"Tidaaak, Aku tidak mau menikah dengannya Ayah" Bella terus saja menangis.
"Tapi nduk, Ayah tidak punya pilihan. Andai saja Juragan Jarot bisa menukarkan dengan nyawa Ayah, Ayah pasti akan menurutinya"
Bella terus menangis.
Pagi tadi, Juragan Jarot datang ke kediaman Hendra. Ayah dari seorang gadis bernama Bella.
Hendra mempunyai sejumlah hutang yang harus segera dilunasi. Namun keadaannya sangat tidak memungkinkan, bahkan untuk makan sehari-hari pun Mereka masih sangat kesusahan.
"Ayah, biarkan Bella pergi. Bella akan pergi ke Kota dan mencari pekerjaan. Nanti Bella akan membayar semua tagihan dari lintah darat itu"
"Tidak nduk, siapa yang akan menerima seseorang lulusan dari sekolah menengah seperti mu? Lagi pula, Kita tidak akan pernah bisa melunasi hutang-hutang itu"
Bella kembali menangis dan menangis. Esok pagi Juragan Jarot akan datang untuk menikahinya.
Malam semakin larut, keadaan desa nampak gelap dan berkabut. Bella memutuskan untuk meninggalkan desa malam itu juga.
Bella melihat sang Ayah tengah tertidur, tubuhnya yang semakin renta membuatnya merasa bersalah.
"Maafkan Bella Ayah, Bella janji akan segera melunasi hutang Kita kepada Juragan Jarot apapun caranya"
Di tengah desa yang gelap, nampak sebuah mobil mewah tengah berkeliling.
"Dimana ini?"
"Sepertinya Kita tersesat Tuan, sejak tadi Kita hanya memutari tempat yang sama" Oro mencoba membuka aplikasi penunjuk jalan namun tidak berhasil. Tidak ada sinyal sama sekali di tempat tersebut.
"Tempat apa ini?" Dito yang sedang dalam keadaan mabuk berusaha menyadarkan dirinya dan melihat keadaan sekitar.
"Sepertinya Kita tersesat di sebuah desa Tuan" Oro nampak ketakutan mengingat bosnya saat ini mudah sekali untuk marah.
"Aku benar-benar pusing. Carikan Aku tempat untuk bermalam" Dito memijat kepalanya. Dia benar-benar merasa sangat pusing.
"Baik Tuan"
Oro menghampiri sebuah warung kopi. "Permisi Mas, apa di sekitar sini ini ada tempat untuk bermalam?"
Para pemuda tersebut saling tatap, kemudian terlihat seringai dari bibir Mereka.
"Di ujung sana Mas" seseorang menunjuk arah jalan yang terlihat gelap.
"Disana?" Oro nampak bingung. "Emm baiklah, terimakasih Mas" Oro segera menghampiri mobil yang ia parkir tak jauh dari warung kopi tersebut.
"Bagaimana?" Dito masih nampak memijat kepalanya
"Mereka bilang di ujung jalan sana ada penginapan Tuan" Oro memasang kembali sabuk pengaman.
"Cepatlah, Aku sudah tidak kuat. Ini karena Aku sudah lama tidak minum seperti ini. Aku hanya minum sedikit kan?" Dito menyandarkan tubuhnya.
"Benar Tuan" Oro mengingat kembali berapa banyak yang Dito minum saat menghadiri pesta bersama teman-temannya saat masih SMA. "Sedikit?" Batin Oro menggerutu.
Oro kembali fokus melihat jalanan. Jalan yang dituju nampak semakin sepi. "Apa benar ini tempatnya?"
Oro segera turun dari mobilnya dan bertanya kepada seseorang yang tampak seperti penjaga tempat tersebut.
"Permisi, apa benar disini ada tempat penginapan?"
"Anda akan menginap?" Orang tersebut nampak menyelidik Oro.
