NovelToon NovelToon

Terjerat Dalam Kukungan Tradisi

Bab I : Perjalanan Awal

Disalah satu desa pesisir pantai A, seorang gadis cantik baru saja selesai bersiap-siap, hari ini dia berencana akan berangkat untuk mengunjungi Ayahnya di Desa pesisir B yang jarak tempuhnya cukup jauh sekitar 90 km. Gadis cantik itu bernama Rana Melati Humairah, keluarga dan teman-temannya sering memanggilnya dengan nama Rana saja. Di desa A dia tinggal berdua dengan kakak perempuannya dikarenakan Ibunya sudah meninggal dunia, tapi tidak membuatnya berkecil hati karena kasih sayang orang tua utuh tidak pernah kekurangan dia rasakan walaupun bukan dari orang tua kandungnya melainkan dari saudara ibunya, tapi tidak menyurutkan rasa bahagianya. Walaupun dia dan kakaknya tidak hidup dalam ekonomi berkecukupan, tapi dia sama sekali tidak mengeluh dengan takdir hidupnya.

Sehari-hari dia dan kakak membuat kue untuk dijajakan berkeliling desa dan kadang juga menerima pesanan hajatan tetangganya. Walaupun dia harus kerja banting tulang untuk mencukup kebutuhannya berdua dengan sang kakak, tapi Rana tetap memilih tinggal di desa A karena dia bisa tinggal dekat dengan lingkungan keluarga dari ibunya. Itu alasan kenapa dia lebih memilih tinggal di desa A daripada desa B yang jelas-jelas merupakan lingkungan tempat tinggal Ayahnya dan keluarga besar. Singkat cerita, Rana sudah berada dalam angkutan umum untuk menuju ke kota S, nanti sampai di kota dia akan menggunakan kendaraan umum menuju desa B. Selama diperjalanan senyum tidak luntur dibibir manisnya, entah dia bahagia akan bertemu dengan sang Ayah, kakek, nenek, paman, bibi, sepupu-sepupu, dan para keponakan atau dia bahagia akan bertemu dengan sang pujaan hati. (hanya Outhor yang tahu🤣🤣🤣).

Setelah menempuh perjalanan dua jam lebih akhirnya Rana sampai di kota. Dia bergegas naik ojek menuju stasiun agar tidak ketinggalan angkutan. Dan keberuntungan masih berpihak padanya karena angkutan ke desa B akan berangkat beberapa menit lagi, dan dia mau tidak mau harus ikut angkutan itu walaupun selama perjalanan harus berdiri karena tidak kebagian tempat duduk, selain karena angkutannya sudah full juga dikarenakan itu angkutan terakhir yang akan mengantarkan menuju tempat tujuan. Setelah perjalanan panjang, melewati beberapa desa, pegunungan, sungai, sawah, ladang, jalanan yang berombak (berlubang), tikungan, tanjakan, dan drama ban kendaraan bocor akhirnya Rana sampai dengan selamat di desa I. Dia turun dari angkutan langsung masuk menuju halaman rumah orang tuanya, rumah yang tidak terlalu besar tapi asri, rumah yang pas berada dibibir pantai membuat suasana hati teduh kita melihatnya, rumah orang tuanya berbentuk rumah panggung dan juga di desa B hampir semua rumah berjenis sama sehingga suasana khas desa pesisir itu kental terasa. dilangsung naik ke rumah ayahnya dan menyapa ayah, ibu tirinya, kakak-kakaknya, dan adiknya yg masih kecil. Setelah melepas rindu dan bercanda gurau bersama keluarganya, Rana langsung ke dapur untuk memberi para peliharaan yang berada di perutnya makanan karena Rana takut nanti si peliharaan akan membuat onar dengan cara demonstrasi kan malu kalau sampai di dengar orang lain saat mereka lagi berteriak.

Setelah kenyang dia langsung masuk ke kamar untuk beristirahat sambil menikmati pemandangan laut lewat jendela kamar, karena hembusan angin sepoi-sepoi dari pantai telah berhasil meninabobokannya ke alam mimpi, dan akhirnya Rana tidur siang.

