Saat ini, Pagi hari sudah menyambut semua insan untuk bekerja keras di siang hari ini. Tak terkecuali Elena —protagonis novel ini— yang saat ini baru saja bangun dari tempat tidurnya dengan rambut dan piyama yang sangat berantakan. Bukannya dia merupakan Gadis yang tidurnya tidak nyenyak, hanya saja dia memang memiliki cara tidur yang cukup kacau, sehingga benda di sekitarnya terlihat parah.
"Gmn? Sudah pagi, ya?" Elena membuka matanya yang masih terasa berat ini.
Penampilan Elena Madison tidak terlalu luar biasa. Dia memiliki rambut hitam panjang yang lurus sampai ke punggungnya, mata berwarna hijau seperti zamrud, dan kulit sawo matang yang terlihat cerah. Sebagai tambahan, dia memiliki sebuah garis hitam yang membentang dari punggung tangan kirinya sampai ke dada kirinya. Tubuhnya cukup kecap sebagai gadis berusia 10 tahun dan tubuh kecil ini tidak lain lagi merupakan ciri-ciri dari karakter "loli". Saat ini, dia memakai sebuah piyama garis-garis berwarna hitam dan putih secara vertikal ketika dia tidur di villanya.
"Huh, sudah 9 tahun 9 bulan sejak aku bereinkarnasi ke dunia ini. Hari ini, adalah waktuku untuk pergi ibu kota dan bersekolah khusus bangsawan di sana.” Mata Elena berubah menjadi gelap dan malas sebelum dia melanjutkan, “Huh, aku sungguh benci belajar. Padahal, aku sudah memiliki pengetahuan yang cukup untuk membuatku lulus saat ini juga. Apakah aku tidak bisa lulus saat ini juga?”
*Brak!*
Tiba-tiba pintu kamar Elena terbuka dengan sangat keras, menciptakan suara benturan yang sangat tidak indah untuk didengarkan. Jika saja Elena masih tidur, ini akan menjadi cara membangunkan seseorang yang tergolong kasar dan merusak tembok karena benturan dari pintu. Sungguh, siapapun yang melakukan itu merupakan orang dengan perilaku kasar.
Elena mendongak ke arah pintu masuk dan berkata, “Oh, selamat pagi, Melati. Sayang sekali aku sudah bangun, jadi tidak ada gunanya membanting pintu sekeras itu.” Dengan nada yang malas.
Wanita yang dilihat Elena memiliki fitur penampilan yang tampak kejawaan. Dia memiliki rambut hitam panjang dan dikepang yang diletakkan di depan dadanya. Ia mengenakan sebuah kebaya berwarna putih dengan bawahan berupa kain batik dengan motif Kawung berwarna coklat tua. Kulitnya putih glowing, sehingga sangat cocok mengatakannya sebagai perempuan khas jawa.
“Anda sudah bangun, Nona? Baguslah, karena ….”
*Sss!*
Beberapa AK-47 muncul dari udara hampa, melayang, dan mengarah langsung pada Elena. Mereka semua penuh dengan peluru dan siap memberikan tembakan yang akan terasa menyakitkan bila pelatuknya ditarik.
“Saya pikir, saya harus memberikan tembakan peringatan kepada Anda, Nona.”Sudut mulut Melati sedikit terangkat ketika dia mengatakan hal tersebut.
“Tidak, kau tidak perlu melakukan itu. Jika kamu ingin melakukannya, silahkan lakukan pada penghuni lain di vila ini,” kata Elena dengan malas dan tidak merasakan ancaman apapun.
*Sss!*
Semua senapan AK-47 menghilang, bersamaan dengan melati yang berkata, “Baiklah, Nona, saya akan melanjutkan pekerjaan saya untuk memasak sarapan pagi ini.”
“Jangan lupakan menyiapkan kamar mandi untukku, ya!” ucapnya keras dengan semangat.
Mengawali pagi dengan semangat akan membawa ke hari yang bersemangatv pula. Meskipun bersama kantuk yang menggoda untuk kembali rebahan, berusahalah untuk melakukan kegiatan pagi dengan semangat. Kantuk yang menyelimuti menggoda memang, tetapi awal pagi adalah saat-saat ketika tubuh selesai beristirahat. Tidakkah kamu ingin menggerakkannya?