"Benar"
Seseorang bertubuh kekar menatap Oro dari bawah sampai atas.
"Siapa dia?" Seseorang tersebut menunjuk ke arah mobil.
"Dia Tuan ku, dia dalam keadaan mabuk sehingga Kami tidak bisa melakukan perjalanan kembali"
"Masuklah" orang tersebut membuka gerbang.
Oro memarkirkan mobilnya kemudian segera menghampiri Dito dan mengajaknya untuk masuk. Dito sudah benar-benar tidak sadarkan diri.
Seorang pelayan yang nampak sangat seksi menghampiri Oro yang sedang memapah Dito yang sedang mabuk.
"Saya bantu Tuan" Pelayan tersebut melingkarkan lengan Dito ke pundaknya. Namun bukan sekedar membantu, perempuan itu lebih ke menempelkan seluruh badannya kepada Dito.
Sesampainya di kamar, perempuan tersebut membantu Dito membuka sepatu kemudian jas yang digunakannya.
Nampak tubuh kekar milik Dito kini hanya dilapisi kain kemeja miliknya. Perempuan tersebut sontak menaiki tubuh Dito dan mengelus bagian dada Dito. Wajahnya kini hampir menyentuh bagian wajah Dito.
Oro yang menyadari itu segera menyingkirkan perempuan tersebut dari tubuh Tuannya.
"Menyingkir darinya!"
"Kenapa? Aku hanya memberikan pelayanan ku untuknya"
"Cihhh… Tuan ku bukan orang seperti itu. Jadi jangan berani menyentuhnya"
Perempuan tersebut keluar dengan keadaan kesal. "Bilang saja kalau Kau juga menginginkannya"
Oro nampak khawatir saat menyadari tempat apa yang ditempatinya saat ini.
"Maafkan Saya Tuan. Sebelum matahari terbit, Saya akan segera membawa Anda keluar dari tempat ini"
Oro memilih untuk tidur di kamar samping.
Hari semakin larut, baik Dito maupun Oro sudah berada di alam mimpi.
Di perbatasan desa, Bella tengah berjalan sendirian dan hanya disinari oleh sebuah senter kecil dengan cahayanya yang sudah redup.
"Heii... Siapa disana?"
Bella nampak ketakutan, dia benar-benar takut anak buah Tuan Jarot memergokinya.
Bella terus berlari dan berlari, namun pemuda tersebut berlari lebih cepat dan menangkapnya.
"Siapa Kamu dan mau kemana?"
Pemuda tersebut membuka topi yang Bella gunakan.
"Bella?"
"Haris?"
"Apa yang Kamu lakukan tengah malam seperti ini? Kemana Kamu akan pergi? Lalu?"
Bella menutup mulut sahabatnya itu "Sssstt, jangan katakan apapun lagi. Aku akan pergi ke Kota, sebelum Juragan Jarot menangkap ku"
Haris yang mengetahui kejadian tadi pagi merasa sangat tidak setuju jika Bella harus menjadi istri dari lintah darat tersebut. Apalagi dia menyimpan perasaan khusus kepada Bella.
"Kamu akan tertangkap jika Kamu pergi seperti ini"
Bella menutup wajahnya karena bingung "Antarkan Aku ke Kota Ris"
Haris mengingat mobil mewah yang melewatinya tadi. "Oh iya, tadi Aku melihat sebuah mobil mewah ke penginapan Z. Pergilah kesana dan ikutlah dengannya"
Bella nampak sangat bahagia. "Terimakasih Haris, Aku sangat bersyukur mempunyai sahabat seperti mu" Bella memeluk Haris.
Haris menganggukkan kepalanya "Cepatlah, sebelum pajar tiba Kamu harus sudah berada disana"
"Lalu Ayah?" Bella nampak murung.
"Aku akan menjaganya untuk mu"
Bella tersenyum "Terimakasih Haris, Aku akan segera kembali dan melunasi hutang-hutang Ayah"
Pagi hari...
