NovelToon NovelToon

Keenar, Ketika Hati Dipaksa Untuk Berbagi

BAB 1

Keenar Kirana

Dulu kau bilang duniaku hanya aku

namun mengapa sekarang kau memiliki dunia lain selain aku?

Keenar tak pernah menyangka, kalau keputusannya menikah dengan Raihan setelah lulus kuliah ternyata adalah keputusan yang salah. 7 bulan setelah menikah Keenar langsung dihadapkan dengan masalah "WANITA LAIN" dihati suaminya. Raihan yang dulu sebelum mereka menikah terlihat memuja Keenar, sekarang seperti jijik melihat Keenar. Padahal sekarang Keenar sedang mengandung buah cinta mereka.

"Mas Raihan apa jijik ya melihat aku gendut?" tanya Keenar pada Sandra, sahabatnya semasa kuliah.

"Kok kamu bisa bilang gitu? memangnya Raihan gimana sama kamu sekarang?" Sandra balik bertanya dengan heran. Karena dilihat secara kasat mata sepertinya mereka pasangan bahagia seperti pasangan-pasangan muda lainnya

"uhm gimana yaa.. mas Raihan sekarang gak pernah nyentuh aku, terus kayak males-malesan gitu kalau ngrobrol apalagi menatap aku" jawab Keenar dengan sedih

"mungkin Raihan capek, banyak kerjaan di kantor, atau kamuny aja yang lagi sensitif karena lagi hamil muda jadi pengen dimanja" ujar Sandra sambil terkekeh.

"enggaklah.. beda tauk, masa udah 2 bulan gak mau ngapa-ngapain aku, udah gitu kalau jawab pertanyaan-pertanyaan aku tuh pendek-pendek. Kayak males gitu" ujar Keenar sambil memainkan es tehnya.

"Positif thinking aja dulu Nar, jangan mikir macem-macem ah. Kasian dedeknya di dalem perut" ujar Sandra berusaha menenangkan Keenar walaupun dalam hatinya juga timbul kecurigaan. Karena 3 hari sebelum pertemuan mereka, Sandra melihat Raihan bersama seorang wanita di Cafe. Namun Sandra tak mau berpikir macam-macam. Mungkin hanya rekan kerjanya Raihan dan mereka kebetulan ada pekerjaan di sekitar situ.

Namun setelah mendengar cerita Keenar, mulai timbul kecurigaan Sandra. Tapi Sandra tidak menceritakannya pada Keenar, khawatir Keenar tambah berpikir macam-macam.

"Aku masih ada ganjelan di dalem hati, kayaknya ada yang gak beres sama mas Raihan. Aku harus cari tahu biar jelas semua" tekad Keenar.

"Jalan-jalan yuk biar gak stres sambil cari rujak,katanya tadi kamu pengen rujak" Sandra berusaha mengalihkan pikiran buruk Keenar.

"ok, tapi kamu yang nyetir ya? aku males nyetir. Suasana hati aku lagi buruk" pinta Keenar

"Bereess, bumil jadi penumpang aja deh" ujar Sandra

Di Rumah

Sepulang dari mencari rujak, Keenar langsung mandi dan menyiapkan makan malam untuk suaminya.

"Kayaknya bikin sambel udang sama sayur bening favorit mas Raihan enak nih" Keenar berbicara sendiri sembari membuka kulkas dan menyiapkan bahan masakan.

Tak lama kemudian, selesai sudah acara masak memasak untuk makan malam.

"Selesai, tinggal duduk manis sambil menunggu mas Raihan" ujar Keenar sambil menghidupkan TV

Tapi sampai pukul 22.00, Raihan belum pulang. berkali-kali Keenar menghubungi ponselnya namun tidak diangkat. Akhirnya Keenar ketiduran.

pukul 03.00

Raihan baru pulang dengan tampang lusuh seperti kecapekan dan mengantuk. Dilihatnya sekilas istrinya yang tertidur di sofa, namun tak dipedulikannya. Raihan langsung masuk ke kamar dan tidur, sama sekali tidak terbesit kekhawatirannya tentang istrinya yang tertidur di sofa.

Pukul 05.00

Keenar bangun dari tidurnya karena sudah terdengar adzan subuh dari masjid depan rumahnya. Dilihatnya dengan sedih, Raihan yang sedang tidur dengan nyenyak di kamarnya.