Bagaimanapun juga, kita---manusia---dituntut untuk menjadi produktif dan bekerja keras dalam memenuhi kehidupan. Ketika ingin bekerja keras tetapi selalu memikirkan untuk bermalas-malasan dan mengerjakan hobi, maka jadikanlah kerja keras tersebut menjadi sebuah hobi. Dengan begitu, hobi yang produktif dan pekerjaan yang menyenangkan akan didapatkan.
•••••
Singkat cerita, saat ini Elena telah sampai ke ruang makan selesai mandi dan mempersiapkan semua keperluannya. Pakaiannya telah berubah, dari yang awalnya merupakan piyama yang merupakan baju tidur menjadi pakaian kasual Elena sehari-harinya. Tentu saja, ini dilakukan karena tidak mungkin memakai piyama terus-menerus kecuali ada alasan khusus.
Tidak ada yang spesial dari pakaian kasual Elena. Pakaian ini merupakan kemeja lengan panjang berwarna putih dan celana panjang berwarna coklat. Selain itu, dia juga akan memakai jaket dan sepatu yang memiliki warna sama dengan celana panjangnya ketika berada di luar ruangan. Namun karena saat ini dia di dalam ruangan, ia membiarkan kemeja putihnya terlihat dan memakai sebuah sandal biru dongker.
“Hmm, hari ini adalah Sup Ayam, ya?” Elena mengangkat sendok berisikan kaldu sup dan memperhatikannya dengan intens.
“Apakah kamu tidak suka, Elenaku Sayang~?” ucap Yovanca disertai senyuman ramah.
Yovanca Madison merupakan ibu dari Elena. Penampilannya sangat jauh lebih “wow” dibandingkan dengan Elena yang sederhana. Dia memiliki rambut hijau zamrud yang dikepang ke belakang dengan mata hijau yang lebih tua seperti daun dan memiliki kulit putih yang terlihat bersinar. Dia mengenakan gaun berwarna hijau yang identik dengan warna matanya, yang terdapat beberapa rajutan rumit di kedua bahunya.
Salah satu hal "wow" lainnya adalah ukurannya dan pinggang ramping miliknya. Dengan penampilannya ini, ia akan menjadi pusat perhatian ketika berdiri di tengah keramaian tanpa menyembunyikan penampilan aslinya.
"Bukan begitu, Ibunda. Aku hanya merasa tercengang Melati memasak sup ayam hari ini." Elena memasukkan sendok ke dalam mulutnya, menelannya, lalu menjawab, "Biasanya, dia akan memasak tumis kangkung. Bukannya aku mengatakan jika itu tidak enak, tapi terlalu monoton memakan makanan yang sama setiap hari."
"Anu, Nona, membicarakan keburukan orang lain tepat di depannya itu … bukanlah sedikit kejam?" kata Melati di pojok ruangan.
Elena menengok pada Melati dan menjawab, "Yah, kau tahu sendiri, 'kan? Membicarakan keburukan di belakang orang lain itu merupakan perbuatan yang sangat tercela, 'kan?" Lalu membuat tawa kecil selesai mengatakan itu.
"Membicarakan keburukan tepat di depan orang itu bukan berarti lebih baik, kau tahu?" jawab Melati sambil cemberut.
"Aku tidak membicarakan keburukan, aku memberikan kritik. Ini adalah hal yang berbeda, lho, Melati." Sangat jelas jika Elena tersenyum sangat lebar saat ini.
"Sudahlah, Kak Elena dan Kak Melati. Tolong jangan berdebat saat sedang makan. Itu tidak baik untuk kita semua," ucap Ruin menggunakan nada pelan yang terdengar imut.
Ruin Madison merupakan adik angkat keluarga Madison atas saran Elena. Dia beberapa tahun lebih muda dari Elena, yang otomatis memiliki tubuh lebih kecil dan "loli". Kurang lebih sama seperti Yovanca, Ruin memiliki rambut terurai berwarna hijau zamrud sama seperti Yovanca yang mencapai pundaknya, mata berwarna hijau bayam, dan kulit putih cerah. Ia juga memakai sebuah gaun berwarna hijau seperti Yovanca.
