NovelToon NovelToon

My Husband, My Teacher

Pernikahan..

.

.

"Jika Cinta memang ada kenapa harus dipaksakan?"

Aqila Hanannia Darma

.

.

Hari ini 09 September 2021, bertepatan dengan hari pernikahan seorang gadis remaja yang masih berusia 18th karena perjodohan.

Alasan yang sangat klasik jika dibahas.

Aqila Hanannia Darma, sudah terbangun dari dini hari dan dihias sedemikian rupa seperti seorang pengantin wanita, aroma melati yang khas sudah menempel di bagian kepalanya.

Gadis yang sering di sapa Hana itu menatap dirinya dipantulan cermin, tidak pernah terbayangkan akan berada di posisi seperti ini.

Masa remaja yang banyak orang selalu berharga, namun bagi Hana tidak. Baru beberapa hari menginjak umur 18th Hana langsung di jodohkan tanpa persetujuannya.

"Meni geulis pisan Neng Hana.. Senyum atuh Neng!" Ucap penata rias Hana.

*geulis (Cantik)

*Neng (Nama panggilan adat sunda untuk gadis remaja)

Namun Hana hanya diam tidak berminat untuk menjawab, dunianya sekarang hancur bahkan senyuman manis yang selalu mengukir di bibirnya kini lenyap dalam sekejap.

Jika Hana menolak dirinya akan menjadi anak yang durhaka kepada orang tuanya, terlebih lagi Hana melihat permohonan sang Bunda yang juga tak bisa membantah kehendak Ayah.

Hana masih diam tanpa ekspresi disana hingga Laras sang Bunda datang, "Sayang!" Hana menoleh dalam diam.

Rasanya ingin menangis, namun Hana berusaha kuat untuk sang Bunda.

"Udah selesai?" Hana mengangguk, " Yu, kedepan! Semuanya sudah mau dimulai!" Hana kembali mengangguk.

Dengan bantuan Laras dan para pager ayu untuk membimbing Hana berjalan menuju meja dimana akan berlangsungnya prosesi Akad nikah.

Hana bisa melihat beberapa temannya yang hadir, ada Vino disana, ada Bunga, dan juga Caca.

Hana juga melihat banyak suadara yang hadir serta rekan bisnis Ayahnya. Lalu matanya tertuju pada pria yang sudah duduk disana.

Farzan Abqari Mahardika.

Pria berusia 23th yang akan menjadi suaminya.

Satu hal yang tidak pernah Hana mengerti kenapa dirinya harus menikah dengan Guru magang olahraga disekolahnya.

Ya, Farzan guru magang disekolahnya sudah satu tahun berjalan.

Entahlah Hana tidak mengerti dengan jalan pikiran orang tua yang kolot.

Farzan yang mengenakan pakaian adat sunda berwarna putih yang senada dengannya memandang kearah dirinya.

Tidak dipungkiri jika Farzan memiliki wajah yang tampan dan tubuh tinggi tegap karena memang dirinya adalah guru olahraga.

Hana duduk disamping Farzan mereka saling tatap hanya untuk dua detik saja. Hana menunduk dengan mata yang mulai memanas mendengar alunan do'a yang terdengar.

Acara dimulai.

Jantungnya tak henti berdegup kencang bahkan tangannya sudah berkeringat dingin, Hana terus menunduk hanya sesekali melihat kedepan jika pak penghulu memanggilnya.

Hingga saatnya akad nikah pun dimulai, Prasetyo Ayah Hana menggenggam tangan Farzan.

“Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau saudara/Ananda Farzan Abqari Mahardika bin Bram Sagara Mahardika dengan anak saya yang bernama Aqila Hanannia Darma dengan maskawinnya berupa Emas dan uang tunai sebesar $99,21, Tunai.” Prasetyo Darma.

"Saya terima nikahnya dan kawinnya Aqila Hanannia Darma binti Prasetyo Darma dengan maskawin tersebut, tunai.” Farzan Abqari Mahardika.

"Sah!" Saksi dan semua tamu.

Hana memejamkan matanya tidak percaya  jika dirinya sekarang sudah sah menjadi istri dari guru magang olahraga disekolahnya.

