NovelToon NovelToon

Cinta Sang Penguasa

Prolog

"Nara.." Saat suara tersebut tergiang di telinga Joy, sontak Joy menoleh ke arah sumber suara. Joy menatap fokus ke arah gadis yang berdiri tidak jauh dari tempatnya duduk. Sejak detik itu Joy terus memperhatikan gerak gerik Nara untuk memastikan jika dia adalah gadis yang dia cari.

Dunia benar-benar berputar...

Joy melangkah mendekati Nara saat dia yakin jika gadis itu adalah Keynara Anastasia. Gadis sombong yang beberapa tahun lalu sudah membuatnya sangat di permalukan.

Joy meraih gelas minuman lalu berjalan di depan Nara dan sengaja menumpahkan minuman keras yang di bawanya ke gaun sewaan Nara. Hal itu membuat Nara membulatkan matanya lalu menarik kasar kerah belakang jas Joy hingga keduanya menjadi sorotan bahkan para media mendekat untuk menyorot keduanya.

"Kau tidak punya mata Tuan." Della menarik cepat Nara dan membungkam mulutnya. Della tahu siapa lelaki yang sedang di umpat oleh Nara.

Joy menoleh dengan tatapan sinis, perubahan hidup yang terjadi padanya membuat Nara tidak mengenali Joy yang dulunya di panggil dengan nama Nathan.

"Apaan sih?" Nara memperlihatkan lagi kebodohannya untuk kesekian kalinya.

"Itu Joy, kau tahu Joy!!" Bisik Della.

"Joy siapa? Aku tidak perduli." Nara kembali menatap tajam Joy. Dia melangkah maju dan menyingkirkan tangan Della kasar.

Ahhh... Kenapa aku memiliki teman kurang kudet seperti dia!!! Umpat Della mengikuti langkah Nara. Dia ingin memperingati Nara jika Joy adalah pemilik Asian grub yang merupakan perusahaan terbesar se-Asia. Della tidak ingin Nara tersandung masalah dengan Joy yang mempunyai perangai begitu buruk.

Nara berdiri tepat di hadapan Joy dengan memperlihatkan gaun sewaan yang kotor." Aku tahu kau sengaja melakukan itu Tuan!" Imbuh Nara berceloteh padahal berbagai media tengah menyorotnya.

Kau tidak mengenaliku Keynara... Bagus sekali..

Joy melangkah maju satu langkah seraya memperhatikan wajah Nara yang tidak berubah dan masih tetap sangat cantik. Meskipun wajah Nara memang sangat kusam mengingat kesulitan dalam hidupnya.

"Berapa harga bajumu itu, akan ku bayar dengan dua malam bersamaku di hotel." Bisik Joy tersenyum jahat. Sebodoh-bodohnya Nara, dia mengerti jika sekarang Joy tengah merendahkannya.

Plaaaaakkkkk...

Namun daripada harus tersandung masalah, bukankah sebaiknya dia pergi daripada harus melayangkan tamparan pada Joy.

Dia masih menjadi wanita paling buruk sepanjang sejarah!!! Umpat Joy dalam hati. Bukan tidak berani untuk membalas tapi Joy memang sudah menyiapkan hadiah untuk Nara yang akan di ingatnya seumur hidup.

"Apa yang kamu lakukan sayang." Joy tersenyum dan langsung merangkul kedua pundak Nara erat. Nara ingin melepaskan diri namun tangan kekar Joy mengunci pergerakannya.

"Sa sayang." Gumam Della terbata.

"Lepaskan aku!" Berontak Nara setengah berteriak.

"Aku minta maaf untuk masalah kemarin sayang." Semua menatap heran ke adegan yang mereka saksikan di hadapannya. Rumor soal Joy sudah sangat mereka kenal. Joy pencinta wanita atau lebih tepatnya penjahat wanita. Ratusan wanita sering tersandung skandal dengannya namun satu kalipun dia tidak pernah memanggil siapapun dengan sebutan sayang.

Hal itu membuat para media mendekat untuk mendapatkan berita terbaru dari Joy.

"Apa dia kekasih anda Tuan Joy?" Tanya salah satu wartawan. Sebelum menjawab pertanyaan Joy mendekatkan bibirnya ke telinga Nara.

"Jangan banyak bicara jika tidak ingin terjadi sesuatu pada keluargamu." Bisik Joy.

Joy asal bicara sebab dia tidak tahu soal keluarga Nara lagi, namun perkataan darinya bisa membungkam bibir Nara untuk diam. Nara hanya memiliki Ayah setelah kejadian buruk yang terjadi beberapa tahun silam, dia tidak ingin kehilangan Ayahnya yang merupakan satu-satunya keluarga yang tersisa.

"Dia calon istriku." Para wartawan saling melihat begitupun para tamu undangan. Ucapan dari Joy begitu mengejutkan mereka.

Calon istri!!! Nara menoleh ke Joy dan menatapnya tajam, tapi dia masih bungkam karena takut terjadi sesuatu dengan Ayahnya.

"Kapan itu terjadi Tuan, kenapa cenderung mendadak?"

