NovelToon NovelToon

Bukan Cinta Biasa

Awal Jumpa

Tina menyeka keringatnya yang bercucuran, ia baru saja melayani banyak pelanggan ikan segar majikannya. Walau ia perempuan, ia cukup terampil membelah ikan kalau pelanggan minta potongan ikan besar. Atau ada yang minta ikannya langsung beres, dengan mudah gadis itu melakukannya. Maklum sudah hampir setahun ia

bekerja dipasar tradisional Rawamangun, Jakarta Timur.

Apa yang bisa dilakukan oleh seorang gadis yang hanya lulusan sekolah tingkat awal dikota besar ini selain hanya bekerja kasar? Syukurlah ia dapat kerja dipasar, kalau mau jadi Artis ngak mungkin juga. Ia tak cukup punya kecantikan dan keunikan, apalagi talenta untuk itu.

Gimana dek, laris? " tanya bang Ujang pemilik lapak ikan.

" Sukur deh bang..Hari ini kayaknya bakal ludes kaya kemarin. Dewa keberuntungan sepertinya

berpihak pada kita Minggu ini. " kata Tina riang.

" Syukurlah...Cepat habis cepat pulang. Nanti bang Ujang kasih bonus buat mejeng malam Minggu. " kata Sang Bos yang merupakan orang perantau itu

juga.

" Mejeng sama siapa, orang ngak ada yang suka sama Tina. " kata Tina tersenyum malu.

" Makanya mejeng bareng kawan perempuan, siapa tahu ntar ketemu yang kecantol.

Dari mana datangnya lintah

Dari Banda turunke padi

Darimana datangnya Cintah

Ya dari mata turun kehati. Ci...He...

Ujang menyampaikan pantunnya dengan bernyanyi sambil bergoyang konyol, tak lupa mata dikedap - kedipkan. Tak ayal membuat semua yang kebetulan sedang berbelanja disekitar mereka terkikik melihat tingkah pria setengah baya itu.

Tina juga tak tahan menawan tawanya.

" Udah...udah...Jualan dulu, ntar keasikan nonton Abang, orang jadi lupa beli. Ikannya masih ada nih." kata Tina mengingatkan Ujang.

" Ya deh...lanjutkan! " katanya menirukan kampanye presiden waktu itu.

Abang pergi cari makanan dulu, yang rajin jualannya. Ingat! bonus mejeng malam Minggu! " teriaknya sebelum beranjak.

" Ikan segar! ikan segar!...buruan buk, teh , neng, tinggal dikit lagi, habis ntar ngak ada lagi. " kata Tina berteriak.

Setengah jam Kemudian , ikan - ikan habis terjual.

Tina meregangkan tubuhnya, sembari menunggu bang Ujang tiba. Ia termenung mengenang nasipnya, dikampung susah, sudah dikotapun tetap susah. Ia dengan konyolnya mencium ketiaknya yang tentu saja bau keringat bercampur

Anyir ikan.

" Ih...siapa juga yang Sudi berkencan dengan perempuan sebau ini. " katanya mengempeskan hidungnya.

" Makanya, ntar lagi pulang, mandi lima kali, gosok gigi, gosok semua. Kalau dah wangi baru mejeng, kalau kayak gini memang ngak ada yang mau kencan, bang Ujang aja yang sudah baranak lima ogah. " kata Ujang mengejutkan Tina.

" Abang! Datang- datang ngagetin. protes Tina terkejut.

" Makanya, masih muda jangan suka melamun, ntar kemasukan hantu pasar baru tau. Mana pake jilat ketek lagi. Jorok tau! " kata bang Ujang yang membuat Tina pengen menabok bos reseknya itu.

" Mana ada begitu,bang Ujang buat malu aja, kalau bukan suami orang , udah kutabok Abang sampe pingsan." kata Tina memasang wajah marah.

" Udah...ngak usah ngambek, apalagi marah, ni gaji sama bonusnya. " kata Ujang setelah menghitung penghasilan kali ini.

Mata Tina langsung berbinar.

" Makasih Ajo Ujang yang baik dan tertampan sepasar Rawamangun. " Katanya riang sembari menyimpan uang yang diberikan pemilik lapak.

