NovelToon NovelToon

Teman Ranjang Billionaire

Nikah di bawah tangan

"Jadilah teman ranjang ku," kata Sean dengan dingin yang membuat Arini kaget.

Aura dingin seorang Sean mampu membuat Arini mematung, Netra Arini bahkan membulat dengan menatap Sean, bagaimana bisa Sean meminta hal itu padanya.

"Bisakah anda meminjami saya uang tanpa harus menginginkan hal itu tuan bos," tawar Arini

Sean tertawa lalu dia menggebrak meja sehingga membuat Arini kaget.

"Pikir pakai otakmu, mana ada orang yang mau meminjami uang lima ratus juta tanpa bunga dan tanpa jaminan," kata Sean dengan tatapan elangnya.

Pikiran Arini kini menjadi kalut, dia sungguh bingung harus berbuat apa, Sean adalah opsi terakhirnya. Dia sungguh tidak punya apa-apa untuk dijual sedangkan rumah pun dia dan ibunya hanya kontrak.

"Cepat putuskan sekarang atau aku pulang," ucap Sean dengan memberesi barang-barangnya.

Ditengah kekalutannya pihak rumah sakit menghubungi Arini, jika mereka tidak bisa menunggu lebih lama lagi, ibunya harus segera ditangani kalau tidak nyawanya dalam bahaya.

Arini menjatuhkan ponselnya, air matanya meleleh tanpa aba-aba, dengan lirih dia berkata "Iya tuan bos saya mau menjadi teman ranjang anda,"

Sean tersenyum,

"Rumah sakit mana ibumu dirawat?" tanya Sean

"Rumah sakit Umum," jawab Arini

"Nama ibumu?" tanya Sean lagi

"Rini Kusworo," jawab Arini

Sekali pencet Sean sudah terhubung dengan direktur rumah sakit umum, dia meminta untuk segera menangani pasien yang bernama Rini Kusworo biayanya semua dia yang tanggung.

"Masalah selesai," ucap Sean lalu memasukkan ponselnya di saku

"Sekarang bersiaplah ikut aku pulang, aku sudah mengerjakan bagian ku sekarang kerjakan bagian kamu," imbuh Sean

Arini sungguh takut, dia tidak berpengalaman sama sekali dalam urusan ranjang.

Selain itu mana boleh melakukan hubungan tanpa menikah.

"Tuan kalau kita belum menikah kita tidak boleh melakukan hubungan tersebut," kata Arini dengan takut

Sean menatap Arini sesaat lalu dia tertawa

"Hey, memangnya siapa yang mau menikah denganmu, kamu hanya sebagai teman ranjang jika aku bosan aku akan membuang kamu," ungkap Sean

"Tapi saya tidak ingin melakukan dosa zina tuan, tolong hargai keyakinan saya," sahut Arini

Sean nampak berfikir, lalu dia tersenyum "Baiklah aku akan menikah dengan kamu tapi hanya nikah dibawah tangan," timpal Sean.

Lagi-lagi Sean menggunakan ponselnya, dia menghubungi asistennya untuk menyiapkan pernikahan kecil.

"Aku nggak mau tahu dua jam ke depan harus sudah siap" kata Sean dengan dingin dan mematikan ponselnya secara sepihak

Keringat dingin kini membasahi Arini, dia sungguh takut dengan Sean.

"Tuan bos jadi kita akan menikah?" tanya Arini

Sean menatap gadis mungil di depannya, dengan tiba-tiba dia menjatuhkan tangannya di kening Arini sehingga Arini memekik kesakitan.

"Sudah tau kenapa masih bertanya?" ucap Sean dengan ekspresi datarnya

Arini tidak berani menjawab, kali ini dia benar-benar takut.

