NovelToon NovelToon

Haruskah Kumaafkan

Ranjang yang dingin

Di awal kisah, akan bercerita tentang suami, dan juga temanya, kisah Nadiya sendiri, baru dimulai saat suaminya melakukan kesalahan satu malam dengan sahabatnya.

Happy Reading 💖

Seorang teman lama bertandang ke rumah Nadiya. Namanya Dara, wanita cantik dan seksi berusia 26 tahun. Mulai curhat dan menumpahkan uneg-uneg nya yang ia simpan selama ini.

"Tak ada yang kupercaya selain kamu, Nad." Dia menatap Nadiya dan berharap Nadiya punya jawaban dari masalahnya.

"Sudah berapa lama?" Tanya Nadiya mencoba mengerti dan memahami masalahnya.

"Bertahun-tahun....." Nadanya lemah.

"whattttt???" Nadiyapun kaget dan ngga percaya.

"Jadi kalian tidak satu bulan sekali berhubungan?" Nadiya terbelalak tidak percaya. "Dia normal?" OPS! Nadiya mulai kebablasan dan keceplosan.

" Yah.....seperti itulah. Aku sudah mencobanya. dan dia tidak merespon atau bergairah". Kata Dara pelan.

"Pernah tanya alasannya kenapa sikapnya begitu?" Tanya Nadiya penasaran.

Dara mengangguk, tanpa menatap Nadiya. "Lelah! Capek! Itu alasannya. Aku mencoba mengerti alasanya yang tidak masuk akal jika dikatakan setiap hari" Kata Dara sambil tertunduk kelantai.

Namanya Nadiya berusia 25 tahun dan punya suami tampan dan sukses. Rumah tangga yang harmonis dan bahagia. Membuat banyak orang iri setiap kali melihatnya berjalan dengan suaminya. Tapi lambat laun mereka mulai kesepian karena belum mendapatkan seorang anak.

"Tapi bagaimana dengan hasratku? Aku normal! Aku wanita normal! Aku butuh!" Sambungnya penuh emosional.

Oouhhh. Nadiya merangkulnya. Menenangkannya dan mencoba membuatnya tenang.

Apa yang terjadi dalam kehidupan rumahtangganya sebenarnya kata Nadiya dalam hati. Nadiya mulai menerka-nerka. Normalkah?

...Tidak berhubungan dalam satu bulan tapi tidur satu ranjang. Atau berhubungan cuma satu kali dalam sebulan? Ataukan dia punya selingkuhan? Dan sudah puas sama selingkuhannya diluar sana. Ohh aku berdosa jika berburuk sangka....

Banyak pertanyaan yang tak ingin Nadiya tanyakan. Atau hanya akan menambah kegundahan hati sahabatnya. Nadiya menyimpan berbagai kemungkinan.

Dan mulai ada rasa tak nyaman juga dalam dirinya. Bagaimanakah dengan rumah tangganya. Apakah dia punya hubungan yang sempurna, sebagaimana orang sangka. Begitu harmonis. Tak terlihat cela. Selalu ada tawa dan manja. Ohh, Nadiya menelan ludah. Terasa sedikit ada kepahitan dalam hatinya.

Nadiya menghela nafas panjang. Tak ingin menterjemahkan apa arti dari setiap senyuman yang terbias. Senyuman yang menenangkan. Mungkin itu hanya topeng. Banyak kepalsuan yang tak diungkap.

Disembunyikan biar tak terlihat. Mereka hanya melihat hubungan yang sempurna tanpa cela. Karena Nadiya menutup rapat mulutnya. Terkunci. Tak dibiarkan sepatah penyesalan terbawa udara. Dan sampai ketelinga mereka.

"Kau hanya tak tahu Dara. Setiap rumah tangga punya rahasia". Nadiya memejamkan matanya, dan berbisik kedalam hatinya.

"Aku pulang saja Nad, lain kali kita ngobrol lagi." Kata Dara sambil tangannya mengambil tas yang tergeletak diatas sofa.