Jika Yovanca, Elena, dan Ruin berdiri sejajar di tempat umum, maka malah akan terlihat jika Elena merupakan anak angkat, sedangkan Ruin merupakan anak kandung. Padahal kenyataannya, Elena merupakan anak kandung Yovanca dengan Ruin yang merupakan anak angkat.
*Sss!*
Ketika mereka sedang asyik bercakap-cakap, sebuah kabut hitam muncul di tengah ruangan, berubah menjadi sosok seorang Pria dan langsung duduk di salah satu kuris kosong dengan tangan bersedekap.
"Hehehe, kamu sama sekali tidak memiliki ciri-ciri yang sama dengan ibumu, Elena. Apa hanya, kamu ini merupakan anak yang tertukar?" Pria itu menunjukkan senyum kambingnya (/= senyuman yang ditujukan untuk menyindir) pada Elena.
"Hentikan itu, Noctis. Lagi pula, kamu sendiri sudah melihat proses kelahiranku, 'kan? Kamu sendiri pasti juga tahu kalau spirit kontrak milik seseorang akan mempengaruhi warna rambut dan mata. Aku yakin memiliki kontrak denganmu selaku Spirit King of Dimension dan sebuah boneka aneh membuatku memiliki rambut hitam dan mata hijau." Elena memberikan tatapan sinis pada Noctis.
Noctis memiliki penampilan seperti seorang Pria pada usia 21 tahun. Rambutnya agak panjang, lurus ke bawah, dan mempunyai warna hitam sama seperti Elena. Dia memiliki kulit berwarna kuning langsat dan mata coklat sangat gelap sampai itu akan terlihat seperti hitam ketika tidak diperhatikan secara seksama. Sebagai tambahan, dia memakai sebuah mahkota emas dengan desain mewah untuk perhiasan tambahan.
Walaupun terkadang menyebalkan dan dia merupakan biang keladi yang menyebabkan Elena bereinkarnasi ke dunia ini, Noctis sebenarnya merupakan tipe "kakak laki-laki yang bisa diandalkan" & "guru yang sangat hebat". Namun karena dia telah melakukan riset dan menyendiri untuk waktu yang lama, dia mungkin memiliki kemampuan berkomunikasi yang berkurang, walau baiknya sudah membaik sejak dia menjadi Spirit kontrak Elena.
"By the way, aku tidak melihat Samhain sejak pagi ini. Apa dia memakan permen karet seperti yang biasa dilakukannya setiap saat?" Pertanyaan itu ditujukan pada Melati, tapi alih-alih memperhatikan Melati, Elena justru fokus pada makanannya.
"Yap, seperti yang Anda duga, Nona. Dia sedang makan di pinggiran kolam renang. Apakah Anda ingin Saya memaksanya datang ke mari?"
"Tidak perlu, lagi pula keberadaannya tidak terlalu penting di sini," jawab Elena setelah menelan makanannya.
"Baiklah, Nona."
Saat ini, Elena dan Noctis sudah berada di depan vila ketika selesai makan. Lokasi dari vila ini ada di belakang manor keluarga Madison, dengan atas nama Elena dan diurus oleh Melati, sehingga vila termasuk kepemilikan terpisah dari harta kekayaan keluarga bangsawan Madison. Elena memiliki kehendak penuh untuk mengurusi vila ini menggunakan bantuan Melati.
Ketika mereka berusia 10 tahun, bangsawan di kerajaan Pulchrasia akan masuk ke akademi untuk menimba ilmu sebagai penerus pengurus lembaga pemerintah di masa depan. Minoritas bangsawan kelas rendah hanya akan bersekolah di sekolahan umum di wilayah masing-masing, sedangkan mayoritas yang elite akan masuk ke akademi khusus bangsawan di ibu kota. Elena termasuk dalam kategori kedua, sehingga dia perlu ke ibu kota untuk bersekolah.
'Sebenarnya aku tidak terlalu suka terhadap ide ini. Wilayah dari keluarga Madison berada di paling utara kerajaan, membuat lokasi geografis ini tidak menguntungkan untuk sampai ke ibu kota. Tapi, ya, sudahlah, aku memiliki beberapa cara untuk bisa sampai ke sana dengan cepat,' batin Elena.