"Sekarang ayo kita ke butik," ajak Sean

Arini memutar netra nya " Untuk apa tuan kita ke butik?" tanya Arini

Sean yang kesal melemparkan tatapan mautnya ke Arini " Beli kain kafan putih untuk membungkus tubuhmu?" jawab Sean

Arini menelan ludahnya dengan kasar,

"Apakah anda akan membunuh saya setelah menikmati tubuh saya tuan?" tanya Arini lagi

Sean hanya bisa memijat pelipisnya, emosinya sungguh di naik turunkan oleh Arini.

"Kamu bertanya lagi sumpah akan aku cincang tubuh mu dan ku lempar di sungai Amazon supaya di makan ikan piranha di sana," maki Sean lalu keluar ruangannya.

Arini hanya terdiam membayangkan hal buruk terjadi padanya

"Ibu maafkan Arini," gumamnya

Sean yang sudah keluar dahulu harus memutar langkahnya lagi untuk memanggil Arini yang masih di ruangannya

"Ayo!" teriak Sean yang menggelegar seperti suara terompet sangkakala

Arini sungguh kaget mendengar teriakan dari Sean,

"Iya-iya tuan, itu mulut apa speaker aktif sih kenceng sekali," gerutu Arini

Arini mengekori Sean dari belakang, tidak seperti biasanya Sean hari ini menyetir sendiri.

"Masuk," suruh Sean lalu dirinya masuk dalam mobil

Karena takut Arini duduk di belakang.

Sean diam dan mengepalkan tangannya

"Brengsek, pindah ke depan!"seru Sean yang membuat Arini kaget.

Arini keluar dan pindah ke depan

"Bisa-bisa aku ini terkena penyakit jantung jika selalu dengannya," gumam Arini yang bisa didengar Sean

"Aku yang bisa-bisa terkena hipertensi jika dekat-dekat denganmu!" maki Sean

Lagi-lagi Arini tersentak kaget, sungguh suara Sean kencang sekali bak petir yang menggelegar.

Netra Arini kini fokus keluar jendela begitu pula dengan Sean yang memfokuskan pandangannya lurus ke depan.

Mobil Sean kini berhenti di sebuah butik, dia dan Arini turun dan masuk butik tersebut.

"Kami cari kebaya untuk dia," kata Sean sambil menunjuk Arini

Pelayan pun membawa Arini berkeliling, pandangannya jatuh pada kebaya simpel tapi elegan.

"Aku suka ini," kata Arini sambil menunjuk baju kebaya pilihannya.

Sean yang melihat dari jauh tersenyum

"Boleh juga pilihannya," batin Sean

Arini mencoba baju kebayanya di kamar ganti setelah itu keluar untuk menunjukkannya pada Sean

"Bagaimana tuan?" tanya Arini

"Bagus," jawab Sean singkat

Arini cemberut lalu masuk ke dalam lagi, dia melepas kebaya yang dipakainya.

"Jadi semua totalnya dua ratus dua puluh lima juta tuan," kata kasir

Arini melongo, dia tidak percaya kalau baju yang dia pilih harganya semahal itu.

"Tuan, dibatalkan saja harganya terlalu mahal," ucap Arini dengan ekspresi tak enak.

"Jangan memalukan aku, bukankah itu pilihan kamu," sahut Sean

Setelah membayar kebaya Arini, Sean dan Arini kembali ke mobilnya. Kini mereka akan pergi ke sebuah masjid yang sudah di tentukan oleh Sean.

Kini mobil mereka sudah sampai di pelataran masjid, nampak sudah banyak orang di sana.

"Pakai kebaya kamu di mobil karena kita akan segera menikah," kata Sean lalu turun

Belum sempat Arini protes, Sean sudah keluar, setalah memakai kebayanya dia menyisir rambutnya dan mengikat kecil hingga rambutnya terurai mesti yang atas di ikat.

Arini juga memoles wajahnya sedikit dengan maka up seadanya yang selalu dia bawa kemana-mana.

Dengan anggun Arini memasuki masjid, Sean sempat terpesona dengan penampilan Arini namun segera dia membuang wajahnya.

