Malam ini begitu ramai di aula kerajaan Galuh kencana, hiruk pikuk para tamu undangan, Semua pejabat istana tampak hadir di acara ulang tahun kerajaan.
Namun tanpa di sadari para pejabat dan Maha raja Kindar Buana, bahwa bahaya sedang mengintai nyawa orang orang yang ada di Istana malam itu.
Pasukan Partai Iblis Penguasa Langit sedang mengepung istana, di bawah komando Pangeran Iblis Merah, Putra Maha Raja Iblis Merah dari Kerajaan Awan Hitam.
Panglima Kerajaan Sesepuh rambut putih, telah menyiapkan pengamanan yang cukup ketat, namun musuh yang akan mereka hadapi bukanlah manusia biasa, pasukan iblis yang hendak menjajah bumi, banyak sekte dan perguruan silat besar telah mereka hancurkan.
Kini incaran pangeran Iblis Merah, adalah Kerajaan Galuh Kencana, yang terkenal makmur dan banyak tokoh tokoh silat golongan putih yang tinggal di wilayah Kerajaan Galuh Kencana ini.
Tampak Pangeran Manggala Surya Kencana, yang baru berumur tiga tahun, bermain dengan para dayang dan Permaisuri Ratu Primata Trisna.
Malam yang belum begitu larut, Pangeran Manggala Tiba-tiba berhenti bermain, ia diam di dekat Ibundanya, ia seperti merasakan akan datang bahaya besar yang akan menghancurkan Kerajaan, dan memisahkannya, dari kedua orang tuanya.
Tiba tiba suara pertarungan di gerbang Istana. Tampak Pangeran Iblis Merah, beserta pasukannya telah menghabisi semua prajurit penjaga gerbang, mayat mayat para prajurit bergelimpangan.
Sesepuh Rambut Putih membawa sekitar lima puluh orang prajurit pilihan ke gebang istana, mereka pun terlibat pertarungan dengan pasukan Iblis Merah.
"Serang.....!" perintah Sesepuh Rambut Putih.
"Heaaa....!" para prajurit menyerang pasukan Iblis Merah, Namun mereka bukan lah tandingan pasukan Pangeran Iblis Merah.
"Aaaa......!"
Para prajurit Galuh Kencana di buat tidak berdaya, mereka harus meregang nyawa, di hajar pasukan Pangeran Iblis Merah.
Panglima Kerajaan Sesepuh rambut putih, terpaksa turun tangan.
"Heaaa....!"
Sesepuh Rambut Putih, melompat ke arah pasukan Iblis Merah, dengan Jurus mematikan ia berhasil menghajar beberapa prajurit Iblis Merah.
"Aaa....!"
Pukulan telak Sesepuh rambut putih mengenal tubuh Iblis Merah yang menghadangnya, kelebat gerakan Sesepuh Rambut Putih bergerak sangat cepat, sehingga dalam beberapa gerakan sekitar sepuluh orang pasukan Iblis Merah, terlempar dan meregang nyawa.
Salah seorang bawahan Pangeran Iblis Merah, merangsek maju, pertarungan sengit pun terjadi, Sesepuh rambut putih pun tidak lama di buat kewalahan, punggawa kerajaan Awan Hitam itu begitu hebat, sehingga Sesepuh Rambut Putih terpaksa melompat mundur menjauh, dan melarikan diri ke dalam istana.
"Baginda maafkan Hamba..! Musuh kita terlalu kuat, sebaiknya Baginda menyelamatkan diri...!" sembah Sesepuh rambut putih, ia tampak sudah terluka dalam, akibat pertarungannya dengan punggawal kerajaan Awan Hitam tadi.
Belum sempat Baginda Raja melarikan diri, pasukan Iblis Hitam telah berhasil melewati semua prajurit Galuh Kencana yang menghalangi mereka.
Semua orang yang mereka temui di bantai, pertempuran sengit pun terjadi di dalam istana.