"Satu Minggu lagi kita akan menikah, bukan begitu sayang." Nara melebarkan matanya membalas tatapan Joy dengan tajam. Dia menganggap jika ini semua hanya mimpi buruk meski nyatanya, ini adalah kenyataan pahit yang harus Nara terima mau atau tidak.

Updatenya tidak setiap hari sambil menunggu pembaca☺️🙏

~Tere Liye

Bagian 1

Keynara menatap pantulan cermin yang memperlihatkan sosoknya dengan gaun mewah. Nara memang tidak menyetujui pernikahan ini namun raut wajahnya melambangkan sikap tenang. Dia masih tidak mengerti siapa Joy sebenarnya sebab semua persiapan pernikahan di handle oleh orang suruhan Joy. Orang suruhan Joy akan datang ke rumahnya jika mereka membutuhkan tanda tangan darinya. Sehingga sampai hari ini dia tidak mengetahui jika Joy adalah Jonathan atau di kenalnya sebagai Nathan.

Tok...Tok...Tok...

"Masuk." Ucap Nara seraya berdiri menatap ke arah pintu.

Cklek...

"Turun Non, akadnya sudah selesai." Seorang wanita separuh baya yang merupakan perias pengantin, membantunya menuruni anak tangga. Salah satu dari mereka memegangi belakang gaun pengantin Nara yang menjutai agar Nara bisa berjalan dengan baik.

Dari bawah, Joy memandangi Nara sebentar lalu berpaling. Dia mengakui kecantikan Nara sejak dulu, namun dendam masa lalu membuatnya kembali kesal hingga ingin membalas penghinaan itu dengan cara yang lebih menyakitkan.

"Mana Della." Tanya Nara pada Joy.

"Tidak penting sekali menanyakan itu sekarang." Jawab Joy ketus.

"Dia penting untukku."

"Tapi tidak penting untukku!!" Nara menatap malas ke arah Joy." Jangan banyak bicara jika ingin Ayahmu baik-baik saja." Pernikahan ini terpaksa di wakilkan sebab keadaan Ayah Nara yang tengah sakit keras. Nara tidak dapat berprotes lagi jika itu menyangkut sang Ayah.

Nara terdiam dan sesekali tersenyum palsu ketika teman Joy memberikan selamat untuknya. Nara juga tidak merasa risih ketika Joy menggoda teman wanitanya di hadapannya sebab memang tidak ada cinta dalam pernikahan ini.

Dia bahkan tidak mengizinkan aku mengundang teman-temanku, dasar!!! Umpat Nara duduk sementara Joy masih berdiri untuk bersalaman dengan rekan-rekan kerjanya.

"Sialan!!!! Kau sedang apa?" Tanya Joy berbisik.

"Aku lelah, kakiku sakit!" Eluh Nara tidak perduli.

"Kau tahu ini acara kita."

"Kita?!!" Nara terkekeh.

"Ini acaramu. Kau bahkan tidak mengundang temanku!" Ucapan Joy semakin membuatnya muak. Dia menarik kasar pergelangan tangan Nara agar dia tetap berdiri." Ahhhg!!! Sakit!!!" Eluhnya sedikit berteriak.

"Berdiri atau aku akan membunuh Ayahmu!" Ancam Joy lagi.

"Aku tidak mengerti! Kau yang bersalah tapi kau yang mengancam!"

"Kau yang bersalah!!!"

"Kau yang menumpahkan minuman itu! Hingga aku harus mengganti baju itu."

"Bukankah aku yang membayar gaun itu!"

"Tapi tetap aku yang menyerahkan uangnya jadi itu berarti aku yang mengganti uangnya bukan kau!!" Joy mendesah lembut, dia tidak mengerti kenapa Nara terlihat jauh berbeda daripada dulu saat masa sekolah. Nara yang sekarang ucapannya cenderung kekanak-kanakan dan sedikit lama dalam mencerna ucapan.

"Ya terserah! Lakukan tugasmu sebagai pengantinku hingga acara ini selesai."

Nara terpaksa menuruti apa mau Joy meski dia tidak ingin menutupi wajah kecewanya karena Della tidak hadir. Acara berlangsung tujuh jam lamanya hingga membuat kaki Nara terasa perih karena mengelupas. Dia sudah berbicara pada Joy namun Joy tidak mau mendengarkan eluhannya dan menyuruhnya untuk tetap berdiri.

Setelah semua tamu pergi, Nara melepaskan sepatu heels dan menaruhnya di atas tempat duduk sementara Joy tengah keluar untuk mengantarkan relasi kerjanya keluar. Nara mengambil piring lalu menumpuk beberapa makanan ke dalam piringnya. Dia sangat lapar sehingga Nara duduk dan makan dengan tangan. Andra yang merupakan kaki tangan Joy tersenyum melihat Nara yang tengah menikmati makan malamnya.

"Ahhhh nikmat sekali.." Tutur Nara saat sebuah es buah melewati tenggorokannya. Nara tersenyum sebab es buah itu terasa sangat segar. Dia meneguknya lagi dan lagi hingga satu teko pindah ke dalam perutnya. Nara mengganti teko kosongnya dengan piring yang penuh dengan makanan. Itu sudah piring ke dua yang dia makan namun karena terasa sedap membuat Nara tidak bisa berhenti makan.

