Mungkin benar kata orang Cinta itu buta, hingga membuat orang yang sedang jatuh Cinta menjadi bodoh. Di perlakukan seperti apa pun, tak dianggap ada , bahkan tidak penting bagi orang yang kita cintai, tapi tetap bertahan hanya karena kata cinta, padahal itu jelas menyakiti hati.
Orang bodoh itu adalah Aku, Keren Zaeni, yang mencintai secara sepihak padahal jelas Kevin Gala tidak pernah mencintaiku, ia mencintai wanita yang ada dalam masa lalunya Erin Saw yang tiba-tiba pergi meninggalkan Kevin dengan alasan yang tidak jelas. Kevin terus menunggu kedatangan Erin, namun Erin kunjung tidak datang.
Aku mencintai Kevin sebelum Erin datang di kehidupan kami berdua. Dulunya kami berdua adalah teman sekelas yang dekat. Aku diam-diam menyimpan rasa padanya hingga seorang murid baru datang ke kelas kami, Erin Saw ia wanita yang cantik, kepribadiannya juga baik dia memiliki paras yang polos dan lembut mungkin jika Aku seorang pria aku akan jatuh cinta padanya pada pandangan pertama. Itu yang terjadi pada Kevin yang memandang dalam Erin tanpa berkedip di hari pertama Erin datang.
Saat aku melihat Kevin yang memandang Erin seperti itu aku tahu bahwa cintaku hanya cinta sepihak, dan tidak akan pernah terbalaskan. Aku juga tidak pernah berpikir akan merebut cinta Kevin. Namun saat Erin pergi dari kehidupan Kevin entah kenapa perasaanku untuk memilikinya semakin memuncak. Aku terus mendekati Kevin dan memberikan semua cintaku padanya tetapi Kevin terlihat sangat terganggu. Aku seperti orang jahat yang terus mendesak Kevin untuk mencintaiku. Hingga berlalu tujuh tahun di mana aku dan Kevin lulus kuliah bersamaan. Entah bagaimana awal ceritanya tapi aku dan Kevin akhirnya resmi berpacaran.
Karena diriku terlalu larut dalam mencintai sehingga aku melupakan hal penting, keluargaku berada dalam masalah yang besar perusahaan ayahku terancam bangkrut, saat itu seseorang memberi ayahku sebuah bantuan tetapi dengan sebuah syarat, putri Ayahku harus menikah dengan pria itu.
Ayahku memberitahuku mengenai hal itu, ayahku juga tidak memaksaku untuk menyetujui itu. Karena Ayahku tahu bahwa aku hanya mencintai Kevin. Ayahku hannya ingin putrinya bahagia dengan pilihannya begitu juga dengan ibuku.
Aku yang mencintai Kevin saat itu, menolak syarat itu, aku terlalu egois dan hanya mementingkan diriku sendiri.
Hingga tiba di mana perusahaan Ayahku tidak tertolong dan bangkrut, Ayahku menjual barang-barang yang bisa dijual untuk membayar para karyawannya. Hingga rumah kami menjadi kosong tanpa ada sebuah barang berharga satu pun. Ayahku adalah pria yang bertanggung jawab dan juga sangat baik tapi aku terlambat menyadarinya.
Aku mendatangi Kevin untuk meminta bantuan namun Kevin acuh dan tidak peduli dengan apa yang terjadi denganku. Aku berusaha meyakinkan Kevin bahwa suatu saat aku akan mengganti uang yang ia pinjamkan namun Kevin menolak untuk membantuku. Saat itu aku sadar bahwa aku memang tidak penting di kehidupannya, perasaan kecewa dan bersalah menyelimuti hatiku. Andai saja aku menerima syarat dari pria itu maka keluargaku tidak akan seperti ini.
