NovelToon NovelToon

Ketulusan Cinta Dara

Pertemuan Pertama

**Di Sebuah klub Malam**

Seorang gadis muda berusia dua puluh satu tahun bekerja sebagai pemandu lagu di sebuah klub malam. Dengan memakai gaun seksi warna merah di atas lutut nampak berbicara serius di sudut ruangan klub bersama seorang pria tampan.

"Berani bayar berapa?" itu yang dikatakan seorang gadis cantik bernama Dara.

"Saya berani bayar mahal kamu, jika kamu bersedia menuruti semua keinginan saya," tegas pria tampan itu.

"Ha ... ha .... ha! Anda lucu sekali! Anda pikir saya wanita murahan?" Dara menatap tajam.

"Yah, meskipun saya bekerja di klub malam, tapi saya bukan perempuan yang Anda fikirkan?" Dara tidak memindahkan pandangan nya.

"Hai, Nona! Mana ada seorang perempuan bekerja di klub seperti ini disebut wanita baik-baik!" timpal Arthur.

"Kau ini!" Dara menunjuk Arthur karena kalah berargumen.

"Ah, sudahlah! Hentikan perdebatan ini! Saya akan menawarkan kerja sama!" ucapnya lagi.

"Kerja sama?" Dara tak mengerti

"Yah, kerja sama! Tapi saya tidak akan menjelaskannya di tempat seperti ini!" sambil menyodorkan kartu nama.

"Yang jelas pekerjaan ini sangat rahasia, saking rahasianya tidak satupun orang yang tahu! Dan termasuk keluargamu juga!!" tegas Arthur. "Kamu akan ikut saya keluar kota dalam waktu yang saya tentukan!" imbuhnya lagi.

Dara masih belum mengerti.

"Kau bisa menghubungi nomer ini, jika kau tertarik! Dan aku yakin kau pasti sangat tertarik, karena kau akan mendapatkan uang yang sangat banyak! Bahkan gajimu selama menjadi seorang pemandu lagu tidak ada apa-apanya!" sombong Arthur sambil berlalu pergi meninggalkan tempat hingar-bingar itu.

"Ish ...!" Dara berdecak kesal.

"Oh, ya ini ponsel, Tuan! Maaf kalo saya lancang dan ini jas anda!" Dara menyerahkan ponsel dan jas milik Arthur.

Namun Arthur hanya mengambil ponsel nya saja.

"Kau buang saja jas itu!" perintah Arthur

"Lho kok dibuang kan sudah saya laundry!" Dara melongo, heran dengan sikap manusia kulkas satu ini.

"Saya tidak suka memakai barang bekas! Jadi kau buang saja! Kau tidak usah mengurusi urusan yang tidak penting seperti itu! Kau cukup fikirkan saja tawaranku!" sambil berlalu pergi meninggalkan Dara yang sedang melongo.

"Ish, Aku tak habis pikir, Menjumpai pria songong seperti itu!" Dara memberengut.

"Lebih baik aku simpan jas ini, lumayan masih bagus," batin Dara .

**Di dalam mobil**

"Toni, selidiki semua tentang wanita itu!" perintah tuannya.

"Baik, Tuan." Tonny menganggukkan kepalanya, "Ehm, kalau saya boleh tau, Kenapa harus wanita itu?" tanya Tony.

"Bukankah masih banyak perempuan lain yang bisa tuan manfaatkan untuk melancarkan misi balas dendam?"Toni belum paham.

"Ya, Kau benar! Tapi aku punya alasan dibalik itu semua!" jawab tuannya.

**Flash Back**

Di sebuah klub malam, dengan hingar-bingar musik berdentum. Banyaknya kaum muda-mudi berdance, melenggak-lenggokkan tubuhnya di arena dance. Bau alkohol pun menyeruak.

Terlihat sosok yang tampan, dingin dan wajah yang tegas, tak ada semburat senyum di wajah tampannya. Dia sedang menikmati segelas wine di tangannya. Dia adalah Arthur Zayden.

Seorang CEO dingin, sedingin es, hampir sepanjang hidupnya tidak pernah menampakkan senyum di wajah tampannya.