Air matanya luruh setelah ditahan sedari tadi, penghulu memanjatkan do'a semuanya pun ikut mendo'akan sepasang pengantin baru ini.

Terlihat Laras pun tidak bisa menahan air matanya bersama dengan Dinda Ibu dari Farzan.

Amin...

Setelah memanjatkan do'a, Hana dan Farzan saling berhadapan, lalu Hana mencium tangan Farzan.

Setelah selesai dan mengabadikan beberapa poto, kini giliran Farzan untuk mencium kening Hana.

"Maaf!" Lirih Farzan pelan yang terdengar oleh mereka berdua sebelum bibir tebal itu menempel pada keningnya.

Hana kembali terpejam air matanya pun luruh kembali, sesak dan sakit menikah dengan seseorang yang tidak pernah disangka dan tidak dia cintai.

Hana memang tidak pacaran dan dia gadis yang ceria tak lupa selalu menutup aurat di kepalanya meski tidak terlalu panjang.

Maka alasan yang di berikan orang tuanya untuk menjodohkan dirinya, karena takut anak gadisnya kelak nanti salah bergaul dan melepas auratnya. Lebih baik menikah sekarang karena hak atas diri Hana sudah sah untuk suaminya.

Gak ngerti, Hana benar tidak mengerti dengan pikiran orang tuanya.

Setelah acara tukar cincin dan menandatangani buku nikah, Hana dan Farzan kini berjalan menuju pelaminan.

Farzan membantu Hana berjalan karena baju yang Hana kenakan membuat gadis ini kesusahan berjalan.

Sepasang pengantin baru ini duduk dikursi pelaminan, melihat para tamu, saudara dan teman yang datang tengah menyoraki dengan rasa bahagia.

Namun tidak untuk Hana.

Farzan pun tidak mengatakan satu kata pun selama prosesi adat dilakukan.

Hana menatap ketiga temannya yang duduk tak jauh dari pelaminan.

Mereka melambaikan tangannya, terlihat tersenyum tapi itu senyum sedih karena mereka tersenyum sambil menangis.

"Hana..! " Lirih Bunga dalam hati.

TBC.

.

.

.

.

.

.

Gimana di part pertama?

Gereget gak?

Penasaran gak?

Komen sebanyak nya disini 👉

.

Kalian ada gak yang ceritanya hampir mirip dengan kenyataan?

Atau masih ada gak sekarang soal perjodohan dengan alasan klasik?

Komen ya..

.

.

Jangan lupa tinggalin jejak kalian..

Folow juga akun autor..

.

.

.

Sampe ketemu di episode selanjutnya ❤

.

.

Salam sehat selalu 😘

Malam Pertama..

Happy Reading

.

.

.

.

Setelah proses akad nikah yang sangat menguras tenaga, Aula hotel yang sudah di booking oleh keluarga Mahardika disulap menjadi semewah ini.

Hana masih berharap ini adalah mimpi dan saat terbangun nanti hal ini tidak terjadi.

Namun sayang.. Setiap sentuhan orang yang memberikan selamat untuknya itu sangat terasa nyata.

Hari mulai gelap dan acara selesai, semua tamu dan keluarga sudah banyak yang meninggalkan tempat ini, kecuali keluarga jauh yang memilih menginap di kamar hotel ini.

"Mau ke atas sekarang?" Tanya Farzan.

Hana tersadar dari lamunan yang entah kemana, Hana menoleh pada Farzan guru magang olahraga disekolahnya sekarang menjadi suaminya.

"Hmm.." Hana mengangguk.

Farzan berdiri mengulurkan tangannya membantu Hana berdiri.

"Bun, Yah, Bu, Pah! Aku sama Hana pamit duluan ya.." Pamit Farzan pada orang tua mereka.

"Ya sudah.. Hana juga kelihatan sudah capek." Sahut Bunda. Hana hanya mengangguk sambik tersenyum tipis.

"Ya udah hati hati jalannya!" Timbal Dinda.

Farzan dan Hana mengangguk lalu mulai berjalan menuju lift khusus yang hanya tertuju pada kamar hotelnya.

Hana melepaskan tangannya yang di genggam oleh Farzan saat sudah didalam lift.

"Aku bisa sendiri." Ketus Hana.

Farzan melihat lengannya yang mengenaskan karena genggamannya menjadi hampa.