"Dinda, selamatkan Manggala..! Bawa dia lari ke hutan..! Cepat...!" perintah Maha raja Kindar Buana, sambil bertarung dengan pasukan Iblis Merah, yang semakin banyak memasuki istana.
Permaisuri pun tanpa banyak tanya, langsung membawa Putranya melarikan diri melalui jalan rahasia, namun karna prajurit Kerajaan Awan Hitam terlalu banyak, ada yang berhasil mengikuti mereka.
Prajurit yang mengawal Permaisuri habis di bantai prajurit Iblis Merah, Permaisuri terpaksa bertarung menghadapi prajurit Iblis Merah, namun ia pun terluka parah, walaupun berhasil menang.
Dengan sisa tenaga Permaisuri membawa lari sang putra, dengan ilmu peringan tubuh dan lari cepat yang ia miliki, ia berhasil mencapai tujuannya, yaitu hutan.
Pangeran Manggala kecil menangis melihat ibundanya, yang sudah tertatih tatih, namun masih memaksakan diri menggendong sang putra.
"Bunda.... a... a..! Turunkan Manggala, Bunda..! Bunda sudah lelah..!" tangis sang pangeran Manggala sambil mengusap darah di wajah Permaisuri.
"Manggala...! Kau cepat sembunyi nak..! Biar bunda yang mengalihkan perhatian mereka...!" kata Permaisuri terengah-engah.
"Tapi Bunda...!" jawab Pangeran Manggala sambil menangis.
"Jangan banyak tanya lagi, anakku cepat selamatkan dirimu..! Manggala pintarkan...!" bujuk sang Permaisuri, sambil mencium kening sang putra, untuk terakhir kalinya, ia pun bangkit dan berkelebat pergi, Manggala berlari ke dalam hutan dengan menutup mulutnya, agar tangisannya tidak terdengar.
Hanya air mata sang Pangeran yang tetap mengalir. Sementara Permaisuri lari sejauh mungkin, karna di ikuti para prajurit Awan Hitam.
Permaisuri Primata Trisna terpojok di tepi jurang, ia terpaksa melawan dengan sebilah pedang prajurit di tangannya, namun musuh terlalu banyak, ia pun terluka parah dan terjatuh ke Dalam jurang.
Bersambung...
Jangan lupa tinggalkan jejak ya teman-teman.
Terima kasih banyak
Jangan lupa baca yang ini juga ya teman-teman.
Kita tinggalkan Permaisuri Primata Trisna, yang jatuh ke jurang, kita kembali pada Pangeran Manggala kecil yang melarikan diri ke dalam hutan.
Manggala kecil berlari tanpa melihat ke belakang, berkali kali ia jatuh ke tanah, namun bocah itu tetap bangkit dan berlari lagi, kegelapan malam membuatnya tidak bisa melihat apa apa, ia pun terperosok ke dalam tebing yang curam.
Tubuh kecil itu mengelinding jatuh ke dalam curam nya tebing, ia pun jatuh pingsan.
######################
Pagi di Lembah Lima Dewa, tampak Pendekar Jiwa Abadi sedang mencari kayu bakar, di hutan di bawah tebing, ia terkejut saat melihat ada seorang bocah kecil berpakaian bangsawan terbaring pingsan di bawah tebing.
Pendekar Jiwa Abadi lansung membawa tubuh sang bocah ke pondok kediaman Lima Pendekar Dewa bersaudara.
"Siapa yang kau bawa itu Kak Lam Peng..?" tanya Pendekar Raga Dewa, alias Lam Ting.
"Aku juga tak tahu? Aku menemukannya, pingsan di bawah tebing," Jawab Pendekar Jiwa Abadi.
Tiga orang Pendekar lainnya juga menghampiri, mereka berdecak kagum, melihat tulang Manggala kecil begitu sempurna, untuk jadi seorang Pendekar.