"Huwa! Aku tidak menyangka kamu akan tumbuh secepat ini, Putriku. Tidak apa-apa, di sekolah tidak akan terlalu berbahaya, aku yakin kamu akan baik-baik saja. Perhatikan pola makanmu di sana, aku harap kamu bisa berteman baik dengan teman sekelasmu, jangan membuat perkara saat ada acara, dan juga kirimkan surat setiap bulan agar ibu tahu kondisimu…!" Yovanca memeluk erat Elena dengan air mata yang tidak terbendung.
"Ibunda, kamu terlalu berlebihan. Aku hanya akan pergi ke akademi, bukan akan pergi ke rumah suamiku untuk selamanya. Lagi pula, aku berencana untuk pulang setiap hari menggunakan Teleportasi, jadi tidak perlu mengirimkan surat setiap bulannya." Elena memiliki wajah datar ketika mengatakannya.
'Rasa-rasanya akan tidak baik jika aku melepaskan pelukan erat ini secara paksa. Tidak apa lah, lagian aku tidak terlalu terganggu dengan ini. Ibunda memang merupakan ibu yang sangat baik, ya.' Elena sedikit tersenyum ketika berpikir seperti itu.
"Sudah cukup!" Ruin datang ke antara keduanya, lalu memisahkannya secara paksa sebelum mengatakan, "Kak Elena hanya akan pergi ke sekolah dan dia bisa pulang kapan saja menggunakan Teleportasi, Ibunda terlalu berlebihan dengan itu. Lagi pula, Kakak akan pulang setiap hari menggunakan kemampuan Teleportasi."
"Hehe, aku tahu itu. Tapi, bukankah normal bagi seorang ibu untuk merasa sedih atau terharu ketika anaknya beranjak dewasa?" Air mata Yovanca menghilang dengan wajahnya yang langsung berubah cerah.
"Tunggu, apakah Ibunda hanya berakting sejak tadi?" Ruin mengarahkan tatapan mata curiga pada ibunya ini.
"Tepat sekali. Aku tidak benar-benar sedih dan malah merasa senang dengan salah satu Putriku yang akhirnya akan ke sekolah. Aku tidak tahu akan menjadi seberapa besar dampaknya, tapi aku sangat yakin akan terjadi kehebohan besar di sana dengan kedatangan Elena." Yovanca menyeringai sambil mengeluarkan aura gelap mencekam.
Sepertinya dia malah menganggap ini sebagai sesuatu yang hebat dan keren ketika Putrinya —Elena— akan menunjukkan kekuatan pada semua orang dan membuat mereka tercengang kagum. Tapi, jika kehebohan yang terjadi terlalu besar, maka ini sendiri tidak akan bagus untuk semua orang.
"Ibunda, yang satu ini terlalu berlebihan. Aku mungkin bisa menghancurkan ibu kota sendirian saat menggunakan bantuan dari Noctis, tapi bukan berarti aku ingin membuat kekacauan dan memberantakkan apapun yang ada di sana. Selain itu, aku sendiri sudah mempunyai perkara dengan "mereka"." Elena memiliki ekspresi datar, tidak merasa bila ini hebat dan justru merepotkan.
Dia merasa tidak setuju dengan sikap Yovanca yang ingin dia membuat banyak kegaduhan sampai semua orang merasa kaget. Selain itu, Elena sudah memiliki urusan yang belum diselesaikan dengan suatu kelompok tertentu, sehingga membuat dia memiliki pekerjaan yang lebih dari pada hanya menjadi murid biasa. Di kala kesibukan ini, akan menjadi lebih merepotkan jika membuat lebih banyak urusan dengan membuat perkara.
"Tidak, apa, 'kan, Putriku sayang. Jika mereka memperlakukanmu dengan buruk atau kamu mendapatkan perlakukan yang tidak adil, maka kamu boleh menyerang mereka secara sepihak, lho. Kalau kerajaan ini sampai menuntutmu, biar Ibunda-mu ini yang mengurus biaya pindah ke negara lain. Kamu tidak perlu khawatir sama sekali," kata Yovanca yang terdengar ringan, seakan ini bukan merupakan masalau serius.