Dengan gugup Arini duduk di samping Sean,

"Apa sudah siap?" tanya pak Ustad

"Siap," jawab Sean

Pernikahan lancar tanpa hambatan, meskipun hanya nikah siri tapi Sean kini telah menjadi suaminya.

"Persiapkan dirimu malam ini," bisik Sean

Acara pernikahan sudah selesai, Sean dan Arini pulang ke rumah Sean.

"Besok aku buatkan aturan yang nggak boleh kamu langgar, awas saja jika kamu coba-coba melanggar dan kabur. Aku pastikan hidupmu dan hidup ibumu nggak akan tenang," ancam Sean yang membuat Arini merinding.

Sampai subuh

Mobil Sean memasuki pelataran rumahnya, bola mata Arini membulat melihat bangunan megah di depannya yang bagaikan istana bahkan istana presiden kalah besar dan megah dari rumah Sean.

Matanya terus saja mengagumi rumah mewah Sean sehingga Arini tak kunjung turun dari mobil.

Lagi-lagi Sean dibuat naik pitam atas kelakuan Arini.

Dengan kasar Sean membuka pintu mobilnya lalu menarik Arini keluar sehingga Arini terjatuh.

Aauuuwwww

"Sakit tuan," pekik Arini kesakitan saat tubuhnya jatuh ke bawah.

Sean tersenyum puas melihat Arini kesakitan, "Rasakan, siapa suruh malah bengong di dalam. Kamu pikir aku supir kamu yang setia menunggu sampai kamu keluar," ucap Sean dengan dingin

Aura dingin Sean menjalar dan merasuk ke dalam tulang Arini, sehingga Arini seolah merasakan ngilu di sekujur tubuhnya.

Dengan kesakitan Arini bangun, "Maaf tuan, aku hanya takjub dengan rumah anda yang seperti istana ini," sahut Arini membela diri

"Dasar!" seru Sean

Dengan langkah pincang Arini mengekori Sean yang masuk ke dalam rumah, Sean menaiki tangga yang melingkar untuk menuju ke kamarnya.

"Masuk," titah Sean sambil membuka pintu saat mereka sampai di depan kamar Sean.

Arini yang takut hanya mematung dan mengindahkan titah Sean,

Bola mata Sean memutar, emosinya sudah di ubun-ubun, bahkan rahangnya telah mengeras

"Masuk!" teriak Sean sehingga Arini memejamkan mata sambil menutup telinganya

"Ya Allah orang ini sungguh kejam sekali bahkan lebih kejam dari malaikat maut," batin Arini

Dengan langkah pelan Arini masuk ke kamar Sean terlebih dahulu

Braaaaak

Sean menutup pintu kamarnya dengan kencang sehingga membuat Arini tersentak kaget.

"Ganti pakaian kamu, setelah itu lakukan bagian kamu, puaskan aku," kata Sean dengan dingin.

Arini menelan saliva nya dengan kasar, otak Arini berfikir bagaimana cara lepas dari Sean malam ini meskipun besok-besoknya dia akan menjalani eksekusinya.

Lama berfikir sehingga membuat Arini hanya mematung dan tidak mengganti bajunya.

Sean yang sudah membersihkan dirinya lagi-lagi memijat pelipisnya, sungguh emosinya naik lagi saat melihat Arini yang masih terpaku di depan cermin.

"OMG, bisa-bisa aku mati muda jika bersamanya," gumam Sean

Karena malas dan lelah marah-marah Sean mendekati Arini yang masih melamun di depan cermin.

"Aku memintamu untuk mengganti pakaian bukan melamun," bisik Sean yang membuat Arini merinding

"Ma maafkan aku tu tuan," ucap Arini terbata

Dengan secepat kilat dia masuk ke dalam kamar mandi, Arini yang tidak bawa baju ganti tentu bingung harus memakai baju apa, mau nggak mau dia memanggil Sean.