Menikmati kesendiriannya dengan bertemankan sebotol wine. Mencoba melupakan masa lalu, yang selalu menghantuinya. Dendam, marah dan rasa sakit yang selama ini mencekamnya. Sekali dia menatap foto yang dipegang ditangannya, menyeringai tanda tak suka dengan gambar foto tersebut.

"Bagaimana bisa kau bahagiya diatas penderitaanku?" batin arthur, sambil meremas foto itu sampai tak berbentuk.

Sejurus matanya menangkap seorang wanita, yang meronta-ronta sedang dipaksa minum oleh ke empat pemuda. Wanita itu kelihatan sudah tak berdaya. Yah, sepertinya wanita tersebut mabuk. Ke empat pemuda pun membawanya ke ruangan sepi di klub malam tersebut.

Entah kenapa kaki Arthur menuntut mengikuti empat pemuda yang masuk ke ruangan itu.

Di depan kamar, Arthur sempat ragu.

Namun, dia mendengar suara wanita meminta tolong.

"Ah, kenapa aku harus peduli dengan suara teriakan itu?" Arthur mengacak rambutnya karena frustasi, antara memiliki keinginan menolong atau tidak memperdulikannya.

Saat tubuhnya akan meninggalkan kamar itu, suara wanita semakin memilukan.Menangis memohon, tapi tak seorang pun mendengar dan menolongnya.

BRAKK .....

Dengan sekali tendang,pintu itu terbuka.

Ke empat pemuda itu pun kaget tak percaya.

"Lepaskan wanita itu?" seru Arthur

"Siapa kau? jangan ikut campur urusan kami!" kata salah satu pemuda itu

"Tolong, Tuan?" teriak wanita itu sambil menangis .

Arthur menoleh ke wanita tersebut seketika melihat tubuhnya yang setengah telanjang membuat jiwa laki-lakinya bangkit.

"Lepaskan!" perintah Arthur.

"Jika tidak, Kau mau apa?"kata pemuda satunya

"Jangan sok jadi Pahlawan!"yang satunya lagi

Kemarahan Arthur sudah di ubun-ubun, tanpa menunggu perkelahian pun terjadi. Adu jotos pun tak ter elakkan. Arthur sang manusia es,sudah menguasai sabuk hitam,karate dan taek kondow. Dengan sangat mudah menjatuhkan ke empat pemuda tersebut,mereka pun tumbang.

Wanita itu tampak ketakutan, menangis sambil menutupi bagian gunung kembarnya.

Yah, walaupun masih tertutup bra,tapi lelaki manapun pasti tidak akan tahan melihat godaan tersebut. Arthur melepas jas nya untuk di pakaikan ke perempuan itu.

"Ayo, pergi dari sini?"Arthur menggandeng tangan perempuan itu. Merekapun meninggalkan klub malam itu.

**Mobil Arthur**

Di sepanjang perjalanan, wanita itu hanya diam.

Tidak ada kata yang terucap, sehingga Arthur pun membuka percakapan.

"Di mana rumahmu?" tanya Arthur, "Biar aku antar!" ucapnya.

"Jalan saja tuan, nanti kalo saya bilang berhenti baru lah berhenti!" jawabnya singkat.

"Ish, dia pikir saya sopir taxi apa!" batin Arthur.

Tepat digang depan, mobil Arthur pun berhenti dan perempuan itu turun dari mobil.

"Terimakasih tuan, telah menolong saya!Menyelamatkan saya dari orang-orang brengsek itu!" ucapnya.

"Hemm." jawab Arthur singkat

"Baiklah saya permisi dulu! Maaf saya tidak bisa mempersilahkan tuan mampir kerumah saya karena sudah terlalu malam." Perempuan itu melepas jas yang dikenakannya,mengingat itu jas Arthur.

"Stop! Apa kau lupa kalau tadi bajumu sudah terkoyak? Tutup kembali tubuhmu dengan jasku!" hardik Arthur, "Apa kau mencoba menggodaku?"

"Eh, tidak tuan! Maaf, saya lupa tuan! Baiklah terimakasih sekali lagi! Permisi,Tuan! Selamat malam!" perempuan itu pun buru-buru meninggalkan Arthur.

PRANG ..

Suara benda pecah, didalam rumah terdengar sampai ke telinga Dara.

Yah, Dara nama perempuan yang diselamatkan Arthur. Dara bergegas masuk ke dalam rumah.