Hana merasa sakit di bagian tumit kakinya karena mengenakan sepatu hak tinggi, gadis itu berusaha menggapai kakinya namun sulit.

"Ishhh...!" Kesal gadis itu.

Farzan tanpa kata langsung berbungkuk dan memegang kaki Hana.

"Ehh.. Ehh.. Mau Ngapain?" Gadis itu mundur otomatis.

Farzan memegang kaki Hana sedikit kuat membuat gadis ini yang sekarang sudah sah menjadi istrinya meringis.

"Akhh!"

Farzan melepaskan sepatu hak Hana satu persatu, sehingga kaki cantiknya bisa bernapas lega.

"Makasih!" Ucap Hana pelan datar tanpa intonasi.

Ting..

Bertepatan itu pintu lift terbuka dan langsung terlihat hanya ada satu pintu disana.

Farzan menghela nafasnya kasar melihat istri didepannya yang kesulitan berjalan namun karena Hana itu keras kepala tidak membiarkan membantunya.

Farzan berjalan cepat agar mensejajarkan dengan Hana, "Biar aku bantu!" Tanpa persetujuan Farzan pun memegang tangan Hana.

Ck..

Hana hanya mencebik karena tidak ingin berdebat.

Setelah tiba di depan pintu, Farzan pun menekan tombol pasword dan pintu pun terbuka mereka berdua masuk.

Ruangan yang lumayan besar dan mewah, Hana tidak habis pikir kenapa keluarga Mahardika menghamburkan uang mereka seperti ini.

Ck.. Ck..

Ruangan yang sangat luas ini hanya untuk dinikmati satu malam saja? Benar benar sia sia..

Hana melangkah lebih dulu lalu duduk di tepi ranjang, Farzan pun mengikutinya.

"Mau ngapain?" Ketus Hana.

Sumpah, mood Hana sedang benar benar buruk, kecewa, sakit hati, bercampur aduk dalam dirinya.

Farzan hanya diam dan mulai berjongkok di depan Hana, gadis itu terlihat tegang dan gugup, "H-hei.. Pak guru ngapain?" Wajah datar Farzan tidak bisa Hana tebak jika pria itu akan melakukan apa.

Namun, Hana terkejut saat kakinya terangkat, "Eh.. Ehh!" Farzan sedang memeriksan pergelangan kakinya dan hanya ada luka lecet disana.

"Hei.. Gak usah! Aku bisa sendiri." Ucap Hana saat Farzan membawa kotak p3k yang tersedia di kamar hotel ini.

Tapi, lagi lagi Farzan hanya diam dan melakukan tugasnya yang sekarang sebagai suami seorang gadis bernama Aqila Hanannia Darma, untuk saat ini gadis.. Mungkin suatu saat nanti beda lagi.

Hana hanya menghela nafas dan membiarkan apa yang Farzan lakukan.

Farzan berdiri dan kembali menyimpan kotak p3k ke tempat semula, luka lecet Hana sudah di obati dan itu sedikit perih di rasakan Hana karena Farzan mengolesi betadin di lukanya.

"Hmmm.. Makasih!" Ucap Hana saat Farzan kembali. Ya setidaknya menghargai apa yang sudah gurunya itu lakukan.

"Aku mandi duluan!" Hana berjalan cepat menuju kamar mandi dan mengunci dirinya tanpa menunggu jawaban dari Farzan.

Farzan hanya memandang pintu kamar mandi yang tertutup lalu merebahkan tubuhnya di atas kasur.

Sama halnya, Farzan pun merasa tidak menyangka akan menikah dengan muridnya sendiri, meskipun Hana dibilang sudah cukup umur tapi tetap saja.

Farzan menutup matanya, kepalanya sangat berat dan pusing memikirkan apa yang harus dia lakukan ke depannya.

.

.

.

30 menit berlalu bahkan Farzan hampir saja ketiduran sebelum membersihkan tubuhnya, namun pintu kamar mandi itu masih tertutup rapat.

Farzan bangun dan berjalan menuju pintu kamar mandi.

Tok.. Tok..

"Hana!! Apa tidak terjadi sesuatu?" Farzan sempat memikirkan sesuatu jika saja gadis itu tak berteriak.

"ENGGA!!"