Rana : "sudah lama aku tidak mengunjungi desa ini? ternyata sudah banyak berubah, tapi ya itulah hidupku juga banyak berubah. Jika ditanya apakah aku pernah merasa takdir tak adil, jawabannya; iya. Aku yang dari kecil ditinggal meninggal oleh ibu kandungku dan ayahku menikah lagi, tentu merasakan dampak dari hal tersebut. disaat anak-anak lain ruang gembira bermain bersama ibu mereka, aku dan kakak perempuan aku tinggal berdua dan untuk menopang hidup kamu, kakak perempuan aku bahwa sampai jualan kue keliling kampung. Hal itulah yang menjadi salah satu alasan kenapa aku lebih memilih putus sekolah dan Menjadi TKW di negara orang. Agar ke depannya kakakku tidak terlalu bekerja keras untuk biaya kami hidup.

jika dibilang kenapa aku tidak memilih ikut dengan ayahku saja tinggal di desa I dengan keluarga barunya, padahal di sana ada kakak laki-lakiku juga, jawabannya sangat simpel, karena kami masih belum move on dari kampung halaman ibu kandung kami. Tapi sejatinya ibu sambung ku orangnya juga baik, kadang beberapa kesempatan mereka sering datang mengunjungi kami di desa A. Dn begitu juga sebaliknya. seperti saat ini aku lagi berkunjung ke kampung ayahku karena kangen sama mereka.

Bab II : Ke Rumah Bibi

Sore itu, Rana sudah selesai mandi dan berhias, karena dia berencana akan berkunjung ke rumah bibinya yang biasa dia panggil dengan sebutan emak. Setelah menempuh beberapa waktu dengan berjalan kaki sambil menikmati pemandangan laut akhirnya dia sampai rumah sang bibi.

"Assalamualaikum emak, apa kabar?"

"Waalaikumsalam nak, kapan nyampai"

"emak, kok tumben rumah sepi, kakak sama para keponakanku yang usil pada kemana?"

"aduh nak, kayak kamu nggak tahu aja. kakakmu lagi bantu-bantu dirumah orang yang akan hajatan, kalau keponakanmu yang dua orang belum pulang dari melaut bersama kakak iparmu, dan kalau keponakanmu yang dua lagi jangan ditanya mereka lagi dimana, karena kalau jam segini pasti bermain pasir di pantai dan mereka pulang pas waktu bakso kesukaannya mangkal di depan rumah ini"

"astaga emak, kebiasaan anak dua itu padahal usia terpaut 3 tahun tapi kelakuan bar-barnya mengalahkan usia, kompak banget berdua tuh. saya sampai bingung emak, tuh anak berdua yang mana yang cewek yang mana yang cowok karena sifatnya selalu sama"

"astaga nak, bukan sifatnya aja mereka sama, bajunya pun selalu kembaran dibeli sama kakakmu. emak hanya geleng kepala liat kelakuannya"

"ya udahlah emak yang penting para bocil bahagia dan nggak buat onar. ngomong-ngomong emak sudah makan?"

"sudah nak, karena kakakmu sebelum ninggalin rumah pasti sudah masak terlebih dahulu, kau paham betul kakakmu yang laki-laki dan kedua keponakanmu nggak bisa telat makan, ditambah juga emak yang sudah berumur jadi harus makan tepat waktu karena kalau nggak, bakalan ngomel-ngomel tuh kakakmu"

"ya udah, saya ke rumah calon mertua dulu ya emak mau silaturrahmi karena nggak enak ke sini tapi nggak mampir nanti dikira sudah nggak sayang lagi sama keluarganya"

"ya sudah sana, tapi jangan lama-lama baliknya, karena kalau dua bocil duluan nyampai rumah dan mereka tahu kamu datang bakalan berabeh kau nak di tanyain sama mereka, karena kau tahu bagaimana sifat anakmu dua itu nggak suka lihat emak dan para kakak sepupunya pacaran"

"ya emak, saya permisi. Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"

setelah Rana berbasa-basi sama sang bibi, dia pamit untuk sekedar berkunjung ke rumah orang tua sang pujaan hati yang kebetulan posisi rumahnya berada di samping rumah sang bibi (mirip kayak lagu pacarku lima langkah🤭🤭🤭). setelah sampai dia langsung masuk ke dalam rumah.

"Assalamualaikum, bi"

"Waalaikumsalam sayang, yuk langsung masuk ke dalam aja"

"bibi dan paman baik-baik saja kan?"

"bibi sama paman baik nak, kamu kapan tiba?"