" Yang namanya perempuan, biar itu dari suku apa, bentuk model apa, tetap aja matanya akan hidup kalau sudah ketemu yang Empat segi. " kata Ujang

Kamudian.

" Yang namanya orang hidup, matanya tetap hiduplah Ajo. " Balas Tina.

" Kalau ngak ada uang, mata wanita kurang nyalang. Intinya sebagian besar yang namanya cewek itu matre! " kata Ujang langsung ke inti.

" Ngak urus, mau matre mau ngak, pokoknya ngak ada uang, langkah mandek. " kata Tina tak mau kalah.

" Iya - iya..Sekarang sudah ada uang, sekarang pulang sana, cabut. Mandi yang lama, biar ntar malam wangi. " kata Ujang mengingatkan. Cepat cari jodoh, biar ngak jadi perempuan tukang ikan lagi. " kata Ujang.

" Emang bang Ujang dah siap cari karyawan baru, kalau aku dah dapat Cowok keren, kaya yang akan membawaku keluar dari pasar ini. " kata Tina berbalik.

" Pergi sana! Cari sana! kalau udah dapat bang Ujang ikut senang. Soal lapak ikan, itu urusan belakangan. Yang penting disitu laku dulu. Baru ngomong. " kata Ujang mengibaskan tangannya.

Tina beranjak dengan senyum dikulum.

" Apa yang kukatakan barusan? Emang ada yang keren, kaya yang mau sama aku? " tanyanya bicara sendiri. Kemudian ia menggelengkan kepalanya.

" Jangan mimpi Tina...Kau cuma gadis biasa yang

cuma bisa jualan ikan saja. Sedang jualan yang lain, Tina mungkin tak mampu, apalagi kerja di Supermarket jadi SPG. Ia yang pendek, takkan bisa diterima, walau umpamanya ia tamat SMU.

Kadang ia Iri pada temannya Bute, yang tinggi putih, tamat SMA, pulang kerja gadis itu wangi, maklum ia kerja dipasar Modern.

Karna keasikan melamun, tak sadar, kaki Tina tersandung batu. Tak urung, kakinya yang hanya beralaskan sandar jepit, terluka. Induk kakinya berdarah.

Tina meringis sakit.

" Aduh...Makanya kalau mimpi jangan disiang bolong. " katanya memperingatkan diri setelah mengikat ibu jari kakinya dengan menyobek ujung lengan bajunya. Lalu Tina melanjutkan pulang menuju tempat kos- kosannya.

Setibanya di kos, Bute teman sekamarnya menyambutnya.

" Ntar malam kita jalan ya, kebetulan aku dapat jadwal of malam Minggu, ngak biasanya dapat, ini pantas dirayain. Aku baru gajian, ntar aku yang traktir. " kata Bute yang membuat Tina hampir tak percaya.

" Serius nih, ngajak aku? " tanya Tina masih kurang percaya.

" Iya lah aku ajakin kamu, masak ajakin dinding, kan

cuma kita berdua, sama lemari butut,kasur santai tipis yang ada disini. " kata Bute masih dengan nada ketusnya.

" Kok bisa ya kebetulan sekali idenya Lo sama bang Ujang kompakan gitu." tanya Tina lagi.

" Ya udah mandi sana, berendam setengah hari, biar ngak bau ikan, ntar malam biar wangi, ogah gue jalan sana cewek bau ikan. " kata Bute seraya memencet hidungnya, kalau bukan karna sekampung, dan pacaran dengan abangnya Tina, ogah juga Bute jalan sama Tina.

Tapi demi nama cinta, Bute bela- belain nahan nafas, tiap kebetulan ketemu dikos pas Tina pulang kerja. Dari pada cewek itu harus berbagi kamar dengan abangnya , seperti saat pertama Tina tiba di Jakarta setahun yang lalu.

Malam itu, mereka jalan ke salah satu clup malam

dikawasan JT.

" Apa ngak salah kita mejeng ketempat beginian? " tanya Tina ragu- ragu saat akan masuk.

" Sit...jangan brisik dan norak, nanti ketahuan kita orang baru. Ayo langsung goyang aja, ikuti gue. " kata Bute berbisik. Tinapun langsung begerak mengikuti musik, menirukan calon kakak iparnya.

