Alana membawa Imran seperti hewan kanguru. Ia menggendongnya didepan ketika ia berbelanja kebutuhan dirinya dan juga kebutuhan Imran
"Alana !! darimana kamu!!"
Suara Hanan menggema dari lantai dua. Ia menuruni tangga, seakan akan ingin menelan Alana mentah mentah
Alana terhenti dari langkahnya, dengan menenteng dua kretek ditangan kanan dan kirinya
"Apa apaan ini !!" Hanan berdiri menjulang memutari Alana yang masih mematung "Kamu berbelanja pribadi, tapi kamu membawa bayi yang masih merah. Dipakai nggak fikiranmu !!"
Seketika hati Alana tersayat ribuan pisau yang merajam rajam hatinya
"Sini in bayinya !!"
Hanan mengambil paksa Imran yang masih berumur tiga bulan ini dari gendongan Alana
Seketika itu Alana menjatuhkan belanjaannya dilantai
Brakk
Alana berlari menaiki tangga sambil menangis. Alana menjatuhkan tubuhnya diranjang dikamar Imran
Hari ini Alana keluar berbelanja membeli kepentingan untuk besok, dan juga belanja susu formula untuk Imran.
Mulai besok, Alana akan berangkat magang dirumah sakit sebagai perawat. Makanya hari ini, ia berbelanja kebutuhannya sekaligus kebutuhan Imran
Alana masih menangis, hatinya sakit.
🍭🍭🍭🍭🍭
Perkenalkan kembali, namaku Alana, usia 21 tahun lebih berbulan bulan. Aku adalah adik dari mendiang Aina Chawlah.
Aina adalah istri dari dokter Hanan, ibu dari Imran.
Imran adalah anak kandung mereka berdua, namun bayi malang tersebut belum sempat mendapatkan kasih sayang dari sang mama, karena Aina meninggal disaat Imran berusia seminggu.
Dari situlah Imran seperti anak bagiku. Meskipun aku tidak pernah melahirkannya, tapi aku ikhlas mengasuhnya sejak ia lahir kedunia
Alhanan Putra Zayn, duda muda berusia 29 tahun, profesi dokter kandungan yang bertugas dirumah sakit, dimana dulu papanya yaitu dokter Ilham bertugas disana
Hanan mempunyai saudara kembar yaitu Quadruple atau empat. Kedua saudaranya berprofesi sama sebagai dokter dirumah sakit yang sama. Ia bernama Fatih, dan Husayn. Sedang saudara satunya yaitu pengusaha roti, siapa lagi kalau bukan AlFarizi ( Istri untuk putraku )
🍭🍭🍭🍭🍭
Next
Tiba tiba Hanan dan kedua orangtua mereka datang kekamar tersebut
"Alana" Panggilan itu mengingatkan pada seseorang, yang memberikannya kehidupan didunia. Bahkan, yang selalu memberikan ia uang tiap hari tanpa Alana minta
"Mama.. " Alana bangun dari tengkurapnya, ia berdiri mengusap buliran airmata yang tadi sudah jatuh bebas dipipinya. Alana mendekati si mama, lalu segera memeluknya
"Kenapa kamu menangis. Kamu tidak malu dengan papa Ilham dan mama Sifa?"