"dulu mas Raihan selalu angkat aku kalau aku tidur di sofa, kenapa sekarang dia membiarkan aku tertidur di sofa? apa benar feelingku kalau ada yang tidak beres dengan Mas Raihan? kenapa dia cepat sekali berubah tidakkah dia peduli dengan anaknya. Ada apa denganmu mas?" tanya Keenar dalam hati.

Sampai waktunya sarapan pun Raihan sama sekali tidak menyapanya. Keenar sampai bingung sendiri.

"uuhhmm mas, aku boleh ngomong sesuatu gak?" tanya Keenar hati-hati

"hhmmmmmm mau ngomong apa?" jawab Raihan dingin sambil terus memakan nasi gorengnya dan sama sekali tidak menatap Keenar

"Mas Raihan marah ya sama aku? kok diemin aku terus? aku punya salah ya mas" cecar Keenar

"Gak ada" jawab Raihan singkat

"Terus kenapa mas Raihan diemin aku?"

" Enggak kok, cuma perasaan kamu aja" lagi-lagi dijawabny dengan cuek

"Gak mas, bukan cuma perasaan aku. Tapi mas Raihan memang diemin aku. Bilang mas kalau aku ada salah, jangan kayak gini. Aku bingung" cecarku

"Kamu kan lagi hamil, jadi perasaan kamu sensitif. Sudah ya aku mau berangkat ada meeting di kantor. Mungkin nanti aku pulang terlambat lagi, gak usah nungguin aku. Kamu langsung tidur di kamar aja" titahnya sembari meninggalkan meja makan.

Lagi-lagi dia langsung pergi tanpa menciumnya seperti biasa. Memang ada yang aneh dengan suaminya. Bukan hanya perasaannya saja, seperti ada yang disembunyikannya. Apa mas Raihan punya wanita lain? tapi siapa? pikirku. Ah tapi tidak mungkin mas Raihan selingkuh. Aku tahu bagaimana mas Raihan. Lagipula aku sedang mengandung anaknya. Tidak mungkin dia setega itu.

Tiba-tiba ada suara hp mas Raihan di kamar. ternyata ponselnya tertinggal, mungin karena buru-buru tadi. Apa aku cek aja ya isi ponselnya? siapa tahu ada petunjuk. Tapi lancang sekali aku membuka ponselnya tanpa diketahui orangnya. Aku masih menimbang dengan bimbang, tiba-tiba ponselnya berbunyi lagi.

"Vivian" gumamku, siapa dia?

tanpa berpikir lagi langsung ku angkat telponnya

"hallo sayang? sudah berangkat? aku tunggu di tempat biasa ya?" ujar suara lembut dan mendayu-dayu disebrang sana

Langsung kumatikan telponnya. Lututku langsung lemas, aku terduduk di ranjang.

"Ya Allah, siap perempuan itu? sayang? kenapa dia manggil sayang pada mas Raihan? apa mas Raihan selingkuh? tapi tidak mungkin dia selingkuh" gumamku dengan pikiran kalut.

Aku beranjak ke dapur untuk mengambil minuman untuk menenangkan diri. Tak lama kemudian mas Raihan kembali dengan terburu-buru untuk mengambil ponselnya.

Tidak ingin berlarut-larut dengan rasa penasaran, aku segera menghampiri mas Raihan dan bertanya

"mas, siapa Vivian? tanyaku langsung

Mas Raihan terkejut mendengar aku menyebutka nama Vivian.

"Darimana kamu tahu Vivian?" tanyanya dengan tajam.

"Tadi ada yang menelpon kamu, namanya Vivian dan dia memanggilmu sayang. siapa Vivian mas??" jelasku sekaligus masih penasaran

"Kamu berani angkat telpon? Lancang!!!" Bentaknya.

"Mas, siapa Vivian? kamu selingkuh dari aku? aku lagi hamil mas, kamu tega??" cecarku sambil menangis

"Siapa yang selingkuh? jangan asal tuduh kamu. Denger ya, jangan pernah lagi sentuh ponsel aku. Ada telpon ataupun tidak jangan pernah lagi kamu berani sentuh ponselku!!!" Bentaknya sambil mengguncang keras bahuku dan pergi menaiki mobilnya.

itu kali pertama mas Raihan membentakku. Dulu dia tak pernah peduli aku memeriksa ponselnya. Aku dengan bebas bisa memakai ponselnya kapanpu. Berbeda dengan sekarang. Ada apa dengannya? kenapa bisa berubah begitu cepat? dan Vivian? yah, aku akan mencari tahu siapa Vivian.