Pendekar Dewa Pedang Naga Emas, dan Pendekar Tongkat Dewa, Pendekar Elang Dewa, sibuk melihat tubuh Manggala, dan mereka berebut mau menjadikan Manggala, sebagai murid.
"Sudah! Sudah jangan berebut, kita obati dia dulu, setelah dia siuman, biar dia sendiri yang memutuskan, akan jadi murid siapa?" tegas Pendekar Jiwa Abadi, sebagai Kakak tertua, dari Lima Pendekar Dewa tanpa tanding.
"Baik Kak..!" Jawab ke empat Pendekar menyatakan setuju pendapat sang Kakak.
Pendekar Jiwa Abadi, mengobati Manggala kecil, ia memberikan pil khusus penguat raga, hasil penemuannya.
Tidak lama kemudian Pangeran Manggala siuman pingsannya, ia lansung duduk, sambil memanggil bunda nya.
"Bunda...! Bunda..! Primata...! Bunda di mana Bunda?" tangis bocah tiga tahun itu pecah, tanpa mempedulikan lima Pendekar Dewa tanpa tanding di dekatnya.
"Sit... sh.... bocah pintar, diam ya!" bujuk Pendekar Jiwa Abadi, wajah Kakek enam puluh tahunan itu, tersenyum ke arah Manggala.
Manggala diam, memandang ke arah Pendekar Jiwa Abadi, ia memandang sekeliling, pandangan terhenti ketika melihat Pedang Naga Emas milik Pendekar Dewa, Pedang Naga Emas.
"Itu pedang siapa Kek.?" tanya Manggala pada pendekar Jiwa Abadi.
"He he he..! Itu pedang Kakek cu..!" jawab Pendekar Dewa, Pedang Naga Emas.
"Kakek, Kakek ini Siapa?" tanya Manggala, kebingungan.
"Kami Lima Pendekar Dewa Cu..!" Jawab Pendekar Jiwa Abadi, sambil menggosok gosok punggung Manggala Surya Kencana.
"Jadi kalian Pendekar Legenda itu?" kata Manggala.
"Iya cu, sekarang pilih lah di antara kami yang akan jadi gurumu?" tanya Pendekar Jiwa Abadi.
"Jadi Manggala mau di jadikan murid..?" tanya bocah itu lagi.
"Iya..! Kau boleh memilih salah satu dari kami..!" Jawab Pendekar Tongkat Dewa alias Lam Ting.
"Kalau Manggala pilih semua Kakek jadi guru Manggala boleh?" ujar Manggala.
"Jadi Cucu ini Pangeran Manggala dari Kerajaan Galuh Kencana, apa yang terjadi cu..? tanya Pendekar Jiwa Abadi, atu Lam Peng.
"Kerajaan dan Ayahanda di serang tadi malam kek..!" Jawab Manggala, ia tampak bersedih, air mata bocah itu perlahan mengalir.
"Kerajaan sebesar dan sedamai Galuh Kencana, bisa di serang, Apa ini berhubungan dengan Kerajaan Awan Hitam, atas langit..!" kata Pendekar Jiwa Abadi pada adik adiknya.
"Entah lah Kak Lam Peng, Tampaknya, Ramalan peramal Sinting, jadi kenyataan, Raja Iblis Merah mau menguasai Dunia..!" Jawab Pendekar Raga Dewa.
"Ya.. Kak Lam Ting, Saya bersama Pendekar Tongkat Dewa, akan Pergi melihat ke Kerajaan Galuh Kencana..!"
"Baik lah Adik berdua, jangan terlibat pertarungan, lihat dan kembali lah ke Lembah Lima Dewa..!"
"Baik, Kak..! Jawab Pendekar Dewa, Pedang Naga Emas. dan Pendekar Tongkat Dewa berbarengan, kedua Pendekar tua itu, mengambil senjata mereka, dan berkelebat pergi secepat kilat.
Bersambung...
