NovelToon NovelToon

My Fantasy Hero

SINOPSIS &BAB.1

...SINOPSIS...

Mengisahkan tentang Floreylla Flara Lysandra, seorang siswi SMA yang menemukan sebuah buku antik yang penuh misteri. Saat membuka buku tersebut, ia menemukan kalung berbentuk gembok yang terhubung dengan nasib seorang lelaki bernama Felix,pada awalnya, felix adalah seorang manusia biasa. Namun, saat ia memakai kalung berbentuk kunci yang diberikan oleh mendiang ibunya, kehidupannya berubah menjadi luar biasa.

Ia dianugerahi kekuatan super yang membuatnya menjadi pahlawan yang memiliki kemampuan luar biasa. Tanpa diketahui felix dan Floreylla memakai kalung yang sama-sama terikat namun kalung itu tidak akan bisa dilihat oleh semua orang kecuali apabila Floreylla dan felix bersatu dengan cinta sejati mereka.

Namun, ada ancaman yang mengintai. Setiap kali halaman buku antik tersebut robek, Felix merasakan kesakitan yang tak terbayangkan dan kehilangan kekuatannya. Demikian pula, Floreylla hanya merasa sesak dan terbatas saat bukunya mengalami kerusakan.

Selain itu, Floreylla memiliki keinginan yang kuat untuk menemukan sosok ayah kandungnya yang telah berpisah darinya sejak kecil. Ibunya, seorang yang kuat dan mandiri, telah menjaga rahasia tentang keberadaan ayah Floreylla selama bertahun-tahun.

Apakah Floreylla akan berhasil menemukan ayahnya yang lama berpisah dan bisakah bersatu dengan Felix?

*

*

Floreylla berlari secepat kaki mungilnya memungkinkan, mencoba untuk mengejar waktu yang terus berlalu.

Hari itu adalah hari pertama sekolah setelah liburan musim panas, dan ia tidak ingin terlambat.

Namun, semuanya terasa berjalan melawan dirinya. Tas ranselnya terjatuh, menghambat langkahnya, dan tali sepatunya terlepas.

"Ahh ayolah aku tidak ingin terlambat"

kesalnya mengikat kembali tali yang terlepas Meskipun Floreylla sudah mengikat tali sepatunya dan siap untuk berlari ke sekolah, pandangannya tiba-tiba teralih pada seorang wanita paruh baya yang tampak kesusahan, sedang berjuang untuk mendorong gerobak berisi bawang-bawangan yang bergetar di setiap dorongan.

"Tapi aku harus buru-buru kesekolah kalau tidak nanti terlambat" gumam batin Floey.

Tergerak oleh kepedulian dan empati Tanpa ragu, dia berlari mendekati gerobak dan bersedia untuk memberikan tangan pertolongan yang dibutuhkan.

"Nek! Mari saya bantu, nenek mau kemana?"

"Eh *** tidak usah repot-repot!"

"Tidak kok nek Santai saja."

Tak beberapa lama akhirnya Floey dan nenek tua itu sampai disebuah rumah tua yang terletak di pelosok sebuah kampung yang tidak jauh dari sekolah.

"Yaudah nek saya pamit dulu ya!"

"Tunggu sebentar!" nenek itu memberikan sebuah buku tua dengan sampul yang lembut dan halaman yang sudah mulai menguning.

"Ini adalah buku yang telah aku simpan selama bertahun-tahun," kata nenek itu.

"Sekarang, aku merasa sudah saatnya untuk memberikannya kepada seseorang yang akan menghargainya. Aku merasa bahwa kamu adalah orang itu."

Floey menerima buku itu dengan hati-hati. . Ia merasa ada sesuatu yang istimewa dalam buku itu, seolah-olah menyimpan rahasia-rahasia yang menunggu untuk diungkap.

"Mengapa nenek memberikannya kepada saya?" tanya Floey, wajahnya penuh tanda tanya.

"Karena ini memang hak kamu untuk menyimpannya."

Karena tidak ingin lebih terlambat akhirnya Floreylla pun mengiyakan permintaan nenek tersebut dan segera pamit untuk berangkat sekolah.

