NovelToon NovelToon

Revenge: Terlahir Kembali

Chapter 1 Rumah Sakit Jiwa

Terdengar suara pukulan dan cacian di dalam rumah sakit jiwa, jemari tangan MC wanita yang tadinya pingsan di lantai sedikit bergerak. Dia tiba-tiba terbangun, dengan kepalanya terasa sangat sakit. Dia menyadari bahwa dirinya

belum mati, tapi menemukan dirinya berada di tempat asing. Belum sempat dia bereaksi, terdengar suara pria yang membuat orang bergidik dari belakangnya,

"Eh, si ****** kecil udah bangun ya."

Ivona menoleh ke belakang, dia melihat seorang pria paruh baya yang gendut melempar gadis di tangannya.

“Aduh, sakit,” teriak gadis yang baru saja dilempar tersebut.

Pria paruh baya tersebut lalu berjalan ke arahnya, dan Ivona tiba-tiba merasa pemandangan ini sangat familiar, sehingga muncul sebuah tebakan di dalam hatinya.

"Siapa kamu?"

"Ivona, pura-pura hilang ingatan ha? Dua hari yang lalu bukannya kamu masih bilang kalau kamu itu nona keluarga Iswara? Dasar banyak tingkah!" ucap pria itu dengan nada mengejek.

Setelah mendengarnya, raut wajah Ivona menjadi berbeda. Wajahnya semakin menakjubkan, dia yakin dirinya telah masuk ke dalam buku yang diberikan oleh sekretarisnya beberapa hari yang lalu, yang bertentangan dengan

sebagian besar alur romantis saat ini. Saat ini dia berada dalam tubuh figuran wanita yang punya nama sama dengan dirinya, yaitu Ivona Carminda.

Akhirnya Ivona berusaha menempatkan dirinya, kemudian melirik seorang gadis yang tadi dilempar oleh laki-laki itu. Gadis itu juga melirik pada Ivona, kemudian menganggukkan kepala sebagai tanda akan bekerja sama dengannya. Sebagai orang hebat di dunia aslinya, Ivona berpikir untuk mengerjai laki-laki itu, yang tega menyakiti seorang gadis. Dia akan membalas dendam setiap perlakuan laki-laki itu pada pasien yang ada di rumah sakit jiwa tersebut.

Sekilas Ivona melihat apa yang saat ini dia kenakan. Pakaian yang dia kenakan sudah tidak dapat disebut sebagai sebuah pakaian, bahkan di dunia aslinya masih lebih bagus kain lap daripada apa yang dia kenakan saat ini. Tetapi dia tidak dapat menggantinya saat ini, meskipun dia merasa jijik dengan apa yang dia kenakan saat ini.

“Huh.., sangat menjijikkan apa yang aku pakai hari ini. Aku akan membalaskan semua rasa sakit ini.” Ivona berpikir sendiri, dan melihat ke sekitar ruangan dimana dia berada pada saat ini.

Perlahan Ivona mencerna apa yang dia lihat di sekitarnya, dan perlakuan pria paruh baya tersebut memberikan

gambaran siapa dia di lingkungan ini.

Tiba-tiba Ivona merasa kepala sedikit pusing, dan muncul ingatan siapa dia dalam cerita ini. Dia mengambil nafas panjang, kemudian mengeluarkannya kembali dengan perlahan.

“Vaya Carminda telah menggantikan posisiku di keluarga, dan telah mengirimku ke rumah sakit jiwa ini.” Sekilas dia mengingat posisinya dalam keluarga Ismaya.

“Bahkan ketiga kakak laki-lakinya lebih percaya dan memilih Vaya daripada aku adik kandungnya sendiri. Lihat saja semua, aku tidak mungkin kembali ke duniaku saat ini, aku akan membantumua Ivona…, untuk mendapatkan kembali posisimu di keluargamu.” bisik Ivona pada dirinya sendiri.

Sebagai seorang yang diakui genius dan smart di dunia aslinya, Ivona berjanji akan mengembalikan posisi Ivona di keluarga aslinya. Ivona di dalam buku ini adalah seorang gadis yang dibesarkan di panti asuhan karena tertukar sewaktu bayi. Dia merupakan seorang gadis introvert, dan autis, serta ketika usianya 17 tahun dia dikembalikan ke keluarga Ismaya. Harapan mendapatkan kasih sayang di keluarga aslinya ternyata hanya mimpi, karena ketiga kakak laki-lakinya bahkan menganggap dirinya tidak ada. Mereka lebih mempercayai Vaya dan menganggapnya sebagai adik kandungnya. Beberapa kali Ivona bertengkar dengan Vaya, yang akhirnya menjadikan dia berada di rumah sakit jiwa ini.

