengepel lantai, serta sabun cuci piring. Sebab semua itu juga telah habis.

Usai mendapatkan semua itu, mereka beralih ke keperluan anak-anak. Seperti sabun, sampo, diapers dan lain-lain.

Dan setelah semuanya dirasa cukup, barulah mereka beralih ke bagian belakang. Guna memilih sayuran, buah, ikan, daging, serta bumbu-bumbu. Untuk urusan tersebut, Arka hanya mengikuti dari belakang dan menyerahkan sepenuhnya pada Amanda.

Gareth

"Kebanyakan dari kita tak menyadari, jika apa yang telah kita jalani seharian ini. Berpengaruh pada apa yang akan kita jalani esok hari."

Sebuah tayangan iklan dengan kata-kata tersebut di atas terus berulang-ulang di sebuah ruangan. Tepatnya pada sebuah gedung perkantoran yang tinggi dan megah.

Gareth Surya Evans yang membintangi iklan tersebut, kini duduk di ruangan itu sambil fokus menatap layar laptop.

Ia merupakan pria sukses yang baru saja berhasil mendirikan perusahaan terbaru, yang sama sekali berbeda dengan perusahaan yang ia pimpin selama ini.

Jika selama ini perusahannya bergerak di bidang jasa keuangan. Kini ia merambah ke produk kesehatan dan membuka platform market place untuk meningkatkan penjualan .

Sebuah loncatan yang cukup berani, mengingat persaingan pada dua sektor tersebut sangatlah ketat saat ini.

Banyak produk pesaing yang telah memiliki nama terlebih dahulu. Tapi dengan strategi marketing yang brilian, Gareth beserta produknya mampu meraih pasar dan saat ini tengah berkembang pesat.

"Pak Gareth, bapak sudah ditunggu oleh klien."

Seorang sekretaris bertubuh seksi masuk dan memberitahukan hal tersebut pada Gareth. Tak lama pria tampan bertubuh tinggi itu pun berdiri, dan berlalu meninggalkan ruangannya.

***

"Kita sudah didahului oleh perusahaan Gareth."

Salah satu petinggi perusahaan sekaligus orang kepercayaan Amanda berujar. Ketika mereka semua sedang mengadakan rapat internal guna membahas pembaharuan serta pelebaran sayap perusahaan, yang telah mereka rencanakan sejak dua tahun belakangan ini.

"Jadi menurut bapak-bapak disini, kita lanjut atau berubah haluan?"

Amanda meminta pendapat para senior di kantornya tersebut. Sebab untuk melakukan pergerakan, mereka harus membaca situasi terlebih dahulu.

Jangan sampai apa yang mereka lakukan, membuat mereka salah dalam mengambil langkah. Dan ujungnya mereka akan rugi besar akibat kurang perhitungan.

"Saya rasa, iya. Sebab untuk masuk ke ranah itu kita mesti menyiapkan strategi yang kuat. Saat ini produknya Gareth sedang menguasai pasaran dan kita sulit untuk mendapat celah."

Salah satu petinggi perusahaan berujar, Amanda kini diam dan tampak berpikir. Karena memang benar produk yang dimiliki Gareth, saat ini sedang viral-viralnya.

Ia memanfaatkan betul rasa penasaran serta jiwa konsumtif yang dimiliki rata-rata orang di negri ini. Dengan bantuan berbagai media sosial, iklan yang tepat sasaran, serta tak lupa memberdayakan para influencer yang sudah memiliki jutaan pengikut.

***

"Jadi menurut kamu, kamu mau menyerah gitu aja?"

Arka bertanya pada Amanda, ketika mereka akhirnya pulang kerja dan mampir ke tempat Math. Salah satu teman Arka yang memiliki kafe dengan nuansa jadul. Saat hamil Azka dan Afka Amanda kerap diajak Arka ke tempat tersebut.

"Ya habis gimana, mau berperang juga butuh strategi yang kuat Ka. Nggak bisa asal serang, yang ada kita kalah."

Amanda berujar seraya menyeruput es kunyit asam yang ia pesan, sedang Arka tadi memesan kopi hitam pahit. Semenjak masuk ke dunia kerja, omongan Arka dan Amanda sudah lebih nyambung.

Berbeda saat dulu ketika Arka hanya bekerja di dunia entertainment. Arka tak mengerti dunia bisnis dan perkantoran, sedang Amanda tak begitu mengerti perihal dunia keartisan.

Meski ia sempat menanam modal pada salah satu Production House, tetap saja hal tersebut bukan ia yang mengurus. Obrolan mereka tentang pekerjaan pun jadi kerap tidak ada titik temu.

Tapi saat ini semua sudah bisa saling mengimbangi. Terutama Arka yang sekarang sedikit banyak mengerti tentang kegiatan sang istri.

"Terus langkah selanjutnya apa?. Maksudnya kamu mau bikin apa lagi?" Arka kembali bertanya pada Amanda.

"Ya, mungkin bakalan diajak kerjasama aja si Gareth-nya. Kita membantu dia dan mengambil keuntungan aja dari sana." jawab wanita itu.

"Kebetulan kan saat ini produknya dia lagi viral dan kita bisa memanfaatkan situasi." lanjutnya lagi.

Mereka kemudian bercakap panjang lebar mengenai hal tersebut, dan tanpa terasa malam pun mulai larut. Lagu-lagu yang ditampilkan oleh band yang manggung di tempat itu makin menambah syahdu suasana.

"Mau dansa sama aku?" tanya Arka pada Amanda, ketika lagu yang tengah dimainkan dirasa pas untuk hal tersebut.

