NovelToon NovelToon

Perebut Suamiku

PS Chapter 1

➡➡➡

Tingkat kebahagiaanku tergantung dari kedalaman cinta yang suamiku tanamkan untukku.

➡➡➡

Kenalin, aku Himalaya Gilsya. Biasa di panggil Sasya.

Pekerjaan? Aku seorang Ibu Rumah Tangga. Keseharian? Memasak dan melakukan berbagai peran sesuai kebutuhan, aku bisa menjadi seorang ibu yang baik untuk anakku, bisa menjadi istri yang baik untuk suamiku, bisa menjadi seorang asisten rumah tangga, menjadi pengasuh, bisa menjadi penyanyi dadakkan di depan anakku dan hampir semua pekerjaan ibu rumah tangga aku bisa melakukannya seorang diri.

Ingat ya.. SE-ORA-NG DI-RI.

Kenapa? Sebenarnya tidak ada alasan khusus, ini hanya kesepakatan kecil antara aku dan suamiku saat kami pertama kali menjalin hubungan untuk tidak menggunakan jasa babysister ataupun ART jika kami menikah nanti.

Meskipun itu hanyalah sekedar gurauan yang terlontar dari bibir anak kemarin sore, tapi aku menanggapi ini dengan sangat serius.

Bukan tanpa alasan, semua karena saat aku masih muda dulu, aku selalu merasa hebat dan menganggap diriku bisa melakukan semuanya tanpa bantuan orang lain, tapi siapa sangka? Jika ternyata pekerjaan seorang Ibu rumah tangga tidak semudah yang aku pikirkan.

Bahkan sangat sulit dan juga sangat melelahkan. Aku tidak tahu pastinya, tapi karena aku terlalu sombong aku berusaha untuk tidak mengeluh kepada suamiku. Dan inilah hasilnya.. aku tidak bisa lagi mengurus diriku sendiri meski itu hanya sekedar memanjakan diri di salon atau tempat spa.

Wajah? Ku akui wajahku lumayan, masih di atas standar jika aku memakai make up. Tapi mana sempat aku merias wajah? Mau makan saja harus menunggu waktu agar anakku tidur terlebih dahulu atau piringnya bisa di hempas cantik oleh putri kecilku.

Tapi itu bukan masalah, karena putriku adalah prioritas utama. Bahkan aku selalu menganggap jika putriku adalah Ratu penguasa di rumah ini.

Malam ini begitu putri kecilku tidur, aku segera mengemas pakaian juga segala hal yang suamiku butuhkan untuk perjalanan dinasnya di luar kota selama tiga hari.

Aku menyiapkan beberapa kemeja dan jas, pakaian santai, juga dokumen yang suami butuhkan.

Aku berusaha untuk menjadi istri yang siaga dan tahu dengan kemauan suamiku tanpa harus bertanya.

Suamiku, Adnan Pradipta adalah seorang GM di sebuah perusahaan Garmen terkemuka di Jakarta, dan itu pula yang membuat Adnan sibuk sepanjang hari. Tapi no problem.

Adnan bekerja untuk menafkahiku dan putri kami. Jadi aku hanya bisa mendoakan yang terbaik untuknya. Berharap Adnan selalu sehat dan semakin menyayangi kami lagi dan lagi, juga selalu setia dengan ketulusan cinta yang telah kami semai sejak bertahun tahun yang lalu.

"Sayang," suara Adnan di sertai dengan pelukan hangat dari belakang cukup membuatku terkejut, namun di detik berikutnya aku kembali seperti biasa.

Perasaan ini adalah perasaan yang selalu sama di setiap detiknya. Perasaan rindu.. perasaan sayang.. serta perasaan takut kehilangan satu sama lain di antara kami berdua.

CINTA?? Terdengar konyol memang, tapi itulah kenyataannya..

Aku segera berbalik dan mendapati wajah Adnan hanya berjarak sekitar lima inci dari wajahku. Aku bahkan bisa merasakan hembusan nafas berat Adnan.

"Hm??"Ucapku seraya melingkarkan tangan pada leher Adnan.

Berpisah selama tiga hari sebenarnya bukanlah waktu yang lama, tapi karena kami terbiasa selalu bersama, maka itu membuat waktu tiga hari di pastikan akan berjalan sangat lambat untuk kami.