Dengan napas tersengal-sengal, ia akhirnya tiba di depan gerbang sekolah.

Namun, bel telah berdentang, menandakan bahwa ia sudah terlambat. Ia merasa kecewa dan sedikit putus asa. Sebagai hukuman, ia harus membersihkan perpustakaan setelah sekolah.

Begitu bel istirahat berbunyi, dirinya memutuskan untuk pergi ke kantin dan membeli makanan.

Setelah mendapatkan makanannya, dia mencari bangku kosong untuk duduk dan menikmati istirahatnya.

Namun, takdir berkata lain saat ia tanpa sadar duduk di bangku yang ternyata adalah milik geng Becca.

"Aduh, enaknya duduk di situ?" sindir Qilla dengan nada sinis.

"Aduh, ya pasti enaklah di situ. Tempatnya kan bersih, wangi... Tapi kok ini ada bau apa gitu ya? Kecium nggak?" Becca mendekati Floey dan mencoba mengendus-endus baju yang dipakainya.

Sementara mereka asik membuli Floey dengan perkataan mereka, tiba-tiba dari arah belakang muncul Kieranza.

ia dengan sengaja menubruk Qilla untuk membuka jalan, kemudian dengan cepat menariknya menjauh dari geng Becca. Dia membawa Floey pergi dari situ, memberikan kesempatan untuk gadis ringkih itu melarikan diri dari situasi yang tidak menyenangkan tersebut.

Kieranza menarik tangan Floey sampai ke taman sekolah terlihat Floey hanya menundukkan kepalanya.

"Makasih ya udah nolongin aku!"

"Hey nggak usah sungkan kita kan udah temenan dari dulu dan aku masih heran kenapa Qilla tega sama kamu."

"Hmm entahlah aku juga nggak ngerti kenapa dia berubah begitu cepat." Floey terduduk di kursi taman dengan menahan rasa laparnya.

"Nih kamu pasti lapar." Kieran menyodorkan satu bungkus roti isi dan sebotol air yang dibawanya seusai jajan dikantin.

"Loh bukannya ini buat kamu makan? Terus kamu?"

"Jangan pikirkan soal itu, pikirkan tuh cacing yang udah demo dari tadi."

Setelah jam pelajaran selesai, Floey langsung menuju perpustakaan untuk membereskan beberapa buku lalu ia pulang ke rumah dan merebahkan diri di atas kasurnya yang sederhana.

Dengan tatapan terarah ke langit-langit kamar, ia teringat akan pemberian dari nenek-nenek tadi.

"Ouh iya buku itu, aku hampir lupa"

Namun, saat Floey tidak sengaja menyentuh jilid buku tersebut, tiba-tiba ada cahaya muncul dan bersinar terang, membuatnya terkejut.

"Aaa!" ia spontan melepaskan buku tersebut hingga jatuh ke lantai.

"Cahaya apa itu?"ia bertanya pada dirinya sendiri sambil mencoba mengumpulkan keberanian untuk memungut buku yang terjatuh.

Kali ini, buku itu tidak lagi mengeluarkan sinar apa pun. Ia membuka halaman-halaman dengan hati-hati dan menemukan sesuatu yang mengejutkan sebuah kalung yang tersembunyi di dalamnya.

dengan tangannya ia mengangkat kalung itu dengan penuh rasa ingin tahu.

"Kenapa ada kalung didalam buku? Apa nenek itu lupa meletakkan kalungnya?"

Karena penasaran ia mencoba mengenakan kalung berbentuk gembok itu , tapi sayangnya saat ia ingin melepaskan kalung itu, kalung tersebut malah menghilang dan seakan menyatu dengan tubuhnya.

"Loh? Kalungnya kemana?" Floey memandang cermin dengan keterkejutan, menyaksikan pantulan dirinya tanpa kalung. Kalung itu berubah transparan dan menghilang begitu saja.

"Kalung itu?? Hah?" ia mencoba meraba lehernya, merasa jantungnya berdetak kencang. Tapi tak ada jejak kalung yang bisa ia temukan.