"tadi siang bi, dan sempat ke rumah bibi I dulu sebelum ke sini, ini aja nggak bisa lama-lama karena kalau duo bocil duluan naik ke daratan dari bermain pasirnya bakalan berabe bi. bibi tahu sendiri kelakuan duo bocil bagaimana!"

"ya sih nak, keponakanmu yang dua itu sifat bar-bar banget. tapi sebelum kamu pulang makan dulu yuk"

"baik bi"

akhirnya Rana dan kedua orang tua sang pujaan hati yang bernama Heru makan sore bersama. setelah makan dan membantu membereskan bekas makannya, Rana pun pamit pulang.

sampai depan rumah sang bibi, ternyata kedua kakak sepupunya sudah balik dari kegiatan masing-masing. baru beberapa menit dia duduk di teras rumah panggung, eh duo bocil nongol bersama sepupu-sepupunya yang lain dalam keadaan kotor banget. dia langsung menyuruh duo bocil untuk membersihkan diri terlebih dahulu sebelum memesan bakso favorit mereka. mau tidak maulah duo bocil mengikuti perintah sang bibi Rana nya, demi traktiran bakso 🤣🤣🤣 (dasar ya duo bocil disini jadi tukang malak). 30 menit berlalu, mereka keluar rumah dalam keadaan yang bersih dan langsung mengganggu sang bibi dan calon paman mereka (Rana dan Heru).

"Hai, paman"

"hai sayang"

"paman, traktir bakso dong"

"baiklah, apa sih yang nggak buat kalian"

"memang paman yang paling the best. sudah cocok sama bibi Rana yang baik hati"

"astaga sayang, walaupun paman dan bibi Rana tidak pacaran pun, kamu tetap keponakan paman sayang dari ibu mamamu (arti nenek si bocil ya)"

"hehehehe. makasi paman"

akhirnya Rana dan Heru bisa tetap berduaan di teras rumah sang bibi tanpa hambatan dan rintangan, dikarenakan Duk bocil nggak bakalan jadi pengganggu lagi. mereka lagi asyik mengobrol tentang masa depan mereka dan rencana-rencana yang akan mereka bangun setelah berumah tangga. sang kakak sepupu dan sang bibi pun setuju denga hubungan mereka karena bagaimanapun mereka sudah tidak lagi hidup di zamannya Siti Nurbaya (itu prinsip bibi dan sepupunya).

"yang, tahun depan aku dan kedua orang tua berencana untuk silaturrahmi kepada kedua orang tuamu, karena kalau tahun ini aku masih nabung yang"

"ya nggak apa-apa, kita berdua tahu, kita lahir bukan dari keluarga yang sama-sama berada yang, jadi kita harus bekerja keras terlebih dahulu. yang semangat ya kerjanya"

"ya yang, kamu doain ya biar aku tetap sehat dan tidak kekurangan satu apapun"

"ya yank"

"aku membayangkan ketika kita menikah nanti, pasti bakalan di gangguin sama duo bocil saat malam pertama pernikahan kita. kamu liat sendiri beberapa sepupu-sepupumu yang sudah menikah lebih dulu pasti mereka digangguin"

"hahahahahaha,,,, yayaya aku aja kalau liat kelakuan mereka pasti sakit perut karena ketawa yang, coba ingat saat nikahan sepupuku si E dan si N, eh malah bocil itu nangis minta tidur ditengah kedua pengantin"

"tapi bagaimanapun aku sayang banget sama duo bocil itu, yang. sifat mereka yang jahil memberi hiburan tersendiri bagi keluarga kami, apalagi kalau aku melihat salah satu dari duo bocil yang nasibnya sama sepertiku yakni seorang yatim, aku rasanya pengen nangis, yang. aku yang sudah dewasa kayak gini aja masih sakit rasanya tidak memiliki sosok seorang ibu di sisiku, apalagi dia yang masih kecil. tapi aku senang karena ketiga keponakan mendapatkan kasih sayang yang utuh dari kakak dan kakak iparku, walaupun sebenarnya kakak dan kakak ipar hanya memiliki anak tunggal. tapi kehadiran ketiga keponakanku yang yatim itu rumah ini jadi terasa ramai. dan bahkan masyarakat sekampung tidak ada yang pernah mengatakan bahkan duo bocil itu hanya saudara sepupu"

"ya benar, yang. masyarakat selalu memanggil mereka dengan sebutan duo bocil sehingga si kakak tidak pernah merasa minder jika berjalan bersama si Adek"