Aku berusaha mencari pekerjaan ke sana kemari, namun aku selalu ditolak dengan alasan tidak memiliki pengalaman bekerja. Sebulan setelah keluargaku bangkrut ayahku meninggal karena penyakit yang ia derita, meninggalnya Ayah membuat ibuku Depresi dan menyusul Ayah. Aku benar-benar kacau perasaan bersalah yang tidak berguna, keegoisanku membunuh keluargaku. Aku membenci diriku.
Satu-satunya penguat diriku Yusa Abian, adik laki-laki ku yang berusia 15 tahun, ia tidak menyalahkan ku atas kasus ini padahal seharusnya ia menyalahkan ku karena menolak syarat dari pria itu.
Aku sangat bersyukur memiliki adik seperti Yusa. Aku mulai menerima kehidupanku dan menjalaninya aku mendapat sebuah pekerjaan walau hannya menjadi penjaga toko kue. Semakin adikku dewasa aku mulai berpikir mengenai masa depan Yusa karena ku, ia tidak sempat menikmati hal yang seharusnya ia nikmati. Aku mulai mengambil beberapa pekerjaan dan mulai menabung untuk masa depan Yusa.
Yusa bahkan tidak ingin melanjutkan pendidikannya dan malah memilih untuk membantuku mencari uang. Aku membujuknya dan terus membujuknya, hingga akhirnya ia setuju untuk melanjutkan pendidikannya. Awalnya aku pikir kehidupanku dengan Yusa akan baik-baik saja tapi aku salah. Adikku selalu berantem di sekolah barunya dengan anak-anak di sana karena perihal adikku yang membawa beberapa kue untuk dijual di sana. Anak-anak di sana tidak menyukai Yusa, selain Yusa pandai berjualan beberapa anak-anak tidak menyukai kecerdasan dan paras Yusa yang tampan.
Anak-anak di sana mengejek betapa miskinnya Yusa sekarang, tapi Yusa tidak memedulikannya. Hingga anak-anak itu merusak kue yang ia bawa membuat Yusa memukul semua anak-anak yang merusak kuenya. Akibatnya Yusa di skors beberapa minggu.
Adikku memang tidak suka sesuatu miliknya diganggu atau dirusak orang lain.
Karena adikku di skors Aku dan adikku berkeliling berjualan kue di sekitar rumah kami. Aku berpisah di jalan lampu merah, aku mulai menawarkan kueku kepada orang-orang.
Langkahku terhenti, melihat seseorang yang sangat aku kenal Kevin, Ia seperti sedang menunggu seseorang datang. Seseorang berlari dari kejauhan memeluknya dan Kevin membalas pelukan itu dengan erat. Aku mulai memperhatikan siapa wanita itu, Erin Saw wanita yang sangat dicintai Kevin. Mereka berdua terlihat sangat bahagia bahkan Kevin tidak pernah seperti itu di hadapanku.
" Tidak boleh, mereka tidak boleh bahagia seperti itu. Aku di sini terluka tetapi mengapa mereka tidak, Tuhan mengapa kau tidak adil. " Aku berbisik kecil dengan derai air mataku.
" Aku tahu aku yang salah, tapi dia juga salah membuatku jatuh cinta padanya. " Air mataku semakin deras, aku cepat-cepat menghapus air mataku karena banyak yang melihat ke arahku.
Tiba-tiba awan menjadi mendung dengan rintik hujan yang ia turunkan. Apakah langit juga bersedih untukku, aku orang yang berdosa tidak pantas dikasihani.
Brak...
Suara hantaman terdengar keras, Orang-orang dengan cepat menuju ke arah suara itu. Aku dengan cepat-cepat menghapus air mataku dan menuju ke arah itu. Aku berusaha mendesak masuk ke kerumunan orang-orang itu, untuk melihat apa yang terjadi.
Duk..
Aku menjatuhkan kue-kue yang aku bawa. Aku berlari kencang ke arah Yussa yang tergeletak dengan darah yang menyelimuti sekujur tubuhnya.
Aku mendekap tubuh adikku yang sudah tidak bernapas, air mataku terjatuh dengan sangat deras. Tanganku bergetar mengusap darah di wajahnya. Satu-satunya orang berharga yang membuatku bertahan, telah pergi meninggalkanku.