"Yaa, pulanglah, dan hati-hati karena sudah malam." Nadiya mengantarnya sampai di pintu. Suaminya kebetulan baru pulang dari kantor dan melihat lalu tersenyum pada sahabatnya. Sahabatnya membalasnya dengan ramah.

"Siapa?" tanya Ardy.

"Dara, teman lamaku." Sahut Nadiya sambil menutup pintu.

"Dadanya montok dan berisi" sanjung suaminya entah serius entah bercanda Nadiya tidak tahu. Atau Ardy sengaja membuatnya cemburu. Nadiya memilih untuk mengabaikannya.

"Yaa." jawab Nadiya tanpa menoleh. Aku benci mendengar sanjungannya. Suamiku yang gemar menyanjung teman-teman wanitaku. Selalu membuatku was-was setiap kali ada teman wanita datang kerumah. Gumam Nadiya dengan kesal.

...Orang bilang aku beruntung mendapatkan suami yang tampan, sukses dan kaya raya. Namanya Ardy usianya 28 tahun. CEO PT Adam Karya. Penuh perhatian tidak hanya kepadaku tapi kepada semua orang yang dia temui. Kalau bercanda kelewatan dan ceplas-ceplos kadang sering menyakiti hati....

...Tapi kelebihannya dia sabar dan perhatian. Aku begitu mempercayainya dan dia juga sangat mempercayaiku. Bagiku kepercayaan adalah langkah pertama untuk mendapatkan kebahagiaan dalam rumah tangga. Tapi kadang aku juga merasa was-was jika tamu dirumahku lebih cantik dari diriku dan mengagumi suamiku. Apalagi jika mereka memakai pakaian yang seksi dan tidak pantas, itu membuatku merasa gerah dan kesal....

Nadiya mengambil tas suaminya dan menaruhnya ditempat biasa lalu mulai menyiapkan makan malam untuknya. Nadiya adalah salah satu dari istri yang senang melayani segala kebutuhan suaminya.

...Aku senang berada didekatnya. Duduk berdua dengannya. Meskipun hanya sekedar minum teh atau tanpa melakukan kegiatan apapun, yang penting duduk disampingnya. Meskipun kata-katanya kerap melukai atau menyinggung perasaanku. Tapi aku berusaha untuk tidak menganggapnya serius....

...Aku lebih peduli pada waktu yang kita habiskan bersama. Tak kubiarkan pikiran negatif ada dalam benakku saat aku duduk disampingnya. Semua temanku terpana melihat ganteng dan ramahnya suamiku. Aku hanya tersenyum setiap mengingat moment itu. Ada rasa bangga menjadi wanita pilihanya....

"Sini sayang". Tangan kekar Ardy merengkuh kepala Nadiya kedalam pelukanya. Nadiyapun bersandar di bahunya dengan perasaan bahagia. Merasakan setiap detak jantungnya yang berirama seperti nada.

"Papa sudah makan." Terang Ardy dengan lembut."Tadi ada rapat dan acara makan bersama dikantor."

Nadiya menatapnya dan ingin bertanya kenapa tidak mengabarinya sehingga dia tidak perlu memasak untuk makan malam.

"Mama sudah makan apa belum"? Tanya Ardy karena merasa bersalah akibat lupa mengabari istrinya. Inilah yang Nadiya suka darinya. Kadang begitu lembut dan perhatian. Meski hanya menanyakan Nadiya sudah makan apa belum?

Nadiya menggelengkan kepalanya. Nadiya memang belum makan, karena sengaja menunggu suaminya untuk makan malam bersama.

Krucukkkkkkk....Perut Nadiya bersuara. Ardy tersenyum mendengarnya kemudian meraih tangan istrinya dan mengajaknya berdiri lalu membawanya duduk dimeja makan.

Nadiya mengambil sedikit nasi dan mulai memakanya sendirian. Ardy terus menatapnya, lekat dan penuh cinta. Nadiya membalas tatapannya. Tersenyum dan menyuapinya dengan perlahan.

