NovelToon NovelToon

IF I NEVER MET YOU

Pertemuan

---"Sejak aku berjumpa denganmu, hidupku bagai di alam mimpi. Kata-katamu yang manis membuatku terjerat oleh cintamu. Namun saat kenyataan hadir menerpa, yang tersisa hanyalah air mata, karena semua cintamu itu palsu.”---

Di suatu desa kecil di tepi kota bernama Maulinjo, desa itu terletak di lereng gunung dengan panorama alamnya yang indah nan permai. Udaranya segar menyejukkan mata hingga ke relung hati, mentari bersinar dengan cerah menyinari hijaunya hamparan teh yang luas.

Pagi itu para pekerja memetik teh di perkebunan seperti biasanya, tapi ada sesuatu yang menarik perhatian dua pemuda, sampai mereka bersembunyi dibalik pohon besar yang berdiri di tepi jalan tersebut.

Pria itu adalah Frans Nicholas. Pria muda 25 tahun, lulusan S-2 dari Universitas Harvard. Wajahnya tampan dengan tubuh tinggi atletisnya, dia juga pemilik perusahaan Nich Corporation.

Frans liburan ke desa Maulinjo untuk melupakan sakit hati ditinggal kekasihnya, dia datang dari Jakarta dengan sahabat sekaligus asisten pribadinya Aldo.

Aldo pria berambut cokelat berhidung mancung itu keturunan blesteran Inggris-Indonesia, dia memiliki wajah tampan yang selevel dengan Frans.

Mereka bersembunyi di balik pohon besar itu karena mengintip seorang gadis yang sedang bekerja memetik daun teh di perkebunan tersebut.

Gadis itu bernama Sarah Aulia. Dia seorang gadis yatim piatu yang sangat rajin dan mandiri, usianya baru 19 tahun dan hanya lulusan SMA saja. Dia sangat cantik meskipun tersembunyi dalam kesederhanaannya, dia gadis yang lugu dan polos yang tidak pernah sekalipun berteman dengan seorang pria.

"Hei Frans..., kita sudah tiga hari menguntit gadis desa itu, tapi tidak ada kemajuan dengan dirimu, mana…? Katanya kau penakhluk wanita, mana buktinya…?!" tanya Aldo dengan nada meremehkan. Dia sudah lelah mengikuti Frans untuk menguntit gadis desa itu.

"Diamlah, jangan berisik!” Frans segera menutup mulut Aldo karena takut ketahuan orang lain jika mereka sedang mengintip. “Aku sedang berusaha ini, dia bukan seperti gadis Jakarta yang langsung jatuh cinta begitu melihatku, aku pasti bisa mendapatkan gadis itu," sanggah Frans membelah dirinya.

Aldo segera menepis tangan Frans yang menutup mulutnya.

"Kalau kau bisa mendapatkan gadis itu ke dalam pelukanmu, aku mengakui pesonamu dalam menakhlukan wanita masih belum pudar. Tapi jika kau tidak bisa mendapatkannya, kau harus menyerahkan mobil sport terbarumu itu padaku, gimana…?" ucap Aldo menantang Frans dengan senyum nakalnya.

"Ok..., gak masalah aku kehilangan mobilku, tapi aku tidak terima jika kau meremehkan kemampuanku," sahut Frans menerima tantangan Aldo dengan percaya diri, karena memang dia tidak pernah gagal dalam menakhlukan hati wanita manapun.

Rasa penasaran Frans pada Sarah dimulai sejak tiga hari yang lalu. Pagi itu Frans dan Aldo sedang berjoging melewati perkebunan teh. Di saat berjoging matanya memandang ke arah pekerja yang berjajar di antara rerimbunan teh, mereka menggerakkan tangannya dengan cepat memilah-milah pucuk daun yang segar untuk di petik.

Para pekerja itu memakai topi bundar yang lebar hingga menutupi sebagian wajah, dan memikul anyaman bambu di punggung mereka. Sesekali teriakan mandor memecah keheningan, memerintah pekerja menggerakkan tangannya lebih cepat.

Pemandangan itu cukup membosankan tak ada yang menarik untuk dilihat, namun pandangan matanya terhenti pada sesosok gadis yang tersorot hangatnya sinar mentari.

Gadis itu berkulit putih sebening embun, wajahnya cantik dan manis dengan tahi lalat kecil di bawah mata kanannya, rambut hitamnya yang panjang tertiup angin menjadikannya secantik malaikat yang turun ke bumi.

Frans tidak bisa mengalihkan pandangannya sedikitpun, matanya tak berkedip menatapnya. Jantungnya berdegup cepat berirama dengan napasnya, langkahnya terhenti mengikuti naluri seperti tertarik magnet oleh dirinya.