" Aduh...Sakit...Tina meringis, sembari menunduk memeriksa kakinya yang tadi luka terinjak seseorang yang tampaknya berjalan sempoyongan.

" Maaf... " kata lelaki itu juga menunduk. Muka mereka begitu dekat. Dengan sigap pria itu memeriksa luka Tina yang hanya dibalut kain.

" Ceroboh sekali kau perempuan! " masa luka begini cuma dibalut kain buruk. Pria itu membuang

kain pembalutnya, sekalian mencopot sandal Tina.

Tina malu mendapat tatapan cemooh pria itu.

Sedetik berikutnya tubuh kecil Tina melayang, pria itu ternyata menggendongnya. Membawanya keluar dari Clup malam itu.

Ia membawa Tina kesebuah ruangan yang cukup indah. Ada kamar tidur empuk juga. Pria itu membaringkannya disana. Entah ruang apa yang mewah ini? tanya Tina dalam hati, membandingkan kamar kosnya yang hanya beralas kasur santai.

" Diam disini sebentar, biar kujemput kotak P3 K nya." Kata pria itu kemudian.

Tina hanya mengangguk, ia seperti sedang dialam mimpi. " Siapa gerangan pria tampan, tinggi, manis dan keren ini? " tanya batin Tina.

Bersambung...

Ini dia yang baru...Jangan lupa kasih dukungan yang banyak ya say..

Terhipnotis Cinta

Ditempat tidur empuk itu, Tina memejamkan matanya, sambil menunggu pria itu, ia berkhayal.

" Apa mungkin ada harapan untukku mengganti status dari tukang ikan jadi seorang istri lelaki manis itu. " kata hati Tina. Ia sampai melupakan kaki sakitnya.

Tina terbangun, merasakan perih dikakinya, saat pria itu membersihkan lukanya dengan Alkohol.

" Aduh...pedih..." kata Tina merengek manja.

" Tenanglah sebentar, biar kubalut. " kata Pria itu,

Ia kemudian membalut kaki Tina dengan hati- hati.

Tina hanya memejamkan matanya, menikmati kenyamanan perawatan yang dilakukan pria itu.

Setelah semua selesai, pria itu kemudian menyentuh lembut muka Tina. Menatapi mata Tina dengan tatapan yang lembut. Tina merasakan tatapan itu menusuk tembus kejantung hatinya,

Bagai terhipnotis cinta. Tina terpana dan enggan melepas tatapan yang bagi Tina penuh kehangatan itu.

" Bangunlah...aku akan mengantarmu pulang. " kata pria itu, terasa bagai nyanyian Dealovanya once. Tina hanya minum sedikit tadi. Tapi rasanya sekarang ia mabuk.

Tiba memejamkan matanya beberapa detik, berharap kesadarannya akan pulih.

Hening sejenak, tak ada suara pria itu lagi.

Kala Tina membuka matanya lagi, ternyata Wajah manis itu masih terpampang didepan mata.

Tina merasa dirinya sedikit tertantang, Ia

menatap lekat wajah didepannya. Entah segaja atau tidak, Tina mengalungkan tangannya ditengkuk pria jangkung berwajah Indonesia original itu.

" Boleh aku disini buat malam ini? tak akan ada yang mencariku. Tah mengapa tiba- tiba aku ingin sekali berduaan dengan Anda. " kata Tina berbisik ditelinga pria itu.

Perasaan Tina campur aduk." Apa yang barusan kukatakan? sudah gilakah aku? "

Tanya batinnya. Rasanya ia sangat sulit untuk

mengelak apalagi beranjak dari sepasang

mata dengan tatapan lembut namun menembus

jantung itu.

" Aku sedang patah hati nona , aku juga habis minum. Jangan memancingku, nanti kau menyesal. " kata pria itu.

Bukannya takut, Tina malah mendekatkan bibirnya ke bibir pria itu. Mengendus- enduskan hidung pendeknya. " Kamu mungkin bau minuman, tapi tak seberapa. " kata Tina memainkan jambang pria itu. Tatapan mereka beradu sekali lagi, lalu pria itu menjatuhkan tubuh tingginya diatas tubuh mungil Tina.