"itu impian kecilku ketika berumah tangga nanti, yang. aku tidak ingin membedakan antara orang tuaku dan orang tuamu begitupun dengan saudara-saudaramu dan para keponakanmu, aku akan menyayangi mereka seperti aku menyayangi keluargaku sendiri"

"eh yang, tidak terasa ternyata waktu sudah masuk magrib. aku pulang dulu ya, nanti setelah isya aku ke sini lagi. Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"

waktu magrib pun tiba. Rana diminta oleh sang bibi dan sang kakak untuk menginap saja tidak usah pulang ke rumah orang tuanya.

Bab III : Keindahan Malam

setelah shalat magrib, Rana dan keluarga sang kakak sepupu makan malam bersama dan dilanjutkan dengan menonton TV sambil dia bercerita tentang kisah cintanya sama Heru. waktu isya telah berlalu, Heru datang berkunjung ke rumah bibi Rana.

baru tiba di rumah, Heru sudah diganggu sama duo bocil.

"uhuyyyyy, ada yang mau ngapel nih. ngapelin siapa sih paman?"

"anak kecil jangan ikut campur urusan orang dewasa ya"

"okey paman, tapi ada yang tutup mulutnya nih"

"itu bukan uang tutup mulut namanya, tapi malak"

"tak apalah paman mau namain apa juga nggak masalah buat saya. yang penting uangnya mana, mau beli mie telur nih!"

"nih (sambil menyerahkan uang 50 ribu)"

"makasi paman. paman yang terbaik"

"etz, itu buat jajan satu Minggu"

"ya udah paman, paman ngapelnya juga Minggu depan aja"

"🤣🤣🤣🤣🤣"

"paman masuk aja ke dalam, bibi lagi ngobrol sama mama palingan"

"ok"

setelah percakapan unfaedah antara Heru dengan sang keponakan yang merupakan salah satu personil duo bocil, akhirnya masuk ke dalam rumah bibi Rana

"Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"

"eh Heru, duduk aja dik. kakak panggil Rana dulu ya"

"ya kakak"

setelah mempersilahkan Heru duduk, si kakak memanggil Rana yang kebetulan lagi ambil minum di dapur.

"adik, diluar ada heru tuh. temui gih"

"ya kak, aku keluar dulu"

"eh, sekalian kamu buatin minum buat dia, biar nggak usah bolak balik lagi. kalau untuk kuenya coba lihat di kulkas kayaknya masih ada deh brownies keponakanmu"

(Rana sambil berjalan ke arah kulkas)

"hmmm, masih ada nih kakak, tapi tinggal satu kotak aja. terus si bocil kecil bagaimana?"

"ambil aja, kamu tahu sifat para keponakanmu kalau mereka sudah tidak melihat lagi ada kue atau apapun di sana, mereka nggak akan nyari lagi atau nangis karena ada yang ambil punyanya. lagian juga besok bakalan mereka beli lagi kok"

"baiklah kakak, aku ambil ya"

"segera temuin Heru sana, kasian dia lama nunggunya nanti"

"ya kak"

dan percakapan Rana dan kakak sepupunya berakhir setelah sang kakak menemani ibunya menonton TV dan Rana keluar menuju ruang tamu dimana Heru sedang menunggu.

"maaf ya yang, lama nunggunya"

"nggak apa-apa yang"

"nih aku bawain kamu minuman, maaf ya hanya teh manis dan kue seadanya"

"nggak apa-apa yang, aku juga sudah dibeliin minuman soda sama duo bocil tadi. untungnya belum ku minum yang"

"🤣🤣🤣🤣🤣"

setelah ngobrol lama dan waktu tidak terasa sudah jam 10 malam, akhirnya Heru dan Rana memilih untuk keluar ke teras depan rumahnya sambil melihat duo bocil dan para sepupunya yang lain bermain dibawa sinar bulan.