Sementara Pendekar Dewa Pedang Naga Emas, dan Pendekar Tongkat Dewa pergi ke Kerajaan Galuh Kencana, Manggala masih bersama Pendekar Jiwa Abadi, dan dua Pendekar lainnya.
"Jadi Manggala mau jadi murid kami semua...!?" tanya Pendekar Raga Dewa, pada Manggala.
"Kalau boleh Kek..!" Jawab Manggala, mantap.
"Boleh, boleh, mulai hari ini, Manggala akan tinggal di Lembah Lima Dewa. Dan berlatih di sini, dan tidak boleh cengeng...!" kata Pendekar Jiwa Abadi alias Lam Peng.
"Baik Kek, Manggala akan belajar dengan tekun, seperti pesan Bunda Primata...!" ucap Manggala.
"Ya sudah, apa Manggala lapar?" tanya Pendekar Elang Dewa.
"Lapar Kek," Jawab Manggala Surya Kencana.
"Ayo, kita makan, kakek punya ikan bakar..!" kata Pendekar Elang Dewa.
Sementara itu Dua Pendekar Dewa yang pergi ke Kerajaan Galuh Kencana, telah sampai di istana.
Pendekar Tongkat Dewa, dan Pendekar Dewa Pedang Naga Emas, menyelinap di atas pepohonan di sekitar istana, mereka melompat dari pohon ke pohon.
Namun yang tampak hanya mayat prajurit Galuh Kencana yang tewas bergelimpangan, suasana istana itu sepi, bagai kuburan.
Kedua pendekar Legenda itu akhirnya melompat turun, dan berjalan memasuki istana, mereka memakai topeng takut ada yang melihat mereka.
Begitu terkejutnya kedua Pendekar itu, begitu memasuki istana, tampak di dalam istana, mayat para prajurit dan para pejabat istana bergelimpangan, mereka berdua berjalan dengan menutup hidung, karna bau amis darah yang menyengat.
Mereka berusaha mencari keberadaan Raja Kindar Buana, namun mereka hanya menemui mayat para prajurit yang bergelimpangan.
Seisi istana itu habis di bantai, tak ada satu pun yang masih hidup, Patih Sesepuh rambut putih pun telah menjadi mayat, dengan sebuah pedang tertancap tepat di jantungnya.
"Kurang ajar..! Kejam orang-orang Kerajaan Awan Hitam itu...," guman Pendekar Dewa Pedang Naga Emas.
"Ya..! Kak.. tidak seorang pun yang mereka biarkan hidup, tapi di mana Baginda Raja Kindar Buana.. aku tidak melihat mayatnya..!"kata Pendekar Tongkat Dewa.
"Entahlah Wang Shie, Aku pun tidak melihat mayat Baginda Raja Kindar Buana, sebaiknya kita tinggalkan tempat ini, jangan-jangan prajurit Kerajaan Awan Hitam Atas Langit masih ada di sekitar sini" kata Pendekar Dewa Pedang Naga Emas, selesai bicara dengan secepat kilat ia melesat meninggalkan Istana Galuh Kencana, di Susul Pendekar Tongkat Dewa.
*****
Hari-hari berganti hari sang pangeran malang itu kini tinggal di Lembah Lima Dewa. Manggala dengan begitu giat belajar olah kanuragan dari lima pendekar dewa. Begitu pesat kemajuan Manggala dalam mempelajari semua ilmu kanuragan yang di berikan oleh kelima gurunya. Kelima Pendekar Dewa tidak pernah mampu memiliki kesaktian satu sama lainnya. Namun kini semua kesaktian mereka bisa ditampung oleh pangeran kecil itu.
Tentu saja hal itu adalah hal yang sangat mengembirakan bagi lima pendekar kakak beradik itu. Mereka akhirnya bisa punya penerus kesaktian dan kepandaian mereka.