Terlihat adiknya Rama sedang berjongkok di samping lemari usang sambil memunguti pecahan beling yang sengaja dilempar sang paman dan sang bibi.

"Nggak kakak, nggak adik sama saja! Kerjaannya hanya menyusahkan saja!" hardik sang paman dan bibinya kepada Rama. Rama hanya diam saja tidak bergeming, hanya ketakutan yang melanda dirinya.

"Ada apa ini?" Dara bergegas masuk dan memeluk Rama.

"Oh, rupanya tuan putri sudah pulang?" tanya sang Bibi.

"Mana uangnya? Mana uang hasil kau bekerja?" dengan merampas tas Dara, dan menggeledah seluruh isinya.

"Maaf, Bi, Dara belum mendapatkan uang untuk hari ini, karena ...!" kata Dara terbata-bata

"Karena apa?" mata Bibi dan Paman melotot tajam

"Karena di klub tadi ada insiden, Bi!" jawab Dara.

"Hey, Dara! Kami nggak mau tahu, mau ada insiden atau nggak harusnya hari ini kamu bisa memberikan kami uang! Kamu tuh harus ingat, Kamu disini hanya menumpang! Jadi nggak gratis kamu tinggal di sini!" sergah sang paman.

"Tapi, Dara sudah berusaha bekerja meskipun pekerjaan Dara selalu dipandang sebelah mata oleh orang lain! Tapi, hari ini adalah hari sial untuk Dara! Dara, hampir saja dilecehkan oleh pelanggan!" Dara mulai terisak meminta pengertian paman dan bibinya.

Akan tetapi paman dan bibinya tidak mau tahu. Melepaskan sabuk yang dipakainya, dan tanpa ampun paman mencambuk tubuh Dara. Melihat itu Rama pun tidak tega dan langsung memeluk tubuh kakaknya, sehingga Rama lah yang kena cambukan sabuk itu.

Di depan pintu ternyata ada sepasang mata dan telinga yang melihat dan mendengarkan, dia adalah Arthur. Seorang laki-laki yang baru menyelamatkan kehormatannya. Dara tidak menyadari Arthur membuntutinya sampai rumah.

bersambung....

Kasih Vote buat Arthur....😘😘😘

Kenapa Harus Dia?

***Flash on****

Sampailah Arthur di kawasan apartemen mewah.

"Tuan, sudah sampai?"Tony membuyarkan lamunan Arthur tentang Dara.

"Oke, terimakasih, Ton! Kembalilah besok! Aku akan istirahat! Besok datanglah lebih awal, aku akan ada pertemuan penting dengan Sanjaya Group!"

"Siap, Tuan!" Jawab Tony. "Saya mohon diri, Tuan!" pamit Tony.

Arthur mengangguk.

**Di kediaman Dara**

Melihat luka bekas cambukan, Dara tak berhenti menangis sambil tangannya dengan cekatan mengoleskan salep di sekujur tubuh Rama.

"Rama, nggak seharusnya kamu melindungi kakak?"

"Ini cuma luka kecil kak! Kakak tidak usah khawatir! Luka kecil kau bilang! Luka seperti ini pasti sakit dan perih!" Dara hanya menggeleng saja.

"Sudah kak, jangan menangis terus ! Malu, kak, sama umur!" goda Rama.

"Ish, Kau ini!" sambil mencubit perut Rama.

Ya, Dara dan Rama adalah keponakan dari bibinya(bibi Sarah) dan suami bibi Sarah adalah paman Ferdi. Namun bibi Sarah adalah adik tiri dari ibunya Dara. Dulu kakeknya Dara ( ayah dari ibunya Dara)menikah dengan neneknya ( ibu dari bibi Sarah). Karena kasih sayang yang diberikan oleh sang ibu tiri kepada anak tirinya lebih besar ketimbang kepada anak kandungnya. Membuat Sarah kecil dendam, tapi sarah kecil hanya bisa memendam rasa benci itu.

Sampai suatu ketika orang tua Dara meninggal karena kecelakaan yang tragis. Membuat Dara kecil (10 tahun) dan Rama kecil ( 5 tahun) harus kehilangan sosok orang tua. Dan pihak polisi menyerahkan hak asuh anak kepada bibi dan pamannya. Termasuk rumah orang tua Dara beserta asetnya. Dara dan Rama memang terlahir dari keluarga sederhana, ayahnya yang pekerja keras mampu membeli rumah sederhana dan tanah di dua tempat.