Joy baru saja masuk ke dalam rumah dan melihat geram kelakuan Nara yang di rasa memalukkan. Padahal di sana hanya tersisa orang-orang yang mengurus catering tapi tetap saja itu memalukkan.

Dengan kasar, Joy menarik lengan Nara agar dia berdiri hingga tidak sengaja tumit lecetnya membentur kursi.

"Agh ..." Pekik Nara akan memeriksa kakinya namun Joy memaksakan untuk berdiri menghadap ke arahnya." Sakit sialan!!!" Umpat Nara kesal.

"Menjijikkan sekali!!! Kenapa kau makan seperti itu!!!" Teriak Joy seraya menatap ke arah meja dan tangan Nara yang kotor.

"Dengan tangan lebih enak." Protes Nara akan menuju ke mejanya lagi tapi Joy menariknya kasar untuk menaiki tangga." Aku masih lapar." Teriak Nara kesal.

"Kau wanita macam apa hingga tidak memiliki tata krama."

"Tata Krama apa?" Joy berhenti berjalan dan menatap tajam Nara.

"Cara makanmu sangat menjijikkan!!! Kau hewan atau manusia!!"

"Mungkin hewan. Aku tidak perduli kau menyebutku dengan sebutan hewan, aku belum kenyang." Nara akan kembali sehingga Joy memperlakukannya semakin kasar. Joy menggiring Nara menuju ke kamar utama lalu mengunci pintunya.

"Aku juga tidak perduli jika kau seekor hewan! Yang pasti kau bisa memuaskanku sekarang." Nara yang sudah mempersiapkan semuanya langsung menanggalkan baju pengantinnya di hadapan Joy tanpa rasa malu. Tidak lupa dia membersihkan sisa makanan yang menempel di tangannya dengan beberapa lembar tisu.

"Silahkan, aku cukup berterimakasih atas semua yang kau berikan padaku dengan tiba-tiba." Joy tidak percaya dengan apa yang di lihat, meski tidak dapat di pungkiri jika itu tubuh terindah yang pernah dia lihat." Aku tidak harus berkerja dan bisa tinggal di istana ini." Nara melempar bajunya sembarangan dan berdiri tepat di hadapan Joy yang tengah terdiam dengan mulut setengah terbuka. Nara yang hanya menggunakan bra dan celana d*lam membuat jantung Joy langsung berpacu dengan hebat.

Namun Joy kembali sadar akan rencananya untuk membuat hidup Nara menderita sehingga dia menutupi kekagumannya pada sosok yang berdiri di hadapannya.

Tidak! Aku harus membuatnya menderita agar aku bisa hidup dengan tenang. Tanpa memperdulikan celotehan Nara, Joy membanting tubuh Nara di atas tempat tidur. Dengan gerakan cepat, Joy melucuti semua bajunya dan segera memasukkan miliknya tanpa pemanasan sehingga Nara merasakan nyeri hebat pada k*maluannya.

"Sakit Joy.. Pelan-pelan." Joy tidak memperdulikan ucapan Nara, dia terus mengerakkan miliknya dengan kasar hingga darah segar mengalir keluar dari k*maluan Nara.

Kenapa nikmat sekali... Ucap Joy dalam hati. Dia tidak ingin mengakui milik Nara yang sangat memanjakan miliknya. Gerakan Joy yang semakin tidak terkendali membuat jeritan Nara semakin kencang. Tentu saja Nara meronta, itu terasa sangat sakit seolah-olah kulit k*maluannya mengelupas. Joy sendiri tidak ingin mendengar dan terus saja bergerak seraya m*ndesah keras, dia benar-benar tidak pernah merasakan percintaan senikmat ini. Milik Nara rasanya menjepitnya seolah menyuruhnya untuk tetap bergerak terus dan terus.

"Sakit sekali..!!" Air mata Nara mengalir dengan kedua tangan yang mencengkram erat sprei.

Joy membalikkan tubuh Nara dengan cepat dan kembali memasukkan miliknya, gerakkannya semakin brutal dan semakin cepat. Sekencang apa teriakan Nara, Joy tidak pernah berniat untuk berhenti meski dia melihat dengan jelas jika saat ini Nara tengah menangis terisak.

Lenguhan panjang keluar dari bibir Joy ketika dia mengalami pelepasan. Joy sengaja tidak mengeluarkan benihnya di dalam karena dia tidak ingin memiliki anak dari Nara. Sementara Nara sendiri tengah tergolek lemah dengan keringat yang membanjiri tubuhnya. Dia meringis kesakitan, Manahan nyeri hebat pada k*maluannya.

"Rasakan itu!" Umpat Joy berdiri di pinggiran tempat tidur seraya memakai baju. Miliknya menjepitku, rasanya aku ingin lagi tapi aku sudah ada janji malam ini.

"Aku tidak tahu jika malam pertama sesakit ini tapi, jika yang kedua katanya sudah tidak sakit." Joy melebarkan matanya mendengar itu. Nara tidak merasa jika saat ini dia sedang berusaha menyakitinya.