"Saaahhh…"
Oro benar-benar tidak dapat berbuat apapun saat majikannya dipaksa menikahi gadis desa tersebut.
Dini hari tadi, beberapa orang polisi mengadakan razia di penginapan Z.
Saat itu Bella segera naik ke tempat tidur Dito dan pura-pura tertidur disana.
Dito dan Bella diseret menuju kantor polisi. Namun Bella tersebut terus saja berteriak. "Lepaskan Aku... Lepaskan Akuuuu"
"Diam Nona. Kami sedang menghubungi orangtua Anda untuk segera kemari"
"A...Apa? Ayah?"
"Benar, jadi diamlah"
Dito masih belum sadar sepenuhnya, dia hanya duduk di samping Bella.
Terlihat seorang laki-laki paruh baya menghampiri Mereka "Ada apa ini? Bagaimana mungkin Kamu bisa bersamanya? Tuan Jarot pasti akan sangat marah"
"Tuan Jarot?" Bella nampak gemetar.
"Di... Dia adalah kekasihku Ayah, Dia pria kaya yang sangat mencintaiku, begitupun Aku. Aku sangat mencintainya" Dengan kekuatan penuh, Bella mencoba meyakinkan sang ayah.
Dito membelalakkan matanya, "Ba…Bagaimana mungkin?"
"Dia bahkan berjanji untuk menikahi ku Ayah"
Oro yang baru saja tiba di kantor polisi segera menangkis semua perkataan Bella "Tidak mungkin, Kami semalam tersesat sehingga terpaksa bermalam di tempat tersebut. Bagaimana mungkin Kami mengenal dia? Dia berbohong!"
"Dia yang berbohong, Kami saling mencintai. Bahkan semalam Kami…" Bella menunduk malu.
"Tidak… Tidak mungkin Tuan Dito melakukan itu" Oro bersikeras untuk melawan Bella.
"Semalam dia mabuk, dia tidak mungkin mengingatnya. Lalu bagaimana dengan ku? Masa depanku?" Bella nampak menangis.
"Beraninya Kamu melakukan itu kepada putri ku. Kamu harus menikahinya sekarang juga!" laki-laki paruh baya tersebut nampak sangat emosi, dia hampir saja meraih tubuh Dito. Namun dengan sigapnya Oro menahan lengan Hendra.
"Jangan berani menyentuhnya! Atau Aku bisa mematahkan lengan mu"
Hendra nampak kesakitan. "Lepaskan! lepaskan Aku! Kamu melakukan kekerasan kepada ku"
"Hentikan! Ini kantor polisi. Aku bisa menahan Kalian semua karena membuat keributan"
Oro melepaskan lengan Hendra.
"Kamu harus menikahi putri ku atau Aku akan menuntut mu dengan alasan pemerkosaan."
Oro nampak sangat emosi, namun Dito menghentikannya. "Aku bersedia. Aku akan menikahinya."
Oro membelalakkan matanya. "Tuan, Kita bisa menghubungi pengacara Kita untuk menyelesaikannya"
Dito mengabaikan perkataan Oro, Dito mendekati Bella kemudian berbisik "Tapi Kamu tidak boleh menyesali semuanya" Dito menekan setiap perkataannya. Bella yang sedang menangis berubah menjadi ketakutan.
Prosesi pernikahan pun terjadi di kantor polisi. Bella kini sah menjadi istri Dito, seorang CEO muda pemilik perusahaan ternama di ibu kota.
Aldito Pratama, ceo muda di ibu kota. Dito memimpin perusahaan makanan yang ditinggalkan oleh orangtuanya. Dito resmi menjadi ceo saat dia berusia dua puluh tahun, sesaat setelah orangtuanya meninggal.
Oro, asisten pribadi keluarga Pratama yang setia menemani Dito saat Dito tidak tau harus bagaimana memimpin perusahaan yang terbilang cukup besar itu.