"Tuan, tuan," panggil Arini dengan mengeluarkan kepalanya

"Apa?" sahut Sean dari tempat tidur

"Aku tidak membawa baju ganti, bisakah anda meminjami saya baju atau yang lainnya," kata Arini

Karena memang tidak ada baju wanita, Sean hanya memberikan handuk pada Arini.

"Pakai saja ini," ucap Sean lalu menyodorkan handuk pada Arini

Dengan terpaksa Arini keluar kamar mandi dengan memakai handuk kecil sehingga sebagian tubuhnya terbuka.

Sean tersenyum puas, lalu dia menepuk tempat sebelahnya supaya Arini mendekat.

"Kemari lah," titah Sean dengan pandangan yang tidak lepas dari Arini

Dengan gugup Arini mendekat dan duduk di samping Sean.

"Bukalah penutup tubuhmu, aku menginginkan kamu sekarang," ucap Sean

Bukannya melepas handuknya Arini malah memegang erat lilitan handuknya seolah tak mau melaksanakan perintah Sean

"Kamu mau ingkar janji? atau aku hubungi pihak rumah sakit sekarang supaya menelantarkan ibumu," ancam Sean

Seketika Arini menatapnya, dengan menggeleng dia berkata dengan lirih " Baiklah-baiklah tapi lakukan dengan pelan ya, aku masih belum pernah si unboxing alias masih segel, perawan ting-ting,"

Tangannya perlahan melepas lilitan handuknya, kini tubuh polos Arini terekspos sempurna, Sean yang sejatinya manusia normal sudah tergoda dengan tubuh polos di depannya.

Kini Sean juga melepas handuk kimono yang dipakainya, terlihat benda tumpul miliknya sudah berdiri sempurna, Arini yang belum pernah melihat benda seperti itu sebelumnya pun menutup matanya.

Tubuhnya bergetar dengan hebat kali ini dia benar-benar takut, Sean yang tidak peduli menyeret tubuh Arini sehingga kini dia berada di bawah kungkungan Sean.

Perlahan bibir Sean jatuh di bibir Arini sedangkan tangannya bermain di dada Arini.

Arini yang mendapat sentuhan dari Sean mulai menikmatinya.

Belum berpengalaman dalam hal seperti ini, membuat Arini kaku sekali bahkan Sean harus menggigit bibir bawah Arini supaya dia membuka mulutnya.

Puas melakukan foreplay, kini saatnya untuk memasukkan benda tumpulnya ke dalam sarang.

Arini mencengkeram sprei saat benda tumpul Sean menerobos masuk ke dalam sarang yang masih sempit sekali.

Aaaahhhhhhh

Desah Sean dengan keras, baru kali ini dia menikmati sarang yang begitu menggigit, Sean seperti orang kesetanan, dia mendesah dan mengerang kencang sekali berbeda dengan Arini yang hanya diam sambil menangis karena merasakan sakit di pangkal pahanya.

Lama bergelut namun Sean belum juga merasakan pelepasannya, dia terus saja berpacu untuk mengejar hasrat yang masih juga belum sampai

Satu jam sudah berlalu, dia semakin mempercepat lajunya sehingga kini dia mendapatkan pelepasannya.

Cairan hangat tumpah dengan banyak di dalam pangkal paha,

"Aku puas sekali," ucap Sean dengan nafas yang masih tersengal akibat pergulatan panasnya.

"Kita istirahat sebentar setelah itu kita main lagi," imbuh Sean

Arini membulatkan matanya, dia sungguh heran bagiamana bisa Sean menginginkannya lagi padahal baru saja dia sudah puas.

"Tuan besok lagi ya," tawar Arini

Sean tersenyum, "Bagaimana bisa kamu menolak keinginanku, ini adalah malam pertama kita seharusnya kamu melayani suamimu dengan tulus dan sungguh-sungguh," sahut Sean.