BAB 2

RAIHAN

Aku tahu kalau aku bersalah padanya. Namun apa yang harus kulakukan sekarang? Aku tak bisa meninggalkannya karena dia mengandung anakku, tapi aku juga tak mungkin melepaskan Hera, wanita masa laluku sekaligus cinta pertamaku.

Sudah lama aku melupakan Hera, sejak dirinya memutuskan untuk kuliah di luar provinsi. Aku yang tak bisa menjalani hubungan jarak jauh akhirnya dengan berat hati melepaskannya.

Bertahun-tahun aku tak bertemu dengannya. berkali-kali pula aku berganti pacar, sampai suatu ketika aku bertemu dengan Keenar. Gadis cantik yang memiliki senyum yang menawan dan memiliki mata yang indah, Apalagi saat melihatnya tertawa, renyah sekali dan sangat menggemaskan.

Beberapa kali aku menyapanya lewat chat, berharap bisa mengobrol sesaat dengnnya. Namun, ternyata tak ada satupun chatku yang terbalas. Sombong sekali ternyata dia, pikirku.

Saat bertemu lagi dengannya di kampus, aku berpura-pura tidak melihatnya. Malas sekali kalau mengingat betapa sombongnya dia. sampai suatu ketika, aku tahu kalau bukan hanya aku yang menyukainya, ada beberapa laki-laki yang berusaha merebut perhatiannya. Aku cemburu, aku tidak akan membiarkan siapapun bisa mendekatinya. Hanya aku. Ya, Keenar hanya milikku. Aku tak akan menyerah begitu saja. Begitulah tekadku saat itu. Aku tak dapat membedakan apakah itu cinta atau hanya ambisi dan rasa penasaran karena aku tak bisa merebut hatinya.

Sampai suatu siang di sebuah kafe aku melihat Keenar dan seorang pria sedang mengobrol akrab dan saling bergenggaman tangan. Siapapun yang melihatnya pasti tahu kalau mereka sepasang kekasih. Hancur sudah hatiku, tak akan ada lagi pintu terbuka untukku. Tapi aku tak akan menyerah, tidak akan. Mereka baru berpacaran, belum menikah. Siapapun masih bisa menikung. Toh aku tidak mengenal pacarnya itu. Jadi tidak akan ada rasa tak enak hati, pikirku saat itu.

Aku masih memikirkan cara bagaimana merebut perhatian Keenar, aku terus saja menyapanya lewat chat singkat setiap pagi, siang bahkan saat malam hari menjelang tidur, dan yeeeaayy akhirnya dibaca walaupun tidak dibalas. Setidaknya ada kemajuan. Di kampus pun, aku selalu mencuri-curi pandang dan selalu berusaha menyapanya saat bertemu dengannya. Lagi-lagi hanya dibalas senyuman. Tapi tak apa, melihat senyumnya saja sudah membuat hatiku senang.

Perjuanganku tidak sia-sia, dewi fortuna masih berpihak padaku. Saat melewati gang kecil dekat kampus, aku mendengar isakan seorang wanita dan bentakan seorang laki-laki yang sepertinya sedang memarahi si wanita. Tadinya aku akan memutar mencari jalan lain, aneh rasanya jika harus melewati sepasang anak manusia yang sedang bertengkar. Sampai aku mendengar suara tamparan yang cukup keras, jiwa laki-lakiku terpanggil. Aku yang paling membenci laki-laki yang berani main fisik pada wanita. Aku segera menghampiri mereka.

Betapa terkejutnya aku ternyata itu adalah Keenar dan pacarnya. Kondisi Keenar sangat memprihatinkan, aku melihatnya terduduk di pinggir jalan sambil memegangi pipinya yang memerah.

"Hei mas, jangam beraninya kasar dengan wanita dong!!" bentakku yang seketika tersulut emosi melihat wanita pujaanku teraniaya.

"Gak usah ikut campur ya, ini urusan saya sama ****** ini!!" jawab sang pria dengan emosi yang meluap-luap.

