NovelToon NovelToon

CINTA LUAR BIASA

Menikah Denganku

Suatu hari di kota pelajar di tengah teriknya matahari musim panas, tiga sahabat sedang bercengkerama menikmati sore di kafe Zeen yang terletak di daerah utara Jogja. Kawasan yang dulunya menjadi lahan sebuah universitas negeri terkemuka namun kini telah berkembang dengan banyaknya kafe dan tempat makan untuk para mahasiswa baik para pekerja kantoran.

"Hahahaaa, sumpah aku gak salah denger kan, Sayang?" Dengan tawa terbahak-bahak Raditya Bayuaji mendengar ucapan Rinjani Aulia Aswatama.

"Eh mak, beneran lu jadi kader posyandu? Hahahaaha. Seorang Rinjani?!" Tambah Widya Candrakanti terkekeh.

Mereka berdua adalah sahabat Rinjani sejak menempuh bangku perkuliahan di universitas negeri terbaik di kota ini. Persahabatan yang sudah berjalan selama tujuh tahun, walau sejak lulus intensitas nongkrong mereka tak se-rutin pada masa perkuliahan.

"Kalian tahu sendiri mama sudah ikut dengan papa ke Kalimantan 2 bulan yang lalu, sejak bulan ini aku gantiin mama di kehidupan sosialnya di dekat rumah." gerutu Rinjani.

"Tapi kamu mau-mau aja sih?" Sahut Widya menatap Rinjani.

"Kalau gak duit bulanan dihentiin, aku penggangguran kali." ujar Rinjani mengingatkan kalau ia sudah resign tiga bulan lalu.

"Kerja donk!" Sahut Radit. "Mau gak kerja jadi kasir di warungku, gaji terserah kamu dengan syarat dan ketentuan berlaku tapi" lanjutnya.

Kedua sahabat Rinjani dari keluarga berada, Radit adalah anak tunggal dari orang tua yang mempunyai warung gudeg terkenal di Jogja dengan 3 cabang. Sementara Widya anak kedua, dia mempunyai kakak laki-laki yang sudah menikah, keluarganya memiliki satu hotel bintang tiga di kawasan Malioboro dan beberapa kost-kostan eksklusif. Rinjani sendiri papanya adalah pejabat BUMN yang selalu berpindah dari pulau ke pulau di Indonesia.

"Siapa suruh kamu resign dari kantor itu." kata Widya memulai.

"Kamu ingin aku bertahan di kantor neraka itu, gajinya tinggi tapi bossnya sedeng, capek aku!" sungut Rinjani.

Kedua sahabatnya langsung tertawa, Widya sengaja mengungkit ex kantor Rinjani karena pastinya diikuti dengan sumpah serapah.

"Kerjalah denganku." sahut Radit.

"Emoh_gak mau, pasti syaratnya nikah ma kamu." sergah Rinjani sambil mencibir.

"Hahahaha, setidaknya kalau kamu menikah denganku, itu jadi ladang pahala buatmu sayang." Radit dengan berharap.

"Andai kamu normal! mungkin lain cerita bow! Kamu gak demen cewek soalnya, percuma tuh otot gede, lagian kamu bukan tipeku dit.. kamu kurang tinggi, ingat pasal 183. Tinggi minimal 183 cm!" Tegas Rinjani menatap Radit, mereka berdua memang seperti anjing dan kucing.

"Aku 176 sayang, kamunya yang ketinggian untuk ukuran cewek indo, 171! Tapi masih enak dipeluk, coba deh." kata Radit sambil berdiri merentangkan kedua tangannya, dan Rinjani pun sontak berdiri masuk ke dalam pelukan Radit. Widya tidak membuang kesempatan itu dan langsung mengambil foto mereka, lumayan buat postingan inst*gram, batinnya.

"Kan? masih enak dipeluk aku. Aku akan tobat kalau kamu menerima lamaranku, ibu ngejar terus soal calon mantu, aku sudah 25 tahun, please help me, my bestfriend." ucap Radit dengan manja mengencangkan pelukannya.

"Hahahaha, geli sumpah." ucap Rinjani sambil melepaskan pelukan Radit "Sayang aku gak rasa dit, mungkin kamu perlu santet aku dulu." lanjutnya tergelak tawa sambil kembali duduk, Radit membalas dengan pura-pura kecewa.

"Ada yang cakep gak di Posyandu?" Tanya Widya mengalihkan pembicaraan.