 

 

************************************************

Melihat Ivona sudah terbangun, dengan tatapan sinis pria paruh baya itu segera menghampiri Ivona. Dia memiliki niat untuk memberi pelajaran pada Ivona, dan membuatnya kapok agar tidak berulah di rumah sakit jiwa ini. Keluarganya saja tidak menerima, bahkan mengirimkannya ke rumah sakit ini, maka dia harus mengikuti aturan main yang ada disini. Sesuai pesan yang dia terima dari Vaya, maka dia bebas memperlakukan Ivona dengan kejam untuk menyadarkan siapa dia sebenarnya.

Tetapi, Ivona yang sekarang berbeda dengan Ivona sebelumnya. Sedikitpun, Ivona saat ini tidak memiliki rasa panik, tetapi tatapan matanya menggambarkan tatapan yang tajam dan mendominasi. Sebelum pria paruh baya itu

yang ternyata sebagai kepala rumah sakit jiwa itu berbicara padanya, Ivona sudah mendahului untuk berbicara. Saat ini dia merasakan kakinya terasa sakit, dan dia melihat ada luka di kakinya.

“Hai pria tua…, siapa yang melukai kakiku. Apakah kamu.” Dia bertanya dengan nada dingin dan mendominasi apakah kepala rumah sakit jiwa di hadapannya ini yang melukai kakinya.

“Ingat siapa dirimu, beraninya kamu bertanya seperti itu padaku. Apakah kamu berpikir bahwa kamu adalah seorang Nona Muda dari Keluarga Iswara? Mimpi kamu, tengok dirimu terlebih dahulu, sebelum bermimpi menjadi

seorang ratu.” Kepala rumah sakit tidak menggubris pertanyaannya, tetapi malah mengejek Ivona yang masih menganggap dirinya sebagai nona keluarga Iswara.

Kepala rumah sakit semakin berjalan mendekat dan hendak menarik Ivona berdiri, tetapi dia akhirnya berhenti karena terkejut. Dia melihat sendiri Ivona telah berdiri dengan sendirinya tanpa bantuan dari siapapun. Bahkan

dia terbangun dengan cara melompat. Meskipun pakaian yang dikenakan Ivona sudah kotor, tetapi Ivona memiliki tatapan yang tajam dan tegas. Tatapan itu berbeda dengan milik Ivona yang semula pengecut, dan sekarang telah berubah menjadi cantik dan berani. Tiba-tiba kepala rumah sakit merasakan harinya begidik melihat perubahan pada diri Ivona.

“Kalau kamu tidak menjawabnya, berarti kamulah pelakunya. Bagiku adalah satu perlu ganti satu. Kamu harus mengingat itu.” kata Ivona sambil melihat kepala rumah sakit dengan tatapan tajam dan tegas.

Melihat tatapan Ivona yang berubah, Kepala rumah sakit seketika merasakan ketakutan, jantungnya menjadi terasa deg-degan dan Sebagian tubuhnya gemetar. Tetapi Ivona tidak mempedulikannya, dengan penuh keberanian dia mendekati pria paruh baya itu. Pria paruh baya itu agak memundurkan kakinya ke belakang.

"Sudah pikirin mau ganti dengan yang mana?" seru Ivona dengan Kembali mendekatinya.

Kalimat Ivona yang terakhir itu, membuat kepala rumah sakit seketika tersadar dari rasa takutnya, dia mulai memunculkan ekspresi garang dan tidak bermoral, dan berusaha menerjang ke arah gadis tersebut.

"****** kecil, aku akan memberimu pelajaran hari ini!" teriaknya sambil menerjang ke depan.

 

 

****************************************************

Chapter 2 Max

Tetapi dengan cepat Ivona berkelit dan menghindar dari terjangan pria tersebut, kemudian secepat kilat tangannya menangkap kaki pria tersebut, serta membantingnya ke kanan. Seketika tubuh Kepala Rumah Sakit terpental dan terjatuh tanpa perlindungan, dan dia merasakan kesakitan yang teramat sangat. Dia merintih sambil memegangi kakinya yang dipelintir oleh Ivona tadi.