Tentu saja Dito mengalami banyak kesulitan sehingga perusahaan yang dipimpinnya pun sempat mengalami naik turun. Dan karena itulah, Tiara sang pujaan hati pergi meninggalkan Dito.
Dito terus berusaha hingga perusahaannya kini berada di tingkat yang paling atas.
...----------------...
...----------------...
...Haii zheyeeenk, Aku datang dengan karya baru ku. Semoga Kalian sukaak 🥰🥰...
...Jangan bosan dengan karya ku yang receh yaa 🥺...
...Tapi walau receh, Aku bakalan buat Kalian merasa sedang berada di dalam cerita 🥰🥰...
...Jadiii jangan sampai ketinggalan ceritanya yaa...
...Jangan lupa klik tanda favorite supaya Kalian dapat notif tiap Aku Up....
...Like dan komen nya juga jangan ketinggalan yaa 🥰🥰...
Hari semakin sore, Dito memutuskan untuk kembali ke Ibu Kota.
"A...Aku disini saja, Ayah ku sendirian disini. Jadi…"
"Pergilah nak, sekarang Kamu adalah istri sahnya"
"Lalu bagaimana dengan Ayah?" Bela memeluk sang Ayah. Sejak kecil dia tinggal bersamanya. Sang Ibu meninggal saat setelah melahirkannya.
"Ayah baik-baik saja. Urusan Tuan Jarot, serahkan kepada Ayah. Ayah khawatir jika Kamu masih tetap berada disini"
"Bawa dia" Dito segera menuju mobil. Oro segera membawa Bela dengan sedikit paksaan.
"Ayah. Tolong Aku"
"Dia suamimu nak, pergilah dengannya. Ikuti kemanapun dia pergi"
Bela akhirnya duduk di samping Dito dengan air mata di pipinya. Oro segera melajukan mobilnya.
Sepanjang perjalanan Bela hanya menundukkan kepalanya. Dia sangat menyesali perbuatannya. Menikah dengan orang yang tidak dikenalnya bahkan tidak pernah menatap wajahnya sama sekali.
Mobil tampak keluar dari daerah pedesaan."Stop" Bela meminta Oro untuk menghentikan mobilnya.
"Kenapa Nona?" Oro tidak menghentikan mobilnya sama sekali.
"Maksud Saya, biarkan Saya turun disini. Saya minta maaf karena sudah mengganggu Anda Tuan. Terimakasih karena Anda sudah menyelamatkan hidup Saya. Saya janji tidak akan pernah menemui Anda. Bahkan jika bertemu pun, Saya tidak akan mengenali Anda. Saya mohon, turunkan Saya disini"
Oro menatap Dito melalui kaca spion, namun tidak ada reaksi apapun dari Dito. Oro pun tidak menghentikan mobilnya.
"Saya mohon Tuan, biarkan Saya pergi. Pernikahan ini hanyalah pernikahan palsu. Anda bahkan tidak mengenal Saya. Tolong turunkan Saya disini saja. Saya janji akan pergi dari kehidupan Anda" Bela kini memohon kepada Dito. Namun lagi-lagi Dito mengabaikannya.
Bela akhirnya pasrah, dia memutuskan akan pergi setelah mobil ini berhenti.
Bela akhirnya tertidur karena semalam dia sama sekali tidak bisa tidur setelah anak buah Jarot mengejarnya.
Saat itu Bela mendengar penjaga bar yang marah-marah karena ditolak untuk menemani seorang pria yang tengah menginap di tempatnya. Akhirnya Bela memutuskan untuk memasuki kamar Dito. Bela segera berbaring di sampingnya sesaat sebelum polisi
menggerebek mereka.
Bela merasa tubuhnya terguncang saat Oro mencoba membangunkannya.
"Dimana? Dimana ini?"
