Arden Tenggara, pewaris tunggal kerajaan bisnis Tenggara. Dia terkenal namun belum dikenal karena merupakan pemuda misterius yang masih di sembunyikan oleh keluarganya.
Arden masih menjalani masa pelatihan ketat dan tertutup untuk mengemban kewajiban yang besar dari keluarga ibunya yaitu keluarga Tenggara. Keluarga dari sang ayah tidak diketahui karena ayahnya seorang mafia. Arden di kekang oleh keluarga Tenggara sehingga tidak memiliki akses ke dunia luar sampai dia berumur 25 tahun.
Saat ini Arden masih berumur 22 tahun, 3 tahun lagi masa penantiannya untuk mengambil seluruh haknya dan memulai pencarian. Banyak hal yang harus di cari dan di capai olehnya untuk menempatkan kembali semua pada tempatnya.
~7 tahun yang lalu~
Arden remaja yang masih berusia 15 tahun sedang duduk di sebuah lapangan panti asuhan yang sudah 2 tahun ini ditempati olehnya. Ditemani seorang gadis remaja berusia 13 tahun kala itu, bertubuh mungil duduk sampingnya, bersenda gurau dan tertawa. Cinta pertamanya, Hanny, namanya Hanny Tanisha Alexander. Gadis bertubuh mungil, berkulit putih cerah, pipi chubby kemerahan dengan rambut berwarna coklat terang, wajah belasteran tentunya sama dengan Arden. "Sangat menggemaskan" Pikirnya. Arden lebih telihat wajah bulenya dari pada Hanny yang hanya terlihat mempunyai keturunan bule. Karena ibunya adalah wanita yang berasal dari Rusia dan ayahnya asli orang lokal.
"Kak bule.. sampai kapan kau rahasiakan namamu kak?" Tanya Hanny sedikit merengut dan menarik pipi Arden.
"Hehe... karena itu rahasia." Jawab Arden sambil mengacak rambut Hanny dengan gemasnya.
"Ck.." Hanny berdecak kesal. "Ya sudah, aku beri nama baru saja ya? Daripada di panggil kak bule." Ujarnya dengan mata berbinar menghadap Arden dan dia pun tersenyum dan mengangguk tanda setuju.
"Kalau begitu aku berikan nama yang keren.. ehm.. bagaimana kalau Jo?" Tanyanya setelah berpikir sejenak. Arden pun mengerutkan keningnya dan tetap menatap lekat Hanny yang selalu membuatnya bahagia itu.
"Jo..? Boleh juga, nama panjangnya apa?" Tanya Arden lagi.
"Jo.. Paijo! pa i jo." Jawab Hanny lalu tertawa terbahak-bahak sambil memegang perutnya. Arden pun ikut tertawa melihat tingkah konyol gadis cinta pertamanya itu.
"Kan unik kak, wajah terlalu tampan ini, wajah bule tapi namanya PAIJO" Ucapnya lagi dengan senangnya. Arden hanya tergeleng dan tersenyum melihatnya.
"Terserah kau saja, gadis kecil." Ucap Arden kemudian mengecup pipi Hanny sekilas. Hanny pun tertunduk malu dengan pipinya yang semakin merona merah.
Sudah 2 tahun ini mereka saling bertemu di Panti Asuhan Harapan Bunda yang berada lumayan jauh dari kota. Hanny datang setiap hari minggu untuk mengantarkan bahan makanan dan terkadang buku-buku untuk anak-anak di panti. Sekalian mengunjungi makam ibunya yang tidak jauh dari panti asuhan ini.
Hanny dan Arden betemu ketika Arden ditemukan tak sadarkan diri di pinggir sungai di belakang panti dengan tubuh penuh luka oleh penjaga panti ketika Hanny sedang berkunjung 2 tahun yang lalu. Setelah dirawat dan diobati Arden siuman dan wajah pertama yang dilihatnya adalah Hanny, gadis kecil yang dikira malaikat olehnya. Sejak saat itu mereka mulai dekat meskipun Hanny hanya berkunjung pada hari Minggu tetapi Arden dengan senang menunggunya. Hingga kini mereka semakin dekat, kedua remaja itu saling menatap kagum.
"Kak Jo..aku suka dengan mata kakak, kenapa bisa berwarna hijau?" Tanya Hanny yang entah sudah berapa kalinya dan tetap dijawab dengan senyuman oleh Arden.
"Aku juga suka matamu Han." Jawab Arden menatap lekat ke mata milik Hanny yang berwarna abu-abu sedikit gelap ditengah pupil matanya.