Tiba-tiba Ivona melihat ada sebuah pisau di sebuah rak yang ada di sudut ruangan. Dengan cepat dia mendatangi rak tersebut, kemudian mengambil pisau tersebut. Dia kembali mendekat pada Kepala Rumah Sakit. Melihat pria paruh baya tersebut kesakitan, Ivona dengan lincah menggunakan pisau yang baru saja dia ambil, untuk memotong pakaian kepala rumah sakit. Kepala rumah sakit tersebut mulai merasakan ketakutan, badannya sampai menggigil, sehingga dia menggeser tubuhnya menjauhi Ivona.

Tetapi Ivona terus berusaha menekan dan menakuti kepala rumah sakit, dengan memainkan pisau di depan mukanya. Untuk melindungi dirinya sendiri, kepala rumah sakit berteriak pada Ivona untuk mengancamnya.

“Ivona…., ingatlah kalau membunuh itu merupakan perbuatan melanggar hukum,” seru pria paruh baya tersebut.

Mendengar teriakan kepala rumah sakit, Ivona semakin mendekatkan pisau dan menempelkan di pipinya.

“Ha…ha…ha…, apa katamu? Ingat aku ini lagi sakit jiwa, makanya aku berada di dalam rumah sakit ini. Bukannya kalian yang memasukanku ke rumah sakit jiwa?” Ivona berbicara di telinga pria paruh baya tersebut.

“Dan jika kamu bilang bahwa saat ini aku tidak gila, maka kamu harus mengeluarkan surat keterangan dulu. Surat itu harus menyatakan bahwa aku sudah sembuh. Ha…ha..ha..,”

Kepala rumah sakit ketakutan, karena dia juga menyadari bahwa orang sakit jiwa tidak akan dapat mendapatkan hukuman. Dia sebenarnya juga tahu jika Ivona tidak mengalami sakit jiwa. Tetapi dia bekerja sama dengan Vaya anak gadisnya yang saat ini menggantikan posisi Ivona di keluarga Ismaya. Dia memberi saran pada Vaya, untuk membuat masalah bagi Ivona di keluarga dan memfitnahnya bahwa Ivona mengalami sakit jiwa. Dia menggunakan posisinya di rumah sakit jiwa ini untuk menekan dan menyiksa para gadis yang dirawat disini, tidak terkecuali juga Ivona. Selama ini Ivona tidak memiliki keberanian apapun, hanya menerimanya dan menangis jika dia menyiksanya. Tetapi kepala rumah sakit, saat ini mengalami kebingungan dengan berubahnya sikap dan temperamen dari Ivona.

“Bagaimana Kepala Rumah Sakit yang terhormat, dimana nyalimu yang setiap hari menekan dan menyiksa para gadis-gadis disini.” Ivona terus mengejeknya dengan mempermainkan pisau di sekujur badannya.

“Tolong ampuni aku Ivona, lepaskan aku. Aku janji tidak akan menyiksamu dan para gadis lain di rumah sakit ini. Lepaskan aku.” Kata kepala rumah sakit itu.

Kepala rumah sakit terus mengajukan permohonan ampun, tetapi Ivona tetap tidak mengasihaninya. Ivona ingin memberikan hukuman atas kekejamanya di rumah sakit selama ini. Dia tidak akan dengan mudah memberinya

ampunan dan membebaskannya. Karena Ivona yakin, kepala rumah sakit tidak akan mudah dia bertobat. Dan di tengah permohonan ampunan pria paruh baya tersebut, Ivona berkata sambil tersenyum dengan tatapan dingin ke arahnya.

"Kalau begitu sepertinya kaki ketiga punyamu saja ya. Karena aku lihat, untuk pria seusiamu, kamu sudah tidak membutuhkannya lagi, akan menimbulkan banyak masalah." Kata Ivona sambil memainkan pisaunya ke bagian tengah tubuhnya yaitu di bawah perut tambun pria paruh baya tersebut.

“Ivona…, tolong ampuni aku. Jangan….,” belum selesai kalimat terucap dari mulutnya, pisau telah turun dan melukai senjata laki-lakinya.