Oro tidak menjawab apapun. Bela pun mengikuti kemana Oro pergi. Nampak Dito tengah menunggunya di dekat lift.
"Tuan, tidak seharusnya Anda membawa Saya ke tempat Anda" Bela masih mencoba untuk melarikan diri. Namun tatapan Oro sangat menakutkan baginya. Bela pun menundukkan kepalanya.
Lift sampai di lantai paling atas. Bela mengikuti kemana Oro dan Dito melangkah.
Langkahnya terhenti di depan sebuah apartemen mewah, bahkan sepertinya di lantai ini hanya ada satu pintu apartemen.
Dito menempelkan jarinya pada sebuah alat dan pintu pun terbuka.
Bela mengikuti langkah Dito. Namun langkahnya terhenti saat seorang perempuan cantik nan anggun menghampiri Dito.
"Kamu dari mana Mas? Aku mengkhawatirkanmu. Temanmu bilang kalau Mereka mengakhiri pestanya sejak kemarin sore"
Perempuan tersebut menatap Bela dengan penuh tanda tanya. "Siapa Kamu? Kenapa Kamu kemari?"
"Sa...Saya…" Bela kebingungan.
"Dia istriku. Jadi mulai hari ini Kalian akan tinggal bersama"
"Apa?" Perempuan yang diketahui bernama Aira itu nampak tidak terima.
"Kamu bercanda kan Mas? Perempuan ini tidak benar-benar istrimu kan? Mas, tolong jelaskan" Aira terus meminta penjelasan kepada Dito.
"Apa kurang jelas? Dia adalah istriku. Kami baru saja menikah tadi pagi. Kalau Kamu tidak percaya, tanyakan saja padanya"
Aira tiba-tiba terduduk di atas lantai. "Tidakkk… Ini tidak mungkin, Kamu bercanda kan?"
Bela yang semula kebingungan akhirnya benar-benar merasa sangat bersalah. Dia tidak menyangka kalau laki-laki yang kini menjadi suaminya itu sudah memiliki istri yang bahkan terlihat sempurna.
Bela menghampiri Aira, dia hendak menenangkan. Namun "Jangan sentuh Aku, dasar perempuan tidak tau malu. Bagaimana Kamu bisa menikah dengan suami ku? Kami bahkan baru empat bulan menikah. Kenapa Kamu mengganggu rumah tangga Kami?" Aira masih saja menangis.
Dito menggelengkan kepalanya "Jangan berani menyakiti Bela. Aku mencintainya, bahkan Aku lebih dulu mengenal nya daripada mengenalmu"
Bella membelalakkan matanya "Ta...Tapi..."
"Lalu kenapa Kamu menikahi ku Mas kalau Kamu memang mencintai dia terlebih dahulu?" Aira masih tidak terima.
"Kamu yang meminta ku untuk menikahi mu, jadi terimalah nasib mu. Lagipula, Aku tidak pernah mencintai mu" Dito pergi ke dalam kamar dan segera membersihkan dirinya.
Bella masih nampak sangat kebingungan. "Anda kemana Tuan?" Bella menghentikan langkah Oro yang hendak pergi meninggalkan Mereka.
"Ikuti saja perkataan Tuan Muda. Kalau Kamu membantahnya, Aku tidak akan pernah memaafkan mu"
Aira yang mendengar percakapan Bella dan Oro nampak sangat bingung, bagaimana mungkin Oro berani bersikap seperti itu kepada Bella jika memang Bella adalah perempuan yang dicintai oleh Dito.
"Tapi Tuan..." Bella nampak ketakutan, bagaimana bisa dia tinggal bersama Dito dan istrinya.
Dito menepis lengan Bella dan pergi meninggalkannya.
Aira menghampiri Bella "Kamu pasti berbohong kan? Kamu berbohong kalau Kamu sudah menikah dengan Mas Dito. Bagaimana mungkin Dito mau menikah dengan mu?"