Orang tua Dara berfikir , suatu saat mereka meninggal ada sedikit harta yang bisa mereka bagikan kepada kedua anaknya.

Namun karena keserakahan dari bibi dan pamannya, semua aset peninggalan orang tua Dara di jual tanpa sepengetahuan adik beradik itu. Mereka gunakan untuk taruhan di meja judi.

Mereka juga sering menghabiskan waktu hanya untuk bersenang-senang. Setiap harinya mereka hanya minum-minum dan menghambur -hamburkan uang. Dara yang harus kerja keras mencari uang, paman dan bibinya yang menghabiskan.

Dara sudah terbiasa dengan bekerja, karena semenjak kecil dia dituntut mencari uang untuk menghidupi paman dan bibinya ( termasuk Rama , adiknya). Tanpa belas kasihan, Dara kecil diperas tenaganya hanya untuk mendapatkan uang.

Setelah Dara menginjak umur sembilan belas tahun, Dara terpaksa harus bekerja sebagai pemandu lagu .

Yah, memang selain cantik dan memiliki tubuh yang sintal dan seksi. Dara juga dikaruniai suara yang indah dan serak - serak basah seperti iis Dahlia..🤭

Dengan begitu, dia bisa menghasilkan uang yang lumayan. Paling tidak, bisa menyumpal mulut bibi Sarah supaya tidak mengoceh terus.

Cerita Dara tidak sampai disini. Dulu, pertama kali mendapatkan pekerjaan sebagai pemandu lagu pun tidak segampang yang dibayangkan.

Dara berjuang keras untuk meluluhkan hati pemilik club malam, tentu dengan suaranya ( Jangan berpikir macam -macam readers )

Ya, Dara berhasil meluluhkan pemilik club karena suara Dara memang sangat indah termasuk body yang sangat mendukung untuk pekerjaan pemandu lagu.

Pelanggan Dara sangat banyak termasuk anak muda dan om-om yang hatinya sedang galau. Dara hanya menemani menyanyi saja tidak lebih, Karena prinsip Dara, dia hanya menjual suaranya bukan tubuhnya. Berbeda dengan teman seprofesinya, demi mendapatkan uang lebih mereka rela menyerahkan tubuh mereka.

Pernah ada salah satu pelanggan yang ingin membookingnya, tentu saja dengan bayaran yang fantastis. Namun Dara menolaknya dengan halus, dia berikan langganannya pada teman seprofesi. Namun langganannya tidak menolak, karena bagi seorang pria adalah kepuasan.

\*\*Royall Springhill Residence\*\*

Jam sudah menunjukkan pukul 2 malam, namun Arthur masih saja belum bisa memejamkan matanya. Kepingan-kepingan masa lalu yang suram masih membuatnya terjaga. Masa lalu mengingatkan kembali akan kepedihan, kesedihan dan rasa sakit yang luar biasa. Saat itu pula ingatannya menerawang jauh, sebelum dia menjadi seorang Arthur yang sekarang.

Dibukanya sebuah amplop coklat, didalamnya berisikan foto-foto. Arthur mengambil salah satu foto, dimana foto tersebut menampilkan keluarga yang harmonis keluarga yang bahagiya. Ya, itu adalah foto keluarga baru ayahnya.

"Tunggu, aku akan datang sebagai iblis ayah, penghancur keluargamu!" ucap Arthur sambil membakar foto tersebut.

Arthur pun mencoba memejamkan matanya.

Arthur mendengar tangisan seorang perempuan, meminta tolong.

Terdengar sangat pilu dan menyayat hati.

Saat di dekati dan sang perempuan menoleh, ternyata ...

"*Damn it* ... !"

"*Kenapa dia bisa muncul dI mimpiku*?"

"*Ah, sungguh sangat sial aku berjumpa dengannya! Tak seharusnya aku menolongnya waktu itu," Arthur mengumpat dirinya sendiri*.

Berkali-kali Arthur merutuki diri nya, karena sudah menolong wanita itu.