Aku memandangi suamiku lekat. Merperhatikan Adnan tanpa bisa berpaling. Bagaimana mungkin aku bisa berpaling jika Adnan saja sudah lebih dari indah?

Muda, tampan, kaya, bertanggung jawab, dan di segani adalah sifat yang selalu melekat erat pada Adnan, dan aku juga sangat menyukai itu, di tambah Adnan selalu menyayangi dan mencintaiku tanpa syarat.

"Kirani sudah tidur, apa kamu masih akan sibuk sepanjang waktu sampai lupa dengan suamimu sendiri?"

Aku tersenyum mendengar rengekan kecil Adnan, "memangnya apa yang akan kita laku..." belum selesai aku mengucapkan kalimatku, Adnan sudah membawaku dalam menggendongannya dan meletakkan ku dengan lembut di atas ranjang.

Adnan berbaring di sebelahku, "mungkin kita bisa melakukan sesuatu dan menghabiskan malam tanpa tidur?"

Ada banyak hal yang akan kami lakukan untuk menghabiskan malam, salah satunya adalah untuk melepaskan kerinduan yang selama tiga hari ke depan hanya bisa di tafsirkan.

Keesokan harinya.

Sarapan pagi selalu siap pada pukul tujuh di setiap harinya. Kirania Blinda, putri kecil kami makan sendiri dengan lahap dan terus mengoceh dari awal hingga sarapan berakhir.

Aku dan Adnan mendengarkan kicauan Kirani di pagi hari dengan seksama, dan akan mengangguk atau menjawab "Em" untuk menghentikan pertanyaan konyol anak tiga tahun yang ingin berekplorasi dengan rasa keingin tahuannya.

Aku segera memakaian dasi begitu aku tahu Adnan sudah selesai dengan sarapannya Memakaikan jas dan mendapat ciuman manis di kening sebagai tanda cinta Adnan kepadaku.

"Sayang, jaga dirimu dan Kirani baik baik selama aku tidak ada." Adalah pesan Adnan saat Adnan memelukku erat.

Aku mengangguk, "kamu juga harus menjaga dirimu sendiri dengan baik saat tidak ada aku di sampingmu."

Berpisah adalah hal yang selalu aku takutkan meski itu hanya bersifat sementara. Apa lagi firasatku mengatakan jika ini tidak akan baik, aku bahkan takut sesuatu yang buruk akan menimpa Adnan.

Tapi aku segera menepis semua prasangka itu, aku yakin Adnan akan kembali dalam waktu tiga hari dalam keadaan yang sama dan tidak kurang suatu apapun. I hope..

Aku mengantar Adnan sampai mobil yang di kendarainya menghilang dari pandangan.

Sejauh ini, rumah tangga kami aman, damai, tentram dan selalu terkendali. Tidak pernah ada argumen atau perdebatan apapun di antara kami. Baik aku atau Adnan akan mengalah jika salah satu di antara kami berniat untuk memulai perdebatan.

Kami juga selalu menyelesaikan segala permasalahan dengan mencari jalan keluar yang sering berakhir dengan kebahagiaan.

Bagaimanapun, tahun ini aku berumur dua puluh lima tahun. Sudah cukup tua untukku bermain main dan sudah saatnya aku untuk bersikap lebih dewasa. Aku malu dengan umurku sendiri dengan pertengkaran rumah tangga yang selalu aku dengar dari teman temanku yang lain.

Mereka mengatakan jika suami mereka 'bermain' di belakang mereka dengan wanita yang lebih muda dan menggoda.

Aku hanya akan tersenyum menanggapi itu. Percuma, itu tidak akan pernah berlaku untuk Adnanku, karena Adnan adalah pria baik baik yang tidak mungkin menukar kesetiaannya dengan kebahagiaan sesaat.

Aku percaya sepenuhnya, bahkan lebih dari itu. Mengenal Adnan lebih dari tujuh tahun sudah cukup untukku mengenal Adnan dari luar dan dalam serta yakin bahwa Adnan adalah yang terbaik di antara yang baik.

PS chapter 2

➡➡➡

True love is love which only for two person and no place for the thord person.

(Cinta sejati adalah cinta yang terdiri dari dua orang saja dan tidak ada tempat bagi orang ke tiga)

➡➡➡

Tiga hari kemudian.