"A...Anu Nona, sebenarnya Saya..." Bella terdiam, jika Bella mengatakan yang sebenarnya, mungkin saja Aira akan mengirimnya kembali kepada Jarot.
"Apa? Katakan. Kamu menjebaknya saat Mas Dito mabuk kan? Aku tau kalau perempuan seperti mu tidak mungkin bisa membuat Mas Dito jatuh cinta. Dasar perempuan ******"
Bella nampak tidak terima, "Maaf Nona, Anda salah. Saya bukan perempuan seperti yang Anda kira. Saya hanya..."
"Apa? Yang mana perkataan ku yang salah?" Aira nampak emosi.
Dito menghampiri Bella dan Aira. "Lalu apa Kamu pikir yang telah Kamu lakukan kepada ku adalah benar? Kamu berani menemui laki-laki lain sehari setelah pernikahan Kita. Yang Kamu lakukan tidak lebih dari pada seorang ******"
"Mas... Bukan begitu, Aku minta maaf. Aku hanya mengakhiri sesuatu yang belum di akhiri...."
"Sudah cukup Aira. Aku tidak ingin mendengar apapun lagi"
Bella membelalakkan matanya, batinnya bergumam "Non Aira selingkuh? Tidak mungkin"
"Masuk ke kamar mu dan ganti pakaian mu" Dito membuyarkan lamunan Bella.
"Ka...Kamarku?" Bella melihat ke arah Dito keluar tadi.
Aira yang melihat itu segera menarik lengan Bella menuju kamar tamu "Disana kamar mu, jangan pernah bermimpi kalau Kamu bisa memasuki kamar itu"
"Ma...Maaf Nona, Saya hanya..."
Aira pergi meninggalkan Bella.
"Mas... Dengarkan Aku, kenapa Kamu melakukan ini kepada ku? Aku tidak percaya Mas. Kamu membawa gadis itu kemari hanya untuk memanasi ku kan Mas?"
Dito mengabaikan setiap perkataan Aira dan duduk di meja makan.
"Mas... Dengarkan Aku. Aku ingin bukti, Aku tidak bisa percaya begitu saja"
Dito menyeringai "Bersiaplah..." dia mengambil ponsel dari dalam saku celananya kemudian memutarkan rekaman suara saat dia melakukan akad bersama Bella.
Aira menutup mulutnya tak percaya, air matanya mengalir begitu deras. "Tega Kamu Mas kepada ku"
...----------------...
...----------------...
...----------------...
...Haii Zheyeeenk... Bagi-bagi waktu yaa update nyaa......
...Jangan lupa klik like dan berikan komentar Kalian mengenai karya ku yang ini....
...Maaf kalau ceritanya lagi-lagi selingkuh 🥺...
...Tapi dijamin beda rasanya 🥰🥰...
Pagi hari nampak semua orang berkemas. Bella yang baru keluar dari kamar nampak kebingungan.
"Hari ini Kita akan pindah menuju rumah baru. Bersiaplah" Dito seolah membaca pikiran Bella.
Bella menatap ke arah Dito kemudian kembali menundukkan kepalanya dan kembali menuju kamar.
"Mas? Kenapa Kita tidak biarkan Bella tinggal disini dan Kita di rumah baru? Aku tidak mau serumah dengannya" Aira nampak merengek.
Aira Alexandra. Seorang gadis cantik pemilik salah satu perusahaan ternama di ibu kota. Aira tumbuh besar bersama kedua orangtua yang menyayanginya, namun juga tegas dalam mendidik putri semata wayangnya.
Aira merupakan salah satu mahasiswa dengan lulusan terbaik di universitasnya. Parasnya yang cantik dan kemampuannya yang luar biasa tentu membuatnya menjadi idola kaum adam. Namun hatinya sudah tertutup oleh sang kekasih bernama Athar. Mereka menjalin hubungan selama di universitas. Namun kisahnya berubah saat Athar memutuskan untuk meneruskan pendidikannya di luar negeri. Mereka menjalin LDR selama bertahun-tahun.