"Apa aku sedang bermimpi? Kemana perginya kalung itu?" kini ia berjongkok, mencari kalung yang hilang di lantai. Tapi tak ada tanda-tanda kalung itu ada di sana.

"Ini hanya mimpi, tolong ini hanya mimpi. Mana mungkin kalung itu menghilang begitu saja?" ia mencoba meyakinkan dirinya sendiri.

CLEK ..terdengar saat Zeora membuka pintu.

"Floey, ibu memanggilmu dari tadi. Kenapa tidak menjawab? Kamu sedang apa?Cepat antar pesanan ke rumah Qilla."

"Rumah Qilla?" Floey terkejut, tapi dia berusaha mengumpulkan pikirannya.

Floey meninggalkan kamar dengan hati yang masih berdegup kencang. Ia tak bisa menghilangkan kebingungannya tentang kejadian tadi.

🍁🍁

Floey berjalan tergesa-gesa untuk pulang setelah selesai mengantarkan pesanan ke rumah Qilla. Di dalam perjalanan, ia merasa terganggu oleh kehadiran Qilla dan teman-temannya yang mengikutinya.

"Kenapa mereka terus mengikuti ku"Gumam batin

Tak beberapa jauh berjalan ia melihat sebuah gang buntu di depannya. Hatinya berdesir cemas, tak tahu apa yang harus dilakukan.

"Hah? Aku harus gimana ini?" gumam Floey dalam kepanikan.

Tiba-tiba, suara tegas dan misterius menghentikan langkah Qilla dan teman-temannya yang hendak menyerang Floreylla. Mereka berubah menjadi patung tak bergerak yang dihentikan oleh waktu.

Floreylla terkejut dan melihat sosok laki-laki bertopeng hitam mengenakan pakaian serba hitam di hadapannya.

"Hey siapa kamu? Kenapa mereka bisa jadi patung begitu?" tanya Floreylla dengan heran.

Lelaki bertopeng hitam itu tidak menjawab, melainkan meraih tangan Floreylla dan membawanya menjauh dari tempat itu.

Mereka berlari secepat angin, seolah menghindari bahaya yang mengintai. Namun, begitu tiba di suatu tempat yang jauh dari kejaran, lelaki itu melepaskan genggaman tangannya dan segera menghilang dalam bayangan. Floreylla kembali tercengang dengan kejadian yang baru saja dialaminya.

Floreylla berdiri di sana, bingung dan penuh tanda tanya. Apa yang baru saja terjadi? Mengapa lelaki itu menyelamatkannya dan mengapa Qilla dan teman-temannya berubah menjadi patung?

...Bersambung...

part 2:Apakah kamu orangnya?

Sesampainya di rumah dengan langkah yang berat Floey langsung masuk kedalam kamarnya dengan pikiran yang masih menghantuinya.

"Apa aku sedang bermimpi? Apa tadi beneran orang? Apa yang sebenarnya terjadi!!" Floey mencengkeram kepalanya dan mengacak-acak rambutnya terus terbayang bayang kejadian tadi dibenak kepalanya.

"Oh! Apa karena buku itu??" Dengan pikiran yang masih kusut Floey kembali duduk di kursi meja belajarnya dan membuka lembaran buku itu.

Ajaibnya terdapat satu paragraf "Tulisan siapa ini? Bukannya tadi halaman ini masih kosong?" Floey membaca tulisan itu dengan seksama yang bertuliskan Lelaki pembawa kedamaian telah kembali ia terlahir dengan kekuatan untuk menjaga sang pemilik hati buku ini.

🍃

🍃

Keesokan harinya...

Dikelas...

Floreylla yang sedang pokus membaca materi merasa sedikit terkejut ketika guru memperkenankan murid baru untuk masuk kedalam kelas dan menyuruhnya memperkenalkan dirinya.

"Halo, Perkenalkan saya Felix Kalingga Azkano"Ucap Felix dengan wajah datarnya.

Floey memperhatikan Felix saat ia berjalan menuju kursi yang berada di sebelahnya.Namun, pikiran tentang lelaki misterius yang membantunya dan kemudian menghilang masih menghantuinya.