"Kenyang". Kata Ardy manja.

"Sedikit saja". Nadiya mendekatkan sendok kemulut suaminya. Ardy membuka mulutnya dan matanya lekat menatap wajah Nadiya yang cantik.

Brakkkkkk!!!! Pintu rumahnya terbuka. Seseorang berdiri disana. Matanya berurai air mata. Dia menghentikan langkahnya. Menatap Nadiya dan suaminya secara bergantian.

Prangggg!!!!! Sendok ditangan Nadiya terjatuh. Kaget. Karena tiba-tiba pintu terbuka dengan sangat keras.

Wanita itupun membalikan badannya hendak pergi namun dengan cepat Nadiya mencegahnya.

"Tunggu...." Nadiya berdiri dan mendekatinya.

Suaminya masih duduk dimeja makan dan mengamati mereka.

Nadiya mengajaknya duduk di sofa dekat meja makan. Dan ternyata yang membuka pintu dengan keras adalah Sarah. Sahabatnya sekaligus tetangga barunya.

Nadiya, Dara, dan Sarah merupakan teman satu sekolah saat masih duduk di bangku SMA. Mereka berangkat ke sekolah bersama dan pulang bersama. Bahkan saat di sekolahpun mereka kerap terlihat bersama.

Tapi saat kuliah mereka berpisah dan bertemu lagi setelah menikah. Karena mereka tinggal dikota yang sama. Jakarta, kota Metropolitan yang banyak gedung megah dan gedung pencakar langit.

Kebetulan tempat tinggal mereka juga berdekatan. Takdir mempertemukan mereka dan siapa sangka mereka membeli rumah di komplek yang sama.

Ardy bekerja di perusahaan yang membangun Hotel-hotel megah di Jakarta dan kota lainya. Nama perusahaanya adalah PT ADAM KARYA. Dulu ayahnya adalah pemilik separo saham PT ADAM KARYA.

Karya adalah nama ayah Ardy, sedangkan Adam adalah nama ayahnya Elis. Mereka berdua bekerja sama membangun perusahaan di bidang perhotelan.

Namun sejak ayahnya meninggal, semua sahamnya menjadi tidak jelas. Karena Ardi masih duduk dibangku SMP. Sehingga tidak mengerti dalam urusan bisnis.

Ardy kemudian dirawat oleh ayah dan ibu Elis. Tuan Adam menganggapnya seperti putranya sendiri. Sekarang Tuan Adam adalah pemilik tunggal dari PT ADAM KARYA.

Ardy disekolahkan dan kuliah sambil bekerja di PT ADAM KARYA. Sehingga akhirnya bertemu dengan Nadiya yang pandai dalam bidang keuangan dan akunting. Kemudian mereka menikah dan Nadiya bekerja dirumah sebagai akunting.

Sementara Ardy bekerja dikantor setiap hari. Kisah rumah tangga mereka dimulai saat Ardy terpesona oleh kecantikan Sarah sahabatnya, kemudian melakukan kesalahan satu malam yang mengubah sejuta mimpinya bersama Nadiya. Dan usaha Nadiya melawan takdir namun garis tangan membawanya pada perjalanan hidup yang tak pernah dibayangkan sebelumnya.

Terpesona

Bajunya begitu tipis. Warna putih jingga. Sedikit renda diatas dadanya yang montok dan berisi. Nampak menerawang dan terlihat yang ada didalamnya. Lekuknya begitu indah membuat setiap yang memandang ingin menyentuhnya.

"Duduklah". Roknya pendek. Dan tersibak saat ia duduk. Dia tak menyadarinya. Pahanya putih dan padat berisi. Kelihatan dia pandai merawat tubuhnya dan sering yoga.

Aku melirik keatas. Aku melihat suamiku tak tahan untuk tidak melihat pemandangan itu. Sesekali aku melihat suamiku tak berhenti menatapnya.

Nadiya mendengar kabar burung jika rumah tangga sahabatnya telah kandas, dan membuat mereka berpisah karena masalah saling cemburu dan saling curiga satu sama lainya.