" Apa begini maumu nona? " tanya pria itu mengungkung Tina.

Dada Tina berdegup tak menentu, ada rasa takut, tapi rasa penasaran lebih besar. Tina kembali memainkan jabang pria itu. Karna merasa Tina menggodanya, lalu pria itu mulai mencumbui Tina.

Secara naluriah, perempuan muda itu membalas kecupan dan belaiannya. " mungkin memang inilah yang diinginkannya, mantan kekasihku Sri juga kecewa karna aku tak memberikannya." kata batin pria itu mengenang kepahitan hubungannya dengan kekasihnya yang putus beberapa bulan yang lalu.

Pria itu terus menjelajahi seluruh sisi tubuh perempuan berusia 26 Tahun yang ada dalam pelukannya. " Ya dari wajahnya wanita ini sudah seperempat abad. " kira batin Pria itu.Kalau soal

mengira biasanya, ahli bangunan ini jarang meleset.

Tina tak menolak, ia malah mengerang, membuat pria itu makin garang. Sambil membayangkan wajah Sri sang mantan kekasih, tanpa sadar pria itu telah jauh. Rintihan manja Tina membuat dirinya akhirnya tak menyadari, kalau ia sudah jauh

kedalamnya. Jalannya mulus, bebas hambatan, sempat terfikir sedetik, kemudian ia tak peduli lagi.

Mereka terus berpacu, hingga sampai digaris final.

Nampaknya kedua Ridder itu sama- sama sampai ketanjakan tertinggi tujuan mereka. Kemudian mereka tersenyum, lalu sang pria berbaring lemah disisinya. Rasa kantuk menyerangnya, Sedetik kemudian terdengar dengkuran halus lelaki itu.

Tina mperhatikannya beberapa saat sebelum iapun

masuk ke alam mimpi terindahnya.

Pagi hari, ketika cahaya mentari sudah memasuki kamar yang sangat mewah menurut pandangan Tina. Tina membuka matanya. Ia terkejut bukan kepalang. " Aduh...aku bakal terlambat menjual

ikan. " katanya. Ia membuka matanya lebar- lebar, untuk memfokuskan netranya, menyapu pandangan keseluruh sisi ruangan.

Dipandanginya kesisi kanan tidurnya, sudah kosong." Kemanakah dia? Apa dia meninggalkanku

begitu saja setelah menikmati diriku? Tina kembali berbicara sendiri. Ah cuek aja. Toh aku juga yang merayunya kata Tina kemudian. Entah mengapa

minuman setengah teguk itu saja telah mambuatku jadi gila.

Setelah merasa sedikit Rileks, ia mengutip pakaiannya. Kala ia merapikan tempat tidur,ia menemukan selembar kertas bertuliskan tangan

pria itu.

Saat kau bangun, aku sudah sampai ditempat kerja. Aku bukan seorang CEO besar yang mungkin

kamu bayangkan. Aku hanya seorang pengusaha bangunan yang masih merangkak dikota besar ini.

Tapi tenanglah, aku pria yang bertanggung jawab.

Aku memberikan uang ini, bukan maksud apapun, hanya agar kau bisa pulang dengan taksi, dan sekedar untuk sarapan pagi. Ini Apartemenku. Datanglah kalau kau masih membutuhkanku. Atau kalau tidak tolong tuliskan Alamat tempat tinggalmu. Agar aku yang mencarimu.

Tenanglah...Aku adalah pria yang bertanggung jawab.Jika kau menginginkanku, aku dengan senang hati bertanggung jawab. Tapi bersiaplah menjalani kehidupan yang mungkin banyak membuatmu menyesal dikemudian hari.

Dari Yang mulai menyayangimu.

Arkam Nicole.

.

" Lumayan aneh tapi manis tulisannya." fikir Tina menilai. Ia kemudian tersenyum. " Baiklah...kita lihat saja nanti, kehidupan seperti apa yang akan kau beri padaku bang Arkam. " Kata Tina kemudian, ia mulai menulis alamatnya dibagian kertas yang masih kosong.