"Hmph!" Elena melipat tangannya sambil mendengus sombong, lalu melanjutkan, "Jika mereka melakukan tindakan unfair (/\= tidak adil) maka fanfare (/\= pawai; keramaian; gembar-gembor) yang akan aku lakukan pasti akan meriah."
Tentu saja apa yang dimaksud Elena bukan sesuatu yang damai dan menyenangkan, melainkan sesuatu berdarah-darah dan menunjuk kepada penyerangan kepada negara ini. Memang benar jika ini diucapkan dengan bercanda, namun akan menjadi sesuatu yang sangat menyeramkan kalau ini benar-benar dilakukan Elena.
"Hehehe, kamu memang Putriku yang sangat hebat, ya. Tenang saja, Putriku, Ibumu ini akan membantumu sebisanya. Selain itu, kamu juga harus menjaga kesehatanmu selama itu terjadi dan jangan sampai mati saat di dalamnya, ya." Yovanca mengelus-elus rambut Elena sambil menunjukkan senyumnya yang lebar.
"Kakak, Ibunda, huh…." Ruin tampak lelah melihat Kakak Perempuan dan Ibunya memikirkan sesuatu yang berbahaya dan mengancam kesejahteraan negara ini.
Dia, sebagai anggota termuda dalam keluarga ini, tidak tahu apa yang bisa diperbuatnya untuk menghentikan mereka berdua yang lebih senior. Satu-satunya hal yang bisa dilakukannya adalah memasang wajah imut dan meminta kepada mereka berdua untuk menghentikan sesuatu berbahaya yang mereka lakukan. Sebagai adik perempuan yang imut, seharusnya dia akan disayangi oleh kakak-kakaknya.
Noctis muncul dari belakang Ruin dan mengatakan, "Apa kamu khawatir dengan mereka berdua?"
"Tidak juga." Ruin menggelengkan kepalanya sebelum menjawab, "Aku tahu kalau mereka hanya bercandanya dan akan memilih untuk langsung pergi dari pada melakukan ini, tapi tetap saja isi dari percakapan mereka sangat menyeramkan, Noctis-sensei."
Noctis membuat senyuman kecil dan menepuk pelan kepala Ruin, lalu mengatakan, "Sudahlah, kamu tidak perlu memikirkan tentang itu semua. Sebagai anak kecil sepertimu, kamu hanya perlu belajar beberapa hal dasar dan tidak perlu mengurusi sesuatu yang berbobot berat seperti itu. Biarkan kami, orang dewasa yang melakukan itu."
"Um, baiklah, Sensei." Ruin mengangguk.
"Lalu." Noctis mengarahkan pandangannya pada Elena dan Yovanca dan mengatakan, "Sampai kapan kalian akan bercakap-cakap seperti itu? Jangan salahkan aku kalau Elena sampai ketinggalan bel masuk pertama!"
"Oke, Noctis. Aku sangat memahami hal itu, kok. Tapi meskipun kamu mengatakannya seperti itu, masih ada lebih dari 20 menit sebelum itu terjadi." Elena mengarahkan jempolnya pada Noctis.
"Kamu bisa memanfaatkan waktu itu untuk mencari teman, 'kan?" Noctis menatap tajam pada Elena, memberikan penegasan.
"Ayolah, Noctis. Kamu tahu sendiri kalau orang yang memiliki kontrak dengan ciri-ciri warna hitam dianggap menyeramkan dan sulit untuk hidup di dunia ini, 'kan? Dari pada mencoba berteman dengan mereka …." Elena memeluk pinggang Yovanca dan mengatakan, "Aku lebih suka menghabiskan waktuku bersama Ibunda."
"Wah, wah, kamu adalah Gadis yang sangat sayang dengan ibumu ini, ya." Yovanca menekan kepala Elena lebih erat lagi.
“Oke, Ibunda. Aku permisi dulu untuk pergi ke sekolah, ya.” Elena melepaskan pelukannya dan mundur beberapa langkah.
“Ya. Berhati-hatilah selama perjalanan, jangan sampai membunuh bandit, lebih baik kalau kamu menangkapnya hidup-hidup dan menjualnya.” Yovanca menunjukkan wajahnya dengan senyuman cerah sampai dia mengingat, “Oh, benar juga. Apa kamu tidak ingin menyapa ayahmu?”