Hah..

Farzan bingung kenapa wanita selalu betah di dalam kamar mandi bahkan sampai berjam jam.

Ceklek...

Tak lama dari itu Hana keluar dengan sudah mengenakan baju piama yang disediakan oleh hotel ini.

Hana cukup kagum dengan fasilitas di kamar hotel ini, bahkan alasan dirinya lama di kamar mandi karena terlalu betah dan bagus membuatnya nyaman berendam.

Hana melewati Farzan begitu saja setelah keluar kamar mandi.

Jantungnya berdegup kencang, pikirannya sudah kusut seperti bola benang.

Terus setelah ini ngapain sama Pak guru pelit itu? Aghhh.. Gak bisa! Gak boleh! Aku masih belum siap lepas keperawanan.. Apa harus pura pura tidur?? Ahh gak bisa bohong ..

Hana bolak balik dengan gelisah setelah Farzan masuk ke kamar mandi, tidak pernah terbayangkan untuk malam pertama bersama Farzan guru olahraganya. Untuk menikah bersamanya saja tidak terbayangkan apa lagi ini? Melepas perawannya.

Tidak..

Jangan dulu..

Engga boleh..

"Aaarrgghhhhh.....!"

"Ngapain?"

Deg..

Hana menoleh, matanya membulat saat melihat penampilan Farzan keluar dari kamar mandi.

Rambutnya basah, kaos putih yang mencetak tubuhnya karena terlalu pas dan jangan lupakan celana pendeknya yang memperlihatkan bulu halus dibagian kakinya.

"Hei..!" Farzan menatap mata gadis itu.

Hana menelan ludah nya susah payah, dan mengerjap beberapa kali menepuk pipinya pelan.

"Kenapa kamu?" Tanya Farzan yang memang sedikit khawatir, jika Hana kenapa kenapa.

"Ehh.. Eng-gak gak papa!" Hana menjawab dengan gugup dan berjalan mundur perlahan.

Farzan heran dengan murid yang sudah menjadi istrinya, namun Farzan abaikan saja dan memilih mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil.

Tak tau saja sedari tadi Hana susah untuk menelan air liur nya sendiri.

Hah.. Astaga..

TBC.

.

.

.

.

.

.

.

.

Gimana part 2 nya?

Mau bilang apa sama Farzan atau Hana?

Masih belum ada Part yang ++ ya, sabar hahha..

Pisualnya belum dapet yg cocok nih, ada solusi gak dari kalian??

Komen dong sebanyak mungkin disini 👉

Okray..

Sampe ketemu di part selanjutnya..

Salam sehat selalu 😘

Status Yang Berbeda..

Hana mengerjapkan matanya karena cahaya yang menyorot mengganggu tidurnya yang nyenyak.

Perlahan mata indah itu terbuka, baru saja membuka matanya untuk menyesuaikan cahaya tiba tiba dia teringat malam tadi. Hana segera berbalik dan langsung terkejut.

Ternyata kemarin pernikahan itu benar terjadi adanya, Hana melihat Farzan yang tertidur di sampingnya, Hana kembali membulatkan matanya lalu menyibak selimbut yang menutupnya.

Ahh.. Aman!

Pakaiannya masih lengkap ternyata tidak terjadi apapun.

Masih belum terbiasa jika ada laki laki untuk berbagi tempat tidur dengannya, apa yang harus Hana lakukan? Hana bukan tipe orang yang melawan atau membangkang, sebab itu pernikahan ini terjadi meski kecewa dalam hatinya.

"Egh.. Selamat pagi!" Hana terkejut mendengar suata serak Farzan yang sedang membuka mata perlahan.

Deg..

Deg..

Jantungnya tidak bisa dikendalikan, melihat Farzan bangun tidur seperti ini terlihat sexy.

Astaghfirulloh...

"Bangun dari kapan?" Tanya Farzan yang sudah sadar 100%.

"Emm.. Belum lama." Jawab Hana pelan.

Hana pun bangun begitu juga Farzan, pria itu langsung mengambil handuk dan Hana membereskan tempat tidur mereka.

Hari ini, hari berkunjung kerumah kediaman Mahardika membuat Hana gugup. Karena, ini pertama kalinya Hana ke sana.