Mereka selalu saling takjub saling memandang, tidak tau sejak kapan rasa itu dimulai. Mungkin orang lain akan berkata bahwa itu adalah cinta monyetnya anak-anak, tapi tidak bagi Arden yang hatinya sudah terkunci rapat oleh Hanny, hanya Hanny yang membuatnya bertahan hingga kini.
"Hanny.. ayo pulang, sudah sore sayang." Panngil ayah Hanny yang baru keluar dari ruangan kantor Ibu Panti, Ibu Risma.
"Baik papi." Jawabnya tetapi masih enggan beranjak dari tempat duduknya.
"Ayo Han, minggu depan kita datang lagi oke?" Bujuk papinya lagi. "Hai anak bule, suruh dia pulang. Sejak bertemu denganmu dia jadi tidak nurut pada papinya." Titahnya melirik gemas ke arah Arden.
Arden tersenyum kecil, "Baik om Alex." Balas Arden dan tangannya langsung mengelus puncak kepala Hanny.
"Hanny pulang dulu ya... minggu depan kita bertemu lagi dan aku akan memberimu hadiah." Bujuk Arden pada Hanny dan dibalas anggukan seraya beranjak dari samping Arden dan menghampiri papinya.
"Kak Jo janji ya, aku tunggu hadiahnya. Byee.." Hanny berlalu dan menaiki mobil dan pergi meninggalkan panti asuhan itu.
Tak lama dari Hanny pergi, ibu Risma menghampiri Arden. "Bagaimana nak? Sudah mau menghubungi keluargamu?" Tanya Bu Risma lembut pada Arden. Bu Risma tau Arden menyembunyikan namanya dan tidak ingin kembali ke keluarganya.
"Tidak bu, aku akan menunggu seseorang yang datang padaku dengan bukti valid untuk membawaku dan bukti itu harus menyatakan bahwa benar mereka keluarga kandungku." Jawab Arden dengan wajah datarnya dan terkesan dingin.
"Baiklah nak." Bu Risma akhirnya pergi meninggalkan Arden sendiri ditaman panti itu. Arden memang anak yang penyendiri tetapi baik hati dan rajin menolong adik-adiknya di panti.
Arden selalu ingat pesan dari bundanya sejak dia kecil, "Jika kita terpisah, ingatlah jangan percaya siapapun yang mengaku keluarga kalian. harus ada bukti valid kalau kalian terbukti keluarga kandung. Itu untuk melindungi kalian dari orang jahat yang ingin memisahkan keluarga kita. Ingat ya Arden, Arlen." Pesan Bunda pada mereka pertama kali saat mereka masih 10 tahun. Setelah itu, keluarga mereka benar-benar terpisah.
Ayah menggendong Arlen dan tertembak di dadanya. Arlen terjatuh dan ditangkap entah oleh siapa. Arden dan Bunda sempat melarikan diri dibantu oleh Om Darren yang saat itu bertugas mengendarai mobil saat mereka melarikan diri. Setelah berhasil kabur dari para pengejar itu, Om Darren kembali ke lokasi tempat ayah ditembak tetapi tidak menemukan apapun, hanya sisa darah yang telah dibersihkan dan kalung milik Arlen.
~TBC~
Sesuai Janjinya, Hanny kembali lagi mengunjungi panti asuhan untuk bertemu Arden yang saat ini dipanggil Jo olehnya.
"Kak Jo..." Panggilnya berteriak senang sambil berlari kearah Arden yang sedang membantu adik-adiknya membersihkan halaman. Arden tersenyum bahagia, malaikatnya kembali lagi.
Semua penghuni panti tentu sangat tau kalau Hanny dan Arden jika sudah bersama tak bisa dipisahkan. Arden segera mencuci tangannya lalu menghampiri Hanny yang telah duduk manis di kursi lapangan di bawah pohon rindang tempat mereka biasanya mengobrol.
"Mana hadiahnya.." Sambil mengulurkan tangannya panjang ke arah Arden yang baru sampai di hadapannya.
"Baiklah.. tunggu sebentar." Arden lalu berputar dan kembali masuk ke dalam panti untuk mengambil hadiah untuk Hanny dilemari kamarnya. Tapi sebelum itu dia menghampiri Om Alex yang sedang duduk di ruang tamu karena menunggu Bu Risma selesai dengan tamunya.
"Om.. saya mau minta izin. Jika dewasa nanti saya akan menikahi Hanny." Ujarnya tegas setelah berdiri di depan Alex. Alex menatap aneh ke Arden, "Dasar bocah aneh" Pikirnya dan terkekeh pelan.
"Belajar dulu yang benar, bertumbuh dewasa. Sampai waktunya tiba jika kalian berjodoh pasti akan bersama." Alex menjelaskan, sambil tersenyum lembut. Alex tau keseriusan Arden dan tidak bisa membantah bahwa putrinya juga meminta hal yang sama padanya beberapa waktu yang lalu.