"Emangnya mall banyak yang cakep, paling yang datang ibu-ibu dan balita." sanggah Radit.

"Ehhh ada donk." Rinjani menimpali dengan semangat.

"Weh cerita!" Widya langsung kepo.

Rinjani mengingat kejadian minggu lalu, ia bertugas di bagian mengukur tinggi badan bayi dengan kotak kayu sebagai meja ukur, yang sebenarnya ia juga heran dengan jaman secanggih ini namun masih menggunakan alat sesederhana itu.

Saat ia mengukur bayi perempuan berusia 13 bulan, anak tersebut menangis, setelah di ukur pun dan digendong oleh pengasuhnya malah semakin menjadi tangisannya. Rinjani pun berisiatif mengambil bayi itu dan menenangkannya, dan selang berapa menit tangisannya pun berhenti. Tak lama kemudian seorang pria tinggi berkemeja rapi berusia sekitar awal 30an mengambil alih bayi itu dari gendongan Rinjani.

"Begitu.."kata Rinjani menjelaskan sambil mengenang.

"Cakep?" Widya bertanya masih dengan kepo tingkat tingginya.

"Cakep tauk, tinggi hot daddy pokoknya, hahaha." Rinjani sambil menerawang mengingat sosok pria itu "Duren bow! kata bu RW bininya meninggal saat melahirkan si adik bayi." lanjutnya.

"Kasihan, pasti berat mengurus anak dalam kondisi seperti itu." ucap Radit prihatin.

"Iya, tapi ada pengasuhnya sih, itu bapak baru pindah di luar kompleksku sih. Rumahnya paling gede, tajir sih pasti." kata Rinjani menjelaskan.

"Jadi kamu mau jadi mama baru anak itu?" ucap Widya mengompori masih dengan terkekeh.

"Ya ampun, umur baru 24 masih mau ngapa-ngapain. Urus diri sendiri saja aku malas apalagi ngurus satu paket komplit suami dan anak." sanggah Rinjani sambil menggelengkan kepala.

"Tapi mukamu memerah bahas tuh mas-mas." ucap Radit sambil cemberut

"Matamu yang rusak!" Elak Rinjani "Anaknya cantik, papanya cakep, mendiang istrinya pasti cantik banget." tambah Rinjani.

"Kamu bener-bener yah." kata Widya sambil geleng-geleng kepala.

"Pulang yok, atau kita lanjut dugem nih malam." ucap Radit.

"K*mpret, hari gini." tawa Widya sambil berdiri dan berjalan menuju kasir diikuti dua sahabatnya yang saling bergandengan tangan.

"Lain kali kita nongki, aku jemput saja." kata Radit menatap Rinjani.

Rinjani langsung menarik rambut Radit,

"Insyaf dulu, baru pedekate ma aku."

"Sudah-sudah kalian itu tiap bertemu pasti kek begitu" Widya menengahi.

"Tauk tuh si Radit, aneh saja akhir-akhir ini." Rinjani manyun menatap Radit_sahabat yang sebenarnya dari segi fisik memiliki wajah yang tampan, kulit putih bersih, kedua bola mata yang hangat dan berbinar. Sayang semua kartu jelek seorang Raditya sudah di tangan Rinjani.

 

*********

alo kesayangan💕,

sekian lama akhirnya aku mulai merevisi novel ini, sangat ambyar penulisannya sementara yang baca sampai 2jt viewers..

aku biasanya tidak membalas komen kalian di novel ending, maafkan🙏

terlebih beberapa readers menjudge seorang Rinjani yang menjadi tokoh novel ini.

CLB adalah imaginasi author, kalaupun di real life.. ada memiliki cerita sama, biarlah hidup di dunia yang berbeda.

happy reading, y'all.

love,

D😘

Yogyakarta, 10 Mei 2021

Corona Lyfe

 

Sahabat Jadi Cinta

Go on now, go. Walk out the door

Just turn around now ‘cause you’re not welcome anymore

Weren’t you the one who tried to hurt me with goodbye?

Did you think I’d crumble?

Did you think I’d lay down and die?

I Will Survive - Gloria Gaynor

Rinjani dengan semangat menyanyikan lagu yang terputar di tape mobilnya, lagu move on saat ia putus cinta 7 bulan lalu yang dengan Gio Hadiwijaya, laki-laki yang menjadi pacarnya sejak sekolah menengah. Mereka berpisah karena Gio ketahuan berselingkuh dengan teman kuliah program magister-nya di Australia.