Aira sudah sangat setia, namun tidak dengan Athar. Athar dikabarkan sering genta ganti perempuan selama berada di luar negeri.
Hal itu membuat kedua orangtua Aira murka. Mereka meminta Aira meninggalkan Athar. Aira sangat terpukul, diapun mengikuti semua keinginan kedua orangtuanya.
Aira kini memimpin perusahaan milik keluarganya, hal itu yang membuat dia bertemu dengan Dito. Dito yang saat itu juga ditinggalkan oleh sang kekasih merasa nyaman saat harus bekerja sama dengan perusahaan yang dipimpin oleh Aira.
Mereka tidak lama menjalin hubungan dengan status "Pacaran". Dito memutuskan untuk segera menikahi Aira.
Pernikahan pun berlangsung, perusahaan yang dipimpin oleh Dito semakin meroket karena kini dia memimpin dua buah perusahaan.
Namun pernikahannya tidak semulus perkiraannya. Hal ini terjadi karena Aira bertemu dengan Athar. Dito memergoki Mereka, dan sayangnya Aira tidak memberitahu Dito kalau dia akan bertemu Athar.
"Aku tidak bisa meninggalkan dia disini. Jika mau, Kamu bisa tinggal disini" Dito enggan menatap Aira sama sekali.
"What? Kamu tidak bisa memperlakukan Aku seperti ini Mas"
"Kenapa tidak? Bella adalah istri ku juga" Dito meninggalkan Aira seorang diri.
Dito, Aira dan Bella kini berada dalam mobil. Bella tidak berani mengangkat kepalanya. Perasaan bersalah, takut dan bingung menjadi satu.
Mereka kini tiba di sebuah rumah mewah. Tidak, mungkin lebih tepat dikatakan istana.
Bella mengedarkan pandangannya. Perasaan kagum memenuhi pikirannya.
"Aku tidak menyangka kalau rumah semewah ini adalah nyata" batin Bella bergumam.
Aira menghampiri Bella "Jangan macam-macam, Aku akan segera membuka topeng mu. Aku akan membongkar siapa Kamu sebenarnya"
Bella hanya menundukkan kepalanya "Memang apa yang akan dibongkar dari ku Nona? Aku bukan siapa-siapa. Aku hanya gadis desa yang putus sekolah karena terkendala biaya dan kini Aku terjebak disini" batin Bella kembali bergumam.
"Aku tau Kamu adalah perempuan murahan yang menjual harga dirimu kepada Dito demi mendapatkan kekayaan secara instan"
Aira meninggalkan Bella sendirian.
Bella menarik nafas panjang "Kenapa Aku harus berada di posisi ini? Tuan Jarot bersikeras menjadikan ku istri keempat nya, dan sekarang Aku menjadi istri kedua dari orang yang sama sekali tidak Aku kenal?" air mata mengalir begitu saja di pipi Bella.
Seorang pelayan menghampiri Bella "Maaf Nona, kamar Anda di sebelah sana"
"Apa? Di samping Nona Aira?" Bella jelas melihat Aira memasuki kamar tersebut.
"Benar Nona, Tuan Muda yang meminta Saya untuk mengantarkan Anda ke kamarnya"
"Dimana Tuan... Emm Tuan Muda?"
"Tuan Muda berada di ruang kerja nya Nona"
Bella akan menuju ruang kerja Dito, namun pelayan tersebut menahannya. "Maaf Nona, Tuan Oro sedang membicarakan hal penting kepada Tuan Muda. Jadi Anda tidak bisa memasukinya"
"Baiklah Aku akan menunggunya di sini" Bella berdiri di depan pintu.
"Lebih baik Anda menunggunya disana" pelayan tersebut menunjuk sebuah sofa. Aira pun duduk disana.