"Bukan ikut campur dan juga memang bukan urusan saya, tapi sekarang jadi urusan saya. karena saya pantang melihat laki-laki memperlakukan wanita dengan kasar seperti itu!!" ujarku santai sambil menggulung lengan kemeja. Sepertinya perkelahian tak terhindarkan. Melihat laki-laki itu yang langsung meringsek maju

"Banyak bacot!!" bentaknya sambil melayangkan pukulan terhadapku. Yang mudah sekali aku tangkis karena aku juga bisa beladiri. Sepertinya laki-laki ini hanya mengandalkan emosi dan sok jagoan saja.

Terbukti dia bisa ku lumpuhkan hanya dengan 3 kali pukulan.

"Denger ya, sekali lagi saya liat kamu kasar sama dia, saya gak segan-segan melaporkan kamu ke polisi" ancamku sambil menarik tangan Keenar untuk bangun dan membawanya pergi dari pacarnya.

Keenar tampak bingung dengan apa yang terjadi, tapi dia menurut saat aku menarik tangannya dan membawanya pergi.

"Kita mau kemana?" tanyanya saat kami sampai depan kampus.

tanpa sadar aku masih menggenggam tangannya.

"eh iya maaf, kita ke kampus dulu sebentar ya, aku ambil motor. Nanti kamu, aku anter pulang" jawabku sambil melepaskan genggaman tanganku.

"Gak usah kak, aku belum mau pulang. Gak mungkin aku pulang dengan kondisi aku kayak gini" ujarnya pelan.

Iya sih, kalau dia pulang dengan kondisi lusuh dan acak-acakan seperti itu, bisa-bisa ibunya histeris dan berpikiran macam-macam terhadapku karena aku yang mengantarkannya ulang.

"Terus kamu mau kemana? aku anter tapi bentar ya ambil motor di parkiran dulu" tanyaku lembut

"Gak tau kak, bingung" jawabnya hampir menangis. Mungkin di shock dengan perlakuan pacarnya yang bar-bar seperti itu. Geram aku kalau mengingatnya.

"yasudah, tunggu disini sebentar ya" ujarku sambil berjalan ke parkiran motor.

Tadi aku memang sengaja tidak membawa motor saat mencari makan dan melewati gang sebelah kampus. Pikirku hanya sebentar dan dekat buat apa naik motor. Hitung-hitung olahraga.

Keenar tidak menjawab hanya mengangguk. Berarti dia setuju pergi bersamaku, pikirku dengan senang. Inilah saatnya aku mengambil hatinya dengan perlahan. Pelan-pelan saja tidak usah terburu-buru. Buat dia merasa nyaman saja dulu.

"Yuk, naik" ajakku saat tiba di depannya.

tanpa menjawab, dia langsung naik ke motorku.

"Kita mau kemana Keenar?" tanyaku

"terserah kakak, aku bingung" jawabnya

"Ok kalau gitu gimana kalau kita ke cafe temenku, kita makan dulu. Mungkin setelah makan suasana hatimu bisa lebih baik" tawarku. Keenar hanya mengangguk. Mungkin dia belum bisa berpikir jernih jadi belum bisa diajak bicara

Sesampainya di cafe Lapergila milik Dewa, temanku yang untung saja masih sepi jadi belum banyak orang. Keenar langsung ku suruh ke toilet untuk cuci muka agar terlihat segar.

"Siapa tuh Han? lu apain tuh cewek sampe lusuh begitu, hayo abis ngapain lu?" cecar Dewa kepo.

"Apaan sih lu? kepo banget. Adek tingkat gw, ceritanya panjang. Ntar kapan-kapan gw ceritain kalo inget, dan gw gak ngapa-ngapain dia" jawabku kesal

"Lah terus kenapa bisa sampe begitu?" si Dewa masih kepo

"Udah gw bilang, ntar kapan-kapan gw ceritanya"

Tak lama kemudian Keenar keluar dari toilet dan wajahnya sudah lumayan segar, tidak seperti tadi walaupun masih terlihat sedikit sembab.

Keenar menghampiriku dan duduk di depanku sambil menunduk. Mungkin masih malu, karena dia tak pernah bicara padaku selama ini dan dia tak pernah membalas pesanku.

"Mau pesan apa Keenar?" tanyaku sambil memberikan buku menu padanya.

"Orange jus aja kak" jawabnya

"Gak pengen cokelat panas atau dingin gitu? katanya cokelat bagus untuk mengembalikan mood yang berantakan" tawarku

"Enggak kak, lagi males minum cokelat-cokelatan" jawabnya

"Ok, makannya?"