Aku menarik nafas lega begitu mendapati Adnan telah kembali dalam keadaan sehat, selamat sentausa setelah tiga hari di luar kota.

Melihat kedatangan Adnan, Kirani segera berhambur ke pelukan Adnan begitu Adnan turun dari mobilnya.

"Papa, Kirani tidak ingin memiliki ibu tiri yang jahat seperti Bawang Putih." Suara polos Kirani yang di bumbui dengan kesedihan cukup untuk membuat Adnan terlihat sedikit terkejut dengan sikap Kirani yang di rasa cukup aneh.

Adnan menoleh ke arahku, sementara aku hanya mengangkat bahu pura pura tidak tahu.

Semua keanehan Kirani berawal dari dongeng malam sebelum tidur yang selalu ingin Kirani dengar, dan aku membacakan Bawang Merah Bawang Putih sebagai gantinya. Namun siapa sangka jika Kirani akan banyak bertanya tentang kata 'Ibu tiri' yang membuat rasa keingin tahuan Kirani tumbuh.

Apa itu ibu tiri? Kenapa bisa ada ibu tiri? Mengapa ibu tiri sangat jahat? Dan bla bla bla adalah secarik pertanyaan Kirani yang membuatku pusing tujuh keliling, aku bahkan merasa menyesal telah membacakan dongeng seperti itu, dan aku berencana untuk membuang buku dongeng itu jauh jauh keesokan harinya dan memastikan tidak akan pernah ada dongeng seperti itu lagi di dalam rumah.

"Sudah... Kirani jangan sedih lagi?" Adnan menepuk punggung Kirani untuk menenangkannya, "nanti Papa juga ikut sedih? Lihat Papa bawa apa untuk Kirani?" Ucap Adnan menyerahkan sebuah paper bag besar sebagai buah tangan dari luar Kota, juga upaya Adnan untuk menghibur putri sematawayang kami.

Kirani membuka paper bag dan mendapati boneka siput besar dengan kedua bayi siput di dalamnya, "wow, ini sangat lucu," ucap Kirani sangat antusias mengeluarkan boneka Momi dan bayi siput segera, kemudian memeluknya.

"Kirani, Papa baru tiba, Papa lelah dan perlu istirahat," ucapku berusaha untuk membawa Kirani masuk ke rumah.

Namun Kirani justru merajuk dan semakin mengeratkan pelukannya kepada Adnan, "tidak apa apa, mungkin Kirani hanya terlalu merindukan Papa. Iya kan sayang? Kirani rindu sama Papa?" Tanya Adnan yang kemudian membawa Kirani dalam gendongannya.

Kirani mengangguk, "Kirani rindu Papa sangat banyak," ucap Kirani dengan mencium Pipi kiri Adnan.

Aku tersenyum melihat ini. Ternyata apa yang di katakan kebanyakan orang itu benar, jika anak perempuan cenderung lebih dekat dengan Papa di banding dengan Mamanya, mungkin karena Kirani merasa aman jika bersama Adnan yang selalu melindungi juga menyayanginya.

Melihat Kirani dan Adnan menghilang di balik pintu, aku segera mengambil koper Adnan di bagasi, dan menyeretnya masuk.

Begitu memasuki rumah, aku di suguhkan dengan pemandangan Adnan yang tengah bermain dengan Kirani di ruang keluarga dengan televisi yang menyala. Memperlihatkan film kartun kesayangan Kirani yang selalu Kirani tonton sepanjang hari.

Aku tersenyum melihat ini, tapi aku segera naik ke kamar kami di lantai atas untuk membongkar isi koper Adnan. Aku mengeluarkan satu persatu barang barang Adnan, dan cukup terkejut saat mendapati kartu nama seseorang tersemat di antara pakaian Adnan.

Aku mengambil kartu nama itu.

"HS World??" Tanyaku pada diriku sendiri pada kesunyian.

Meskipun aku hanyalah seorang ibu rumah tangga biasa, tapi aku tidaklah bodoh. HS World adalah salah satu perusahaan Multi Nasional yang bergerak di bidang perhotelan. Banyak Hotel berlabel HS dengan harga puluhan juta untuk sekali menginap di sebuah kamar. Setidaknya itulah yang aku baca di internet.