Seketika darah mengalir dari bagian senjata laki-lakinya, kepala rumah sakit histeris dan menutup bagian selangkangannya dengan menggunakan tangannya. Dia kemudian berteriak histeris ketakutan serta menangis. Dia berteriak memanggil tenaga keamanan ke arahnya.

Melihat kepala rumah sakit jiwa kesakitan, memberikan waktu bagi Ivona untuk melarikan diri dan kabur dari rumah sakit tersebut. Dia langsung berlari tanpa ada hambatan, tapi melihat ke sekelilingnya, dia merasa sangat sulit untuk kabur dari rumah sakit. Akhirnya dia berlari ke kebun bunga yang ada di halaman depan rumah sakit, dan bersembunyi disitu. Tetapi tiba-tiba hujan turun membasahi tempatnya. Karena ingin selamat, Ivona tetap bertahan di kebun bunga tersebut.

***************************************************************

Setelah melihat dan memastikan Ivona pergi, pria paruh baya itu yang menjabat sebagai kepala rumah sakit, memberi tahu satpam tentang kaburnya Ivona. Dia memerintahkan agar satpam segera melakukan pengejaran pada Ivona. Satpam di rumah sakit jiwa mulai mencari keberadaan Ivona di seluruh penjuru rumah sakit.

Sambil menahan rasa sakit, Kepala rumah sakit kemudian berusaha menelpon seseorang.

"Vaya, Ivona kabur! Saat ini dia menjelma menjadi seorang iblis wanita, orang gila, kamu harus bantu ayah balas dendam. Temukan Ivona kembali Vaya." Ternyata kepala rumah sakit itu menelpon anaknya Vaya.

“Kenapa bisa kabur ayah? Sekarang coba ayah kerahkan satpam untuk mencarinya, Vaya akan membantu ayah untuk memikirkan cara untuk menangkapnya Kembali.”

“Iya nak, tolong ayah.”

Karena kehilangan banyak darah, pria paruh baya itu segera meminta perawat untuk melakukan pertolongan pada lukanya agar tidak infeksi.

Ivona masih bersembunyi di dalam hamparan bunga, di halaman depan bangunan rumah sakit. Dia melihat banyak satpam masih berusaha untuk menemukannya. Meskipun penampilan Ivona terlihat malang dari belakang, tetapi

dia mengalami perubahan sifat dan perilakunya. Tangannya terus mengelap noda darah di pisaunya, dan dengan melihat satpam yang lalu Lalang di depannya, sorot matanya menggambarkan kalau dia ingin bersenang-senang dengan para satpam itu. Dia ingin memberikan pelajaran pada satpam-satpam itu.

Tiba-tiba terdengar suara "Auh"! terdengar lolongan anjing di belakangnya.

Mendengar suara anjing, dia teringat pada saat membaca buku novelnya dia paling menyukai "Karakter" favorit anjing alaskan berbulu putih. Anjing itu dalam buku tersebut bernama "Max, dan sebelumnya dipelihara pemilik tubuh asli Ivona selama beberapa tahun. Tetapi anjing itu kemudian dipukul hingga mati oleh Vaya.

Melihat dan merasakan kehadiran Ivona, Max menerjangnya ke tanah, dan anjing itu menggosokkan tubuhnya dengan senang ke arah Ivona. Ivona sendiri belum sempat menghindar dari terjangan Max, dan membuat seluruh

tubuhnya terasa sakit. Tetapi kemudian Ivona akan membalik tubuh Max yang masih menindih tubuhnya. Tapi masalah Max belum selesai, sudah terdengar suara seseorang dari belakangnya.

"Tuan Alexander, anjing Alaskannya sudah ketemu! Dia ada di sini!"

Mendengar suara laki-laki yang berteriak tersebut, anjing Alaskan menggeser tubuhnya ke samping, tetapi masih mendekat ke tubuh Ivona. Ivona kemudian duduk, dan menoleh ke belakang dalam posisi duduk di tengah hujan. Dia melihat sosok samar seseorang di tengah hujan yang sedang membawa sebuah payung.Sepertinya orang tersebut sedang mencari anjing Alaskan yang sekarang sedang berada di pelukannya. Dia melihat seorang pria yang sedang membawa payung adalah seorang laki-laki yang gagah, dan memiliki wajah yang sangat tampan. Laki-laki itu memandangnya sekejap, dan disampingnya berdiri seseorang yang mengeluarkan suara tadi.