"Samain aja sama kakak"

"Ok, aku lagi pengen Spaghetti, gimana kalau Spaghetti aja ya?" tawarku sambil memanggil pelayan.

Keenar hanya mengangguk.

BAB 3

"Kak, makasih ya udah nolongin aku tadi. Kalo gak ad kakak, entah jadiny aku gimana. Si Riko kalau sudah marah memang susah dikendalikan" Keenar memulai pembicaraan

"Itu tadi pacar kamu? kok bisa kasar gitu? memang selama ini seperti itu atau gimana?" cecarku antara kepo dan tak habis pikir kok ada laki-laki kasar seperti itu.

" iya kak, aku cerita boleh kak? mungkin aku butuh pendapat kakak dan capek kalau kupendam sendiri" pintanya

Aku hanya mengangguk, ini yang kutunggu. Buat dia nyaman dulu dengan mau curhat tentang masalahnya. Umpan sudah dilirik sepertinya. Tinggal menunggu untuk dimakan, lalu sat set sat set langsung ambil hatinya. Aku tersenyum dalam hati.

"Aku pacaran sama Riko udah 2 tahun kak, awal pacaran Riko memperlakukan aku sangat manis, persis orang-orang pacaran pada umummnya" Keenar memulai ceritanya.

"sampai 3 bulan setelahnya, Perlakuan Riko mulai berubah. Sifat aslinya mulai terlihat. Dia mudah sekali marah, sangat pencemburu dan yang paling parah, ringan tangan. Aku bukan gak mau putus dari Riko, sudah berkali-kali aku minta putus. Tapi itu malah semakin memancing amarahnya, dan selalu mengancamku." lanjutnya

"Mengancam bagaimana?" sela ku

"Dia mengancam akan memperkosaku jika aku terus saja minta putus. Jelas aku takut kak, karena aku tahu Riko tidak pernah main-main dengan ucapannya. "terang Keenar

Aku jelas terbengong-bengong mendengarnya. Ada ya laki-laki seperti itu. Apa yang ada dipikirannya?

"Tadi itu sampai seperti itu karena apa?" tanyaku kepo

"itu karena tadi dia melihat ponselku dan membaca chatku. Ada chat dari Wira, teman satu angkatanku yang menanyakan aku dimana, karena kami ada janji kerja kelompok. Ada tugas dari dosen yang harus dipresentasikan besok. Kami dapat kelompok pertama yang pastinya harus mempersiapkan dengan sebaik-baiknya. Aku sudah menjelaskanya panjang lebar, tapi dia tidak percaya dan masih menuduhku macam-macam. Sampai akhirnya dia menamparku tadi" ceritanya sampai hampir menangis lagi.

"Setiap marah apa selalu memukul seperti itu?" geramku

"iya kak, tidak hanya memukul tapi kadang mencekik dan menendangku" jawabnya sambil terisak

"Yang benar saja, terus kamu diam saja???" teriakku tanpa sadar

Keenar kaget mendengarku teriak, pengunjung cafe yang mulai berdatangan dan karyawan cafe juga sampai melihatku. Si Dewa semakin Kepo, terlihat dari tatapannya.

"Eh maaf aku terbawa suasana" ujarku sambil tersenyum malu.

"iya kak, gak apa-apa. Siapapun pasti kaget kalau mendengar ceritaku. Tapi aku gak pernah cerita ke siapapun, didepan orang dia pandi bersandiwara seolah-olah kami pasangan paling romantis" ujarnya sambil tersenyum sinis.

Oh baru ku ingat, aku pernah melihat mereka makan di cafe, saling menggenggam tangan, bertatap-tatapan dan terlihat mesra seperti pasangan-pasangan normal lain. Aku sudah cemburu padahal itu hanya kamuflase. Aku merutuki diriku sendiri.

"Baru ke kakak aku cerita. Padahal aku baru kenal kakak tapi gak tahu kenapa aku merasa nyaman cerita sama kakak" lanjutnya sambil mengaduk-aduk es jeruknya.

Yiiaaakkk umpan sudah dimakan gaes, mari kita lanjutkan permainan kita. kekehku dalam hati.

"jadi selama ini semua kamu pendam sendiri? teman-temanmu pun tidak tahu?" tanyaku

Keenar menggelengkan kepalanya.