Di dalam ruangan, Oro sedang menjelaskan informasi yang dia dapatkan.
"Nona Bella anak semata wayang dari pasangan petani yang tinggal di desa Z. Ibunya meninggal saat melahirkannya, dan dia tinggal bersama sang ayah. Dia memiliki latar pendidikan yang cukup baik, namun harus terputus karena masalah biaya. Dia pun ikut bekerja bersama sang ayah. Namun karena masalah perekonomian, dia terpaksa meminjam uang dari pemilih perkebunan. Tuan Jarot. Dia terkenal sebagai rentenir, selain itu dia juga memiliki banyak istri. Dia berniat menikahi Nona Bella karena Nona Bella yang tak bisa membayar hutangnya"
"Berapa hutang yang dimilikinya?" Dito masih menyimak.
"Nona Bella meminjam uang dua juta rupiah. Namun bunganya saat ini sudah sebesar tujuh puluh juta rupiah"
"Berikan uang seratus juta padanya, dan tekankan padanya untuk tidak berani menyentuh ayah dari Bella. Bagaimana pun, Aku berterimakasih padanya karena Aku bisa membalaskan dendam ku kepada Aira"
Oro nampak ragu, "Baiklah Tuan"
Oro keluar dari ruangan Dito. Dito benar-benar merasa pusing. Bagaimana pun dia bersalah karena telah menikahi Bella.
"Permisi Tuan" Bella berada di balik pintu.
"Aku tidak ingin berbicara dengan mu, jadi keluarlah"
Bella tetap masuk "Maaf Tuan, tapi ada yang ingin Saya bicarakan"
"Keluar"
"Tuan... Saya mohon, lepaskan Saya. Biarkan Saya pergi dari rumah ini. Saya benar-benar minta maaf"
"Melepaskan mu? Kamu yang menjebak ku. Bahkan Aku sudah memperingatkan Kamu untuk tidak menyesalinya. Jadi terimalah" Dito keluar dari ruangannya.
Bella benar-benar telah menyesal. Dia merenungkannya sepanjang hari.
Dia bahkan mencoba kabur dari rumah tersebut, namun Dito lagi-lagi menangkap basah dirinya.
Entah sudah malam keberapa, Bella terasa sulit memejamkan matanya. Setiap malam Bella nampak merenungi nasibnya. "Sampai kapan Aku harus disini?" Bella benar-benar hanya berharap pada keajaiban.
Pintu kamarnya tiba-tiba terbuka, nampak Dito yang sedang sangat mabuk. Bella menghampiri Dito dan mencoba membawanya keluar.
Namun tububnya yang kekar sangat sulit untuk dipindahkan. Dito malah memeluk tubuh Bella dengan sangat erat. Bella bahkan kesulitan untuk bernafas.
"Diamlah, Aku hanya ingin memeluk mu. Aku muak dengan semua ini. Aku bahkan tidak tau harus berbuat apa" Dito nampak meracau tidak sadarkan diri.
"Tuan, Saya Bella. Anda salah kamar. Biarkan Saya mengantarkan Anda ke kamar Nona Aira"
"Bella?" Dito memperhatikan wajah polos Bella. Dia meraba pipinya yang sedikit memerah, menyentuh bibirnya yang merah alami kemudian ********** secara perlahan.
Bella membelalakkan matanya "Tu...Tuan"
"Manis, Aku suka" Dito kembali ******* bibir Bella.
Bella memberontak, mencoba mendorong tubuh Dito. Namun semua percuma, tubuhnya begitu kuat.
Bella hampir kehabisan nafas saat Dito ******* bibirnya dengan paksa.
Bella nampak takut, kaget dan itu adalah ciuman pertamanya.
...----------------...
...----------------...
...----------------...
......Hadeuh Babang Dito maen sosor aja yes.........
...Jangan lupa like da komentar yaa Zheyeeenk......
...Dukung terus karya ku yaa 😉😉...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!