Arini melemas dan pasrah, menolak pun tidak akan bisa karena dia bukanlah istri sungguhan melainkan teman ranjang, yang hampir sama dengan wanita malam cuma bedanya adalah kalau wanita malam dia melayani banyak tamu sedangkan dirinya hanya Sean saja.

Sepuluh menit berlalu kini Sean naik ke atas Arini kembali, melanjutkan aktivitasnya.

Pergulatan mereka terjadi hingga waktu subuh, Arini sungguh dibuat lemah tak berdaya, ntah besok dia bisa berjalan pada tidak.

Arini yang begitu mungil digempur Sean yang begitu besar, karena lelah mereka berdua tidur dengan saling membelakangi

*********

Sean adalah pria blesteran Indo dan German, dia adalah bos di tempat kerja Arini, karena minimnya pendidikan Arini dia hanya sebagai OG (office girl) di kantornya

Sean berusia 27 tahun, dia lajang tapi Sean suka membawa wanita pulang ke rumahnya. Melihat status Sean yang seorang Presdir sehingga banyak wanita yang rela tidur dengan Sean.

Sebenarnya Sean memiliki seorang kekasih namun mereka jarang bertemu.

Sedangkan Arini wanita berusia 23 tahun, dia mendapat pekerjaan di kantor Sean berkat temanya yang bekerja di bagian yang sama.

Karena sakit ginjal ibunya, Arini memberanikan diri untuk meminjam uang pada Sean.

Awalnya dia takut karena Sean terkenal dengan Arogan, dingin, kejam dan juga seorang Casanova, Sebenarnya Sean iba mendengar cerita Arini perihal ibunya namun jiwa Casanova Sean mendorongnya untuk membuat Arini menjaminkan tubuhnya atas pinjamannya.

99 peraturan

Sayup-sayup Sean membuka matanya,

Ooouuuaahhh, Sean menguap

Bola matanya memutar melihat mahkluk kecil yang masih memejamkan mata di sampingnya.

Dia tersenyum " Servis nya lumayan juga, meski nggak berpengalaman dan kaku sekali tapi aku ingin selalu menikmatinya lagi dan lagi," gumam Sean

Sean mengambil ancang-ancang untuk memanjat tubuh Arini namun aksinya harus terganggu karena ponselnya berdering.

Dengan malas Sean meraih ponselnya di nakas

Nick memanggil, itulah tulisan yang berada di layar ponsel Sean

"Ada apa?" tanya Sean dingin dalam panggilan telponnya

"Saya di bawah bos, sudah satu jam menunggu," jawab Nick asisten Sean.

Tut Tut Tut

Panggilan berakhir.

Sean mematikan sambungan telponnya, "Baru menunggu satu jam belum sehari lihatlah bulan depan gaji mu aku pangkas separo," umpat Sean karena Nick telah mengganggu niatnya memanjat Arini.

Karena keinginan untuk memanjat sudah hilang, Sean beranjak bangun dan pergi ke kamar mandi.

Seusai mandi dia masih melihat Arini yang tidak bergeming sama sekali, Arini masih setia di posisinya semula.

"Kali ini aku maafkan namun lain kali tiada ampun," gumam Sean.

Dia memilih baju kerjanya lalu keluar kamar, Sean menuju meja makannya untuk sarapan.

Para koki dan pelayan sudah berdiri untuk melayani Sean makan.

"Di kamar ada temanku, nanti kalau dia bangun siapkan sarapan untuknya," kata Sean dengan datar dan dingin.

Kurang dari sepuluh menit Sean sudah selesai makan, dia melangkahkan kaki keluar baru beberapa langkah Sean membalikkan tubuhnya

"Untuk kamu kepala pelayan, belikan baju sepuluh sampai dua puluh potong baju plus baju dalamnya untuk teman wanitaku karena beberapa waktu ke depan dia akan tinggal di sini," pesan Sean lalu berjalan keluar.