" Tuhan kau tidak adil.... " Aku berteriak dengan sangat kencang.
" Setidaknya biarkan adikku hidup untukku. " Aku mendekap adikku dengan kencang sembari memandang wajahnya, yang sudah memucat.
Seseorang menyentuh pundak ku. Aku menoleh, Kevin memandangku sendu dengan Erin di belakangnya.
Aku menepis tangan Kevin cepat.
" Maaf. " Ucapan itu keluar dari mulut Kevin.
Aku menoleh ke arah Kevin aku memandangnya dengan tajam.
" Bukankah ini yang kau mau. " Ucapku sembari melirik ke arah Erin yang tersenyum kecil.
Senyuman Erin seolah-olah meledekku, mungkinkah selama ini ia bersembunyi di balik sifat polosnya? . Tapi apa peduliku sekarang, satu-satunya orang penting untukku telah pergi.
Hari ini pemakaman adikku. Aku penyebab dari semua ini andai saja aku menyetujui syarat itu mungkin keluarga ku tidak akan seperti ini. Satu-satunya orang berharga untukku telah pergi lalu buat apa aku hidup di dunia ini?. Aku terisak dengan diam.
Aku beranjak pergi meninggalkan makam adikku. Saat aku berbalik Kevin dan Erin tepat berada di belakangku dengan sebuah bunga di dekapannya.
Aku beranjak pergi meninggalkan mereka berdua, tetapi Kevin menahan ku.
" Keren, maafkan aku. " Ucap Kevin menunduk.
Aku hanya terdiam dengan air mata yang mulai terjatuh.
" Aku pikir, saat itu kau berbohong mengenai keluargamu. Ternyata semua yang kau ucapkan itu benar. Saat aku tahu kebenarannya aku mencari mu ke seluruh tempat tetapi aku tidak pernah menemukanmu. " Jelas Kevin.
" Aku tahu, terima kasih karena mencari ku. " Aku berlari dengan kencang meninggalkan mereka berdua.
Kevin hendak mengejar ku namun Erin menahannya.
Di rumah ini, aku sendiri tanpa di temani siapa pun. Hatiku sakit, menerima kenyataan yang begitu pahit. Rasanya aku ingin menyusul keluargaku. Air mataku mulai terjatuh deras. Aku mulai mengingat-ingat kesalahan yang aku perbuat, hingga aku perlahan terlelap.
Drak..
Suara seseorang yang membuka gorden. Perlahan cahaya memasuki ruangan ku membuat mataku perlahan terpaksa terbuka.
Saat mataku perlahan terbuka, seseorang berada di depan mataku dengan sangat dekat. Membuatku terdiam mematung.
" Akhirnya bangun juga. " Ia menggeleng kan kepalanya, sembari menjauhkan dirinya dariku.
" Sekarang sudah siang, kakak mau sampai kapan tidur terus. " Gerutunya.
Aku mengamatinya, sambil berpikir apakah aku mulai gila.
Plak..
Aku memukul pipiku keras, ternyata terasa sangat sakit, Ini bukan mimpi.
Aku beranjak dari kamar tidurku, aku berlari kencang ke arah adikku. Aku memeluknya dari belakang hingga kami berdua tersungkur ke lantai. Air mataku terjatuh perlahan, aku mencubit pipi kanan dan kiri adikku. Ia mendengus kesakitan tapi aku tidak memedulikannya dan terus melakukannya. Air mataku terjatuh semakin deras aku sangat bahagia aku harap ini bukan Mimpi.
" Kakak, ada apa ini?. " Suara yang tidak asing bagiku. Aku menoleh cepat, di sana Ayah dan Ibuku berdiri memandang kami. Air mataku semakin deras aku tidak bisa menutupi kebahagiaanku, senyum terukir jelas di wajahku.