****************************************************

Chapter 3 Panggil Aku Kakak

Ivona merasa Bahagia merasakan kehadiran orang lain yang bukan berasal dari rumah sakit. Apalagi kehadirannya terkait dengan anjing Alaskan yang saat ini sedang menempel di tubuhnya. Meskipun pria itu memiliki wajah yang tampan, tetapi Ivona juga dengan jelas melihat pria itu, abstinensi, tegap, dingin dan sedikit malas. Sedangkan laki-laki itu terpukau dengan kecantikan yang terpancar dari wajah Ivona. Bersyukur air hujan mengguyur tubuhnya, jadi air itu tanpa disadari sudah memandikan Ivona, dan menampakkan penampilan cantiknya. Hidungnya sangat mancung, dengan kulit wajah yang bersih.

Satpam rumah sakit yang sedang mencari keberadaan Ivona, juga berlarian menuju kemari, tetapi mereka reflek berhenti di depan pria itu. Para satpam berniat untuk membawa pergi Ivona, mereka kemudian berusaha memfitnah

Ivona sebagai Wanita yang memiliki penyakit jiwa, dan saat ini sedang kabur dari bangsal dari bangsal rumah sakit.

“Tuan…, saya harap Tuan berdua segera menjauhi Wanita ini. Dia memiliki penyakit yang berbahaya Tuan, dia saat ini dinyatakan mengidap Sakit jiwa, dan sedang berusaha kabur dari bangsal rumah sakit.” Ucap Satpam tersebut pada dua laki-laki yang berdiri di depannya.

“Bagaimana kita bisa menjauhi dia, kalian lihat tidak. Anjing Alaskan yang sedang bersamanya adalah anjing Tuan Muda.” Seru seorang laki-laki. Dia adalah Rico asisten dari Alexander.

Melihat Max si anjing Alaskan sepertinya sangat menurut padanya, Ivona mengelus bulu di tubuh anjing itu. Kemudian dia memiliki niat untuk menggunakan kedua laki-laki itu sebagai jalan kaburnya dia dari rumah sakit tersebut.

"Tuan, apakah kalian berdua bisa membantu aku untuk lapor pada polisi? Kepala rumah sakit di sini adalah seorang pervert yang menyiksa gadis muda. Aku adalah salah satu gadis yang disiksanya, aku tidak sakit jiwa

Tuan. Tetapi mereka memperlakukan aku seperti seorang gadis yang sedang sakit jiwa.” Ivona memohon pertolongan pada kedua laki-laki tersebut.

“Hai…, kamu diam. Apakah ada orang gila mengaku kalau dia sedang menderita sakit jiwa. Ayo Kembali ke bangsal, nanti keluargamu akan menyalahkan kami.” Teriak satpam tersebut pada Ivona.

“Rico…, sekarang kamu telpon polisi seperti keinginan gadis ini.” Seru laki-laki yang memegang payung di tangannya.

Akhirnya terjadi perdebatan antara kedua laki-laki itu dan satpam rumah sakit.

“Tuan…,” belum selesai Ivona melanjutkan perkataannya, laki-laki yang dia panggil sudah berjalan mendekatinya.

Laki-laki itu tersenyum pada Ivona, kemudian mengulurkan ujung jarinya dengan mesra dan menunjuk kening Ivona. Ivona agak terkejut dengan sikap laki-laki itu, tetapi dia adalah jalannya hari ini untuk bisa keluar dari rumah sakit jiwa tersebut.

"Kenapa kok saat ini kamu manggil tuan?" sapa laki-laki itu dengan tersenyum lembut.

"Ayo, panggil kakak dong.” Lanjutnya lagi.

Ivona menyadari bahwa saat ini dirinya sedang dipermainkan oleh laki-laki itu, dia juga merasakan aura kehangatan yang mengalir dari ujung jari itu, ke keningnya yang terasa dingin terkena air hujan. Ivona agak memundurkan badannya, tetapi laki-laki itu malah mengusap tangannya ke mukanya.

Tidak hanya Ivona, bahkan asisten Alexander Kavindra, yaitu Rico yang saat ini juga berada di tempat itu, juga merasa terkejut. Tuan Alexander yang sudah dan selalu berusaha menahan Hasrat laki-lakinya selama lebih dari 20

tahun, saat ini bisa-bisanya mempermainkan seorang gadis gila. Tetapi kemudian Ivona malah membalas senyum pada Alexander, karena dari laki-laki itu dia merasakan akan mendapatkan jalan kebebasan dari rumah sakit jiwa tersebut. Kemudian Ivona memegang jari Alexander yang berada di keningnya, kemudian mencium jari tersebut.