Suaminya tipe pencemburu dan posesif.

Sarah pun demikian. Sehingga setiap hari mereka bertengkar karena kecemburuan masing-masing. Mereka saling mencintai. Tapi rasa cemas yang berlebihan membuat hubungan mereka hancur.

Namanya Sarah. Baru sebulan bercerai dari suaminya. Teman SMA Nadiya. Ternyata mereka satu komplek. Dia baru pindah satu bulan setelah bercerai dari suaminya. Rumahnya tepat didepan halaman rumah Nadiya.

Mereka sering bertegur sapa saat pagi hari saat Nadiya mengantar suaminya berangkat kekantor.

Menyenangkan punya tetangga dekat yang di kenal dengan baik. Karena bisa buat teman berbagi saat mereka kesepian. Apalagi mereka pernah satu sekolah dan sekarang menjadi tetangga dekat.

"Leo ada di rumahku saat ini. Aku takut ya karena sifatnya yang mudah berubah. Aku takut tak bisa menahan perasaanku. Kita sudah bercerai.

Tapi dia masih sering datang kerumah dan minta rujuk kembali....." Sarah menatap Nadiya dengan khawatir yang nampak dari wajahnya. Nadiya bisa membaca apa yang sedang Sarah pikirkan dan khawatirkan.

Nadiya mengangguk. Tak menjawab. Dan membiarkannya bercerita panjang lebar. Nadiya sendiri sedang khawatir. Nadiya menghawatirkan baju yang dipakai sahabatnya. Begitu tipis.

Sedangkan suaminya ada didekatnya dan masih betah duduk dimeja makan. Sesekali Nadiya melihat suaminya melirik terus memperhatikan Sarah.

Dia adalah lelaki normal sedikit wajarkan kalau sesuatu yang indah ada didepan matanya, apa iya dia akan menutup mata dan memalingkanya?

Nadiya mengatakan kepada hatinya. Untuk memaklumi tatapan suaminya. Dan itu sudah menjadi kebiasaanya untuk mengagumi teman-temannya yang cetar dan cantiknya kelewatan.

Mungkin itu salah satu kelemahannya. Nadiya menyadari sepenuhnya. Tak ada manusia sempurna. Sebaik apapun dia. Nadiya hanya harus berdamai dengan beberapa kelemahannya.

Nadiya berdiri dan mengambil segelas minuman untuk Sarah. Dia menolaknya.

"Aku cuma sebentar Nad. Aku hanya sedang kalut dan bingung saat ini sehingga tiba-tiba aku langsung ke rumahmu. Aku tidak tahu jika suamimu sudah pulang. Maaf aku mengganggumu malam-malam begini".

Nadiya mengangguk. Lagi-lagi tanpa jawaban. Nadiya berharap Sarah cepat pulang. Tapi Nadiya juga tidak mungkin menyuruhmu pergi.

"Awalnya aku lupa mengunci pintu. Leo kemudian masuk dan langsung memelukku dari belakang. Aku kaget dan shock. Karena tak kusangka dia langsung melakukan hal itu." Sarah menceritakan apa yang terjadi sehingga pergi kerumah Nadiya saat malam telah larut.

Hal ini terjadi begitu saja. Kebetulan rumah mereka dekat, dan sebelumnya mereka juga sahabat dekat. Jadi jika ada sedikit masalah saja langsung lari kerumah sahabatnya. Wajar sih jika mereka masih remaja.

Tapi akan terasa aneh jika mereka sudah berumah tangga dan sama-sama dewasa. Itu adalah masalah privasi. Seharusnya tidak sampai terumbar keluar dari rumah dan mengganggu ketenangan rumah yang lainya.

Mata Nadiya terbelalak. Kaget. Dan Khawatir.

Sarah menyadari kekhawatiranku. Kemudian Sarah meneruskan perkataannya.

"Dia bilang.....kalau dia masih....sayang dan ingin kembali, dan ingin menghabiskan malamnya dirumahku." Katanya terbata.