Akan tetapi tiba - tiba saja muncul ide gila di pikirannya.

Dret ... Dret ... Dret

"Ah, cepat sekali pagi? Perasaan aku baru tidur. Jam berapa sekarang?" Dara melihat jam diponselnya.

"Huft, baru jam 5!"

Tiba-tiba nada dering ponsel tak berhenti berbunyi. Ponsel beringtone I hate everything about you dari soundtracknya Three days grace terus saja berdering. Sekilas Dara melirik meja sebelah kanannya, sambil mengingat.

"Bukankah ini jas pria kulkas itu?"Dara mencoba mencari bunyi tersebut.

"Ups, ponsel ini?"

"Duh, bagaimana ini? Aku angkat tidak yah?"

"Sudah panggilan ke lima!"Dara nampak ragu.

"Hallo..?"Dara memberanikan diri menerima panggilan.

"Hey, Nona! Ini aku! Pemilik ponsel itu Kembalikan ponselku!" Arthur marah-marah ditelpon.

"Nanti malam aku temui kau di club! Jangan mencoba kabur dariku!" ancam Arthur.

"Ish,.kau pikir siapa dirimu?"Dara memberengut kesal.

"Ya, kita bertemu di klub! Tuan pikir saya tertarik dengan ponsel tuan?"tambah Dara yang langsung mematikan sambungan telponnya.

"Dasar pria aneh! Kemaren baik mau menolong! Sekarang seperti harimau mengaum!" umpatnya.

"Marah-marah ditelpon, membuat kesal saja," kesal Dara.

Seperti hari-hari biasanya, Dara selalu bangun pagi untuk mengerjakan pekerjaan rumah. Dari memasak, membersihkan rumah, mencuci baju bibi dan pamannya. Semua pekerjaan dikerjakan oleh Dara sendiri.Terkadang Rama pun membantunya,tapi selalu dilarang oleh Dara. Karena Dara melarang keras, Rama mengerjakan pekerjaan perempuan. Saat hampir selesai dengan pekerjaannya, dari arah pintu Bibi memanggil.

"Dara,, Dara!" panggil bibi.

"Iya, ada apa, Bi?" jawab Dara.

"Hari ini kamu jangan kemana-mana! Karena ada tamu penting! Cepat, mandi dan dandan yang cantik!" ucap Bibi mendorong tubuh keponakannya untuk berdandan dan bersiap-siap.

"Emang kita mau kemana?" tanya Dara.

"Ish, kau nurut aja perintah bibi! Pokoknya kamu dandan yang cantik!" ucapnya lagi.

Dara pikir tamu bibi adalah kerabat dari pamannya.

to be continued...

\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*

Silahkan mampir juga di novel Author yang lainnya berjudul: "Om I Love You".

![](contribute/fiction/3388589/markdown/32005883/1648461979052.jpg)

Harus mencari ide

1 Jam berlalu

Setelah mandi, Dara sedikit berdandan dan memoleskan sedikit lipstik pink. Dengan memilih-milih dress yang akan dia kenakan.

Akhirnya pilihannya jatuh pada dress warna kuning. Terlihat simpel dan warna yang segar.

Tok...tok..tok

"Dara, cepat keluar!" perintah Bibi.

"Dara ... ?" teriak bibi Sarah dengan mengetuk pintu semakin kencang. Dengan berjalan malas Dara membuka pintu.

"Ada apa, Bi?"tanpa menunggu bibi langsung menarik tangan Dara untuk keluar.

"Cepat, Keluar! Ada tamu yang ingin menemui mu! Ada pamanmu diluar!"

"Cepat!" bentak bibi menarik tangan Dara dengan kasar.

Terdengar suara paman berbicara dengan tamunya.

"Pak Baskara tenang saja, Dara pasti mau jadi istri ke enam Pak Baskara!" ucap paman.

"Ha ... Ha ... Ha. Ya, aku harap seperti itu! Dan aku tidak mau ada penolakan!" ancam Pak Baskara kepada paman.

Tibalah Dara dari balik korden, dengan ditarik oleh bibinya. Dan menyuruhnya duduk.

"Dara sayang, Duduklah!" perintah sang paman.

Dara pun duduk, didorong bibi Sarah.

"Pak Baskara, perkenalkan ini Dara."