Pertanyaan simama membuat Alana mengedarkan pandangannya pada dua orang yang disebutkan mamanya barusan
Alana tersenyum, mengurai pelukannya pada sang mama. Alana mengendikkan bahunya menyapa kedua mertua kakaknya Aina tersebut
"Maju sana, beri salam" Anti menyenggol bahu Alana, agar Alana mau maju menyapa Ilham dan Sifa
Alana maju mendekati mertua kakaknya tersebut. Sekali lagi, yang ia fokuskan pada Imran yang berada digendongan Ilham
"Eh eh eh sayaaang... Ikut grandpa ya? Grandpanya pinter ya jagain adek ya... Adek nggak nangis? " Tanya Alana sambil berdiri didepan Ilham
Alana lupa tidak bersalaman dengan kedua pasangan romantis ini, siapa lagi kalau bukan mama Sifa dan papa Ilham. Meskipun usia mereka sangat jauh seperti putri dan papanya, keromantisan selalu melekat pada mereka berdua
Imran tertawa "Eeerrrrrgghhh"
"Wah Imran berkokok" Alana kegirangan melihat Imran tertawa menyambutnya
"Hus, ngomongnya sembarangan. Memangnya dia ayam" Tegur Anti
Ilham dan Sifa hanya tersenyum
"Mau ikut tante?" Tangan Alana menjulur seakan ingin menggendongnya, tetapi hanya menggoda saja
Imran mewek karena Alana berbohong, tidak jadi menggendongnya
"Ih ih ih, lihatin ma, dia mbeb mbeb ingin nangis ma" Alana kegirangan sudah berhasil menggoda Imran
"Ya udah sana gendong. Jangan bikin nangis anakmu" Ucap Anti keceplosan
"Eh, boleh Imran kita bawa pulang ma? kita adopsi saja ma" Ucapnya sambil menggendong Imran kembali
Semua orang menatap Alana mlongoh
"Ngapain main adopsi jeng, maksud putriku jeng tau nggak?" Anti menyenggol lengan Sifa
Sifa berbisik "Sepertinya Alana hanya ingin putranya saja, tidak mau induknya" Sifa terkekeh sambil menutup mulutnya keceplosan
Ilham menabok pantat Sifa, Lalu tangannya bersedekap
"Ih papa, banyak orang ah malu"
Ilham menyenggol Sifa, agar Sifa memperhatikan calon mantu untuk putra dudanya
"Ih bau ecut.. Dedek pup ya? ih jorok. Ikut grandpa kok ngirim ya.. Huweeek" Goda Alana muntah. Padahal dialah yang menggantikan popok serta mengurus sekecil sampai kebutuhan lain yang menyangkut Imran
Alana mengambil plastik bekas untuk tempat popok kotor. Lalu dengan cekatan ia membawa imran masuk kekamar mandi, untuk dibersihkan
Alana keluar kembali dari kamar mandi bersama Imran dengan tersenyum lebar "Enakan ya" Alana merebahkan Imran dikasur. Ia buru buru mengambil diaper dan baju serta minyak telon untuk Imran
Tangan dan kaki Imran diangkat keatas semua
Tiba tiba
Tuuurrrrr
Imran pipis seperti air mancur yang membasahi baju dan wajah Alana, hingga sampai rambutnya "Yah ma" Alana turun dari ranjang. Ia berdiri. Rambut Alana terlihat basah kena cipratan air pipis Imran. Alana manabok pelan pantat Imran "Nggak boleh nakal"
Imran tertawa sampai berkokok seperti suara ayam yang berkokok tapi seret kurang minum
Semua orang tua menyaksikan tubuh krempeng Alana mengurusi bayi yang bobotnya mencapai 7 kilogram. Betapa jomplengnya, sekali dupak atau tendangan Imran, Alana bisa terjengkang jika tidak kuat
"Ya sudah sini sini, biar mama yang mengganti popoknya. Kamu mandi sana" Ucap Anti
Sementara, Sifa menyuruh Ilham dan para lelaki untuk keluar dan turun dari kamar ini, termasuk pak Anto "Sana pa, keluar semua. Kita itu masuk zona kamar perawan. Jadi keluar sana, ntar kami turun, setelah Imran beres"
-
Diruang tengah
Para pria sudah duduk disofa pilihan sesuka pantat mereka
Alana sudah wangi, termasuk Imran
Alana menggendong Imran
"Alana, duduk nak" Ucap Sifa mempersilakan Alana untuk duduk disamping Hanan
Alana sudah duduk disamping Hanan, dengan cueknya. Ia tetap sibuk memainkan tangan Imran kewajahnya tanpa menaruh curiga sedikitpun dengan keempat orang tua didepannya.