"Saya janji om, setelah dewasa akan kembali pada Hanny. Tolong om selalu jaga Hanny untukku ya." Ucap Arden yang membuat Alex terdiam sesaat.
"Memangnya kamu mau kemana?" Tanya Alex mendengar ucapan Arden seperti akan pergi.
"Mungkin sebentar lagi keluarga saya akan datang om, mungkin akan pergi jauh. Tetapi saya pasti akan kembali." Ucap Arden lagi kemudian pergi dari sana meninggalkan Alex yang masih bingung dengan penjelasan anak remaja aneh itu. Tetapi Alex juga yakin kalau remaja itu serius.
"Kak Jo.. kenapa lama sih?" keluh Hanny dengan mengerucutkan bibirnya ke arah Arden yang baru saja menghampirinya. Arden duduk di sebelah Hanny dan mengeluarkan sebuah kalung dari saku celananya. Kalung panjang dengan liontin berbentuk kunci yang antik.
"Ini untukmu Han." Kata Arden setelah membelah liontin itu menjadi 2, berikut juga kalung panjang itu ikut terbelah. Hanny menatap jaktub tak percaya ada kalung yang bisa terbelah 2.
"Wow.. kenapa bisa kak?" Tanyanya yang sudah memegang sebagian kalung itu beserta kunci yang terbelah.
"Ini dibuat khusus oleh ayahku untuk kami." Jawab Arden.
"Kami?" Tanya Hannya meyakinkan ucapannya.
"Iya, aku dan saudara kembarku. Kau harus selalu memakai itu ya.." Jawab Arden lagi dengan menghela napasnya sejenak lalu mencritakan kisahnya lagi.
"Kami terpisah saat berumur 10 tahun, itu 5 tahun lalu. Ayahku tertembak dengan menggendong adik kembarku dan mereka hilang. Aku dan bunda berhasil kabur dibantu teman ayah. Sampai sekarang aku tidak tau dimana ayah dan adikku. Kalau bunda mungkin telah meninggalkanku selamanya, 2 tahun lalu sewaktu hanyut sampai disini. Kami terjun dari atas tebing ke sungai dan waktu bangun aku sudah berada disini." Jelas Arden terlihat wajahnya begitu sedih menceritakan hal terburuknya.
Hanny menangis mendengarkan, lalu memeluk Arden sambil tetap terisak sedih.
"Hanny.." Panggil Arden dengan lembut dan melepaskan pelukan Hanny darinya. Arden mengangkat wajah Hanny untuk menatap wajahnya.
"Tatap aku, lihat mataku." Katanya dan Hanny langsung menatap lekat ke mata Arden.
"Ingat wajah ini, ingat mata ini, ingatlah hanya ada 1 bule tampan dengan nama Jo Paijo. Ok?" Hanny akhirnya tertawa mendengar ucapan Arden dan menganggukkan kepalanya. Mata hijau itu, tidak mungkin Hanny akan lupa, mata itu yang selalu membiusnya membuatnya merasakan debaran kencang di jantungnya selama ini.
"Aku tidak akan melupakannmu Hanny. Aku mencintaimu, di hatiku sudah ada namamu, hanya dirimu." Arden lalu memeluk Hanny. Mungkin orang dewasa akan bilang, mereka hanya anak kecil yang sedang menuju masa remajanya. Tetapi hati mereka sudah terpaut erat.
"Aku juga kak Jo. Kita akan selalu bersama. Tapi kata papi ini cuma cinta monyet karna kita masih kecil. Kan aneh ya? Masa monyet bisa cinta sama kita." Ujar Hanny polos, Arden melepaskan pelukannya dan mencubit pipi merah Hanny dengan gemas.
"Pokoknya, kau harus selalu menungguku. Mengerti?" Sambungnya lagi dan Hanny hanya mengangguk.
"Ah..lucunya gadis kecilku." Batin Arden.
~TBC~
Malam harinya menjelang tidur, Arden termenung mengenang pertemuannya dengan orang yang mengaku dari keluarga Tenggara. Oma Susi, begitu dia ingin dipanggil. Memang sudah 1 bulan sejak pertemuannya dengan Oma Susi dan Arden juga tau ada beberapa penjaga yang di sebarkan Oma Susi di sekitar Arden. Namun itu belum juga membuat Arden percaya pada nenek tua itu sebelum dia membawakan bukti valid bahwa dia adalah dari keluarga Tenggara. Sampai sore tadi, Oma Susi datang menemuinya dan Bu Risma memberikan hasil tes DNA Arden dengan Arlen, tetapi yang membuat Arden syok berat adalah kabar duka bahwa Arlen telah meninggal bunuh diri setahun lalu. Arden sungguh tak ingin percaya, adik kembarnya yang sangat dia rindukan telah tidak ada.