Pak Baskara mengangkat tangannya, ingin menyalami Dara.

"Dara, ini Pak Baskara calon suami kamu."

Bagai tersambar petir mendengar ucapan Paman.

Bagaimana mungkin paman dan bibinya tega menjodohkan dirinya dengan laki-laki tua renta.

Bahkan jika ditaksir, laki-laki tua itu lebih cocok menjadi ayahnya.

"Apa ini, Paman? Kapan Dara menyetujui laki-laki ini menjadi calon suami Dara?"marah Dara, "Tidak, aku tidak sudi harus menikah dengan dia!" Dara menunjuk Pak Baskara dengan kata dia.

"Dasar anak tidak sopan!"timpal bibi Sarah, "Bibi dan paman sudah menyetujui lamaran Pak Baskara!" mata bibi hampir saja melotot.

"Aku tidak mau bibi."tambah Dara, "Kenapa bibi dan paman tega menjual Dara ke laki-laki tua ini? Bahkan dia itu cocoknya jadi Ayah Dara! Bukan suami!" tekan Dara dengan memandang jijik laki-laki dihadapannya.

"Eh,dengar ya Dara! Kau akan hidup enak jadi istri ke enam ku!" sombong Pak Baskara, "Apapun yang kau minta akan kuturuti, asalkan kau bisa memuaskan ku diranjang." kekeh Pak Baskara tanpa malu.

"Cuih ... !" Dara meludah tepat mengenai wajah Pak Baskara. Lelaki itu pun geram. Secara reflek, bibi mendaratkan tangannya ke pipi mulus Dara.

PLAKK ...

Darah segar keluar disudut bibir Dara.

Rasanya begitu sakit diperlakukan sedemikian rupa oleh aman dan bibi nya sendiri.

Dara bisa tahan kalo siang malam harus bekerja mencari uang untuk mereka. Dara juga masih kuat,sepulang kerja masih juga mengerjakan pekerjaan rumah.

Tapi Kenapa paman dan bibi nya tega menjual diri nya ke laki-laki tua itu?

Semua yang di perintahkan paman dan bibi nya selalu Dara patuhi, Dara juga sudah menganggap paman dan bibi nya seperti orang tua Dara sendiri.

Tanpa permisi Dara berlari menuju kamarnya, dia tidak perduli lagi dengan teriakan dan hujatan bibi dan pamannya. Rasanya begitu capek dan lelah.

"Bagaimana ini Ferdy?"Pak Baskara menatap tajam ke paman.

"Tenanglah Pak Baskara?" bibi menenangkan Pak Baskara.

"Aku akan mengurusnya."timpal Paman.

"Awas kau Ferdy jika kau menipuku!"Ancam Pak Baskara.

"Hutang mu padaku itu banyak! Bahkan rumah ini untuk melunasi hutangmu tidak akan cukup! Jika kau berani menipuku, aku pastikan kau hidup di jalanan bersama istri mu." ancam Pak Baskara.

"Ah...." Pak Baskara pergi meninggalkan rumah, setelah menendang meja dihadapannya. Sehingga membuat bibi dan paman kaget.

"Dara, buka pintunya!"suara teriakkan bibi mengetuk pintu.

"Ada apa lagi, Bi?" jawab Dara membuka pintu.

"Kamu sudah membuat malu kami Jangan coba-coba kamu menolak keinginan kami! Karena mau gak mau kamu harus menikah dengan Pak Baskara."bibi mendelik ke arah Dara.

"Bukankah Dara sudah bilang, Dara Nggak mau, Bi!" tegas Dara. "Dara juga berhak menentukan hidup Dara sendiri." tambah Dara.

"Hidup kamu!" Bibi maju ke arah Dara, "Hidup kamu dan Rama milik kami. Kami lah yang membesarkan kalian! Jadi apapun yang kami perintahkan kamu harus nurut!"

"Nggak, Dara nggak mau, Bi."

"Baiklah."

"Sayang!" bibi memanggil paman.

Paman siap dengan sabuknya untuk mencambuk tubuh Dara. Tubuh Dara di cambuk berkali-kali oleh paman, tanpa belas kasih tanpa rasa kemanusiaan. Bukan hanya itu, tubuh Dara di siram dengan air.Tentu saja luka yang masih basah itu terasa perih, namun tidak sebanding dengan luka di hati.