"Br*ngsek!" Maki Rinjani sambil membelokkan mobilnya ke kanan melewati jalur dua luar kompleks perumahan dan memelankan mobilnya saat di depan rumah pria-duren-itu. Ia melihat sebuah mobil Pajero Sport berwarna hitam terparkir di halaman rumah.

Dia sudah pulang kantor, batin Rinjani. Kemudian Rinjani terus melajukan mobilnya menuju gerbang kompleks yang tidak begitu besar, hanya berjumlah sekitar 60 rumah.

Rinjani selama 24 tahun usianya selalu berpindah-pindah mengikuti daerah dinas papanya, Hutomo Aswatama. Rinjani lahir di pulau Bali, masa kecil di Jawa Barat, menamatkan sekolah menengah di Jakarta kemudian memutuskan berkuliah di Jogja. Mereka mempunyai rumah di Jakarta Timur, namun untuk sementara disewakan kepada pasangan suami istri. Ini dilakukan karena beberapa tahun terakhir dibiarkan kosong karena kakak sulungnya, Keanu Pranaja Aswatama memilih tinggal di apartemen pusat kota dengan alasan akses lebih gampang ke kantor.

Saat tahun kedua Rinjani berkuliah, papanya yang pindah dinas ke Yogyakarta memutuskan untuk membeli sebuah hunian di pusat kota. Namun setahun belakangan harus menerima keputusan mutasi kerja ke pulau Kalimantan dan Rinjani memutuskan untuk tidak ikut. Rinjani terlalu cinta dengan Yogyakarta.

Trrrrrrr...

Ponselnya bergetar sesampai di rumah.

Halo, suara renyah terdengar di kuping Rinjani.

"Halo abang, panjang umur saja, baru dibatin sudah telepon."

Ngapain lo? abang kangen nih, tanya Keanu di telepon.

"Alasan, tumben telepon." kekeh Rinjani ringan.

Kamu jadian ma si Radit? Keanu to the point.

"Dapat info dari mana?" Tanya balik Rinjani.

Tuh, diposting ma Widya di Inst*gram.

"Belum aku lihat, sudah deh bang.. mau tak cek."

Tanyain ke Radit, kalau mau ngelangkahin, abang minta ferrari! Kirain dia naksir abang, malah pelukannya ma kamu, tawa Keanu membuat Rinjani sewot.

"Jijik!" Singkat Rinjani mematikan telepon dan buru-buru membuka inst*gram, Widya mengunggah foto Rinjani dan Radit yang berpelukan dengan caption "sahabat jadi cinta".

Unggahan foto tersebut langsung mendapatkan perhatian dari teman-teman yang mengenal mereka. Pun semuanya langsung berkomentar saling berbalas satu sama lain.

Rinjani kemudian mengetuk layar ponselnya sebanyak dua kali dan memberikan komentar "I love you @raditaji21"

Rinjani sengaja agar unggahan Widya semakin semarak.

Bagi Rinjani, mereka adalah sahabat rasa saudara, selama 7 tahun banyak membantu melewati berbagai fase hidupnya. Masa-masa kuliah, kerja, putus cinta, Widya dan Radit selalu menjadi tempat curahan keluh kesah begitupun sebaliknya.

Ting!

Bu Kristina mengirimkan pesan.

Besok kita berenang saja dan sauna yah?

Bu Kristina adalah salah satu teman mama Rinjani yang tinggal di blok C. Dan sejak 2 minggu terakhir menjadi teman gym Rinjani di Hotel Jendra. Bu Kristina yang tahun ini berusia 54 tahun namun badannya masih memiliki kekuatan untuk rutin ke gym, bentuk tubuhnya juga masih sangat bagus.

Bu Kristina setahu Rinjani adalah seorang single parent dengan dua anak. Anak perempuannya telah menikah dan tinggal di Jakarta sementara anak bungsu laki-lakinya sedang menuntut ilmu di luar negeri. Bu Kristina mempunyai sebuah perusahaan pembuatan batik dengan dua toko di Yogyakarta.

Rinjani chat,

Oke bu, saya jemput atau ibu?

Bu Kristina chat,

Ibu saja jam 7 pagi

Keesokan harinya, sebuah mobil Xpander merah berhenti di depan rumah. Rinjani yang sedari tadi telah berdiri depan pintu pagar langsung membuka mobil yang dikemudikan Bu Kristina.