Mulai hari ini aku akan belajar menulis lagi, menuliskan kisah baru hidupku diruang kosong yang masih tersisa. " kata Tina masih bicara sendiri, secercah harapan baru

terbayang dibenaknya.

Dengan bermodalkan uang yang diberikan Arkam

Nicole, Tina mulai melenggang pulang. Seperti kata bang Ujang. Kalau bertemu dengan yang Empat segi, apalagi lumayan banyak, mata wanita pasti nyalang. Langkahpun akan melenggang,

jalan kedepan nampak terbentang.

Sebagaimana perintah tuan barunya, Tina naik taksi menuju kos- kosannya. " Baiklah...Aku akan bayar kos bulan depan, biar ngak terlalu pusing mikirin jualan buat bayar kos. " kata hatinya membuat keputusan.

Tina menghentikan taksi didepan gang menuju kosnya. Lalu ia mencari sarapan pagi. Ia melebihkan satu untuk Bute, kalau gadis itu sudah pergi kerja, ia akan memakannya nanti, karna ia merasa selera makannya tiba- tiba naik dipagi ini.

" Baiklah tuan Arkam, kutunggu kehidupan macam apa yang akan kau berikan padaku. Kunanti kejutan berikutnya darimu. Aku siap menjalani kehidupan yang bahkan akan membuatku menyesal. Ya , pria perkasa sepertimu telah menantang ku, aku makin penasaran." Tina terus berbicara dihatinya, sembari mengenang kegilaan yang sudah ia lakukan.

Hari ini Tina sampai dipasar, setelah ikan- ikan bang Ujang hampir habis terjual.

" Maaf bang...Aku sangat terlambat sekali.

Maaf sekali lagi, sulit sekali aku terbangun dipagi ini. " kata Tina begitu sampai. Saat ia ingin melayani pembeli, bang Ujang menepis tangannya.

" Beristirahatlah dirumah, penampilanmu hari ini menunjukkan kau tak siap untuk jualan.

Lagian ikan kita sudah mau habis.

Sekarangpun kau begitu wangi, sayang diayir- anyirin. Pulanglah...aku senang melihatmu senang,

besok datang lagi, kalau Tina siap jual ikan lagi.

" kata bang Ujang tenang.

" Abang tak marahkan? " tanya Tina memastikan.

" Apa kau melihat ada wajah singa dimukaku ini? " tanya Ujang menatap Tina dengan seksama.

Tinapun menggeleng, karna ia tak pandai membalas candaan Bosnya itu.

Bersambung...

Kejutan Yang Menggilakan

Sepuluh tahun sudah menjalani hidup berumah tangga. Berbagai rintangan dan masalah telah dilewati bersama. Sang suami memperlakukannya dengan istimewa. Ia tak pernah mendengar suara keras suaminya ditelinganya. Walau kadang sikap Tina berlebihan, karna merasa diatas angin, ia tak pernah menasehatinya dengan cara yang keras, apalah lagi kasar.

Ia tak pernah mengungkit kekelurangan Tina, tidak juga mempertanyakan masa lalunya.Tina juga sudah melahirkan Anak- anak lelaki untuknya. Bagi Tina semuanya sudah cukup. Ia merasa suaminya sudah menjadi miliknya sendiri seutuhnya, bahkan

untuk selamanya. Namun apa yang terjadi kemudian?

Betapa bumi bagai terbalah terasa oleh perempuan itu, saat dua orang tamu tak diundang datang kerumahnya. Menyampaikan berita yang tidak mau ia dengar seumur hidupnya.

" Suamimu menjalin hubungan Istimewa dengan

perempuan yang ada disamping rumah kami. " kata

yang perempuan yang mengaku bernama Rina. Sedang suaminya tertunduk- tunduk seperti orang sinting, menemani istrinya mengantar berita yang merusak telinga Tina itu.

Tina terdiam sejenak, mencerna maksud dari perkataan wanita itu. Setelah mengambil nafas, Tina pun berkata.

" Tak mungkin nona... Suamiku pria yang setia, ia juga sangat mencintaiku dan anak- anak kami.

" Kata Tina mencoba menyangkal perkataan perempuan itu.