“Tidak perlu.” Elena menunjukkan telapak tangan kanannya, lalu mengatakan, ”Aku rasa beliau sedang sibuk mengurus beberapa hal terkait pasukan di tempat ini, jadi lebih baik jika aku tidak mengganggunya hanya untuk masalah kecil seperti ini.” Dalam benaknya, ‘Aku kurang akrab dengan ayah, aku tidak ingin menemuinya….’
“Begitu ya? Sayang sekali, aku pikir dia akan suka melihat putrinya sebelum akan berangkat ke sekolah.” Yovanca memandang ke langit dengan satu jari telunjuknya memegangi pipinya.
“Aku pergi dulu.” Elena berbalik dan mengucapkan, “Ayo kita berangkat, Noctis! Kita akan menjadi pasangan (Spirit dan Kontraktor) dengan hubungan kontrak di antara kita!”
“Jangan mengatakan itu dengan percaya diri. Lagi pula, kita bukan pasangan (kekasih) dan tidak memiliki kontrak (kontrak pernikahan) semacam itu!” teriak Noctis dengan tidak terima.
*Cring!*
Cahaya putih menyelimuti tubuh Elena sebelum dia akhirnya menghilang dengan bergerak dalam kecepatan 99.99999% kecepatan cahaya. Ini merupakan teknik Teleportasi yang dimilikinya, yang merupakan salah satu dari banyaknya kemampuan Elena sebagai seorang cenayang. Kemampuan ini memberikan mobilitas yang sangat tinggi pada penggunanya, dan pastinya orang yang memiliki ini mendapatkan banyak keuntungan saat bertarung, entah untuk melarikan diri atau serangan menyelinap.
Yovanca dan Ruin menatap heran Noctis, kemudian Ruin bertanya, “Kenapa kamu masih di sini, Noctis-sensei?”
“Hmm? Bukankah itu sudah jelas? Orang yang bersekolah adalah Elena, lalu kenapa aku harus ikut dengannya?” Noctis mengangkat bahunya, mempertanyakan argumennya pada mereka. “Aku sama sekali tidak memiliki keperluan di sana dan hanya akan menjadi obat nyamuk. Justru kalau aku tetap berada di dekatnya untuk waktu yang lama, Gadis Kecil itu malah akan mempermainkanku dan membuat beberapa hal menjadi lebih runyam, dengan hasil akhir menyuruh aku untuk bertanggung jawab.”
“Elenaku bukan orang yang seperti itu!” Yovanca berteriak pada Noctis sambil mengepalkan tangannya. “Dulu, dia pernah memecahkan sebuah vas bunga dan menggantinya dengan membeli baru menggunakan uang tabungannya sendiri. Aku sangat tahu kalau dia bukan orang yang seperti itu!”
“Ah! Aku masih sangat ingat dengan itu.” Noctis mengangguk dan mengkonfirmasi kebenaran kata-kata Yovanca. “Tapi, aku adalah orang yang membuka portal ke dunia lain dan meminjamkan kartu ATM (Anjungan Tunai Mandiri) padanya, dengan pertukaran dia memberikan beberapa koin emas padaku. Dan ngomong-ngomong, biaya membuka portal ke dunia lain jauh lebih mahal dari pada vas bunganya!”
“Oh, begitu ya.” Setelah mengetahui ini, Yovanca lagi-lagi tersenyum dan mengatakan, “Kamu memang calon menantu yang sangat baik, ya, Noctis.”
“Lolicon,” kata Ruin sambil menatap sinis pada Noctis.
“Aku bukan “lolicon”!” Noctis melipat tangannya dengan wajahnya yang memerah. “Lagian, siapa juga yang membuat skandal pernikahan ini?” Noctis mengalihkan matanya untuk memandang ke arah lain, namun sangat jelas bila saat ini dia sedang tersipu malu.
“Hahaha, kamu sangat imut, ya, Noctis. Aku sangat yakin akan memiliki cucu yang imut jika kamu menikah dengan Putriku Elena.” Yovanca tertawa dengan riangan atas reaksi Noctis ini.