"Kau tidak merasa aneh dengan apa yang kulakukan tadi?"

"Tidak." Nara memakai lagi pakaian dalamnya dan mencoba berdiri meski rasanya sangat perih. Tangannya meraih sprei lalu membereskannya.

"Sial!!!" Joy berjalan masuk kamar mandi dan menutup pintu keras.

Braaaakkkk!!!!

Nara berjingkat seraya mengelus dadanya lalu melanjutkan aktivitasnya untuk mengganti sprei. Bukanya dia sedang berpura-pura tidak peka, namun karena kecelakaan yang menimpanya membuat otak Nara mengalami sedikit gangguan sehingga membuatnya seperti sekarang.

Terkadang dia bisa berfikir cepat tapi terkadang otaknya melambat dengan sendirinya. Dokter menyarankan untuk tidak memikirkan sesuatu yang terlalu berat sehingga Nara selalu memikirkan semua dengan santai agar otaknya tidak terlalu berkerja keras.

Setelah mengganti sprei kotor, Nara melihat buku nikah yang tergeletak di atas meja. Dia belum melihat buku tersebut meski tadi ada prosesi pemotretan dengan mengunakan buku nikah itu. Nara mengambilnya satu lalu membukanya pelan.

Jonathan Atmaja Prawira? Seperti nama ini tidak asing... Nara mencoba mengingat nama itu seraya meneguk air putih di hadapannya. Saat dia mengingat nama tersebut, secara spontan Nara menyemprotkan minuman sebab merasa terkejut.

"Jo Jonathan? Nathan? Tidak mungkin! Itu tidak mungkin dia, mereka berbeda." Gumam Nara mengingat saat masa sekolahnya.

Flash back

Awal sekolah yang indah bagi Nara, meskipun dia hanya siswi baru di sana tapi banyak teman-teman yang sudah mengenalnya. Itu terjadi karena Nara memang populer, peket lengkap ada pada dirinya. Selain berparas cantik, kekayaan orang tua Nara begitu mendukungnya hingga dia memiliki kehidupan yang serba mudah.

Setiap hari hanya pujian yang di dapatkan, apalagi Nara merupakan siswa teladan dengan kepintaran yang melebihi batas. Berbagai penghargaan Nara dapatkan sehingga membuat mata hatinya buta. Nara kerap kali menjadi dalang pembullyan yang terjadi di sekolah. Dia sering melakukan itu jika merasa terganggu pada seseorang. Jika guru menegurnya, Nara memiliki 1000 alasan untuk bisa terhindar dari tuduhan itu.

"Ra, ada surat." Teman Nara yang duduk di bangku belakang melihat sebuah surat di dalam tas Nara.

"Surat?" Nara mengambil surat itu lalu membacanya." Konyol sekali." Nara terkekeh dan menyerahkan surat tersebut pada temannya.

"Nathan? Astaga haha, si gendut itu!! Lalu bagaimana?"

"Biarkan saja! Aku saja jijik melihatnya waktu meminta tanda tangannya untuk keperluan Masa orientasi siswa kemarin. Dasar b*bi tidak tahu diri." Umpat Nara melanjutkan membaca komik.

Sejak hari itu, Nathan yang merupakan Joy terus saja memberikan perhatian pada Nara meskipun Nara tidak pernah memperdulikannya. Joy alias Nathan merupakan Kakak kelas Nara, dia menyukai Nara dari awal pertemuan. Dulu Joy tidak seperti sekarang, tubuhnya gendut dan hitam sehingga membuat Nara merasa risih padanya bahkan jijik.

Hingga suatu hari Joy melakukan sesuatu yang membuat Nara merasa di permalukan. Joy memberikan sebuah cake untuk Nara dan juga ingin mengutarakan perasaannya untuk kesekian kali. Namun kali ini Joy begitu nekat hingga mengutarakan isi hatinya saat berada di dalam kantin,di depan para siswa.

"Apa ini?" Tanya Nara ketus.

"Itu cake, terima cintaku aku akan membahagiakanmu."

Huuuuuuuuuuuuu

Semua siswa bersorak hingga Nara merasa sangat malu. Dia merasa sempurna sedangkan Joy! Nara merasa jika Joy bahkan tidak pantas berada di sekitarnya.

Nara langsung pergi dan tidak mengatakan sepatah katapun tapi ternyata dia tidak hanya pergi, dia menemui Haikal, siswa yang juga menyukainya.

"Lakukan sesuatu untukku, aku akan menerima cintamu setelah ini." Pinta Nara.

"Apa itu?"

"Buat b*bi itu menyesal sudah memikirkanku."

"B*bi?"

"Nathan! Dia mempermalukanku, buat dia meminta maaf di depan orang banyak dengan keadaan buruk dan upahnya, kita jadian." Rayu Nara tersenyum.

"Oke." Haikal dan kedua temannya pergi dan mencari keberadaan Joy lalu menyeretnya paksa ke belakang sekolah. Di sana sudah menunggu satu teman Haikal dengan satu ember air kubangan kotor yang di dapatkan dari pembuangan di sekolah. Dengan tega, Haikal mengguyur tubuh Joy yang masih berseragam dengan air kotor tersebut." Kau tahu kesalahanmu apa!!!" Teriak Haikal merasa jadi penguasa.