"Baiklah, aku ikut denganmu." Ujar Arden tegar mendengarkan penjelasan Oma Susi dan membujuknya untuk kembali ke rumah besar Tenggara.
"Tapi dengan beberapa syarat." Terjadi tawar menawar antara Arden dan Oma Susi di ruangan Bu Risma.
"Baiklah nak, apa syaratmu." Oma Susi akhirnya menerima permintaan Arden, karena mau tidak mau hanya Arden pewaris sah dan keturunan dari keluarga Tenggara.
"Oma lihat gadis disana." Tunjuk Arden melalui jendela ruangan ke arah Hanny yang sedang duduk bersama Alex yang segera akan pulang setelah istirahat sejenak selesai membantu membersihan halaman panti. Oma mengikuti pandangan Arden ke gadis itu.
"Jaga dia, jangan biarkan dia menderita, terluka ataupun menangis. Dia calon istriku." tegas Arden. Oma Susi sedikit terkejut, lalu tersenyum dan mengangguk.
"Yudi, kau taukan apa yang harus dilakukan?" Tanya Oma Susi ke salah satu ajudannya disana.
"Baik Nyonya besar." jawab Yudi sambil sedikit menunduk dan segera keluar menemui Alex di luar.
"Tenang saja nak, mereka akan baik-baik saja." Ujar Oma Susi dan Arden tetap tak melepaskan pandangannya dari Hanny.
Arden tau, mulai saat ini dia tidak akan bisa menemui Hanny lagi. Setelah Arden dan bundanya tinggal hanya berdua, bunda selalu menceritakan kisahnya dari kecil di keluarga Tenggara dan selalu berpesan bahwa mereka tidak boleh menunjukkan bahwa mereka adalah bagian dari keluarga Tenggara. Maka Arden tidak ingin orang di panti tau namanya. Dia rela di panggil kak bule oleh adik-adik di panti.
Akhirnya Arden terlelap juga setelah pikirannya melayang jauh memikirkan apa yang akan terjadi kedepannya.
Sementara itu di sebuah rumah sederhana Alex mendapat kabar bahwa dia besok harus datang lebih pagi dan langsung menuju kediaman Salim, bos besar di tempatnya bekerja. Dengan bingung dia meng'iya'kan perintah itu dan menutup sambungan teleponnya. Alex segera tidur untuk bisa berangkat sepagi mungkin karena kediaman Salim ada di pusat kota dekat perusahaan utama. Sedangkan dia hanya staff keuangan di anak perusahaan di pinggiran kota. akan butuh waktu 1,5 jam sampai disana dari rumahnya.
~Kediaman Salim~
"Selamat pagi pak, saya diperintahkan untuk kesini menemui Tuan Salim, nama saya Alexander." Alex menyapa di pos security di depan gerbang kediaman Salim.
"Sebentar Pak Alexander." Salah satu security segera melihat buku tamu yang dipegangnya dan menemukan memang benar nama Alexander adalah tamu pertama di kediaman Salim.
"Silakan masuk pak, langsung saja nanti bertemu kepala pelayan di rumah besar." Salah satu security membukakan gerbang dan mempersilakan mobil Alex masuk menuju rumah besar itu.
Alex telah duduk di depan Tuan Salim, saat ini direktur utama Lim Elt. adalah Adam Salim. Setelah berbincang sejenak dan mengetahui bahwa Alex akan dipindahkan ke kantor pusat dengan jabatan dinaikan menjadi manager keuangan, tentu membuat Alex begitu bahagia.
"Terima kasih Bapak Adam, saya akan dengan iklas serta tanggungjawab mengemban tugas yang diberikan." Ujar Alex sambil berjabat tangan untuk kesekian kalinya dan di jawab anggukan oleh Adam. Alex segera pulang kerumahnya untuk memberitahukan ke Hanny bahwa mereka akan segera pindah ke kota. Alex diberikan waktu 3 hari libur untuk mengurus kepindahannya. Bukan hanya pindah ke kantor dan rumah tetapi Hanny juga harus pindah sekolah yang telah disediakan oleh perusahaan.
Hanny sedikit tidak rela untuk pergi ke kota karena akan semakin jauh dari Arden, sebelum mereka pergi Hanny menyempatkan untuk bertemu dengan Ardern tetapi kekecewaan yang diapatnya karena Arden telah pergi dari panti sauhan itu. Selama perjalan ke kota, Hanny terus saja menangis sambil menggenggam erat kalung yang diberikan Arden untuknya. Semoga mereka segera dipertemukan kembali.
~TBC~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!