Lalu suami sinting perempuan itu ikut bicara. " kalau kau tidak percaya, tanyakan langsung pada suamimu, lakukan sesuatu sebelum semuanya terlambat. Kau tahu siapa perempuan itu Nona , kau tak ada apanya dibanding dia, Ia cantik dan pintar, ia juga masih kerabat dekat suamimu. Kalau kau terlambat bertindak, maka perempuan itu akan menguasai hati suamimu sepenuhnya. " kata lelaki itu lebih tajam meruncing ketimbang istrinya.

Sedetik kemudian, kedua suami istri durjana itu pergi, setelah meninggalkan no Hpnya untuk Tina.

Tina yang kalut termakan hasutan kedua orang itu.

Ia menyimpan nomor kedua orang itu. Ia hendak berkonsfirasi dengan mereka untuk mengintai perempuan itu.

Tina resah menunggu suaminya pulang menonton Bola ,katanya. Ia hendak marah dan mengamuk padanya. Dadanya terasa mau meledak menahan sakit dan perih, bagaimana bisa dalam keadaan sakit habis mengalami kecelakaan kecil ia malah dikejutkan oleh kabar yang Menggilakan ini.

Sudah seminggu ini suaminya merawatnya dengan

telaten, memasak untuknya dan anak- anak sebelum dan sepulang kerja. Memandikannya dan

mengurus semua keperluannya.

Walau banyak hal yang berbeda dari suaminya belakangan ini, tapi kalau soal sikap suami siaganya masih seperti biasa, ia masih saja memanjakannya seperti dulu, apalagi kalau Tina sedang kurang sehat.

Ia terus berfikir, bagaimana mematahkan hati Arkam untuk membuatnya sadar, kalau Tina adalah

yang yang terbaik untuknya. Saat Tina bermenung, kakak iparnya datang dari sebelah rumahnya.

Dengan tak sabar ia memburunya dengan berbagai

pertanyaan, begitu sikakak ipar menjatuhkan duduknya dilantai.

" Apa kakak sudah dengar kabar tentang perselingkuhan suamiku? " tanyanya langsung tanpa basa- basi.

" Dari mana kau dapat berita itu? " Tanya Yani berpura terkejut.

" Barusan tamu yang berdua datang khusus mengirimkan kabar buruk ini. " kata Tina mulai terisak. Hu...hu...Mana mungkin Abang berbuat begitu, padahal selama ini kau tahu, Abang begitu menyayangiku." katanya dibalik Isak tangisnya.

Anak - anak tercengang , melihat ibunya tiba- tiba menangis sambil mengadu pada tantenya.

Yani memeluk Tina, mengusap puncuk kepala

berambut tipis itu. Kemudian ia berkata" tenanglah Tina, kita akan membuat mereka segera bercerai,

lihat saja, aku akan membantumu untuk melakukan penyerangan pada iparku yang tak tahu diri itu. Kau tenanglah, Ayo kusembunyikan kau dirumahku, agar begitu suamimu pulang, ia akan kehilangan dan menyesal telah mempermainkan perasaanmu.

Tina tercengang dengan pernyataan kakak iparnya, dari perkataannya, ia tahu benar dengan perempuan yang sudah merebut suaminya, bahkan

ia juga tak sengaja mengatakan pernikahan mereka. Tina ingin bicara lagi, tapi lidahnya kelu,

merasa dapat dukungan dari Yani, iapun mengikuti langkahnya dengan tertatih- tatih membawa kaki sakitnya, bertongkat meninggalkan rumah, sakit dikaki tak lagi begitu terasa, kalah dengan sakit dihatinya.

Satu jam kemudian, terdengar kendaraan suaminya memasuki pekarangan samping. Tina menahan nafas, berbagai dugaan menguasai batinnya.

" Tidurlah..." bisik Yani ditelinganya.

" Siapa yang bisa memejamkan mata dengan suasana hati seperti ini? " batinnya bicara.

Hp nya berbunyi berkali - kali. Panggilan dari

Ayahnya Alfi. Ia tak begitu kuat bertahan mengabaikannya, ia kemudian menyentuhnya juga

untuk menerima panggilan itu.