"Kakak!" Rama pulang sekolah. Tidak dilihatnya kakaknya.

Biasanya sepulang sekolah Dara selalu menyambut Rama, di depan pintu. Menyiapkan Rama makan siang. Membereskan meja makan dan mencuci piring - piring kotor. Menjelang sore Dara akan siap - siap ke klub untuk bekerja.

Rama adalah adik Dara satu-satunya. Rama, anak yang sangat pendiam.

Bicaranya juga sangat irit. Melihat sosok Rama, seakan-akan ada rahasia besar yang sedang ditutupinya. Entah itu apa, Rama sangat pintar menutupinya.

Setelah kepergian orang tuanya, Dara lah yang menjadi ibu sekaligus ayah buat Rama.

Meskipun ada bibi Sarah dan paman Ferdi, namun mereka tidak perduli dengan keponakannya tersebut.

Setelah sarapan,paman dan bibi pergi entah kemana. Dan mereka akan kembali setelah malam hari. Itulah kenapa Dara jarang sekali bertatap muka dengan paman dan bibinya. Paman dan bibinya akan menemui Dara jika mereka membutuhkan uang.

Kata salah satu tetangga sih, katanya pernah memergoki mereka di kampung sebelah dekat gedung yang sudah tak terpakai. Paman dan bibi beserta teman-temannya sedang pesta miras dan s\*\*x bebas. Dan desas-desusnya, pamannya penyuka laki-laki juga. Dara hanya acuh saja mendengar desas-desus tersebut.

"Kak?" Rama mencoba mencari dikamar kakaknya.

Saat pintu di buka, Rama begitu terkejut melihat keadaan kakaknya yang sedang meringkuk di lantai .

Di sekujur tubuh kakaknya, banyak luka bekas cambukan. Rama yakin, ini ulah paman dan bibinya. Rama tidak tahan melihat penderitaan kakaknya, tumpahlah air mata yang selama ini ditahannya.

"Kakak ... kakak?" panggil Rama, sambil membopong tubuh kakaknya ke kasur.

"Rama! Kau sudah pulang?"Dara mengerjapkan matanya sambil sekali-kali meringis merasakan perih di sekujur tubuhnya.

"Aku akan ambil obat, gantilah baju kakak yang basah." sambil menunjuk baju yang di siapkan Rama. Rama tidak berani bertanya, karena dia yakin ini perbuatan pamannya.

Sekitar 15 menit, Rama membantu mengoleskan salep ditubuh Dara. Tidak berhenti pula air mata yang ditumpahkan, sambil sesenggukan menahan rasa sedih di hati Rama.

"Hey, Jangan menangis terus! Kau ini laki-laki atau perempuan?" ledek sang kakak.

"Ish..kakak ini.Tentu saja aku laki-laki." ngedumel Rama.

"Makanya, Berhentilah membuang air matamu! Seperti anak perempuan saja."kekeh Dara.

"Rama."

"Ada apa kak?"

"Kakak akan bekerja di luar Kota. Bagaimana menurutmu?" Dara menghela nafas kasar, tampak sedang berfikir.

"Kakak akan bekerja di luar kota. Maksud Kakak?" Rama tambah tak mengerti yang di bicarakan kakaknya.

Dengan lembut Dara memegang bahu adiknya, menatap dalam manik bening itu.

"Ada tawaran kerja di luar Kota. Gajinya cukup lumayan. Bahkan lebih besar dari tempat kerja Kakak sekarang."

"Kakak tidak usah bekerja jauh- jauh. Biar Rama saja yang menggantikan kakak bekerja." ucap Rama.

"Ish, Kau ini! Kakak ingin kau menjadi orang sukses! Jangan seperti kakakmu ini. Tamat SMA saja. Kamu itu laki-laki, kelak akan menjadi kepala keluarga!"

"Tapi, Kak. Sebentar lagi Rama akan lulus, jadi biarkan Rama menggantikan kakak bekerja."

"No, Kakak mau kamu kuliah. Kakak sudah berjanji kepada Almarhum Ayah dan Ibu! Kakak akan menyekolahkan kamu setinggi mungkin. Kamu mengerti kan?"

Bersambung ...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!