"Alana, Hanan. Kami para mama dan papa kalian, ingin kalian segera menikah. Resmikan hubungan kalian" Ucap Anti mamanya Alana
Alana tersentak reflek melepaskan tangan Imran yang menjambak rambut dan giwang panjang milik Alana tapi masih ringan
"Maksudnya apa???" Alana masih santai, tiba tiba "Addddaaaaaa sakiiiiitttt" Teriak Alana
Rambut Alana sudah digenggam tangan kiri Imran dengan kuat, sedang giwangnya sudah ditarik tangan kanan Imran dengan kuat pula
Hanan langsung sigap melepaskan tangan Imran yang sudah mengacak acak rupa Alana
Imran segera digendong Ilham. Karena dengan siapapun, Imran tak akan mau
Hanan memegang telinga Alana yang memerah
"Telingamu merah, kalau bawa anak kecil, pakai giwangnya jangan kepanjangan" Hanan melepas telinga Alana sambil ngedumel
"Hanan" Tegur Sifa
Hanan langsung menoleh, ia lupa pegang pegang Alana. Padahal mereka bukan muhrim
BERSAMBUNG.....
"Alana, boleh kami bertanya?" Ucap Anto papanya Alana, yang sudah lirik lirikan dengan para orang tua
"He emz" Alana sibuk dengan rambut yang acak acakan
Selagi Alana sibuk dengan rambutnya, Sifa sudah menawarkan diri dengan kode tangannya, seakan Sifa berkata "Saya saja yang bertanya" Yang diangguki oleh semua orang tua
Ilham menyenggol lengan Sifa, yang dipangkuan Ilham masih ada Imran "Ma, lihat rambutnya. Ulah cucumu tuh" Ilham menunjuk Alana dengan dagunya
Sifa menoleh pada Ilham "Cucuku cucu papa juga. Kalau dulu mama tidak dinikahin bapak bapak seperti papa, mana bisa mama ngeluarin empat bayi sekaligus"
Ilham melirik kebawah samping, karena Sifa terlalu pendek "Iya maafin papa, sudah sana benerin. Cowoknya rapih ceweknya kasihan acak acakan gitu"
Sifa berdiri setelah Ilham benar benar diam, dan mempersilakan Sifa untuk mendekati Alana
"Eh hem" Sifa duduk disamping Alana "Geser" Alana menoleh kesamping, lalu duduknya bergeser. Otomatis, Hanan dan Alana saling tempel "Alana, mama boleh tanya?" Sambungnya
Alana kembali menoleh kearah Sifa dengan serius
Sifa membenahi rambut panjang Alana terlebih dahulu, agar nampak cantik dan tidak rodal radil alias mawud alias acak acakan
"Tadi mama dengar, kamu ingin mengadopsi Imran. Betul ?" Tanya Sifa dengan hati hati sekali
"Memangnya boleh mama Sifa" Ucapnya bersemangat dan berbinar binar "Ma, berarti mulai malam ini, aku dan Imran balik kerumah ya ma?" Pertanyaan ini bukan untuk Sifa, melainkan untuk Anti mamanya
"Mama Sifa lagi bicara, dengarkan dulu"
Perkataan Anti membuat Alana mendengus kesal
Sifa merangkul Alana, agar Alana fokus mendengarkannya "Sekali lagi mama tanya. Apakah kau ingin Imran tinggal bersamamu?"