Selama pelajaran berlangsung, Felix tampak antusias dan aktif dalam mengikuti materi. Ia juga menunjukkan kecerdasan dan keterampilan dalam menjawab pertanyaan dari guru.

Setelah bel istirahat berbunyi, Floreylla merasa lelah dengan keramaian di kantin. Ia memutuskan untuk pergi ke Rooftop, tempat yang tenang untuk istirahat sejenak. Saat ia tiba di Rooftop, ia merasakan udara sejuk yang menyegarkan.

"Huhh, sejuknya," ucap Floreylla sambil tersenyum. Ia mengeluarkan buku antiknya dari tas, siap untuk menulis di sana.

Namun, sebelum ia sempat memulai, tiba-tiba ada seseorang yang menepuk pundaknya dengan keras.

"DORRRR...." suara keras tersebut membuat Floreylla terkejut dan hampir terjatuh.

"Aaaa... Ih Kieranza, ngapain sih? Untung aku nggak jatuh ke bawah," protes Floreylla sambil memegang dadanya yang masih berdegup kencang.

"Yaiyalah jatuh ke bawah, masa ke atas! Wah!! Buku apaan tuh?" tanya Kieranza sambil menunjuk buku antik yang Floreylla pegang.

"Ihh, kepo," jawab Floreylla sambil memasukkan bukunya kembali ke dalam tas.

"Ih segitu aja marah, yaudah maaf sudah ngagetin kamu," kata Kieranza dengan wajah polosnya.

"Yaudah iya," ucap Floreylla singkat.

"Wah, udah dimaafin nih? Pasti kamu nggak teganya lihat wajah yang tampan ini sedih?" goda Kieranza sambil memamerkan senyumnya.

"Ih, apaan sih? Kamu udah dimaafin juga," balas Floreylla dengan sedikit cemberut.

Tak lama kemudian, Floreylla berlari meninggalkan Kieranza yang masih terkekeh. Namun, Kieranza tak tinggal diam dan memutuskan untuk mengejarnya.

"Ehh, tunggu dong, aku kejar nih. Awas, kamu, aku kejar!" seru Kieranza sambil berlari mengejar Floreylla.

Keduanya berlari-lari kecil dan saling kejar satu sama lain, sambil melontarkan candaan dan tawa di antara mereka. Akhirnya, mereka tiba di lapangan sekolah yang luas.

"Floreylla, tunggu dong, aku cape nih," hembus Kieranza sambil menghentikan larinya.

"Ih, masa segitu aja cape sih? Kamu tuh laki-laki atau perempuan sih, lembek amat?" ejek Floreylla dengan senyuman di wajahnya.

"Apa kamu bilang aku lembek? Awas ya, kamu!" seru Kieranza sambil berlari cepat mengejar Floreylla.

"Aaa, haha," tawa Floreylla terdengar riang, namun tiba-tiba ia tidak sengaja menabrak Felix dan terjatuh.

"Brukkk...."

"Maaf," ucap Felix sambil mengulurkan tangannya untuk membantu Floreylla berdiri. Namun, Floreylla hanya terdiam dan menatap Felix dengan tatapan yang penuh tanda tanya.

"Tangan itu... Seperti tangan orang yang menolongku kemarin," bergumam Floreylla dalam hati, sambil merenungkan kejadian yang terjadi sebelumnya.

"Floreylla, apa kamu baik-baik saja?" tanya Kieranza yang membantu Floreylla berdiri.

Floreylla terkejut dan mengalihkan pandangannya dari Felix ke Kieranza. Felix sudah pergi meninggalkannya.

"Floreylla, hei hei, HELLO!" panggil Kieranza dengan nada canda.

"Hah, iya, kenapa?" jawab Floreylla yang masih terdiam.

"Kenapa bengong terus dari tadi? Apa murid itu melukai kamu?" tanya Kieranza dengan wajah khawatir.

"Ih, apasih? Nggak diapa-apain juga. Sudahlah, ayo ke kelas," ajak Floreylla sambil berjalan menuju kelas.