Farzan keluar dari kamar mandi dengan wajah yang sudah sangat segar, sekarang giliran dirinya untuk mandi.

Farzan melihat kagum pada tempat tidur yang semalam mereka tempati.

Rapih..

Bahkan barang barang mereka pun sudah dimasukan kedalam koper yang sudah siap disana.

Ternyata Hana orang yang sayang rapih, satu hal baru yang Farzan ketahui tentang gadis itu.

Farzan masih menunggu Hana selesai mandi sampai sarapan pun sudah datang di hantar oleh petugas hotel.

Ceklek...

Hana merasa segar setelah mandi, dirinya pun sudah memakai baju yang pantas dan hijab yang sudah menempel menutupi rambutnya.

"Sini sarapan!" Ucap Farzan dan Hana mengangguk.

Hana bingung Farzan sangat bersikap baik padanya meski tanpa ekspresi. Apa pria itu sudah ikhlas menikah dengannya? Hingga memperlakukannya dengan baik.

"Aku selesai." Ucap Hana setelah menghabiskan air minumnya.

"Hmm, Saya juga." Sahut Farzan.

Kaku sekali pembicaraan mereka berdua.

"Kalau begitu kita berangkat sekarang? Ibu sama Papah sudah menunggu." Ucap Farzan seraya mengambil kunci mobilnya.

"Iya." Jawab Hana dan mengambil tas kecil miliknya.

Farzan membawa koper mereka, dan untung saja koper mereka hanya satu.

Saat keluar dari dalam lift petugas hotel menghampiri dan membantu membawakan koper mereka.

Hana berjalan disamping Farzan, tubuh mungilnya tak sebanding dengan tubuh tegap dan kekar Farzan. Karena itu Farzan menjadi guru magang olahraga di sekolah nya.

"Terimakasih!" Ucap Farzan lalu memberikan tips kepada petugas tadi.

Mereka sudah berada di basment hotel, mereka berdua pun masuk kedalam mobil. Farzan melajukan mobilnya dengan kecepatan yang sewajarnya.

Hana lebih banyak diam, tidak seperti biasanya yang selalu ceria. Farzan tau jika Hana gadis yang ceria karena sering memperhatikan di sekolah, namun saat ini Hana banyak diam dan menjawab ucapannya pun sangat singkat.

30 menit berlalu, ini waktu yang lumayan lama untuk menuju kediaman Mahardika karena mungkin ini weekend dan di perjalanan sedikit terhambat.

Mobil yang dikendarai Farzan memasuki gerbang yang menjulang tinggi, Hana sempat kagum saat matanya menatap sekeliling lingkungan rumah ini.

Ah ini bukan seperti rumah, namun ini adalah mansion yang super mewah. Jarak dari gerbang saja cukup lumayan jauh jika dirinya disuruh jalan kaki Hana lebih baik tidak sama sekali.

Mobil berhenti, mereka berdua keluar dan terlihat banyak orang yang berseragam hitam dan berseragam seperti maid disana.

Farzan memberikan kunci mobilnya kepada salah satu orang yang memakai seragam serba hitam itu.

"Ayo!" Ajak Farzan, tangannya refleks ingin merangkul pundak Hana, namun sepertinya tubuh Hana bereaksi dengan cepat dan mundur.

Untung saja tidak ada yang melihat, jika terlihat pasti akan ada gosip yang tidak enak menyebar. Semua penghuni rumah besar ini taunya hubungan mereka baik sebagai suami istri.

Hah..

Masih tidak menyangka dengan sebutan 'Suami istri' itu.

Farzan menurunkan lengannya, "Ehem, ayo!" Berdeham sebentar lalu mengajak Hana masuk.

Hana mengikuti langkah kaki Farzan, para maid yang berpapasan bersamanya membungkukan tubuhnya lalu pergi setelah sapaan itu di balas anggukan Farzan.

Tata krama disini sangat luar biasa, apa Hana bisa mengimbangi keluarga ini?

Tidak tau..

Jawaban yang sudah jelas.

Tidak tau akan seperti apa kehidupan rumah tangga mereka, status yang merubahnya dalam sekejap.

"Halo sayang!" Dinda menyapa Hana dan anaknya, namun Dinda malah memeluk Hana.

Hana terkejut karena belum terbiasa.