Nadiya mengangguk. Nadiya memaklumi karena mereka baru saja bercerai tanpa sebab yang jelas menurutnya. Hanya karena emosi yang bergejolak tak tertahankan dan rasa cemburu yang berlebihan.

Nadiya juga tak tahu pasti penyebabnya dan apa yang mendasari kecemburuannya. Karena Sarah hanya memberitahukanya sebagian dari kisah yang sesungguhnya. Dan tidak adil jika Nadiya menyimpulkan berita yang hanya sepihak.

Mereka juga bahkan baru bertemu setelah sekian lama. Bahkan pertemuan itu dalam kondisi Sarah telah bercerai dan pindah didepan rumahnya.

"Aku takut berzina. Karena dia bukan suamiku lagi. Meskipun kita masih saling mencintai. Aku takut melewati batasannya, jika ada dia di dekatku dan menginap dirumahku. Dia pasti takkan bisa menahan diri. Aku yakin itu Nad."

"Iya." Nadiya mengangguk lalu berdiri dan berjalan melihat dari jendela rumahnya. Terlihat motor Leo berbunyi. Leo sudah pergi. Dan entah kenapa Nadiya merasa lega. Sarah akan segera pulang dan tidak membuat mata suaminya kelilipan.

Karena terus melirik ketubuhnya dari ujung kaki hingga ujung kepala. Pakaian yang begitu tipis membuat mata suaminya lebar tak berkedip.

"Aku pulang yaa...Leo sudah pergi" Sarah mendengar suara motor Leo yang pergi menjauh dari rumahnya.

"Yaa...." Aku cepat mengantarnya dan mengunci pintu rapat-rapat. Ohh Tuhan....aku menghela nafas lega. Syukurlah dia sudah pulang.

Nadiya berjalan menghampiri suaminya. Terlihat dia sedang memainkan ponselnya. Matanya melirik ke langkah kaki Nadiya. Mungkin merasa tak enak.

Berkali-kali Nadiya memergokinya menatap buah dada Sarah. Yang nampak dari luar karena baju yang begitu tipis.

Tapi aku tak mau membahas arti tatapanya. Atau menanyakan kenapa dia harus menatapnya. Atau menjelaskan kau hanya boleh menatapku. Aku adalah istrimu. Satu-satunya yang boleh kau tatap. Itu sangat berlebihan menurutku. Jadi sudahlah.

Aku meraih tangannya dan mengajaknya ke kamar. Ardy menggenggam erat tanganku. Mungkin itu yang dia sukai dariku. Aku tidak mau membahas hal-hal yang sulit ditemukan jawabannya. Jujur yang menyakitkan, atau berbohong yang membahagiakan. Aku tak menyukai keduanya. Diam dan memaklumi setiap keadaan, itu adalah kebiasaan ku.

Pagi yang cerah......

Aku membuka tirai kamarku.

Kubuka jendela dan kupejamkan mata.

Kuhirup udara pagi sebanyak-banyaknya.

Masih segar. Belum terpolusi. Dalam hati kuucap syukur padamu ya Tuhan. Atas nikmat pagi ini. Dan malam yang dihabiskan dengan suamiku. Bahagia. Aku tersenyum simpul, menoleh kearah suamiku yang masih pulas dengan dada yang terbuka.

Dari jendela kumenatapnya lekat. Hatiku berbisik, aku sangat mencintaimu. Aku tak pernah mengatakannya, tapi aku sangat mencintaimu. Mungkin kelemahanku, aku tak pernah mengatakan kalau aku mencintaimu. Dan tak ingin kehilangan mu.

Tiba-tiba ponselnya berbunyi.

Ardy terbangun. Dia meraih ponselnya. Setelah melihat siapa yang menelpon. Dia tak menghiraukannya.

Nadiya memperhatikannya dari jendela.

Diapun tertidur lagi.

Ponselnya berdering kembali. Ardy terbangun. Mengambil dan melihat siapa yang menelpon sepagi ini.