"Apa?" Tanya Joy pelan.

"Kau sudah mempermalukan Nara! Jika kau tidak meminta maaf, aku akan melakukan sesuatu yang lebih buruk dari ini." Ancam Haikal.

"Aku hanya menyatakan perasaanku saja." Haikal dan kedua temannya tertawa terbahak.

"Dasar b*bi!!! Kau tidak berkaca jika kau sangat buruk!!! Lakukan!!! Atau aku akan menguncimu di gudang sekolah hingga besok!!!" Joy berdiri dengan terhuyung dan langsung menuju ke kelas Nara untuk meminta maaf dengan tubuh kotor dan baunya. Hal itu membuat seisi sekolah semakin merendahkan Joy.

Aku tidak pernah menyesal untuk menyukaimu Nara tapi aku akan berusaha membalas ini semua suatu hari nanti!!!

Flash back off

Nara meletakan kembali buku nikah itu saat gagang pintu bergerak. Mengingat itu semua membuat otaknya harus berkerja ekstra hingga rasa pusing langsung menjalar. Nara memijat kepalanya lembut seraya melirik ke arah Joy yang sedang berganti pakaian.

Bagaimana bisa dia berubah menjadi sekarang? Aku sangat tidak menyangka jika dia Nathan.

"Aduh..." Eluh Nara memijat kepalanya ringan sementara Joy meliriknya malas." Mau kemana Joy?" Tanya Nara pelan. Dia ingin berpura-pura tidak tahu dengan semua.

"Ke Lisa, pacarku."

"Hm begitu, hati-hati ya" Joy menoleh cepat mendengar jawaban Nara yang tengah membawa sprei kotor untuk di cuci di kamar mandi." Jika memungkinkan, belikan aku obat sakit kepala." Imbuh Nara membalikkan badan lalu tersenyum sejenak dan masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

"Bagaimana mungkin dia bisa berkata itu dengan tenang?" Joy bertanya-tanya pada hatinya hingga sebuah pesan dari Lisa terkirim.

💌Sayang aku sudah sampai...

Joy melangkah pergi meski hatinya kalut, dia sangat menunggu hari ini setelah pertemuannya dengan Nara seminggu lalu namun, kenyataan pahit harus Joy telan bulat-bulat karena Nara tidak merasa tersakiti atas sikapnya hari ini.

~Tere Liye

Bagian 2

Nara menuruni tangga untuk mengambil bak lalu menuruninya lagi dengan membawa bak yang berisi sprei kotornya tadi. Bik Yanti yang melihat itu langsung menghampiri Nara.

"Duh Non kenapa di cuci sendiri?" Eluh Bik Yanti melihat sepanjang lantai tangga menjadi basah.

"Tidak apa Bik, di mana tempat menjemurnya?" Tanya Nara ramah.

"Biar Bibik keringkan di mesin cuci nanti." Bik Yanti mengambil alih perkerjaan Nara." Non tunggu di sini biar Bibik ambil alat Pel, Bibik takut Non jatuh nanti." Nara mengangguk dan berjalan berkeliling ruangan. Dia ingin melihat foto lama Joy namun tidak menjumpainya. Bahkan di kamarnya juga hanya terpajang foto barunya.

Tidak mungkin jika hanya kebetulan? Apa nama ada yang semirip itu? Ahh sakit sekali... Nara kembali menghampiri Bik Yanti.

"Bik apa ada apotek dekat sini?"

"Jauh Non, harus ke jalan utama dulu. Memangnya Non mau beli obat?"

"Iya Bik kepala saya sakit."

"Minta antar saja sama Tuan."

"Tuan sedang bersama pacarnya." Dengan gamblang Nara mengatakan itu hingga Bik Yanti melongok di buatnya.

"Pa pacar Non?"

"Hmmm.." Nara mengangguk dan tersenyum.

Astaga Gusti, kenapa Non Nara malah tersenyum seperti itu? Bukannya seharusnya dia marah?

"Mau nunggu Bibik selesai mengepel? Nanti Bibik belikan."

"Iya Bik, sekalian plester juga ya."

"Kalau plester ada Non di kotak P3K. Sebentar." Bik Yanti meletakkan alat pel kemudian masuk sebentar dan kembali dengan plaster." Ini Non."

"Terimakasih Bik." Nara duduk dan memasang plester pada tumitnya yang terkelupas.

Apa Nathan ingin balas dendam? Hm aku memang pantas mendapatkannya. Nara memperkirakan jika Joy mungkin masih sakit hati padanya sehingga dia menjadi lebih ikhlas menerima semuanya. Yang terpenting hidupnya bisa terjamin dan dia tidak harus berkerja untuk merawat Ayahnya. Bahkan Joy sudah membayar dua perawat untuk merawat Ayahnya di rumah. Rasanya karma itu akan terus berjalan di sekitarku..