"Hmm, yaudah iya," sahut Kieranza sambil mengikuti langkah Floreylla.

Tengg...nonggg...teng...nongg.... Bel pulang sekolah berbunyi, menandakan waktu untuk pulang. Floreylla memberi tahu Kieranza bahwa ia pulang duluan.

"Kieranza, aku pulang duluan ya," ucap Floreylla.

"I-iya, aku juga ada rapat OSIS. Kamu hati-hati di jalan," kata Kieranza sambil memberikan peringatan.

"Iya, dah!" jawab Floreylla singkat.

Kemudian, Floreylla berjalan meninggalkan Kieranza dan menuju pintu keluar. Ia merasa ada keanehan dalam kejadian bertemu dengan Felix. Namun, pikirannya terus tertuju pada buku antik dan orang misterius yang membantunya sebelumnya. Ia bertekad untuk mencari tahu lebih banyak tentang hal-hal tersebut setelah pulang ke rumah.

Sesampainya di rumah Floreylla bergegas mau masuk kedalam kamar namun diberhentikan oleh panggilan ibunya.

"Setelah mengganti pakaian cepat antarkan pesanan ayam."

"Baik bu!"

Floey langsung mengganti pakaiannya dan cepat-cepat mengantarkan pesanan ayam goreng yang lumayan jauh, ia berharap bisa pulang cepat agar bisa menyelidiki buku itu lebih jelas lagi.

"Permisi pesanan ayam goreng!!" panggilannya di Depan gerbang.

tak beberapa lama sang pemilik rumah pun keluar dan membukakan gerbangnya.

"eh ya ini uangnya ya!"

"iya makasih banyak tante kalau begitu saya pamit pulang permisi tan!" pamit Floey kepada sang pemilik rumah

Floreylla melangkah dengan cepat di bawah langit yang mendung. Ia berusaha untuk segera pulang setelah mengantar pesanan ayam goreng. Namun, takdir berkata lain. Petir menggelegar dan hujan turun dengan derasnya, memaksa Floreylla mencari tempat berteduh.

"Huh, hujan begitu deras. Aku harus segera mencari tempat berteduh," gumam Floreylla sambil mempercepat langkahnya.

Setelah beberapa saat berlari, Floreylla menemukan sebuah supermarket dan masuk ke dalamnya. Ia merasa lega karena akhirnya bisa terlindung dari hujan yang deras. Namun, ia juga merasa khawatir karena sudah menjelang malam.

Waktu berlalu dan hujan mulai mereda setelah satu jam. Floreylla memutuskan bahwa sudah saatnya baginya untuk pulang. Ia meninggalkan supermarket dengan hati-hati, berusaha untuk tidak terjatuh di jalanan yang licin.

Namun, dalam kegelapan malam yang masih menyelimuti, Floreylla tidak menyadari bahwa ia tidak fokus saat berjalan. Tiba-tiba, tangannya menyenggol seseorang, menyebabkan HP orang tersebut terjatuh.

"Oh, maaf! Aku benar-benar minta maaf. Tidak sengaja aku menyenggolmu" kata Floreylla dengan panik.

Orang yang terkena dampak senggolan itu adalah seorang pemuda bernama Felix. Dia melihat ke bawah dan melihat HP-nya yang terjatuh.

"Tidak apa-apa."

Floreylla merasa lega mendengar kata-kata Felix. Ia khawatir bahwa HP Felix rusak karena insiden itu. Felix mengambil HP-nya dari tanah dan memeriksanya dengan hati-hati.

"Kamu yakin semuanya baik-baik saja?"

"Ya, HP-ku tidak rusak. Terima kasih atas kekhawatiran mu."

"Baiklah, Maaf sekali lagi. Aku harus pulang sekarang."

Floreylla melanjutkan perjalanannya dengan hati yang masih berdegup kencang setelah kejadian tadi. Ia terus memikirkan pertemuan tak terduga dengan Felix, orang yang telah ia temui di gang kemarin. Apa hubungan antara Felix dan orang misterius yang membantunya sebelumnya? Semua pertanyaan itu menghantui pikirannya saat ia berjalan pulang dalam hujan yang semakin reda.