"astaga yang, coba kamu lihat para keponakanmu itu, asli muka sudah nggak ada yang benar"

"astaga, bentar lagi mereka pasti di Ombilin sama orangtuanya"

"namanya juga anak-anak yang"

"kalau kakak sih yang ada bakalan diketawain mereka habis-habisan. kamu tahu yang, kakak kalau tiba-tiba di rumah tidak kelihatan batang hidungnya mereka tuh, nggak usah nyarinya sampai keliling kampung. cukup ke pantai atau ke rumah kakak sepupuku di depan tuh, pasti pada di sana"

"oh ya yang, aku sudah pernah bicara sama kakak dan bibi I dan keluargamu yang lain mengenai hubungan kita, dan mereka setuju semuanya. tinggal aku ke orangtuamu aja yang, tapi saat ini aku masih nyicil bangun rumah"

"nggak apa-apa yang, tahun ini kakak Perempuanku yang beda ibu akan menikah, jadi ayah juga pasti nggak bakalan setuju kita nikah tahun ini. kamu tahu sendiri keluarga besar ayahku pemegang tradisi yang sangat kental. mereka percaya jika saudara nikah di tahun yang sama, maka salah satu dari mereka pernikahannya nggak bakalan bertahan lama"

"ah, masa sih yang"

"ya yang, makanya aku minta tahun depan aja. karena percaya nggak percaya sih. tapi kita ikuti ajalah demi kebaikan kita bersama. saya juga ingin pernikahan kita langgeng sampai maut memisahkan"

"Aamiin"

"yang, aku balik dulu yah. ini sudah jam 12 malam, tuh para bocil juga jalan menuju ke sini"

"baiklah, salam sama bibi dan paman ya"

"ok, Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"

waktunya untuk tidur, Rana memilih tidur dikamar duo bocil bersama para keponakan. sampai waktu pagi menjelang. sebagai penduduk daerah pesisir yang notabene sumber penghasilan utamanya adalah melaut untuk para kaum laki-laki, dan berdagang untuk kaum perempuan.

jam baru menunjukkan waktu 02.00 dini hari, tiba-tiba ada suara perempuan memanggil nama kakak sepupu Rana, dan karena kebetulan kamar duo bocil posisinya berada dekat ruang tamu, maka secara reflek Rana bangun lebih dulu dari sang kakak. setelah kesadarannya kembali penuh, Rana keluar kamar dan langsung membuka pintu untuk menemui tamu sang kakak.

"ya bi, cari siapa?"

"kakakmu ada Rana"

"ada bi, ada perlu apa biar saya panggil"

"ini, bibi cuman mau memberi tahu kalau suami bibi baru pulang melautnya dan syukurnya hasil tangkapannya lumayan hari ini"

"baiklah bi, saya bangunkan kakak dulu"

setelah mempersilahkan si tamu duduk, Rana berjalan ke arah kamar sang kakak.

sambil mengetok pintu kamar.

"kak...kak...kakak ada yang nyariin tuh"

"siapa dik?"

"nggak tahu namanya kak, tapi katanya ikan hasil tangkapan suaminya pagi ini lumayan banyak kak"

"baiklah, itu pasti bi Z. kamu bilang tunggu bentar ya dik"

"ya kak"

setelah dari kamar sang kakak, Rana keluar menemui bi Z untuk mengatakan suruh menunggu sebentar. dan dia lanjut untuk keluar ke arah teras melihat orang hilir mudik silih berganti karena di jam segini roda perputaran uang sudah berjalan.

sambil menikmati udara dingin pagi hari, Rana dikagetkan dengan kehadiran sang kakak bersama bibi Z yang akan ke pesisir pantai untuk mengambil ikan hasil tangkapan suami si bibi Z.

"kak, saya ikut ya"

"nggak usah dik. kamu lebih baik lanjut tidur sana sekalian jaga keponakanmu. takutnya mereka bangun dan cari kakak"

"kakak tenang aja, lagian disini itu ada emak dan kakak B yang akan liat duo bocil kalau mereka bangun kak. lagian kakak tahu mereka nggak bakalan bangun jam segini"

"ya udah, yuk ikut"

"hore..."

akhirnya Rana ikut sang kakak ke bibir pantai. sesampai ditempat lokasi kapal suami bibi Z. setelah dilihat jenis ikan hasil tangkapannya.

"bi, berapa kilo semua?"

"150 kg, nak"

"harga biasa, kan!"

"ya nak"

"baik bi. bisa minta tolong sekalian bantu saya membawa ke rumah ya, sekalian uangnya ambil nanti di rumah"

"baik nak"

akhirnya Rana, sang kakak, dan bibi Z pun membawa ikan yang sudah dibagi dalam tiga wadah agar memudahkan mereka membawa ke rumah.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!