Nick yang melihat Sean keluar dari rumah beranjak dari duduknya lalu membukakan pintu mobil,

"Potong gaji" ucap Sean lalu masuk mobil

Nick bingung, tiada angin tiada hujan tiba-tiba gajinya akan dipotong.

Nick segera masuk dalam mobil karena tidak ingin Sean menunggu lebih lama lagi yang berdampak pada gajinya bulan depan.

Mobil mulai berjalan,

Terjadilah obrolan antara Sean dan juga Nick

"Apa salah saya bos, sehingga Anda memotong gaji saya bulan depan?" tanya Nick

Sean mengarahkan pandangannya ke Nick,

"Karena kamu telah menggangguku, tidak kah kamu tau kalau semalam aku baru saja menikah," jawab Sean

Nick hanya terdiam,

"OMG, jangan-jangan aku menganggu acara panjat memanjat pinang mereka berdua," batin Nick

Baik Nick dan Sean saling diam, enam puluh menit kemudian mobil Sean memasuki pelataran kantor.

Di sisi lain, Arini sayup-sayup membuka matanya karena suara ketukan dari luar.

"Siapa sih yang mengganggu tidurku, ini kan masih subuh," kata Arini

Saat hendak menggerakkan kakinya, dia merasakan sakit di pangkal pahanya.

Aaaauuuwwww

Pekik Arini sambil memegangi bagian sensitifnya,

"Sakit sekali," gumam Arini

Otaknya berkelana, Arini baru ingat sekarang kalau semalaman digempur oleh Sean.

"Pantas saja bangun-bangun tubuhku sakit semua seperti digebukki orang sekampung," gerutu Arini.

Dia pun pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya, lagi-lagi dia bingung harus memakai baju apa karena tidak ada baju wanita.

Arini masuk dalam walk in closet Sean,

Mulut Arini terbuka lebar, ini pertama kalinya Arini melihat lemari Sean.

"Waooo dalam lemari ada lemari" gumam Arini takjub dengan jejeran baru, sepatu serta fashion lainya milik Sean.

Dia mengambil kemeja Sean,

"Tuan aku pinjam bajunya ya," kata Arini

"Iya ambil saja," ucapnya lagi seolah Sean yang berbicara

Arini tertawa sendiri, ngomong- ngomong sendiri dan dijawab sendiri.

Seusai memakai kemeja Sean, Arini keluar kamar karena perutnya sudah sangat perih.

Dengan menahan sakit di pangkal pahanya Arini berjalan menuju pintu, betapa kagetnya Arini saat membuka pintu ada pelayan yang berdiri di depan kamar Sean.

"Kalian kenapa berdiri disini?" tanya Arini

Dengan sopan pelayan tersebut menjawab

"Kami ingin memberikan baju-baju ini untuk nona,"

Dengan ragu Arini menerima baju dari pelayan tersebut

"Terima kasih," sahut Arini

Sebelum pamit pelayan bilang kalau sarapan Arini sudah siap.

Arini masuk kembali ke kamar Sean, dia membuka paper bag dan alangkah kagetnya Arini dalam paper bag nya berisi baju-baju elegan dan mewah.

"OMG, baju-baju ini pasti mahal," gumam Arini

Tidak mau hanyut dalam keterpukauannya Arini segera memakai satu baju dan meletakkan lainnya di sofa.

Dia juga mengganti sprei Sean karena ada bercak darah perawan miliknya setalah itu dia turun dan sarapan.

Pelayan dan koki menyiapkan sarapan Arini lalu mereka berdiri menunggui Arini makan.

"Bisakah kalian pergi, makan ku jadi tidak nyaman karena ada kalian disini," kata Arini dengan meletakkan garpu dan sendok nya.

"Mohon maaf nona, sudah aturan di rumah ini. Tolong kerja samanya jikalau tidak tuan Sean bisa memecat kami," sahut salah satu pelayan

Arini pasrah, dia baru tau kalau kehidupan orang kelas atas menyebalkan sekali.

Seusai sarapan, Arini berniat untuk mengunjungi ibunya di rumah sakit.