_____________________________________________________

Sejak tadi, Joy tidak bergeming saat Lisa merayunya untuk berjoget menikmati musik DJ yang sedang di mainkan di pesta teman Lisa. Joy terus memikirkan soal sikap Nara tadi, dia merasa semakin kesal sebab Nara seolah menganggap semuanya biasa saja.

Bagaimana mungkin...

"Kamu memikirkan siapa Joy? Istrimu?" Tanya Lisa duduk di pangkuan Joy.

"Jangan begini." Tolak Joy.

"Kenapa sih?"

"Bukankah kau sudah tahu jika aku memikirkan istriku!" Jawab Joy geram.

"Katamu tidak cinta?!!" Nada cemburu Lisa membuat Joy semakin merasa kesal.

"Kau ingat jika aku juga tidak mencintaimu! Aku hanya bersenang-senang denganmu jadi bersikaplah selayaknya p*lacur jalanan!!!" Joy mengucapkan itu penuh penekanan. Dia memutuskan untuk pulang saja daripada harus mendengarkan celotehan tidak berguna dari Lisa yang di anggapnya sebagai p*lacur.

"Terserah kamu menyebutku apa Joy, yang pasti aku tidak akan pergi darimu selama kamu bisa memberikan aku uang haha." Lisa berjalan ke tengah dan bergabung dengan teman-temannya untuk berjoget.

__________________________________________________

"Ini Non obatnya."

"Terimakasih Bik." Nara mengambil obat tersebut lalu meminumnya.

"Sebaiknya Non istirahat saja."

"Iya Bik." Tanpa berprotes Nara menaiki anak tangga lalu masuk ke kamarnya." Ini pasti karena sprei tadi." Gumam Nara berjalan melewati genangan air di lantai, dia berniat menyalakan televisi dulu baru akan mengepel genangan tersebut.

Klik...

Televisi menyala, Nara tersenyum dan duduk. Dia melihat acara favoritnya dan melupakan niatnya untuk mengepel genangan air itu. Joy yang tidak tahu soal itu, langsung berjalan menerobos masuk hingga dia terpeleset lalu terjatuh.

Brrrruuuukkkkk!!!!

"Agh! Sial!!! Apa ini!!" Joy memegang celananya yang basah.

"Oh iya, hati-hati di situ ada genangan air." Ucap Nara tanpa rasa bersalah.

"Kau tahu ada air di sini?!" Teriak Joy berusaha berdiri dengan pinggang yang sedikit nyeri.

"Hmm..." Nara mengangguk seraya fokus melihat televisi. Joy mendengus kesal, dia membuka pintu lalu berteriak memanggil Yanti, Joy mengira jika ini adalah kesalahan pembantunya.

"Iya Tuan."

"Kenapa bisa ada genangan air di situ!!!" Nara menoleh sebentar ke arah keduanya kemudian mengalihkan pandangannya lagi ke arah televisi.

"Itu Tuan, Non Nara tadi mencuci sprei jadi airnya tumpah kemana-mana, tadi saya sudah bersihkan yang di tangga, saya tidak tahu kalau di kamar juga ada, sebentar saya ambilkan kain pelnya." Bik Yanti pergi dan Joy mengalihkan pandangannya ke Nara yang tengah bersantai.

"Jadi ini semua karena kau?!!" Joy berjalan ke Nara dan menatapnya tajam.

"Aku tadi akan membersihkan itu tapi aku lupa, maaf ya." Nada bicara Nara yang cenderung santai membuat Joy semakin merasa muak.

Braaaaakkkkk!!!!

Joy menutup pintu kamar keras setelah Bik Yanti selesai membersihkan genangan air. Joy merasa tidak ada gunanya jika mengomel sebab Nara rasanya tidak merespon itu dengan baik. Nara malah tertawa sendiri melihat acara televisi kesukaannya.

Mungkin kemiskinan sudah membuatnya stres seperti itu! Ah aku harus mandi lagi... Joy menanggalkan bajunya dan Nara sempat meliriknya. Di dalam otak Nara mencoba berfikir keras, kenapa Joy bisa berubah seperti sekarang.

Tubuhnya bagus sekali, mungkin dia diet selama ini sehingga dia bisa berubah seperti sekarang dan saat sudah berubah dia ingin membalas dendam padaku seperti yang ada di film.. Nara kembali tersenyum lalu mengalihkan pandangannya lagi. Baru saja Joy masuk ke dalam kamar mandi, teriakan Joy memanggil nama Nara kembali terdengar. Nara berdiri dan berjalan menghampiri Joy.

"Ini apa!!!!" Tanya Joy menunjuk bak mandi yang penuh dengan air sabun.

"Aku tadi mencuci sprei di bak mandi itu, aku lupa cara membuangnya jadi ku biarkan seperti itu."

"Agh!!!! Kau bodoh sekali!!!"

"Iya aku bodoh, maaf." Joy tidak habis fikir dengan ekspresi wajah Nara yang seperti itu.

"Bersihkan! Aku mau mandi."

"Bagaimana caranya Joy?"

"Kau tinggal melepaskan penutupnya seperti ini." Joy melepas penutup bak mandi dan seketika air menghilang masuk ke dalam lubang.