"He emz" Jawabnya sangat bersemangat
"Baik, tapi ada satu permintaan dari mama"
"Apa itu mama Sifa"
"Mama menginginkan, Alana tetap tinggal disini, bukan dirumah Alana"
Alana Melemah "Tapi, rumah Alana kan disana mama Sifa. Alana nggak mau tinggal disini lagi" Jawabnya jujur
"Kenapa?? "
Alana melirik Hanan "Eng, eng" Alana berdiri, dan berpindah duduk disofa single, jauh dari tempat Hanan duduk "Aku tidak mau tinggal serumah dengan kak Hanan" Alana langsung menunduk takut. Kaki Alana sudah saling tumpuk sampai warnanya pucat. Kedua tangannya juga saling bertautan dan sedikit meplek karena Alana masih horor melihat wajah Hanan
Hanan masih menatap Alana dengan tegas
Plok
Sifa menabok lengan Hanan. Sifa tau, Alana takut Hanan karena wajah garang Hanan. Padahal, sebenarnya keempat putra Sifa, tidak ada yang berwajah sangar. Namun, jika mereka serius, semuanya menakutkan. Seperti Hanan sekarang
"Wajahmu tidak usah sangar seperti itu. Pernah mama mengajarkan kalian seperti itu?" Bisik Sifa
Hanan masih diam, ia tidak mau menanggapi siapapun dulu. Tapi nanti, jika Hanan tidak kuat, ia ingin demo. Meskipun tak ada temannya
"Baiklah, karena kamu mendekati mama, mama juga ingin tanya sama kamu. Dan kamu harus jujur menjawab pertanyaan dari mama. Sanggup?" Kini giliran Anti yang bertanya
Alana belum menjawab. Ia garuk garuk kebingungan "Kenapa mama ikut ikutan bertanya. Mama bertanyanya nanti, kalau kita sudah dirumah"
"Rumah siapa?"
"Rumah kitalah"
"Yang ingin mengajakmu pulang siapa?"
"Maksud mama apa?"
"Mama tidak mau mengajakmu pulang. Karena kami semua, menginginkan kau tinggal bersama kak Hanan" Ucap Anti tegas
"Kenapa aku harus tinggal bersama kak Hanan, aku hanya adik iparnya saja. Dan sekarang, kak Aina sudah tiada. Aku sudah tidak ada hubungannya sama.." Dagu Alana menunjuk Hanan.
"Sama siapa, yang jelas !!?" Sekarang giliran Hanan yang bertanya, karena kesal dengan Alana
"Jawab saja sendiri. Kenapa tanya tanya"
"Alana... " Tegur Anti
"Ma, kirain mama kesini untuk menjemput kami. Kenapa malah sebaliknya, aku yang disuruh tinggal disini" Alana mulai protes
"Menjemput siapa maksud kamu. Ngomong itu yang jelas!!"
"Hanan..." Tegur Sifa
Alana berdiri "Menjemput aku dan Imran anakku"
"Apa kamu bilang. Imran anakmu!? Kapan kamu melahirkan ?! kapan kamu membikinnya hah??!" Hanan mulai tersulut emosinya
"Eh eh, kenapa kalian jadinya bertengkar" Sifa ikut berdiri untuk melerai mereka berdua
"Baik, aku memang tidak merasa membikin, aku juga tidak merasa melahirkan..."
Oeeeekk
Semua orang menoleh pada sumber suara
Alana dan Hanan maju mendekati Imran yang masih dipangkuan Ilham
"Stop!!! ini anakku" Tangan Alana menyetop dada Hanan
"Hei gadis tengil. Kapan kamu hamil, dan kapan kamu melahirkan kapan??! " Hanan tambah berteriak
Oeeeekk
Tangan mereka berdua sudah menjulur ingin menggendong Imran
Imran terdiam kebingungan
"Ikut tante yuk"
"Ikut daddy yuk"
Imran ternyata mau digendong Hanan, karena Alana kalah cepat
Alana bersedekap dengan kesal "Daddy model apa!! popok, susu formula, nggak mikirin. Aku aja bisa ngaku ngaku"
Semua orang tua senyum senyum campur pusing. Antara ingin tertawa atas pengakuan Alana, dan ingin menyentil Hanan karena Hanan kebangetan
Hanan mendekati Alana "Hei, Imran disekap kamu terus. Mana aku tau kebutuhannya"
"Kalau begitu, ngapain kakak jadi daddy. Gugur tau nggak " Alana ngotot
Ooeeekkk ooeekkk
"Itu haus. Bisa nggak ngasih mimi. Kalau nggak bisa, kebangetan. Daddy model apaan. Masalah kecil saja nggak bisa" Ejek Alana, dan Alana kebelakang untuk menyeduh susu formula untuk Imran
"Alana.. " Anti berteriak sambil geleng geleng
Alana datang sambil ngocok ngocok susu yang ada didalam botol dot, lalu memberinya pada Hanan
"Nih"
Alana kembali bersedekap sambil melirik Hanan yang sedang memberi susu pada imran
"Kita adopsi aja ma. Percuma kaku gitu, nggak bakal mau! " Alana kembali mengejek
"Kamu memang kebangetan Hanan, Hanan" Ilham mengusap wajahnya dengan kasar
"Diem nggak!" Hanan menyepak kaki Alana
Alana menghindar "Nggak !!!"