Tanpa bilang pelayan, Arini pergi begitu saja.

Hingga malam dia menunggui ibunda tercintanya.

"Ibu sebaiknya tidur, Arini harus pergi bekerja malam ini," kata Arini

"Kamu berkerja apa nak? kenapa malam baru berangkat?" tanya ibu

"Kerajaan Arini main shift ibu dan hari ini Arini kebagian shift malam," jawab Arini berbohong

Arini mencium punggung tangan ibunya, seorang suster ditunjuk untuk menjaga ibunda Arini saat malam hari. Beliau juga mendapatkan ruang inap eklusif dari Sean.

Saat berjalan di koridor ada seseorang yang memanggilnya

'Nona Arini"

Arini menghentikan langkahnya dan menatap orang yang memanggilnya.

Bola mata Arini menatap lekat pria yang ada di depannya.

Otaknya kini berkelana, mengingat-ingat siapa.

"Pak Nick" sapa Arini kaget pasalnya kenapa Nick datang ke rumah sakit.

"Saya disuruh menjemput anda," sahut Nick

"Ini saya mau ke rumahnya," timpal Arini tahu kalau pasti Sean yang menyuruh Nick untuk menjemputnya.

Arini mengekori Nick, dia hanya diam tidak berkata apa-apa bahkan saat di mobil Arini juga terdiam, dia memikirkan kesehatan ibundanya. Arini takut jika ibunya tau uang di dapat untuk mengobatinya adalah hasil menjual diri.

Tak terasa air mata Arini menetes, Nick yang melihatnya menjadi iba, sedikit banyak Nick tau kalau Arini hanya dijadikan Sean sebagai teman ranjangnya yang sewaktu-waktu akan di buang meskipun kini mereka telah menikah.

Tak selang lama mobil sudah masuk pelataran rumah Sean, dengan langkah malas Arini masuk dan naik ke atas.

"Pasti aku akan digempur lagi seperti kemarin," gumam Arini

Arini mengetuk pintu namun karena tidak dibukakan Arini mencoba membuka pintu sendiri.

Di dalam nampak Sean duduk di sofa sambil memegang sebuah berkas.

Rasa takut kini menguasai Arini, dia hanya mematung tanpa berani mendekat.

"Siapa yang menyuruhmu keluar rumah ini tanpa seizin ku!" seru Sean yang membuat Arini tersentak

Dia sungguh takut sekali, Sean bagaikan raksasa yang mengamuk.

Arini hanya terdiam, mulutnya seolah terkunci.

"Jawab!" teriak Sean dengan tatapan elangnya.

"Aku pergi ke rumah sakit untuk menjenguk ibuku," jawab Arini

Sean menghela nafas, berjalan mendekat dimana Arini mematung lalu menarik tangannya dan sedikit melemparnya ke tempat tidur.

Sean berbalik untuk mengambil sebuah berkas dan melemparnya di samping Arini.

"Baca dan pelajari, tiga puluh menit lagi aku kembali siapkan diri dan hapus air matamu karena aku paling benci wanita yang menangis," kata Sean lalu keluar kamar.

Arini menghapus air matanya, tangannya perlahan membuka satu persatu berkas yang diberikan oleh Sean.

Dalam berkas tersebut tertulis Sean akan menanggung semua biaya operasi tranplantasi ginjal, rawat inap, lap, obat dan biaya tambahan lainnya. Dan sebagai gantinya Arini selaku pihak kedua wajib menjadi teman ranjang pihak pertama sampai batas waktu yang di tentukan pihak pertama.

Arini melihat berjejer angka mulai dari satu sampai sembilan puluh sembilan, ini adalah aturan yang harus Arini taati.

"Ini bukan jadi teman tidur tapi lebih tepatnya budak," batin Arini.

Arini menitikkan air mata, tapi dia segera menghapusnya, dalam aturan Sean Arini dilarang menangis.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!