Kemudian dia tak menghiraukannya lagi. Dan menoleh ke arah Nadiya.

Nadiya memberi isyarat untuk mengangkat telponnya. Ardy menggeleng. Nadiya penasaran. Karena Telp terus berbunyi. Nadiya mengisyaratkan untuk mengangkatnya dan sedikit memaksanya.

Deringnya sangat mengganggu suasana hatinya. Dan karena dia tak menghiraukanya, itu lebih mengganggunya lagi.

Ardy beranjak dari tempatnya berbaring. Berjalan keluar, Nadiya mengangguk. Mungkin urusan kantor. Dan Nadiya juga menghormati sebagian privasinya.

Meskipun penasaran Nadiya menahanya, kedalam relung hatinya yang terdalam. Membuang setiap rasa penasaran dan menutupnya sedikit dengan senyuman.

Dia bergegas masuk. Mandi. Berganti baju. Dan langsung pamitan pergi. Tanpa sarapan. Tanpa penjelasan. Terlihat begitu khawatir. Tertekan. Dan bingung.

Aku tak sempat bertanya. Dia mendekat mengecup keningku dan pergi. Ada urusan penting! hatiku yang menjelaskanya. Mulutku membisu. Tidak biasanya. Aku terpana. Seperti patung. Aku bahkan malas menggerakkan setiap anggota tubuhku.

Aku melihat dari jendela kamarku. Dia naik mobil dengan kecepatan tinggi. Tak mempedulikan keselamatannya dan ke khawatiranku. Dalam hati aku berdoa untuk keselamatanya. Dia adalah suamiku jika sesuatu terjadi padanya akulah orang di dunia ini yang paling merasa sedih dan kehilangan.

Bersambung............

Hai, Kak! 😀😀😀

Terimakasih atas dukungan dari kalian pembaca setia dan untuk kalian yang sudah Fav, memberikan Like dan juga meninggalkan komentar.

Tanpa dukungan dari kalian apalah arti dari karya ini.....

Dan Author mengucapkan maaf pada kalian semua jika dalam penulisannya masih banyak kesalahan dan kekurangan, juga cerita dan episode yang akan lumayan panjang dan kadang membosankan.

Sekali lagi terimakasih dan salam sayang dari Author 😘😍😍

Sahabat Lama

Ardy turun dari mobil tanpa menoleh ke kanan dan ke kiri. Ardy berlari kecil menuju sebuah kamar apartemen mewah.

Apartemen itu milik Elis anak dari Tuan Adam pemilik perusahaan perhotelan yang saat ini dijalankan oleh Ardy.

Dulu Ayah Ardy dan Tuan Adam adalah teman dekat yang bagaikan saudara. Kemudian mereka bersama-sama membangun perusahaan dengan nama Adam Karya.

Ardy dan Elis saat masih kecil sering menghabiskan waktu bersama-sama.

Apalagi saat ayah Ardy meninggal dunia maka Tuan Adamlah yang membimbingnya sehingga menjadi sukses seperti sekarang.

Ardy merasa berhutang Budi pada Tuan Adam. Tadinya jika Ardy belum menikah maka akan dijodohkan dengan Elis.

Tapi saat itu Elis juga tidak menyetujuinya karena Elis lebih suka menghabiskan waktu di Luar Negeri.

Sehingga Elis enggan untuk menikah diusia muda.

Kemudian Ardy juga menemukan tambatan hatinya saat duduk dibangku kuliah. Nadiya adalah gadis cantik, sederhana dan pandai dalam akunting sehingga membuat Ardy jatuh cinta.

Namun entah apa sebabnya sekarang tiba-tiba Elis berubah pikiran dan kembali ketanah air.

Setahu Ardy saat terakhir mereka chatting Elis mempunyai seorang kekasih, Tapi tidak lama kemudian Elis sudah tak terlihat bersama dengan kekasihnya lagi.

Bahkan postingannya juga sudah dihapus dan tak terlihat lagi.