"Alana... " Kembali Anti berteriak
-
Karena tidak ada titik temu untuk mereka berdua damai. Anti dengan tegas "Jeng, sesuai kesepakatan kita, seminggu lagi, kita harus menikahkan mereka"
"APA !!!!" Hanan dan Alana Berteriak
Elllaaaaakkk
Saking kagetnya si Imran, akhirnya nangisnya berubah histeris
Imran nangis kejer
"Sini in" Alana merebut Imran dari tangan Hanan, lalu naik kelantai dua
Alana lupa dengan etika, dia tidak pamit karena Imran nangis kejer
Semua orang geleng geleng kepala. Bukan membenci Alana, melainkan pada Hanan yang keterlaluan
"Hanan, benar yang dikatakan Alana?? " Ucap Ilham
"Maafkan aku pa, aku memang tidak pernah memberikan uang kepada Alana"
"Kenapa kau tega begitu. Dia kan masih kuliah, seharusnya, kamu itu peka. Baby sitter aja bayarannya mahal. Betul Alana kalau begitu. Imran saja bisa memilih. Ia lebih nyaman ikut Alana ketimbang ikut daddynya yang tidak punya rasa tanggung jawab"
"Pa"
"Seminggu lagi kalian harus menikah" Ucap Sifa tegas
"Menikah!! dengan Alana ma??? ya Allah. Rumah tanggaku akan jadi apa ma"
"Jadi damai" Ucap Sifa tenang
"Dia seperti anak kecil ma, aku nggak cocok"
"Lalu, kamu cocoknya sama siapa? nenek nenek?? sana cari nenek nenek"
BERSAMBUNG.....
Sesuai kesepakatan, Alana diboyong pulang kerumah untuk dipingit. Tentunya bersama Imran
Meskipun kenyataannya mereka tidak saling suka, tapi kedua keluarga lebih baik menjauhi zina daripada mendekati
Artinya, takut mereka berbuat melampaui batas jika mereka sering keluar masuk kamar Alana plus Imran.
-
Alana girang sekali melihat kamarnya kembali
"Emmuah aku rindu padamu, aku kangen padamu" Alana menciumi kasur yang sudah ada imran disana
Imran berkokok saking girangnya ada yang menggodanya
Imran menyusu dengan botol dotnya sambil tiduran. Tidak lupa Alana juga sudah terkantuk kantuk. Setelah Imran tertidur, Alana juga ikut tidur, mempersiapkan tenaga untuk besok
-
Anti masuk kekamar Alana
Terlihat disana, Alana sudah meringkuk memeluk Imran.
Sebenarnya Anti merasa kasihan dengan Alana. Alana gadis belia, yang masa depannya masih panjang.
Tapi dirinya juga kasihan pada cucunya. Jika Imran mendapatkan ibu sambung yang tidak nyambung, apa tidak kasihan dengan cucunya.