" Dimana Tina adik sekarang? mengapa meninggalkan rumah dan anak- anak tanpa izin suami? " tanyanya mengintimidasi.

" Aku takkan mengatakan dimana aku, aku juga takkan kembali, sebelum kau selesaikan hubunganmu dengan perempuan itu! " Katanya mengancam suaminya.

" Terserah padamu, kalau kau tak pulang dalam lima menit, aku takkan pernah lagi menghubungimu, mulai detik ini, Hp ini akan kuhancurkan. " kata suami mengancam balik.

Kemudian ia tak bicara lagi, terakhir terdengar bunyi benda dijatuhkan, lalu hening.

Tina tak bisa tenang, ia kemudian mencoba berdiri.

" Kau mau kemana? " tanya Yani singkat.

" Dia sudah pulang, aku akan kembali kerumah, aku

akan berbicara dengannya. " jawab Tina seraya mengambil tongkatnya kembali.

" Aku takkan mengalah begitu saja kak, aku takkan

membiarkan perempuan itu menghancurkan rumah tanggaku dengan mudah, aku akan kembali kerumah, akan kuambil suamiku agar menjadi milikku seorang lagi. " kata Tina dengan muka merah.

Dibawah cahaya lampu wajah itu semakin kentara bak terbakar api menyala. Andai ia punya sayap, pasti malam ini juga ia sudah terbang kerumah perempuan itu, mencekiknya, menggigitnya bagai vampir menghisap darah perempuan yang sudah berani mengusik rumah tangganya. Tapi jangankan

sayap, mengendarai motor saja Tina tak pandai,

ia memang naif, tak ada yang bisa ia lakukan selama ini selain menggelendot manja dekat suaminya.

Ia balik kerumah dengan amarah dan tongkatnya.

Rasanya sakit kaki itu benar- benar terlupakan oleh Tina. Ia berjalan menghentak bagai hendak menghancurkan bumi.

Sampai dirumah ia langsung ingin mencakar suaminya.

" Sampai hati Abang berselingkuh dariku, setelah sekian lama kita bersama, setelah aku begitu percaya pada Abang. Siapa perempuan binal itu yang sudah berani mau merebut suamiku? " teriak Tina dengan muka singa yang siap menerkam.

Arkam menariknya, membuatnya terjatuh dipangkuannya.

Duduk tenanglah..Biar kita bicara baik- baik. " katanya seraya merapikan rambut Tina.

" Bagaimana aku bisa baik, kalau kau sudah menghianatiku. " kata Tina masih berapi.

" Siapa yang menyampaikan berita ini pada Adik? " tanya Arkam Nicole santai. Seperti semua tak ada masalah. Membuat Tina tak percaya dengan ekspresi suaminya. Tina kemudian diam sejenak

untuk memeriksa perkara ini.

" Dengarlah Tina, wahai ibu dari anak- anakku, sudah menjadi kelemahanmu sedari dulu, mudah dihasud oleh orang. Janganlah membuat keputusan hanya berdasarkan hasutan orang. " kata Arkam sambil menatap mata merah Tina.

" Apa benar kata kedua suami istri itu? Kau berselingkuh dengan tetangganya yang merupakan kerabatmu itu ? " Tanya Tina.

" Aku tak pernah selingkuh Tina, aku menikahinya baik- baik, walau nikah kami tidak secara negara, tapi kami sudah Syah menurut Syariat. Sekarang

Abang punya kau dan Dia. Dia juga sudah jadi tanggung jawab Abang, karna Abang sudah menikahinya. " Jelas sang suami yang membuat

kepala perempuan itu mau meledak.

" Mau tidak mau ini sudah terjadi. Jangan pernah menyalahkannya, karna ia tak pernah mencariku, apalagi merayuku, aku yang datang untuk mencintainya.

Kenyataannya sekarang Abang menyayangi kalian berdua, takkan bisa memilih satu diantaranya, karna takkan sanggup menyakiti yang satu untuk yang satu. " kata Arkam membuat

mulut Tina melongo. Ingin ia mencakar mulut santai pria yang sudah menikahinya sepuluh tahun yang lalu itu, tapi bagaimana ia melakukannya, hatinya terikat dengan pria itu.

Bersambung...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!