Belum sempat aku membalik kartu nama itu untuk mengetahui nama pemiliknya, tiba tiba Adnan datang dan merebut kartu nama itu dariku.

"Astaga, kamu mengagetkanku," ucapku pada Adnan. Entah sejak kapan Adnan sudah berada di sini, aku juga tidak mengetahui pastinya.

"Apa yang kamu pikirkan, em?" Tanya Adnan seraya memasukkan kartu nama itu ke dalam saku celananya.

Aku menggelengkan kepala, "tidak ada, apa kamu mau mandi sekarang? Aku akan menyiapkan air hangat untukmu," ucapku hendak berlalu ke kamar mandi.

Tapi Adnan segera menarik tanganku hingga dalam sekejap aku sudah berada di pelukkannya.

Aku merenggangkan pelukan Adnan, dan kami saling berpandangan, "apa hanya Kirani yang merindukkanku? Apa istri cantikku ini tidak?" Adnan tersenyum menggodaku.

"Tentu saja aku merindukkanmu, sedikit lebih banyak dari Kirani." Ucapku sambil membuka satu persatu kancing kemeja Adnan. Penampilan Adnan yang berantakkan justru membuatnya terlihat sangat menggoda. "Tapi.. suamiku harus mandi dulu, okey? Aku akan siapkan air hangat untukmu, dan kamu bersiaplah untuk mandi."

Aku berlalu ke kamar mandi dengan cepat. Aku nyalakan kran dan mengisinya hingga penuh, ku teteskan sabun dengan wangi aroma terapi yang selalu Adnan gunakan.

Aku ingin Adnan merasa rilex terlebih dahulu, aku tahu dia sangat kelelahan. Buktinya terlihat ada kantung hitam di bawah matanya.

Aku menunggu Adnan di atas tempat tidur, aku tahu Adnan merindukkanku. Aku sengaja memakai baju tidur seksi untuknya malam ini. Dia suamiku, pernikahan kami telah resmi baik secara hukum ataupun agama. Jadi tidak akan berdosa jika aku berinisiatif untuk menggodanya malam ini bukan?? Lagipula Kirani sudah tidur nyenyak di dalam kamarnya.

Aku tertawa di dalam hati dengan niatku sendiri, entahlah.. mungkin aku hanya terlalu merindukan Adnan.

Lamunanku buyar saat pintu kamar mandi tiba tiba terbuka, sontak aku menoleh ke arah pintu. Adnan yang hanya mengenakan handuk dengan memperlihatkan badan kekarnya membuatku tersenyum malu.

Meskipun kami sudah menikah cukup lama, tapi entah kenapa aku masih merasa malu jika di sajikan dengan pemandangan seindah ini. Adnan yang terlihat semakin bugar dan juga semakin tampan membuatku mengakui jika suamiku masih tetap sama dan tidak berubah satu incipun. Justru semakin ke sini, suamiku semakin bersinar.

Aku sangat bangga memiliki suami seperti Adnan, Adnan adalah sosok idola untukku dan juga Kirani. Seseorang dengan integritas tinggi serta berkarakter baik dan sangat layak untuk di kagumi.

Tanpa terasa Adnan sudah berada di hadapanku. Adnan menunjukkan senyum yang sangat manis, "apa kamu berencana untuk menggoda suamimu?"

Aku tersenyum malu, "untuk apa aku menggodamu? Apa kamu lupa, jika semua selalu berakhir dengan kamu yang menggodaku?"

Adnan membaringkan tubuhnya di sampingku, "apa kamu tidak ingin bertanya kenapa sampai detik ini aku tidak berubah?"

Aku menoleh ke arah Adnan dan mengangkat sebelah alisku setelah mendengar ini, aku tidak mengerti kenapa Adnan bisa tahu tentang apa yang tengah aku pikirkan sekarang?

"Karena cukup dunia saja yang berubah, aku tidak akan pernah berubah, aku akan tetap berdiri di tempat yang sama untukmu."

PS chapter 3

Jangan lupa mampir ke karyaku yang lain..