"T-tante -

"Ibu, bukan Tante!" Elak Dinda dengan tegas, "Sekarang kamu anak Ibu juga.. Panggil Ibu sama seperti Farzan memanggil Ibu!"

Hana membulatkan matanya, "I-ibu?" Dinda mengangguk.

Panggil Hana sangat hangat hingga membuatnya ingin memeluk lagi.

Hana terkejut namun tetap membalas pelukan Dinda.

"Udah Ma, kasian Hana kaya yang pengap Mama peluk kaya gitu." Tiba tiba Dinda melepaskan pelukannya.

"Apa sih Papa suka begitu!" Sahut Dinda dengan cemberut.

Bram menghampiri mereka, Farzan menyalami Papahnya dan di ikuti oleh Hana.

"Anak Papah gimana?" Tanya Bram yang membuat Hana bengong.

Sumpah muka Hana benar benar konyol membuat Bram dan Dinda bisa menebak jika mereka tidak terjadi apapun malam tadi.

"Haha.. Sudah jangan dipikirkan." Bram menepuk pundak Hana pelan, "Kalian masuk kamar dulu saja sana." Namun Hana masih tidak mengerti apa yang di tanyakan Papa mertuanya.

Farzan hanya diam saja dan memandang wajah Bram, namun pria tua itu hanya terkekeh meledek.

Seolah berkata 'Rasain belum ngerasa nikmat dina akhirat...!'

Hahh..

Jika bukan orang tuanya mungkin Bram sudah kena bogeman.

Farzan hanya mengusap wajahnya kasar, orang tuanya ini benar benar.

"Hana ayo!" Farzan mengajak Hana untuk ke lantai dua dimana kamar pria itu berada.

Farzan membuka pintu kamarnya, aroma khas Farzan menyeruak di indera penciumannya Hana. Sangat pria sekali nuansa kamar ini hanya ada abu abu dan putih yang menghiasi setiap dinding dan barang yang ada di ruangan ini.

"Malam ini nginep disini.. Besok kita pindah ke rumah kita." Ucap Farzan yang sudah duduk di sofa yang ada di kamarnya.

Hana terkejut, "R-rumah kita?" Tunjuknya pada diri sendiri.

Farzan mengangguk, "Iya.. Rumah kita, kita kan udah suami istri.. Saya lebih nyaman tidak serumah dengan orang tua." Jelasnya.

Suami istri..

Status yang belum terbiasa dia dengar, kini akan terus menemaninya setiap detik.

"Gak papa kan?" Tanya Farzan.

"I-iya.. Gak papa Pak!" Jawab Hana lalu duduk di tepi ranjang.

Jika mengingat ranjang pikirannya selalu nakal.

"Emm Hana!" Panggil Farzan pelan.

"Ya?" Hana langsung menjawab dan menoleh, untuk pertama kalinya respon Hana sangat cepat.

Tatapan mereka bertemu, namun Hana tersadar dan memutuskan terlebih dulu. Jika tidak, mungkin pikiran nakalnya akan muncul.

"Ehm.. Kalo bisa saat berdua atau di rumah gak usah panggil Bapak." Ucap Farzan pelan namun masih bisa di dengar.

"Ekhem!" Hana hanya berdehem.

"Ehmm.. Hanya tidak membuat mereka kecewa." Lanjut Farzan, Hana paham tapi satu hal yang selalu ada dalam benaknya.

Belum terbiasa.

"Apa saja namun tetap nyaman di dengar selain Bapa."

Hana diam otaknya sedang bekerja mencari nama yang cocok untuk memanggil Farzan.

TBC.

.

.

.

.

.

Ada yang mau kasih nama gak? Bantu Hana?

Komen sini dongs 👉

Jangan lupa tinggalkan jejaknya sayangku.. 😘

Ohh iya baru inget, soal alasan kolot orang tua Hana itu terinspirasi dari tetangga yang anaknya hamil di luar nikah dan masih sekolah menengah atas.

Jadi Ayah Hana hanya ingin melindungi anak gadis satu satunya agar tidak terjerumus dengan zaman.

Namanya orang tua kan...

.

.

Ya udah segitu aja dulu deh..

Next ketemu lagi liat vote dari kalian 😘😘

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!