" Ibu, kakak mulai gila. " Yusa berdiri dengan cepat, Ia segera menghampiri Ayah dan juga Ibu.
Aku dengan cepat berdiri menghampiri Ayah dan juga Ibuku. Perlahan Aku memeluk mereka, aku bisa merasakan mereka, ini nyata aku sedang tidak bermimpi.
" Kak, ada apa cerita pada ibu. " Ibu mengelus kepalaku pelan, Ibu terlihat khawatir.
" Tidak ada, hanya saja aku senang bisa melihat kalian lagi. " Aku mengusap air mataku yang terus terjatuh.
" Apa yang kamu katakan, seperti kita tidak akan pernah bertemu lagi." Ucap Ayah dengan suara khasnya yang serak.
" Tentu saja itu tidak akan terjadi. " aku tersenyum lebar.
" Kalau begitu kita sarapan pagi dulu, ibu juga sudah membuat makanan kesukaan kakak. " Ibu mengiring kami menuju meja makan.
" Makanan kesukaanku ada?. " Teriak Yusa.
" Tentu Ada." Jawab Ibu.
" Nah, itu baru Ibuku. " Ledek Yusa.
Sehabis makan, aku segera membersihkan diri. Aku mulai memikirkan agar keluargaku tidak hancur lagi.
Aku menulis hal-hal yang harus aku lakukan di masa depan. Pertama aku harus menjauh dari Kevin dan Erin, aku juga harus mulai bekerja, jika Ayah mengalami bangkrut maka aku bisa membantunya. Jika aku bisa membantu Ayah, maka aku tidak perlu melakukan perjodohan, lalu Ibu tidak akan depresi dan Yusa tidak akan meninggal dengan tragis.
Aku bersiap-siap menuju kantor Kevin, biasanya aku berdandan sangat berlebihan jika menyangkut Kevin. Aku baru sadar jika penampilanku saat itu sangat memalukan.
Aku mulai membuka lemari ku, ternyata isi lemari ku berisi pakaian yang kekanakan, seleraku dulu seaneh itu.
Aku mulai memilih beberapa pakaian yang cocok di pakai olehku.
" Hem.. Cuma dua set pakaian yang masih bisa aku pakai. "
Aku mulai mengganti pakaian, dan berdandan sewajarnya.
Aku memandang diriku di cermin.
" Aku harus mengubah dan menjadikan akhir ceritaku berakhir dengan bahagia. " Ucapku dengan semangat.
" Tapi, ternyata aku cantik juga. " Aku tersenyum lebar ke arah kaca.
" Mari ubah hidupku. " Aku berjalan keluar dari kamarku dengan percaya diri.
" ekhem.. "
Aku menoleh cepat, tentu saja itu adikku yang berdiri di lantai atas, yang menyapaku dengan suara batuk yang ia buat.
" Ada apa?. " Tanyaku.
" Kau mau ke mana?. " Tanyanya.
" Aku mau ke kantor Kevin. " Ucapku.
" Tumben kakak berpakaian layaknya orang dewasa, biasanya seperti anak di bawah umur lima tahun. " Ledeknya.
" Aku tahu, aku baru sadar sekarang. Jangan mengingatkanku hal memalukan itu. " Aku menutup wajahku.
" Tapi itu jauh lebih bagus. " Lirihnya.
" Aku tahu. " jawabku dengan tersenyum.
" Aku tidak mengatakan apa pun. " Elaknya.
" Aku mendengar semuanya. " Ledekku.
" Tapi, lebih baik kakak tidak terus-terusan mengejar cinta Kevin. " Ucapnya, Yusa terlihat kesal.
" Kenapa?. " Tanyaku.
" Karena ia tidak pantas untuk kakak. " Ucapnya sembari menunduk.
" Itu urusan kakak aku hanya memberimu pendapat. " Yusa beranjak menuju kamarnya.
" Aku akan mendengarkannya. "Teriakku.
Sepintas aku melihat senyum di bibir Yusa.