Noctis melirikkan matanya pada Yovanca dan mengatakan, “Pertama yang harus kamu ketahui, usiaku saat ini jauh lebih tua darimu. Apa kamu ingin membuat sinetron “Menantuku Jauh Lebih Tua Dariku”?”
“Yap! Aku rasa itu akan bagus!” Senyuman yang sangat cerah dapat terlihat dengan sangat jelas pada wajah Yovanca dengan mata yang berbinar.
“Tch!” Noctis mendecih. “Aku akan pergi ke tempat Gadis Kecil itu berada, aku khawatir dia akan mengubah seluruh ibu kota menjadi lautan api saat aku tidak ada.”
•••••
*Cring!*
Cahaya putih yang tak lain lagi merupakan Elena jatuh di ibu kota, lebih tepatnya di depan gerbang akademi.
Suasana di sini ramai dengan banyak murid yang sedang pergi masuk ke dalam akademi dan cahaya putih yang dihasilkan Elena sempat membuat mereka tercengang selama beberapa detik. Namun setelah mereka tahu jika itu adalah Elena, mereka kembali ke kegiatan masing-masing, mengabaikan cara datang Elena yang cukup menghebohkan, dan menghapusnya dalam ingatan mereka.
“Seperti yang diharapkan dengan hari pertama masuk sekolah. Aku yakin beberapa di antara mereka memiliki semangat tinggi dalam menimba ilmu, yang sangat berbeda denganku yang merasa malas dan ingin pulang. Aku dapat melihat ini dari tas yang mereka bawa,” gumam Elena sebelum dia mengabaikan mereka semua dan mulai berjalan masuk.
Di dalam akademi, dia maju menuju ke mading (majalah dinding) dan melihat-lihat informasi mengenai berapa banyak nilai rata-rata murid ketika mereka berhasil menyelesaikan ujian masuk. Dengan melihat rata-rata nilai yang ada, dia dapat memperkirakan seberapa tinggi kepintaran murid lain selain dirinya. Ini akan menjadi informasi yang penting jika Elena ingin mendapatkan peringkat atas, namun sayangnya dia tidak memiliki sedikitpun ketertarikan untuk mendapatkan peringkat atas.
‘Hah, yang merepotkan dari dunia ini adalah teknologinya yang sangat terbelakang. Saking terbelakangnya, kertas masih belum ditemukan di dunia ini dan tulis-menulis masih dilakukan di atas perkamen. Selain tidak nyaman ketika menulis di atasnya, harga perkamen termasuk mahal dan rakyat jelata kesulitan membelinya, yang berdampak pada banyaknya penderita buta huruf. Menurut survey yang dilakukan Noctis sembilan belas tahun yang lalu karena bosan, 40% orang di kerajaan ini buta huruf.’
‘Aku sama sekali tidak terbiasa dengan itu dan ingin mengambil sesuatu yang mudah, praktis, dan murah. Maka dari itu, aku pergi ke dunia modern dan membeli beberapa buku, pena, serta beberapa alat tulis lainnya yang dapat memudahkan aku dalam memulai kegiatan belajar. Aku memang tidak memiliki uang di dunia modern, tapi saldo dalam ATM Noctis lumayan banyak dan bisa kugunakan semauku.’
Mata Elena mengarah ke mading dan mencari-cari siapa yang mendapatkan peringkat tertinggi dan terendah. Dia sudah memiliki gambaran kasar tentang siapa yang menduduki kedua peringkat tersebut, namun dia ingin memastikan secara langsung, apakah tebakannya ini benar atau salah. Bukankah tidak baik menyimpulkan semuanya hanya dari dugaan pribadi.
‘Yap, sesuai prediksiku. Dia benar-benar mendapatkan peringkat pertama dari banyaknya semua orang di sini, sedangkan pasangannya mendapatkan posisi terbawah dari semua peserta yang ada. Mereka berdua seharusnya tidak masuk ke tempat ini karena bukan merupakan bangsawan, namun keberadaan dari mereka berdua adalah sesuatu yang cukup unik, sehingga Raja secara pribadi memberikan kesempatan pada mereka berdua.’
Tiba-tiba, pandangan mata Elena menjadi gelap dan dia tidak dapat melihat pemandangan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!