Pintunya tidak terkunci. Seseorang tahu bahwa yang dia tunggu akan datang. Dia sengaja tidak menguncinya.

Seorang wanita dengan rambut acak-acakan menoleh kearahnya. Beranjak dari tempat tidurnya dan berlari langsung memeluknya erat.

"Maaf..Aku mengganggumu." Desahnya seperti berbisik.

Pelukannya begitu erat sehingga Ardy kesulitan untuk bernafas. Ardy pelan-pelan melepaskan pelukannya dan memapahnya duduk.

Elis adalah sahabat kecilnya. Ayah mereka punya hubungan dekat. Elis menempuh pendidikan di Luar Negeri sehingga komunikasi mereka hilang.

Dan saat kembali ketanah air keadaan mereka sudah berbeda.

Ardy sudah menikah, dan bahagia. Sedangkan Elis masih lajang dan menderita penyakit yang sulit terdeteksi. Itulah yang menyebabkan Elis kembali ke Jakarta dekat dengan keluarganya.

Tiba-tiba dia menggigil kedinginan, dan cemas yang berlebih. Tapi jika ada seseorang didekatnya emosinya mudah stabil dan cepat pulih.

Jika dia sendirian, sulit untuk mengendalikan kecemasannya dan rasa dingin yang tiba-tiba muncul.

Ardy mengambil air hangat dan menenangkannya. Tangannya menggenggam tangan Elis dengan begitu erat.

Kehangatan mulai mengalir dalam darah Elis. Matanya yang tadi sayup mulai bersinar dan bercahaya.

Ardy menatapnya hangat dan sedikit khawatir. Elis mengangguk dan memberi isyarat bahwa dia sudah baik-baik saja.

Ardy pun tersenyum dan mengangguk padanya. Dia merasa tenang karena Elis baik baik saja.

Ardy merebahkan dirinya di kasur sahabatnya. Dan menghela nafas panjang. Kelelahan tadi malam masih dirasakanya.

Sehingga ingin rasanya dia tidur dan memejamkan matanya sesaat. Akhirnya dia benar-benar tertidur.

Elis berdiri dan menyelimutinya. Mereka tidak berselingkuh. Mereka sahabat sejak kecil dan bagaikan kakak adik. Sehingga kedekatan seperti ini terasa biasa saja.

Tidak canggung.

Apalagi Elis pernah tinggal di LN, hal-hal semacam ini tentu sudah biasa baginya.

Dua jam telah berlalu.

Elis duduk memandangi Ardy yang lelap tertidur. Ardy pun terbangun, dan mata mereka bertemu.

Ardy tersadar dan terkejut karena suatu hal, entah apa yang dirasakanya. Sedangkan Elis menyadari hal itu, langsung menunduk dan beranjak bangun.

Berjalan menyiapkan sarapan untuk sahabatnya. Sepagi ini datang, Ardy pasti belum sarapan. Mereka sarapan bersama. Ardy pun teringat sesuatu. Dia mengambil ponselnya dan menelpon istrinya.

"Ada masalah kecil ma, tapi semua baik-baik saja." Ardy menjelaskan kepergiannya.

"Tidak apa pa. Yang penting papa baik-baik saja."

"Maaf ma, baru kasih kabar, mama pasti khawatir tadi papa buru-buru berangkat." Ardy merasa sedikit bersalah.

"Iya ga papa."

"Mama udah sarapan belum?" Tanya Ardy. "sudah."

Setelah menutup teleponnya, kemudian Ardy

melanjutkan sarapannya.

Elis mendengar percakapan mereka. Ada rasa trenyuh dalam hati. Rasa kagum pada Ardy karena kepedulian dan perhatiannya yang ia tunjukan pada istrinya.

"Dia pasti sangat beruntung." bisik Elis

Ardy menatapnya. menelaah pertanyaan sahabatnya. Dan tersenyum simpul.

"Aku yang beruntung memilikinya." Jawab Ardy.

"Dia pasti sangat istimewa." lanjutnya masih dengan suara pelan.