"Enggak kak, Riko melarangku berteman akrab dengan yang lainnya, dia selalu mengecek ponselku. uuuhhmm maaf kak, kalau aku gak pernh balas pesan kakak, karena langsung ku hapus. Riko tidak akan memaafkan jika ada laki-laki lain yang berani mengirim pesan padaku" jelasnya dan langsung membuatku malu

"eh itu yaa.. uuhhmm maaf aku hanya ingin berteman denganmu, maaf kalau ternyata aku mengganggu ya?" ucapku malu sambil menggaruk kepalaku.

Aduh, aku sudah berprasangka buruk padanya, menuduh macam-macam tanpa tahu alasanya.

" Eh itu spaghagettinya dimakan dulu, udah dingin ditinggal cerita" ujarku mengalihkan pembicaraan karena malu padanya.

"Jadi sekarang apa rencana kamu?" tanyaku

"Belum tahu kak, mungkin mau menenangkan diri dulu dan menghindar dari Riko"

"Kenapa gak putus aja? sama sekali gak sehat loh hubungan kalian ini" ujarku seperti konsultan pacaran.

"Dari dulu aku pengen putus kak, tapi gak bisa. Riko selalu mengancamku" ucapnya dengan ekspresi ketakutan.

"Kenapa gak lapor polisi aja? kan bisa visum jadi ada bukti kekerasan"

"Rumit kak, lapor polisi malah bikin orang tuaku tahu dan pastinya akan sedih. Aku gak sanggup bayangin kalo sampe orang tuaku tahu" jelasnya

Rumit juga rupanya.

"Yuk kak, udah sore. Aku harus pulang" ajaknya

"Ok, aku ke kasir dulu. Kamu tunggu di motor ya?" titahku

"Oey anak orang lu apain sampe nangis gitu?' tanya Dewa kepo saat aku di kasir.

"Udah gw bilang gak gw apa-apain. Kapan-kapan gw ceritain, tapi gak sekarang. Ngeyel amat" jawabku kesal sambil berlalu dari hadapannya.

" Woy, kurang goceng ini" teriak Dewa

"ngebon dulu" jawabku dari depan pintu

"ngebon, lu kira di warteg bisa ngebon, untung temen deket" sungut Dewa

"Wah bang, disini bisa ngebon? mau dong bang ikutan ngebon kalo gitu" pinta pengunjung berkacamata didekatku.

"Enak aja, kagak ada ngebon-ngebonan. Hiroshima hancur karena BOM, cafe gw bisa hancur karena BON" ujarku kesal

"Kenapa jadi nyasar ke Hiroshima bang" ujarnya bingung

"Suka-suka gw" sungutku sambil memberikan kembalian padanya.

Sementara itu di luar cafe

"Langsung pulang kan" tanyaku

"Iya kak, nanti dicari mama" jawabnya sambil membetulkan helmnya.

Selama diperjalanan, aku dan Keenar sama sekali tidak bicara satu sama lain. Kami diam saja sampai depan rumahnya.

"Makasih ya kak, udah bantuin aku tadi. Juga dengerin cerita aku, udah agak lega aku sekarang" ucapnya sambil tersenyum. Lagi-lagi aku terpesona dengan senyumnya.

"Iya, sama-sama. Syukur deh kalo kamu udah lega, kapanpun kamu butuh temen cerita, aku siap dengerin. Mulai sekarang kita teman ya?" ujarku sambil mengacungkan jari kelingking.

"Ahahaha siap kak" ucapnya sambil menautkan kelingkingnya dengan kelingkingku.

"Mampir dulu kak, ada mama kayaknya di dalem" tawarnya

"Langsung aja deh, udah sore juga. Salam aja ya buat mama, kapan-kapan aku mampir kalau waktunya udah pas" Tolakku dengan halus juga sedikit modus.

" Yaudah kalau gitu, aku masuk ya kak. Sampai ketemu besok" Pamitnya

Aku mengangguk dan melajukan motorku. Tanpa aku sadari ternyata ada yang memperhatikan kami. Siapa lagi kalau bukan Riko. Dia memandang interaksi kami dengan pandangan marah dan penuh dendam.

"Awas kau Keenar, kau tidak akan bisa lepas dariku begitu saja" gumamnya penuh dendam.

Haaaiiii Hollaaaa pembaca-pembaca sekaliaaaan. Ikutin terus kisah Keenar dan Raihan yaaaa.. dan Author minta dukunganya doonkk biar lebih semangat lagi.😍😘

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!