Dia adik yang sangat manis, dan aku tidak akan membiarkanmu mati dengan tragis lagi.
Sekarang aku berdiri tepat di depan ruangan Kevin, orang-orang mulai berbisik tentangku.
" Ya ampun, tumben dia berpenampilan Cantik biasanya ia berpenampilan seperti anak yang mencari perhatian. " Ucap salah satu karyawan yang sengaja membesarkan suaranya.
" Ternyata aku separah itu. " Aku mengelus dada.
" Tapi, nona itu sangat kasihan, rumornya tuan Kevin tidak bisa melupakan kekasih di masa lalunya. " Ucap salah satu karyawan lagi.
" Iya, walau nona itu sekarang pacarnya tapi hati tuan tetap mencintai cinta masa lalunya. " Ledek karyawan itu lagi.
" Itu benar sih, maka sekarang aku akan mengakhiri cinta sepihak ini. " Aku membuka pintu ruangan Kevin, aku masuk dengan percaya diri.
Aku disambut dengan ekspresi tidak suka yang terlihat jelas di wajah Kevin.
Dari awal aku masuk Kevin sibuk dengan dokumennya, Ia bahkan tidak melirikku tetapi memasang wajah yang sangat menjengkelkan. Bagaimana dulu aku bertahan dan mencintai pria ini sejauh itu.
" Apakah, kau tidak mau menawarkan ku sesuatu untuk di minum?. " Tanyaku, sembari memecah keheningan.
" Biasanya kau memintanya sendiri. " Ucapnya yang masih sibuk dengan dokumennya.
" Em.. Baiklah tidak perlu basa-basi mari kita ke intinya. " Aku memperhatikan Kevin di depanku dengan seksama, ia bahkan tidak bergeming.
" Ayo putus. " ucapku.
Ia berhenti sejenak, dan melanjutkan kesibukannya dengan dokumennya.
" Ayo putus. " ucapku lagi.
Kevin menghentikan kesibukannya, ia mulai menatapku. Ia terkejut melihatku, mungkin saja karena penampilanku yang berubah.
" Apa ini salah satu trik agar aku mulai mencintaimu. " Ucap ketus Kevin.
" Tidak. "Jawabku singkat.
" kau tahu aku tidak pernah mencintaimu dan yang memaksa kita berpacaran adalah dirimu. Maka trik apa pun yang kau gunakan aku tidak akan pernah mencintaimu, sedikit pun. " Suara yang penuh penekanan dan tatapan tajam yang ia tunjukan untukku, rasanya tangan ini ingin mencongkel mata itu.
" Aku tahu, Aku minta maaf selama ini mengganggu kehidupanmu. Bahkan aku sudah tahu bahwa kamu masih menunggu Erin, tapi aku tetap memaksakannya . Maka dari itu Ayo putus, Akhiri hubungan yang aneh ini. " Aku memandang Kevin dengan percaya diri..
Kevin hanya diam dan mulai sibuk dengan dokumennya lagi.
" Aku anggap diam mu itu sebagai jawaban setuju mu. " Aku beranjak dari dudukku dan pergi meninggalkan Kevin yang masih sibuk dengan dokumennya.
Saat aku hendak keluar seseorang mendorong pintu. Seorang pria terhenti sembari menatapku dalam, Gaza teman sekaligus Asisten Kevin. Kami saling bertatapan, Gaza menatapku dengan penuh pertanyaan. Aku tidak memedulikannya dan terus berjalan meninggalkan Gaza.
" Wah, siapa tadi?. " Gaza berjalan cepat menghampiri Kevin dengan sebuah dokumen di pelukannya.
Kevin terdiam tidak menjawab pertanyaan Gaza.
" Yang cantik tidak mau di kenali sama temannya. Kamu kan sudah ada pacar, jadi yang ini kenali padaku. " Gaza menatap Kevin penuh harap.
" Jangan pura-pura bodoh. " Kevin menatap Gaza tajam.