Terlebih, Hanan adalah pria yang baik. dari bibit bebet bobot, Hanan tidak tercela sama sekali
Sekali lagi, Anti egois. Ia memotret Alana tidur memeluk Imran, lalu ia kirimkan kenomor Sifa
-
Sementara ditempat lain
"Liatin pa, cucu kita" Foto tersebut sudah ditunjukkan pada Ilham. Tak lupa foto tersebut ia kirim ke nomor Hanan
Ditempat Hanan
Hanan kesunyian tidak ada anak, istri apalagi. Tiba tiba ia mendapatkan pesan gambar dari mamanya
"Ya Allah... Daddy kangen banget sama kamu sayang" Hanan terus memandangi foto putranya "Kenapa kau pilih wanita petakilan seperti Alana. Kenapa daddymu tidak boleh memilih wanita lain. Kenapa harus Alana"
Kembali Hanan memperhatikan cara tidur putranya yang dipeluk oleh Alana
Hanan sedikit melirik Alana yang terlihat capek, wajah kinclong karena minyak berlebih.
Bibir Hanan melengkung "Apa jadinya keluargaku, bila kami disatukan, padahal kami berantem terus tak ada damai"
Hanan mengedit foto tersebut, agar foto Alana dicut, agar yang terlihat hanya foto putranya
"Lha, gini. Diliatin kan lebih fres"
-
Pagi harinya
Alana berlari dilorong rumah sakit, menuju dimana para calon perawat berkumpul diruang Akasia
Plok
"Olivia" Teriak Alana
"Sttt" Jawab Olivia agar Alana jangan brisik
"Eh hem, kenapa itu belakang !!"
"Suara itu pernah aku dengar perasaan" Gumam Alana
"Stttt diam" Olivia menendang kaki Alana. Agar Alana diam
"Yang berangkat terlambat, nanti ikut keruang operasi !!"
"Operasi??" Spontan Alana berucap agak keras
"Ya. Dan yang lain, tunggu diruang mawar. Dan kamu, maju"
"Kak Hanan.." Lirihnya
Alana maju mendekati Hanan "Siapa namamu??!" Tanya Hanan pura pura tak tau
Alana melirik tanpa menjawab
"Sudah tau kenapa tanya" Gumamnya ,tapi masih didengar oleh Hanan
"Sekali lagi, siapa namamu?!"
"Alana dok"
"Bagus kamu ikut saya"
Alana mengikuti Hanan, menuju keruang operasi "Pakai baju oka mu"
Alana mengikuti arahan dari Hanan
"Kak, kenapa hanya Aku yang disuruh masuk keruang operasi. Kenapa yang lain tidak "
"Tuh ada, masuk"
Alana masuk mengikuti Jaman "Kakak, boleh aku memotretnya ?"
"Iya. Tapi ingat, kau jangan menyalahi aturan"
"Hm"
Selagi mereka siap siap, Alana mengambil gambar, seperti pisau beda, gunting. Tapi dasar Alana cerobo Kelambu saja diambil gambarnya
"Eh hem, ngapain?"
Alana mendongak sambil tersenyum
"Sudah, jangan senyum senyum. Ayo maju seperti temannya"
"Iya.."