Singkat Cerita sepuluh tahun sudah Manggala tinggal di Lembah Lima Dewa, ia tumbuh menjadi seorang remaja yang bertubuh tegap, ia pun telah menguasai separuh ilmu kedikjayaan Lima Pendekar Dewa.
Hari hari Manggala di laluinya dengan berlatih, para Pendekar Dewa, bergiliran melatihnya, ilmu kesaktian yang mereka punya sedikit demi sedikit berpindah kepada sang murid, Manggala.
Mereka merawat dan melatih Manggala, dengan kasih sayang seorang kakek, sehingga Manggala tidak merasa bosan berlatih dan berlatih.
Ilmu Kedikjayaan Pendekar Jiwa Abadi, yang terkenal sulit di kuasai, kini telah separuh di kuasainya.
Jurus Jurus pedang tingkat tinggi, milik Pendekar Dewa Pedang Naga Emas pun telah lebih separuh ia kuasai, dan di didapatkannya.
Ilmu Raga Dewa, milik Pendekar Raga Dewa, telah Manggala kuasainya dengan baik.
'Ilmu Elang Dewa'. Pendekar Elang Dewa, telah di kuasai Manggala hingga tingkat dua belas, tenaga dalam Manggala telah mencapai tingkat level, tujuh puluh, Manggala telah mencapai tingkat ilmu jiwa tingkat lima, kepandainya, telah mencapai tingkat pendekar pilih tanding.
Pedang Naga Emas milik Pendekar Dewa Pedang Naga Emas, kini telah di serahkan pada Manggala, Pedang Pusaka Naga dari Kayangan itu telah memilih pemuda remaja itu.
Pendekar Jiwa Abadi sangat puas dengan perkembangan Manggala, ia dan ke empat adiknya bertekad menjadikan Manggala, sebagai pendekar tanpa tanding.
Dengan bertambahnya umur mereka, meraka semakin menaruh harapan besar pada Manggala.
Ilmu Kedikjayaan yang mereka miliki, kini punya penerus.
Pagi itu Manggala sedang bersemedi di dalam goa di bawah jurang, Pendekar Jiwa Abadi lansung menemui Manggala, ia mencoba menyerang Manggala dengan 'ilmu Dewa pemisah Raga'.
Ia memasuki alam bawah sadar Manggala, Pertarungan dua jiwa pun terjadi, jiwa Pendekar Jiwa Abadi, dan jiwa Manggala bertarung sengit, sampai Manggala terdesak, dan kembali ke dalam tubuhnya.
"Ha ha ha.....! Cucuku, perkembanganmu selama sepuluh tahun ini, di luar dugaan Kakek! Kau begitu cepat menguasai ilmu, yang telah kami berikan.. kau hampir siap menjadi pendekar yang sakti mandraguna...!" Ujar Pendekar Jiwa Abadi, begitu jiwanya kembali ke dalam tubuhnya.
Manggala hanya tersenyum, sambil bangkit dari duduk nya, dan berjalan menemui PendekarJiwa Abadi, yang tidak jauh darinya.
"Terimakasih banyak Kek, semua ini berkat bimbingan dan Ajaran dari Kakek kakek Dewa..!" Jawab Manggala.
"Ha ha ha...! Cucuku, semua itu berkat tubuh mu yang begitu sempurna, jiwamu begitu kuat, ragamu begitu tegap, dan otaknya yang sangat pintar, sehingga dalam sepuluh tahun ini, kau hampir menguasai ilmu kesaktian kami berlima..!" Ujar Pendekar Jiwa Abadi, sambil merangkul tubuh tegap Manggala.
"Sudahlah mari kita kembali ke pondok, kita istirahat, kita lanjutkan esok hari, Ke empat Kakekmu telah menunggu kita untuk makan..!" Ujar Pendekar Jiwa Abadi, ia merangkul bahu Manggala.
Manggala hanya mengangguk, ia tampak begitu senang. Mereka pun meninggalkan goa itu, dan kembali ke pondok.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!