" Bentar, perempuan yang berani kesini biasanya cuma Keren. Jangan bilang...?." Gaza menatap Kevin dengan penuh pertanyaan.
Kevin mengangguk pelan.
" Benar Karen?. " Gaza menunjuk ke arah pintu dengan ekspresi tidak percayanya.
" Wah, keren habis makan apa? . Kok bisa jadi secantik itu. Eh, tapi kan Karen memang cantik dari sana. Hanya saja dia tidak pandai memilih Fashion yang cocok, Iya kan Kevin?. " Gaza heboh dengan opininya sendiri.
" Em, ini dokumen yang tadi kamu minta. " Gaza langsung menghentikan ocehannya, dan kembali ke mode serius. Melihat Kevin dengan tatapan tajam dan ekspresi tidak senang.
" Bisa-bisa di pecat kalau banyak omong lagi, tapi Kevin sama Keren pasti sedang tidak baik-baik saja, apalagi ekspresi Kevin yang seperti ini. Tapi, memang kapan Kevin dan Karen baik-baik saja?. Tahu ah pusing. " Batin Gaza menggerutu.
" Huft, akhirnya urusan dengan Kevin selesai. " aku merebahkan tubuhku ke kasur kamarku.
" Kamar yang juga aku rindukan. " Aku mencium dan memeluk bantal di sampingku.
" Eh.. " Aku langsung bangkit dan mulai membuka lemari ku.
" Tidak ada baju yang bisa aku pakai lagi. " Aku mulai panik.
Aku berlari keluar dari kamarku.
Duk..
Aku mendorong kencang pintu Yusa yang terbuka sedikit.
" Apa?. " Yusa terlihat kesal, ia sibuk merapikan buku-bukunya.
" Cie yang dua minggu lagi masuk Sekolah Menengah Atas, ternyata adikku sudah gede ya. " ledekku sambil mendekatkan diri ke Yusa.
" Apaan?. " Yusa masih sibuk merapikan beberapa bukunya.
" Cepat bilang, mau apa?. " tanyanya lagi.
" Memang Yusa paling ngerti kakaknya . " Aku tersenyum puas.
" Temani kakak belanja baju, nanti Yusa bebas beli baju yang Yusa beli kakak yang bayar. " Rayuku.
" Bentar. " Yusa dengan cepat menyelesaikan pekerjaannya.
Ia mengambil jaket hitam dan topi hitam yang menggantung di pintu kamarnya, Ia memakainya dengan cepat.
" Yuk.. " Ajaknya.
Aku mengikuti adikku yang berjalan mendahuluiku.
Kami sampai di pusat perbelanjaan di kotaku, tempat ini selalu ramai di kunjungi. Baik sekarang ataupun di masa depan.
" Wah, yang ini bagus. " Aku mulai memilih beberapa pakaian untuk adikku.
" Ini, apa ini!. Ambil saja keduanya. Tapi Yusa di pakaikan apa pun pasti cocok. " Aku mulai galau, Aku memperhatikan beberapa baju dan jaket lainnya.
Yusa memperhatikanku dari pojok dengan ekspresi pasrah.
" Wah, ini bagus juga. " Aku mengambil baju berwarna putih dengan corak hitam yang menggantung.
" Da.. " Seseorang mengagetkanku, yang tiba-tiba muncul dari balik baju tadi.
" Gaza, apaan sih. " Ucapku kesal.
" Ada apa kok keren pilih baju Pria buat Kevin ya?. " Tebak Gaza.
" Bukan. "Jawabku cepat.
" Eh bukan?." Gaza terlihat bingung.
" Di kantor Keren tadi sombong banget, Kan aku jadi sedih. " Ledek Gaza dengan memasang wajah penuh kesedihan.
" Yang mulai memulai kamu, jadi aku hanya membalasnya. " Jawabku ketus.
" Ya, soalnya keren berbeda tidak seperti biasanya. Jadi aku pikir itu bukan kamu. " Ucap Gaza dengan wajah canggung.