...Bersambung...

part 3: Idaman para murid

Setelah hujan reda sedikit, Floreylla memutuskan untuk melanjutkan perjalanan pulang. Ia tiba di rumah dalam keadaan sedikit basah dan kedinginan.

Namun, saat memasuki rumah, Floreylla disambut dengan wajah marah ibunya yang sedang menunggunya. Ibu Floreylla menatapnya dengan tajam, ekspresi kesal jelas terpancar dari wajahnya.

"Floreylla! Kau pulang terlambat lagi! Di mana saja kau selama ini? Aku sudah sangat khawatir!" bentak ibunya dengan nada tinggi.

Floreylla yang masih basah dan kedinginan, merasa sedih dan takut dihadapkan dengan kemarahan ibunya. Ia mencoba menjelaskan dengan suara gemetar,

"Maaf, ibu. Hujan tiba-tiba turun begitu deras, aku harus mencari tempat berteduh."

"Tidak ada alasan yang bisa menghalangimu pulang tepat waktu! Kau harus bertanggung jawab dan memberi tahu kami jika ada perubahan rencana!" seru ibu Floreylla dengan keras.

Floreylla menundukkan kepala, merasa sangat menyesal atas keterlambatannya dan mendapat marah dari ibunya. Ia merasa dirinya tidak dihargai dan bersalah karena tidak bisa mengontrol cuaca. Namun, ia tidak berani membalas atau melawan ucapan ibunya.

"Dari sekarang, kau harus lebih bertanggung jawab dan menghormati waktu. Jangan membuatku khawatir dan marah seperti ini lagi!" lanjut ibu Floreylla dengan nada yang lebih lembut, tetapi dengan ekspresi yang tetap kesal.

Floreylla mengangguk pelan, dan kembali melanjutkan jalannya menuju kamarnya.

Keesokan harinya....

Floreylla berdiri di tengah pintu gerbang sekolah, bersyukur bahwa dia tidak terlambat. Suasana di sekitarnya begitu ramai, dan semangat belajar terasa mengisi udara.

Tiba-tiba, suara klakson mobil yang keras memecah keheningan pagi itu, membuat Floreylla terkejut. Ia berlari cepat ke pinggir gerbang untuk memberi jalan kepada mobil yang berhenti di depannya. Sang sopir dengan sigap membukakan pintu mobil, dan dari dalam mobil muncullah Felix.

Seketika, sorak-sorai riuh menggema dari siswa-siswa yang melihat Felix keluar dari mobil itu. Floreylla melihat Becca dan teman baiknya, yang tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya. Ia menghampiri Felix dengan antusias.

"Hai, Felix! Kita ke kelas bareng yuk?" ucap Becca sembari memegang tangan Felix dengan penuh semangat.

Namun, Felix merasa sedikit risih dengan tindakan Becca. Ia melepaskan tangannya dengan cepat dan langsung melengos pergi, tanpa berkata sepatah kata pun. Floreylla melihat kejadian tersebut dan merasa sedikit cemburu melihat Becca yang begitu dekat dengan Felix.

"Cih... ," gumam pelan Floreylla , terpancing oleh rasa cemburu yang tak terduga.

"Apa? Kamu bilang apa?" Qilla menatap Floreylla dengan tajam, mencoba mencari kejelasan.

"Emm... enggak kok, mungkin kamu salah dengar tadi," jawab Floreylla terbata-bata, mencoba menutupi ucapan yang keliru.

"Heh, emangnya kuping gue ini budek? Gue denger sendiri tadi lo nyebut Becca lintah darat," Qilla menyuarakan kecurigaannya.

"Enggak kok, Qill. Aku nggak nyebut dia lintah darat," Floreylla berusaha membela diri.

"Alahh, alesan aja. Kamu tuh sampah nggak berguna, cuma--" Ucapan Qilla terhenti tiba-tiba ketika melihat Kieranza muncul dari belakang mereka.