"Iya berada disisinya membuatku merasa tenang. Dia melengkapi banyak kekuranganku." Jelas Ardy.

Ohh. Elis memainkan sendok ditanganya. Dia tidak menghabiskan makanannya. Entah apa sebabnya seleranya menjadi berkurang.

Elis dan Ardy masuk ke mobil menuju suatu tempat. Ardy tidak jadi berangkat kekantor. Dia mendapat pesan mendadak, dari atasanya yang tak lain adalah Ayah dari Elis.

Ardy bekerja di perusahaan ayah Elis. Dialah yang menjalankan perusahaan Tuan Adam.

Tuan Adam banyak menghabiskan waktu di Villa sejak istrinya meninggal.

Yang tak lain adalah ibu dari Elis.Tuan Adam hidup sendirian, tapi ada sekretarisnya yang mengurusnya.

Sekretaris itu bekerja di kantor dan mengurus semua keperluan Tuan Adam.

Saat itu Dara sekretaris Tuan Adam sedang menemaninya minum teh sambil membawa beberapa berkas kantor.

Mereka bersamaan menoleh dan mata mereka berpapasan. Terutama Dara dan Ardy yang sama-sama kaget karena pernah bertemu, meskipun tidak saling mengenal. Dara adalah teman istrinya.

Ardy melangkah beriringan dengan Elis. Dara masih menatapnya dengan tertegun dan tak menyangka akan bertemu dengan suami Nadiya dirumah Tuan Adam.

Terutama karena Ardy datang bersama Elis yang tak lain adalah anak dari Tuan Adam.

Elis memeluk ayahnya. Diikuti dengan Ardy yang melangkah dibelakangnya. Merekapun bersalaman.

Dan berpelukan, karena Ardy juga jarang bertemu dengan Tuan Adam, rasanya sudah banyak yang berubah dari sejak terakhir mereka bertemu.

"Apa kabar paman?" Sapa Ardy.

"Baik. Gimana kabarmu?" Sambung Tuan Adam ramah.

"Baik paman."

"Ternyata kalian sudah bertemu?"

"Benar paman. Elis menelepon saya, dan saya menjemput nya di bandara."

"Baguslah kalian sudah bertemu."

Mereka masih bercerita panjang lebar. Tentang keluarga dan bisnis tentunya. Gelak tawa memenuhi seisi ruangan.

Mereka nampak akrab dan dekat. Sesekali Dara memperhatikan apa yang mereka bicarakan.

Dan tangannya tetap sibuk dengan pekerjaannya. Matanya melihat komputer didepannya tapi telinganya mendengar percakapan mereka.

Apakah Nadiya tahu tentang teman lamanya yang bernama Elis. Apakah mereka juga saling mengenal?

Dara melamun.

Dan tersadar saat Elis dan Ardy berpamitan.

Mereka sangat dekat dan akrab. Elis dan Ardypun beranjak pergi.

Tanpa sengaja Elis tersandung kaki meja dan melesat. Brakkkkkk!!!

Mejanya sedikit tergeser. Dengan cepat Ardy menangkapnya.

Mata mereka saling bertemu dan dunia serasa terhenti untuk beberapa saat.

Ooooo mulut Dara melongo begitu lama. Karena Elis masih terus memeluk erat Ardy. Sesaat kemudian Ardy melepaskan pelukan Elis.

"Hati-hati;" Biarkan aku memapahmu." Ardi membawa Elis kemobil.

"Badanku terasa lemah." ucap Elis.

"Ya gapapa. Sini biarkan aku membantumu"

Saat shock atau kaget, rasa sakit itu mulai terasa di sekujur badan Elis. Entah apa sebabnya. Itu terjadi belakangan sejak ibunya meninggal.

Ardi yang merasa berhutang Budi pada keluarga yang telah membuatnya sukses menganggap Elis seperti adiknya sendiri.

Namun tidak dengan Elis, dia mulai menaruh hati pada Ardy meskipun tahu bahwa Ardy sudah berkeluarga.

Bersambung..............

🌸🌸🌸

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!