"Wahhh sudah bersih, terimakasih Joy." Nara tersenyum dan meninggalkan Joy begitu saja. Joy merasa tidak terima dan berjalan keluar lalu menyeret Nara ke dalam kamar lagi.

"Bersihkan kataku!!!"

"Itu sudah bersih."

"Ku bilang bersihkan!!!" Teriak Joy.

"Baiklah Joy." Nara tersenyum dan menghidupkan keran lalu duduk seraya membersihkan bak mandi. Sementara Joy berdiri seraya memperhatikan.

"Lain kali cuci di mesin cuci! Kau udik sekali hingga mencuci di kamar mandi seperti ini."

"Aku lupa jika kamu memiliki mesin cuci." Nara menggosok permukaaan bak mandi dengan tangannya.

Jawaban macam apa itu?!!!

"Sudah bersih Joy." Nara tersenyum seraya berdiri dengan baju basahnya. Mata Joy yang nakal langsung tertarik pada sesuatu yang menyembul keluar. Joy mendesah lembut dan ingin mengendalikan hasratnya, dia tidak ingin lupa diri hingga melupakan dendamnya.

"Cepat pergi!!!" Pinta Joy.

"Hm iya..." Nara berjalan pergi, lalu Joy menutup pintu kamar mandi namun sengaja tidak di sempurnakan. Dari selah pintu, dia mengintip Nara yang tengah berganti baju dengan santainya.

Indah sekali... Joy menelan salivanya kasar sebab yang di bawah sudah berkedut. Harusnya malam ini dia menginap di hotel bersama Lisa namun entah kenapa Joy ingin pergi dan tidak berselera melakukan itu. Fantasi Joy mulai liar, dia membayangkan sedang berada di belakang Nara dan kembali memasukkan miliknya. Tidak sadar Joy tersenyum membayangkan hal itu, hingga daun pintu kamar mandi terbuka dan membentur wajahnya.

Ingin sekali Joy berteriak kesakitan namun dia merasa malu jika kedapatan mengintip tadi.

"Apalagi!!!" Joy berpura-pura marah padahal wajahnya cukup terasa panas.

"Baju kotor." Nara meletakkan bajunya yang basah pada cucian kotor dan keluar.

Braaaakkkk!!!

Pintu kamar mandi kembali tertutup keras, Joy meringis kesakitan memegangi pipinya. Memalukan sekali!!! Umpatnya segera mandi, tidak lupa Joy mengunci pintu kamar mandi agar Nara tidak bisa masuk sembarangan lagi.

Seusai mandi, Joy melihat Nara tertidur di sofa dengan posisi duduk. Dia ingin tidak perduli dan langsung berbaring di atas tempat tidur. Beberapa saat berlalu hingga Joy kembali duduk seraya mendesah lembut. Joy berdiri lalu berjalan menghampiri Nara.

"Hei! Kau tidak pindah?" Tanya Joy kasar. Nara tidak bergeming dan terus saja tidur." Apa kau tuli!!!" Teriak Joy keras namun Nara tetap tidak bangun dan dengkurannya semakin terdengar keras." Oke Nara, ini hanya satu kali! Hanya satu kali aku menolongmu karena malam ini kau sudah memberikan aku kepuasan!" Dengan kesal Joy mengangkat tubuh Nara dan sedikit melemparkannya di atas tempat tidur, dan anehnya Nara tidak bangun dan malah meraih guling lalu memeluknya." Dasar kerbau!!!" Joy berbaring di samping Nara lalu membelakanginya.

Plakkkk....

Tiba-tiba tangan Nara melingkar di sekitar perutnya, Joy menyingkirkan tangan tersebut namun Nara melakukannya lagi dan lagi. Sehingga Joy membalikkan badannya dan keduanya saling berhadapan. Bibir Nara setengah terbuka hingga air liur keluar dari sana, Joy meraih tisu dan membersihkannya.

"Menjijikkan sekali." Umpatnya lagi. Nara meringkuk kedinginan, dia sudah lama tidak lagi memakai pendingin ruangan sehingga dia menjadi tidak terbiasa dengan suhu dingin di ruangan. Tubuh Nara kembali bergeser mendekati Joy lalu memeluk tubuh Joy untuk mencari kehangatan. Joy berusaha menyingkirkan namun Nara kembali melakukan lagi. Joy bisa saja menendang Nara hingga terjungkal di bawah tempat tidur namun itu tidak di lakukannya. Joy malah membiarkan itu terjadi, jantungnya berpacu hebat seperti saat pertama dia melihat Nara dulu. Beberapa kali tarikan nafas panjang berhembus agar dia bisa mengendalikan jantungnya namun tetap saja tidak bisa.

Hanya malam ini, aku berjanji hanya malam ini. Besok aku akan membuat hidupnya menderita seperti di neraka!!!!

Keesokan harinya...

Joy terjaga dan tidak mendapati Nara berada di sampingnya. Dia berdiri lalu mengintip lewat jendela, Nara tidak terlihat di luar sana hingga pintu kamarnya terbuka.

Cklek...

"Pagi..." Nara meletakkan nampan pada meja, di atasnya terdapat teh hangat dan sandwich." Ada seseorang mencarimu. Tapi minum ini dulu." Joy berjalan ke arah Nara dan mengambil sarapan paginya.