➡➡➡

*Banyak yang berubah, aku tidak mau tapi aku harus menerima.. #unknow**n*

➡➡➡

Tanpa terasa satu bulan berlalu dengan cepat. Belakangan Adnan juga menjadi sering pulang terlambat. Adnan bahkan sangat jarang bisa makan malam bersama kami lagi seperti biasa.

Tapi, tidak ada perubahan drastis yang terjadi pada Adnan. Dia masih tetap sama, selalu menyayangiku dan Kirani. Mungkin Adnan memang sedang sibuk di kantornya sehingga membuat waktu kami untuk family time menjadi berkurang. Namun aku sama sekali tidak mempermasalahkan itu.

Bagiku, asalkan Adnan sehat dan baik baik saja itu sudah cukup, meskipun kami jarang bertatap muka apalagi bertemu, tapi aku bisa menerima ini.

Pekerjaan Adnan memang cukup memguras otak, dan mungkin Direktur meminta Adnan untuk lembur karena sedang di kejar deadline.

Sementara aku dan Kirani masih sama, tetap dengan kegiatan kami, tetap dengan kebersamaan kami, tetap dengan kebahagiaan kami, dan tetap dengan dunia kami berdua. Hanya berdua.

Meski sebenarnya Kirani juga sering mempertanyakan dimana Papanya? Tapi Kirani akan cepat mengerti jika aku bilang bahwa Papa sedang sibuk.

Untungnya Kirani memiliki pandangan luas serta tumbuh dengan pemikiran yang lebih dewasa untuk anak seusianya. Kirani juga sangat peka dengan lingkungannya, jadi tidak akan sulit untuk menjelaskan semuanya kepada Kirani.

Aku akan memberikan penjelasan agar Kirani bisa menerima segala peristiwa yang kadang terjadi secara mendadak tanpa kita bisa mencegahnya.

Aku tersenyum pahit saat melihat Kirani begitu bersemangat memainkan boneka Momi dan Little Siput pemberian Adnan. Entah kenapa, aku merasa cukup sedih saat melihat Kirani semakin jauh dengan Adnan di setiap waktunya.

Kirani seringkali telah tidur jika Adnan pulang. Dan Adnan juga berangkat pagi sekali sebelum Kirani bangun. Komunikasiku dengan Adnan juga tidak selancar dulu.

Dulu, meskipun Adnan selalu sibuk tapi pesan atau panggilan selalu dia sempatkan meski hanya sekedar menyapa, tapi sekarang? Hp ku bahkan tidak jauh lebih sepi dari hatiku.

Percuma punya Hp mahal jika tidak ada notifikasi apapun dari Adnan, semua terasa sia sia.

Aku bahkan mulai merasa jika perubahan Adnan yang cukup signifikan terjadi semenjak pulang dari luar kota satu bulan lalu? Juga kartu nama Grup HS yang langsung Adnan sembunyikan begitu aku menemukannya di antara tumpukan baju kerjanya?

Kenapa belakangan ini Adnan menjadi semakin jauh dan terasa dingin? Aku bahkan merasa jika aku dan Adnan kembali asing satu sama lain.

Entah itu hanya sekedar perasaanku saja atau sekedar dampak dari kekhawatiran seorang istri yang suaminya sibuk mencari nafkah dan jarang menghubungi?? Tapi semua itu memang terjadi secara runtun dan menyebabkanku mulai kehilangan kepercayaan diri.

Komunikasi yang tidak lancar membuat sekelumit prasangka buruk telanjur berseliweran di dalam otakku, aku sudah mencoba untuk menepisnya, tapi aku gagal.

Aku tetap bersama dengan berbagai pertanyaan yang tidak kunjung terjawab. Serta spekulasi yang justru membuatku semakin merasa sakit setiap kali memikirkannya.

Aku menghela nafas panjang saat Kirani memintaku untuk menjawab kenapa siput berjalan lambat? Mana aku tau!! Aku bukan seorang peneliti hewan, okey?

Meski aku menggerutu dalam hati, tapi aku tetap berusaha untuk menjawab, "karena siput membawa rumahnya yang berat kemanapun dia pergi."

"Kenapa rumahnya harus di bawa?" Pertanyaan Kirani kadang membuatku jengkel. Jengkel karena tidak tahu harus menjawab apa lagi.

"Karena, siput adalah binatang yang sangat kecil, jika siput tidak membawa rumahnya kemanapun dia akan terinjak oleh binatang yang lebih besar."