"Pagi bu, seger banget kelihatannya." Ucap Rinjani menyapa Bu Kristina dengan riang.

"Kamu juga, cantik." balas Bu Kristina sambil melirik kemudian melajukan mobil.

"Besok ibu gak ke gym, mau ke Jakarta." celetuk Bu Kristina tetap fokus dengan jalanan Kota Yogyakarta.

"Ngapain bu, bisnis yah?" Tanya Rinjani.

"Mau jemput Ezra anak ibu yang balik Indo, kuliahnya kan sudah kelar 5 bulan lalu, dia mau ngumpul dulu ma kakaknya si Indah yang di Jakarta berapa hari, baru kembali ke Jogja" jelas Bu Kristina ringan.

"Baiklah bu, besok saya berangkat sendiri nge-gymnya."

"Bawa baju ganti gak, nanti temani ibu ke toko sekalian yah." pinta Bu Kristina.

"Bawa kok." balas Rinjani sambil memperhatikan Bu Kristina memarkirkan mobil setelah mereka sampai di parkiran hotel.

***************

Single

Hotel Jendra salah satu hotel terbaik di Kota Yogyakarta, letaknya yang strategis dan berbintang 4, memiliki fasilitas kolam renang yang dikelilingi oleh taman dan pepohonan membuat nuansa asri dan nyaman.

Setelah berenang selama 20 menit, Rinjani menyudahi sesi olahraga airnya yang kemudian ia terlihat mengutak-atik ponsel. Rinjani mencoba berswafoto sambil tersenyum tipis.

"Foto ibu juga" sahut Bu Kristina yang sedang di pinggir kolam, Rinjani berswafoto dengan Bu Kristina di belakang.

"Kirim yah ke WA." pinta wanita paruh baya yang mengenakan baju renang.

"Sip deh bu." jawab Rinjani langsung mengirimkan foto yang diambilnya. Ia tidak tahu jika gerak-geriknya diawasi oleh sepasang mata dari balik jendela kaca kantor Hotel Jendra di lantai dua. Si pria yang mengenakan pakaian kantor kemudian kemudian menekan tiga angka ekstension sekretarisnya.

"Bu Sri, tolong hubungi pool bar untuk memberikan 2 paket breakfast ke mbak yang berpakaian renang warna biru." Ujarnya sambil tersenyum sendiri.

Pria itu pun kembali ke tempat semula memperhatikan si gadis cantik yang ditemuinya saat posyandu nampak terkaget mendapatkan kiriman paket breakfast, Harry Rajendra pun tersenyum puas.

"Padahal kita gak pesan, ibu gak pesan kan?" Tanya Rinjani memastikan dengan semangat. Matanya mengerling ke arah Bu Kristina sambil meneguk jus jeruk yang baru diantarkan pegawai bar.

"Tidak, ibu maunya habis ini mau ngajak makan bareng di luar ma kamu." ucap Bu Kristina sambil mengambil sandwichnya "Sudah di kirim fotonya?"

"Sudah kan." jawab Rinjani, entah kenapa dengan Bu Kristina ini ia sangat akrab, sementara usia membentang lebar di antara mereka. Ini bisa dikatakan pertemanan beda umur.

Tak lama kemudian Rinjani melihat foto mereka telah menjadi status di Whatsapp milik Bu Kristina. "Renang dengan Rinjani". Ini bukan pertama kali bagi Bu Kristina mengunggah foto kebersamaan mereka, malah tiap kali ketika mereka keluar bersama pasti dipamerkannya dengan sepengetahuan Rinjani.

Ibu jaman sekarang memang ngalahin yang lebih muda, batin Rinjani.

~~

Keesokan paginya Rinjani berangkat gym tanpa ditemani oleh Bu Kristina. Ia telah terdaftar sebagai membership gym untuk setahun ke depan dengan biaya agak lumayan di bandingkan gym di luar sana. Sebuah kerugian jika fasilitas tersebut tidak digunakan.

Setelah menaruh tasnya di loker, Rinjani pun menuju ruang gym. Setelah melakukan pemanasan, ia memilih mengayuh sepeda cardio. Rinjani asyik mendengarkan lagu di headphone hingga tak sadar jika ada sosok berdiri di sampingnya.