"Siapa?"

"Katanya namanya Lisa, pacarmu." Raut wajah Nara terlihat berseri-seri saat mengatakannya.

"Kau tidak waras ya? Kenapa kamu bahagia menyebut nama pacar suamimu?" Tanya Joy memakan sandwich dan meminum teh yang terasa asin sehingga Joy langsung menyemburkan teh tersebut." Sial!!! Apa ini? Kau memberikan garam ke teh ini!!!" Umpat Joy kesal.

"Apa benar?" Nara mengambil cangkir teh dan meminumnya. Di luar dugaan Nara tertawa merasakan teh asin tersebut sementara Joy mengerutkan keningnya.

"Kau gila yah? Kenapa sikapmu seperti itu."

"Aku hanya tidak ingin terlalu keras berfikir, akan ku ganti." Nara kembali keluar kamar dan Joy masih memperhatikannya.

"Mungkin dia sudah tidak punya otak!" Umpat Joy masuk ke dalam kamar mandi untuk membasuh wajahnya. Setelah itu dia berjalan keluar dan menemui Lissa yang sudah duduk di ruang tamu.

"Kenapa kau ke sini?" Tanya Joy duduk. Lisa tersenyum lalu menggeser tubuhnya lebih dekat dengan Joy.

"Itu Joy, aku butuh..."

"Uang?!!" Lisa mengangguk.

"Aku ingin melihat bagaimana bentuk istrimu." Nara keluar dari dapur, dia berbelok arah setelah melihat Joy berada di ruang tamu. Dengan senyuman, Nara meletakkan secangkir teh hangat. Tiba-tiba saja terlintas ide hingga Joy memanggil Nara saat dia akan pergi.

"Ada apa?" Joy sengaja memegang jemari Lisa agar Nara cemburu padanya.

"Kau tidak membuatkan minuman untuk pacarku?"

"Aku tadi berniat membuatkannya tapi, gulanya habis." Joy tersenyum kecut mendengar alasan Nara yang kurang logis.

Dia pasti sakit hati...

"Kan ada sirup?" Sahut Lisa.

"Sirupnya juga habis Kak, adanya air putih? Kamu mau?"

"Tidak Terimakasih."

"Hmmm... Permisi." Joy meraih pergelangan tangan Nara.

"Duduk di sini."

"Aku ada keperluan setelah ini."

"Duduk dulu." Nara duduk santai seraya memperhatikan Lisa yang berada di hadapannya bersama Joy. Di depan Nara, Joy memperlihatkan kemesraannya, dia benar-benar ingin Nara merasakan sakit hati namun nyatanya Nara tidak bergeming dan malah terdiam seraya memperhatikannya.

"Istrimu aneh sekali, meskipun dia terpaksa menikah denganmu, tidak seharusnya dia bersikap seperti itu." Tutur Lisa berbisik.

"Aku juga tidak mengerti." Bik Yanti baru saja datang dari supermarket, Nara beranjak dari tempat duduknya lalu membantunya membawa beberapa belanjaan ke dalam.

"Mirip pembantu haha." Ejek Lisa dan entah kenapa Joy merasa sakit hati. Dia langsung melepaskan genggaman tangannya dan duduk tegak." Kenapa kau mau menikah dengannya Joy?" Imbuh Lisa bertanya.

"Aku tidak menginginkan itu."

"Lalu apa tujuanmu menikahinya? Bukankan lebih baik menikahi aku saja." Joy menatap tajam Lisa. Sejak dulu hingga sekarang, Joy hanya menyukai Nara. Dia belum pernah jatuh cinta lagi hingga sekarang. Rasa sakit yang Nara torehkan begitu membekas sehingga hati Joy menjadi batu seperti sekarang. Joy menganggap jika wanita yang ada di sekitarnya hanyalah boneka untuknya. Beberapa wanita ada yang ingin menjadikan Joy tujuan hidupnya namun Joy sendiri enggan membuka hati. Yang di fikirkannya hanyalah bagaimana caranya membalas dendamnya di masa lalu.

"Silahkan.." Nara meletakan teh hangat dan makanan ringan membuat Joy dan Lisa saling memandang.

Berarti tadi gulanya benar-benar habis.

"Em Joy aku akan pergi setelah ini, apa ada sesuatu yang perlu ku siapkan?"

"Pergi kemana?"

"Ke rumah Della."

"Tidak boleh, kau harus tetap di rumah."

"Aku tidak sedang berpamitan, jika tidak ada ya sudah aku akan bersiap untuk pergi." Nara pergi dan berjalan menaiki tangga. Sementara Joy di buat frustasi akan sikap acuh Nara.

"Pergi.." Pinta Joy berdiri.

"Kenapa pergi?"

"Sudah ku bilang pergi!"

"Lalu uangnya?"

"Akan ku transfer nanti." Joy meninggalkan Lisa begitu saja. Joy benar-benar merasa aneh pada dirinya, masih ada sedikit rasa perduli pada Nara walaupun kenyataannya dia sangat ingin membalas perbuatan Nara dulu.

~Tere Liye

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!