" Ya sudah jangan ganggu. " Aku meletakan baju yang kuambil tadi ke tempatnya, membuat wajah Gaza tertutup baju itu.
Aku menyibukkan diriku memilih baju untuk Yusa. Gaza membuntuti ku dari belakang. Seperti sedang menungguku mengatakan sesuatu.
Aku menghentikan langkahku, membuat Gaza hampir menabrak ku yang berhenti tiba-tiba. Untungnya Yusa dengan cepat berada di tengah kami, sehingga Gaza tidak menabrak ku.
" Dari tadi aku perhatikan, kau mengganggunya. " Ketus Yusa yang menatap tajam ke arah Gaza.
Tinggi Yusa dan Gaza hampir sama hanya saja Yusa lebih pendek sedikit dari Gaza.
" Maksudmu keren?. " Gaza melirik ke arahku.
" Tentu saja siapa lagi. " Tegas Yusa.
" Em, aku temannya bukan orang jahat. " jawab Gaza.
" lalu, kamu siapanya Keren?, tidak mungkin kan Karen?. " Gaza melirikku penasaran.
" Ini adikku, jadi tolong jangan berpikir aku menyukai berondong. " Ucapku kesal.
" Adik keren?. " Gaza berpikir keras.
" Iya, yang pernah masuk got waktu belajar naik sepeda. " Jelas ku.
" yang itu, iya Yusa kan namanya baru ingat. " Gaza sibuk memperhatikan Yusa yang sudah mulai beranjak dewasa.
Aku menuju kasir untuk melakukan pembayaran. Aku membeli beberapa baju untuk Yusa. Walaupun dia bilang itu tidak perlu, tapi aku ingin melihat Yusa menggunakannya pasti sangat tampan.
" Sekarang, ayo memilih untuk kakak. " Yusa menarik tanganku.
Tapi Gaza dengan cepat meraih tanganku juga. Yusa terlihat kesal, ini pertama kalinya aku melihat ekspresi marah yang Yusa tahan, dan itu menakutkan bagiku. Yusa dengan cepat menepis tangan Gaza.
" Apa apaan tanganmu itu. " ucap Yusa kesal.
" Kenapa dengan tanganku. " jawab Gaza tanpa rasa bersalah.
" Keren, apa kamu tidak mau mendengar tentang Kevin?. Biasanya kamu jika bertemu denganku akan bertanya banyak tentang Kevin. " ucap Gaza penasaran.
" Apa pentingnya Kevin. " ketus Yusa.
Aku memperhatikan tingkah lucu adikku ini. Tanpa sadar aku tersenyum kecil melihat tingkahnya.
" Kevin belum cerita denganmu?. " Tanyaku, yang berusaha terlihat tenang.
" cerita? " Gaza bertanya-tanya.
" Aku dan Kevin sudah putus. " ucapku.
" Kau bohong. " elaknya.
" Buat apa bohong. " Ucapku dengan wajah yang penuh dengan ekspresi meyakinkan.
" Kau selalu mengejarnya dari SMA, bahkan sebelum Erin datang di hidup kalian, kau pasti bohong. " Elak Gaza yang tidak percaya.
" Ada apa denganmu?." Gaza menolak percaya.
" kakakku bilang dia sudah putus maka sudah berakhir. Lagi pula orang seperti Kevin tidak pantas untuk di perjuangkan. " ucap Yusa dengan wajah bahagia yang berusaha ia tutupi.
" Bagus sih. " Lirih Gaza.
Keren aku bertemu dengannya saat awal masuk SMA bersamaan dengan Kevin, tapi aku tahu dari awal Keren mencintai Kevin perhatiannya tidak pernah lepas dari Kevin. Aku semula mendukung Keren asalkan ia bahagia. Lalu tiba-tiba Erin datang di tengah mereka. Kevin mulai memiliki rasa kepada Erin, saat itu Keren terlihat sedih aku tahu pasti perasaannya sakit, melihat orang yang ia cintai mencintai wanita lain di depannya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!