"Apakah rumah siput sangat keras?"

Aku mengangguk, "tentu saja, itu adalah alat siput untuk mempertahankan diri dari serangan binatang lain, agar tidak di mangsa oleh kawanan predator."

"Apa itu predator?"

Astaga.. aku menepuk jidatku serdiri. Terasa pening dengan pertanyaan Kirani yang tidak ada habisnya, di tambah Kirani menunjukkan puppy eyes yang membuat ku tidak bisa menolak untuk tidak menjawab.

Aku tidak menyangka jika Kirani akan memiliki sifat sangat cerewet juga penggerutu? Tidak tahu siapa yang mewariskan sifat itu pada Kirani?

Aku hanya mempunyai seorang putri, namun aku justru merasa seperti memiliki tiga orang putri. Sangat menguras otak.

Stop it!! Aku tidak bisa berpikir lagi.

"Kirani, kamu tidak perlu banyak bertanya, ini sudah waktunya kamu tidur, ayo!!" Aku menarik tangan Kirani menuju kamarnya, dan kini aku bisa menarik nafas lega saat Kirani menurut dan tidak banyak bertanya lagi.

Aku bangga karena Kirani sudah berani tidur sendiri pada usia tiga tahun murni karena keinginannya sendiri tanpa aku paksa. Meskipun kamar kami bersebelahan tapi aku tidak bisa berbohong jika aku sangat mengagumi keberanian Kirani.

Sttt... karena aku sendiri baru berani tidur sendiri di usia delapan tahun, semua karena Ibu selalu menceritakan kisah seram untuk menakutiku, dan alhasil aku sangat percaya jika hantu memang sangat menyeramkan dan selalu tidur di tengah antara Ayah dan Ibu.

Aku tersenyum dalam hati saat mengingat kenangan itu, dan aku segeta berbaring di samping Kirani.

"Ma, kenapa Papa belum pulang?" Pertanyaan Kirani tepat menusuk jantungku, dan aku merasakan sakit yang teramat sakit meski tidak meninggalkan luka. Aku tidak tahu harus berbohong apa lagi.

"Papa sibuk mencari uang untuk Kirani dan Mama," jawabku pada akhirnya. Meski aku menangis dalam hati saat mengatakan ini, tapi aku harus tetap tersenyum setidaknya di depan Kirani.

"Jika Kirani sudah besar, dan Kirani sudah punya banyak uang, Kirani akan memberikan Mama pakaian dan perhiasan yang mahal," ucap Kirani dengan segala kepolosannya.

Untuk kedua kalinya, hatiku kembali berdenyut. Tapi kali ini, denyutnya terasa lebih menyakitkan berkali kali lipat rasanya.

"Oh ya? Kalo begitu, cepatlah besar!! Mama tidak sabar menunggu pakaian dan perhiasan mahal yang akan Kirani berikan kepada Mama." Ucapku bangga dengan tersenyum lebar.

Aku mengelus rambut Kirani penuh sayang, dan menyanyikan lagu pengantar tidur untuk menemani Kirani menuju ke alam mimpinya. Aku dapat mendengar suara mobil memasuki halaman, mungkin saja Adnan sudah pulang. Tapi aku sudah berjanji akan menemani Kirani tidur malam ini, jadi aku sama sekali tidak berniat untuk bangun. Lagipula, Adnan pasti sudah makan di luar dan membawa kunci cadangan, jadi aku tidak perlu membukakan pintu.

Aku memejamkan mataku tapi tidak tertidur. Aku masih bisa mendengar suara pintu kamar Kirani terbuka dan di susul oleh suara langkah Adnan yang semakin mendekat.

Aku masih tetap memejamkan mataku.

"Maafkan aku, Sya. Aku bukan suami yang baik untukmu, dan bukan ayah yang baik untuk Kirani."

Aku bisa mendengar suara Adnan dengan sangat jelas, juga tangan hangat yang membelai wajahku.

Sejujurnya aku merasa tersentuh, meski tidak tahu dengan maksud yang tersembunyi di balik ucapan Adnan? Namun, nada suaranya seakan mengisyaratkan kesalahan fatal yang tidak bisa di maafkan.

Aku membuka mata, "kamu sudah kembali?"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!