Amanda tak menjawab, hanya memberikan anggukan kepala seraya tersenyum. Maka Arka pun mengulurkan tangannya, dan di sambut oleh wanita itu. Mereka kemudian berdansa dibawah terpaan cahaya lampu yang kuning temaram.

Sementara di rumah, si kembar Azka dan Afka mulai berkelakuan. Mereka sengaja melengos dan merayap kesana-kemari, saat diberikan botol berisi susu oleh dua pengasuh mereka.

"Ayo Azka, Afka. Minum susu dulu."

Laras si pengasuh baru mencoba merayu Azka dan Afka. Namun kedua anak itu kadang berjalan, merambat, dan bahkan merayap dengan super cepat. Karena mereka memang lebih cepat merayap ketimbang berjalan.

"Papapa."

"Mama."

Azka dan Afka berujar di waktu yang nyaris bersamaan.

"Iya, nanti papa sama mama pulang." Anita mencoba ikut membujuk keduanya.

"Hoaya."

Mereka malah kabur dan berhenti di kolong-kolong meja sambil tertawa.

"Eheeee."

"Ayo sini!"

"Eheeee."

Mereka lanjut merayap ke tempat yang lain, dan ketika berhasil ditangkap, mereka memberontak serta menangis.

***

"Kenapa Anita?"

Amanda bertanya ketika asisten rumah tangga sekaligus pengasuh anaknya itu akhirnya menelpon.

"Ngamuk, bu. Ini udah mulai nangis, botol susunya di banting. Maunya papapa sama mama mulu." Anita menjelaskan.

"Oh ya udah, ini bentar lagi kita pulang koq." ujar Amanda.

Maka Anita pun menyudahi telpon tersebut.

"Ngamuk mereka?" tanya Arka pada sang istri.

"Iya, mungkin karena kita biasa pulang sebelum jam segini deh." ucap Amanda.

"Dikira kita nggak balik kali ya." ucap Arka.

"Mungkin." jawab Amanda.

"Ya udah, kita balik aja. Udah malem juga." lanjut Arka.

Mereka pun kemudian pamit pada Matthew dan bergegas untuk pulang. Sesampainya di penthouse, tampak Azka dan Afka sedang mengamuk sambil menangis. Anita dan Laras benar-benar teraniaya dibuat oleh mereka.

"Plaaak."

Azka memukul wajah Laras di depan mata Arka serta Amanda yang baru meletakkan tas.

"Heh, nggak boleh begitu."

Amanda langsung mengeluarkan ocehan ala emak-emaknya. Tak lama anak kembar itu berpindah ke tangan kepada Arka dan juga Amanda, sedang pengasuh bersiap untuk pulang. Pak Darwis masih standby di bawah dan menonton pertandingan sepak bola bersama para sekuriti.

"Kenapa mbaknya tadi di tabok, hah?"

Arka bertanya pada sang anak, ketika kedua asisten rumah tangga telah turun ke bawah.

"Hoaya."

Azka memberikan semacam pembelaan diri. Mungkin dalam pikirannya ia telah berargumen banyak. Tetapi kata yang terdengar oleh orang dewasa tetap hanya celotehan khas balita.

"Nanti mbak Laras nggak mau lagi loh jagain Azka, Azka suka nabok soalnya." Amanda menimpali.

"Eheeee."

Di luar dugaan Afka malah tertawa, membuat Azka yang tengah di marahi itu juga ikutan tertawa. Arka dan Amanda saling pandang sambil menahan senyum.

"Kelakuan anak kamu, Ka." ujar Amanda kemudian.

"Kan kamu ibunya." Arka balas meledek.

"Maksudnya ini semua hasil didikan aku gitu?" Amanda memandang Arka.

"Ya kan perilaku anak mencerminkan ibunya." jawab pria itu.

"Enak aja, namanya anak ya tanggung jawab kita bersama. Koq malah aku yang disudutkan sendirian."

"Loh koq marah sih, aku bercanda Firman."

Arka lalu mendekat dan mencium kening istrinya itu. Dimana-mana perempuan memang suka salah pengertian serta ngambek, dan Arka tau cara menghadapi situasi tersebut.

"Habisnya kamu ngomong gitu, kan aku jadi sedih." Amanda merengek manja pada suami berondongnya itu.

"Nggak sayang, aku nggak gitu koq." Arka membelai rambut sang istri dengan lembut.

"Mama."

"Papapa."

Azka dan Afka refleks memegang wajah kedua orang tua mereka, dengan tangan mungil yang mereka miliki. Seketika Arka dan Amanda pun saling menatap sambil tersenyum.

"Nggak boleh emak-bapaknya berantem." ujar Amanda.

Arka pun jadi tertawa. Pasalnya kedua anak itu benar-benar mendekatkan wajah ibu dan ayah mereka, ke wajah mereka. Tentu saja hal tersebut membuat hati Arka dan Amanda menjadi meleleh.

"Nggak, papa sama mama nggak berantem koq. Main-main doang." ucap Arka.

Lalu Azka memeluk Arka dan Afka memeluk Amanda. Sementara kedua orang tua mereka makin meleleh dan sangat terharu biru.

"Yang, yang." ucap Azka.

"Iya, papa sayang mama dan mama sayang papa." ucap Arka.

Tak lama si kembar pun akhirnya tertawa.

"Eheeee."

"Ya udah, kita ke kamar yuk, mama sama papa mau gantian mandi." ujar Amanda.

Lalu mereka pun pergi ke kamar, Arka menemani si kembar, sementara Amanda pergi mandi dan begitu pula sebaliknya.

Karena tadi sudah makan malam di restoran Math, keduanya lalu memutuskan untuk pergi tidur. Tentunya setelah bercengkrama dengan Azka dan juga Afka selama beberapa saat, pun setelah anak kembar itu pergi tidur.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!