"Wihh... sekarang akur nih, baguslah kalau kalian sudah mulai berteman," ucap Kieranza dengan senyum mengembang.

"Cihh, najis," gumam Qilla pelan, berusaha menyembunyikan rasa kesalnya.

"Hah, apa Qill? Aku kurang dengar yang kamu bilang barusan?" tanya Kieranza dengan wajah polos.

"Hah? Oh, barusan aku bilang iya kita udah mulai temenan, kan, Floey?" Qilla menepuk-nepuk pundak Floreylla.

"Hah, iya kita udah mulai berteman," sela Floey dengan senyuman lebar.

"Ouh, baguslah kalau begitu. Aku senang melihat kalian akur," ucap Kieranza dengan tulus.

"Ehemm, ya udah aku ke kelas duluan ya," kata Qilla sambil berlari menuju kelas.

Floreylla masih terkejut dengan perubahan suasana yang tiba-tiba terjadi. Ia merenung sejenak, lalu menoleh pada Kieranza.

"Beneran kalian temenan?" tanya Kieranza dengan nada ragu.

"Hah, sudahlah, ayo kita ke kelas. Nanti belnya berbunyi," ajak perempuan dengan rambut digerai cantik itu dengan antusias.

Mereka berdua berjalan bersama menuju kelas, meninggalkan gerbang sekolah yang sebentar lagi akan ditutup.

Jam pembelajaran pertama berbunyi, dan seorang guru masuk ke dalam kelas.

"Anak-anak, hari ini kita akan mengadakan ulangan harian pertemuan kesatu. Silakan kumpulkan buku catatan kalian," kata guru tersebut seraya mengambil selembar kertas.

"Dan ini, Kieranza, tolong bagikan lembar soal dan lembar untuk menjawab soalnya," lanjut guru itu sambil memberikan tumpukan kertas kepada Kieranza.

30 menit kemudian...

"Waktu habis, sekarang kalian kumpulkan jawaban ulangan kalian," ucap guru tersebut.

beberapa menit kemudian...

"Oke, ibu akan menyebutkan nilai ulangan kalian yang skornya paling tinggi. Floreylla mendapatkan nilai 90, Kieranza 95..."

"Hah? Heh, Kieranza ada saingannya tuh," ucap Becca dengan terkejut.

"Iya, bener-bener," sahut Qilla setuju.

"Iya, iya, betul-betul," serentak ucap siswa-siswa lain dengan riuh.

"Tolong, semuanya tetap tenang. Dan yang mendapatkan nilai 100 adalah Felix. Selamat untuk Felix. Sekian pembelajaran hari ini," tutur guru tersebut.

Kringggg! Bel istirahat berbunyi...

"Wih, congrats Felix! Baru masuk sekolah tapi udah dapet nilai 100 aja nih. Ajari aku dong, plis," ucap Becca dengan antusias.

Namun, Felix tidak mendengarkan ucapan Becca dan memilih untuk bermain dengan ponselnya di dalam kelas.

Srett... Kieranza berdiri dari tempat duduknya ,

Kieranza masuk ke dalam toilet dengan langkah cepat. Dia segera menuju wastafel dan mengalirkan air untuk mencuci tangannya. Pikirannya masih terpenuhi dengan kekesalannya terhadap Felix, murid baru yang mendapatkan nilai sempurna.

Sambil menggosok-gosok tangannya dengan sabun, Kieranza memandang cermin di depannya. Wajahnya terlihat tegang, dan matanya mencerminkan keinginan untuk membuktikan dirinya yang lebih baik dari Felix.

"Kenapa dia bisa begitu pintar? Apa yang membuatnya istimewa?" gumam Kieranza sambil memicingkan mata. Rasa iri dan kecemburuan terus memenuhi hatinya.

Setelah selesai mencuci tangan, Kieranza mengeringkan mereka dengan handuk dan memandang dirinya sekali lagi dalam cermin. Dia menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri.

"gue harus lebih fokus dan Jangan biarkan murid baru itu mengambil posisi murid terbaik di sekolah ini" ucap Kieranza dengan tekad yang baru.

...Bersambung...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!