"Eh, pak." Rinjani kaget sambil mencopot headphonenya sesaat sadar akan keberadaan pria berbadan tinggi yang mengenakan baju olahraga hitam dan celana pendek hitam di sampingnya.

"Harry Rajendra." sambil menjulurkan tangannya.

"Rinjani " menyambut tangan kokoh pria itu.

"Mamanya mana?" tanya Harry mengerling ke tiap sudut gym.

"Eh?" Rinjani sempat kebingungan kemudian tersentak paham. "Oh Ibu Kristina? Beliau bukan mama saya, tapi tetangga di kompleks. Ibu Kristina sedang ke Jakarta." lanjutnya sambil mengulas senyuman tipis.

"Saya temani yah, saya juga mau olahraga." sahut pak Harry sambil duduk di sepeda sebelahnya.

"Maisya apa kabar pak?" Tanya Rinjani berbasa-basi ketika menemukan bahan pembicaraan, sementara itu ia sedang menguasai kegugupan yang melanda dengan tiba-tiba.

"Sehat, ada di rumah. Kapan-kapan main ke rumah kalau mau ketemu Maisya." ucap Harry menawarkan dengan sungguh-sungguh.

Rinjani kemudian melirik pria yang hanya sekali bertemu kemudian kini keduanya bersisian di gym. Pria itu terlihat tenang, sesekali Rinjani melihat senyuman bijak terpatri di wajah Harry Rajendra.

Setelah sejam berolahraga bersama alias Harry menjadi personal trainer bagi Rinjani. Pria dewasa itu mengajarkan secara rinci dalam menggunakan alat-alat gym, pula membantu Rinjani menggunakan berbagai alat gym dengan baik. Tak salah badan Harry nampak berotot dengan sempurna, pastinya butuh waktu bertahun untuk membentuk tubuh seperti itu.

"Setelah mandi, temui aku di restoran yah?" kata Pak Harry sambil melap keringatnya.

"Eh." cuma itu yang bisa keluar dari mulut Rinjani.

"Temani aku sarapan" sahut Pak Harry "mari kita mengobrol dengan santai" lanjutnya sambil tersenyum

Rinjani salah tingkah, pria ini manis sekali saat tersenyum.

30 menit kemudian, Rinjani telah duduk manis berhadapan dengan Pak Harry yang sudah berganti pakaian dengan batik lengan panjang dan celana kain.

Pria di depannya sungguh berwibawa dan tampan, gumam Rinjani dalam hati.

"Pak Harry Rajendra? Jendra? Jangan-jangan ini hotel bapak yang punya?" Tanya Rinjani setelah melihat perilaku para pegawai hotel saat melihat pria di depannya antara takut atau memang menunjukkan performa terbaiknya.

"Iya" jawab Harry singkat sambil menganggukkan kepala.

Seketika Rinjani diingatkan jikalau Jendra Hotel tidak hanya ada di kota ini, melainkan beberapa hotel lainnya tersebar di Indonesia.

"Berarti menu sarapan kemarin dari bapak?" Seru Rinjani "Terima kasih, sering-sering yah." lanjutnya sambil memamerkan gigi.

"Iya." tawa Harry mendengar ucapan gadis itu. "Rinjani sendiri selain ngegym sibuknya ngapain saja?" lanjutnya bertanya.

"Jadi kader posyandu pak." jawab Rinjani sambil memotong sosis di piringnya. Sempat maniknya beradu dengan mata sipit milik Harry.

"Hahaha." pak Harry tertawa mendengar jawaban Rinjani "Tapi benar saya kaget waktu itu, kenapa ada gadis secantik ini mau bekerja sosial saat yang seusia kamu sedang asyik bersenang-senang."

"Saya juga menikmati kehidupan senang-senang juga kok, Pak." sanggah Rinjani

"Jangan panggil pak, panggil mas atau kakak saja, Rinjani umur berapa sekarang?" selidik Harry sambil menyeruput kopinya.

"24 tahun, bapak sendiri? Eh kak?" Rinjani serba salah.

"31 tahun, kita beda 7 tahun. Belum menikah, kan?" Harry tidak bisa menahan diri untuk mengetahui informasi gadis di depannya

"Belum pak, saya single kok." jawab Rinjani dengan jantung berdebar tak karuan.

"Sama dengan saya, single. Duda satu anak." kata Harry dengan tersenyum

Tuhan! Ingin rasanya Rinjani melompat ke pelukan pria di depannya.

*********

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!