"Kak, Ivona ingin pergi dari tempat ini. Apakah kakak saat ini bisa membawa aku pergi?" tanya Ivona dengan memberikan senyum manis pada Alexander.

Alexander merasa bahwa Wanita di depannya bukan Wanita yang sedang mengalami sakit jiwa.

“Rico…, coba kamu hubungi polisi sekarang juga. Suruh mereka untuk melakukan penyelidikan di rumah sakit ini.” Alexander meminta anak buahnya melapor polisi.

“Tuan…, gadis ini pasien kami. Jangan lapor polisi Tuan.” Satpam rumah sakit berusaha menahan keinginan Alexander.

“Segera lakukan perintahku Rico.” Teriaknya lagi-lagi.

Kemudian Rico segera melakukan perintah Tuannya, dia menelpon polisi untuk segera datang ke rumah sakit jiwa ini. Ivona merasa lega dalam hatinya.

************************************************************************

Polisi yang dihubungi Rico sudah melakukan perjalanan menuju arah rumah sakit. Karena merasa urusannya menolong Wanita itu sudah selesai, Alexander segera mengajak Rico untuk membawa anjing Alaskan tersebut pulang ke rumah. Melihat situasi itu, Ivona merasa khawatir. Polisi belum datang, tetapi Tuan yang menolongnya sudah akan pergi dari situ. Para satpam akan dengan mudah meyakinkan polisi jika dia memang seorang gadis yang sedang menderita sakit jiwa.

“Max…, sini ke sisiku.” Ivona memanggil anjing Alaskan untul datang ke sisinya.

Max langsung menurut pada panggilan Ivona, dia langsung mendatangi gadis itu, kemudian Max berbaring di hadapan Ivona dengan patuh, kemudian Ivona menggosok perut Max dengan penuh kelembutan.

“Max…., ayo kita pulang.” Rico asisten Alexander memanggil anjing Alaskan itu.

Tetapi Max tetap berbaring di sekitar kaki Ivona, dan merasa enggan untuk meninggalkan gadis itu. Setelah berpikir sebentar, Rico sepertinya menyadari jika anjing Alaskan yang dipelihara tuannya adalah peliharaan gadis ini.

“Tuan…, si Max tidak mau ikut kita. Sepertinya gadis itu sebelumnya adalah Tuan dari Max. Apa yang harus kita lakukan Tuan.” Tanya Rico pada Alexander.

“Cuman ngurus hal seperti itu saja tidak becus kamu Rico. Apa harus aku yang membawa Max pergi.” Seru Alexander.

Kemudian Rico Kembali mendekati Max dan Ivona, tetapi Max hanya mengangkat wajahnya saja, dia tidak bersedia. Dia tetap mendekat pada Ivona. Melihat hal tersebut, Alexander yang sudah merasa kedinginan karena air hujan, dia mendekat ke arah Ivona dan Max. Di samping Max dan Ivona, Alexander berdiri kemudian tangannya akan meraih Max.

Ivona secara reflek menengadahkan kepala melihat Alexander, dan Alexander melihat muka Ivona yang tampak tulus. Wajahnya menunjukkan sikap yang terlihat patuh, dengan sorot matanya tampak murni. Melihat Alexander yang tampak diam, Ivona mencoba mengambil hatinya.

"Jangan rebut anjing Ivona, Kak. Jika kakak mau, kenapa tidak sama yang memiliki Max juga?" ucap Ivona dengan berani sambil memandang ke arah Alexander dengan senyum ketulusan.

Alexander terdiam sebentar, tapi kemudian dia berdiri kembali.

“Rico…, ajak sekalian gadis itu bersama Max.” perintah Alexander sambil melangkah menuju ke mobil.

“Tapi Tuan…,” protes Rico yang kurang setuju untuk mengajak Ivona.

“Jangan bantah aku. Ajak gadis itu dan Max. Lumayan, di rumah perlu tambahan Asisten Rumah Tangga.” Sahut Alexander tanpa menoleh.

 

***********************************************************************************

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!