Alana maju, Hananpun maju siap untuk membedah ibu yang akan melahirkan caesar
Alat alat seperti pisau, gunting sudah siap dimeja samping kiri Hanan
Ahli anestesi, dokter anak, bidan senior, dan dirinya, siap bertempur
Pisau bedah dan Bistari nomor 10 sudah ditangan Hanan. Karena pembedahan mulai dilakukan
Darah segar mulai keluar dari kulit sang ibu yang akan melahirkan secara caesar. Alana masih tegar
"Gunting mayo" Ucap Hanan sambil tangan menengadah
Alana mengambilkan. Padahal Hanan biasa mengambilnya sendiri. Tapi kali ini, ia ingin menguji kecerdasan otak anak buahnya ini yang sedang magang
"Gunting matzenaum" Hanan meletakkan gunting mayo, namun meminta gunting yang ia sebutkan tadi
Pengangkatan bayi segera dilakukan
Ooooeeeek
Bayi sudah ditangani dokter anak
"Gunting kasa" Hananpun meletakkan gunting yang sebelumnya
"Pinset anatomis" Hanan meletakkan gunting kasa, tapi tangan menengadah minta pinset yang ia sebutkan barusan
"Pinset sirurgis"
"Pinset ring"
"Pinset alligator" sampai terakhir ia sebutkan, ternyata anak ini cerdas
Hanan mundur, karena tugasnya sudah selesai. Proses penjahitan kulit pada perut ibu, sudah langsung ditangani setelah tugas Hanan selesai
Hanan melepas atribut yaitu sarung tangan dan lain lain. Setelah berbalik, anak magang satunya sudah tidak ada ditempat
"Kemana anak itu" Hanan keluar dari ruang operasi. Baru kaki melangkah, ia tersandung seseorang yang terduduk lemas dengan wajah pucatnya dibalik dinding pembatas diruangan tersebut
Hanan menunduk kebawah ,kepalanya miring agar jelas perempuan yang terlihat menahan ingin muntah siapa
"Kau"
Alana sudah pucat
"Ngapain duduk disini ayo bangun"
Alana terlihat lemah dan pucat
"Ayo keruanganku"
Hanan berjalan dengan langkah lebar, diikuti Alana yang berlari kecil
Hanan membuka ruangannya
Huweeeeekkkk
"Sana sana sana" Hanan menunjuk toilet yang ada didalam ruangannya
Hanan duduk dikursi kebesarannya, tapi kursinya dibelokkan agar menghadap ketoilet
Hanan bermain jari dipegangan kursi, seperti mengetuk ngetuk ikut tegang, takut terjadi apa apa dengan adik iparnya
Tak berapa lama, Alana keluar sedikit merayap ditembok
Hanan mengerutkan dahinya hingga alis tebalnya nyambung
"Minum" Hanan menyodorkan air minum hangat kepunyaannya
Alana menyambutnya, lalu meminumnya
"Tissue" Hanan menyodorkan tissue untuk mengelap sedikit air yang masih terlihat diwajah Alana
"Kakak kepalaku pusing"
"Kenapa bisa pusing, kamu masuk angin?"
Alana menggeleng "Aku tidak sanggup melihat darah segar yang mengalir bebas dari perut si ibu"
"Loh, jurusanmu kan kebidanan. Kalau kelak kamu membantu melahirkan pasien bagaimana ?"
Alana menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya yang masih terlihat pucat
"Nggak tau"
"Kok nggak tau. Nggak tau kok masuk jurusan ini, heran"
"Itu karena papa"
"Kok papa??" Hanan bingung
"Papa yang menginginkan jurusan ini. biar nyambung dengan jurusan kak Aina. Padahal aku tidak suka"
"Aneh, yang menuntut ilmu kan kamu bukan papa. Aku nggak percaya kau pasti mengarang"
"Terserah kakak, pokoknya aku pusing" Lagi lagi Alana pegangan kepala, seperti berat kepalanya itu berton ton beratnya
"Ya sudah, sana istirahat didalam kamar"
"Aku" Tunjuknya pada dirinya sambil berbinar
"Iya, emangnya ada orang lain"
"Ah baiklah, aku tidak mau masuk keruang operasi lagi untuk hari ini"
Alana berlari menuju kamar yang ada diruangan Hanan
Brakk
Alana membanting badannya,
Tanpa melepas sepatu, Alana tertidur
-
Tok tok tok
Suara pintu sudah diketuk oleh para perawat yang akan mengikuti Hanan untuk melakukan visit
"Masuk !"
"Dokter sudah siap ?" Ucap perawat yang biasa mengikuti Hanan
"Ya, saya sudah siap. Tunggulah didepan"
Hanan menutup pintu kamar yang ada Alana didalam. Lalu ia keluar untuk melakukan visit kepada seluruh pasiennya
BERSAMBUNG....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!