“Hei, Frans…! mengapa kau berhenti?” panggil Aldo sambil menepuk pundak Frans yang menyadarkannya dari lamunan. “Kita belum sampai di tempat tujuan. Ayo kita lanjut jogingnya!”

“Oh… aku lelah, aku mau istirahat sebentar,” sahut Frans beralasan, tapi matanya terus melirik ke salah satu pekerja yang memetik daun teh di perkebunan tersebut.

Aldo menelisik ke mana pandangan mata sahabatnya itu memandang.

“Oh…, aku mengerti sekarang, alasanmu berhenti di sini tiba-tiba, itu karena kau tertarik dengan gadis desa itu, ya?” goda Aldo dengan tersenyum. “Hmm … wajahnya memang lumayan cantik sih, tidak heran kau terpesona olehnya,” gumam Aldo sambil mengelus dagunya.

“Dia bukan hanya lumayan cantik, tapi sangat cantik,” sanggah Frans membenarkan ucapan Aldo. Frans terlihat senyum-senyum sendiri dan matanya terus menatap ke arah gadis itu.

“Ya baiklah, terserah kau saja. Pandangilah dia sampai kau puas,” ucap Aldo sambil menepuk pundak Frans. “Aku akan melanjutkan jogingku dulu, aku tunggu kau di tempat tujuan.” Aldo kembali melanjutkan jogingnya, dia pergi meninggalkan Frans yang berdiri mematung menatap Sarah.

Pandangan matanya mengikuti setiap pergerakan Sarah, terlihat jelas jari-jemarinya yang lentik dan putih itu sangat kontras dengan hijaunya rerimbunan daun teh. Bulir-bulir keringat meluncur deras di wajah cantiknya yang putih. Sesekali dia menyeka keringat di wajah dengan lengannya.

Cukup lama Frans hanya berdiri mematung untuk memandanginya, tiba tiba dia merasakan sesuatu yang aneh di dadanya. Rasanya seperti tersengat aliran listrik yang menyengat hingga ke jantungnya, sampai membuat debarannya tidak beraturan.

“Apa ini…?” Frans memegangi dadanya dengan wajah bingung. “Baru pertama kali aku merasakannya. Dia membuatku merasakan perasaan yang aneh, aku harus mendapatkannya!” ucap Frans dengan senyum licik menatapnya.

Sejak hari itu Frans menjadi penasaran untuk menakhlukan hati Sarah.

Pendekatan

Dalam upaya untuk memenangkan taruhannya dengan Aldo, Frans berusaha mendekati Sarah dengan terus menerus mengikutinya ke manapun dia pergi, bahkan sampai dia juga ikut bekerja di perkebunan teh. Seperti hari itu Frans berusaha mendekati Sarah saat dia sedang bekerja memetik daun teh di perkebunan tersebut.

“Mengapa kamu terus mengikutiku? Aku kan sudah bilang padamu, aku tidak suka di ikuti terus seperti ini!” ujar Sarah dingin. Dia tetap fokus memetik daun teh di depannya tanpa menatap Frans yang mengajaknya bicara.

“Aku mengikutimu karena aku ingin dekat denganmu, aku terpesona sejak pertama kali—“ Belum sempat Frans melanjutkan ucapannya, Sarah langsung menatapnya dengan kesal.

“Hentikanlah ini Frans! Kamu tidak cocok denganku, kamu orang kaya, kamu bisa mendapatkan gadis manapun yang lebih baik di luar sana!” tegas Sarah dingin. Dia segera pindah tempat untuk menjauhi Frans.

Frans terdiam dengan pikirannya, dia tidak mengerti mengapa Sarah tetap menjauhinya, padahal wanita manapun langsung terpesona olehnya. Tapi itu justru membuat Frans semakin tertarik ingin menakhlukan hati Sarah.

Sudah dua minggu berlalu sejak Frans berusaha mendekati Sarah. Setiap hari dia mengikutinya untuk bekerja di perkebunan, tapi Sarah tetap menjauhinya.

Namun kini Frans mempunyai rencana untuk mendapatkan perhatian Sarah. Hari itu setelah bekerja dari perkebunan teh, Sarah pulang ke rumah dengan berjalan kaki. Frans diam-diam mengikutinya dari belakang.

Tiba-tiba dari kejauhan terlihat pengendara sepeda motor berbaju hitam tertutup, lengkap dengan helm teropongnya, dia melaju cepat seperti ingin menabrak ke arah Sarah. Frans yang melihat itu segera berlari untuk menolong Sarah dan akhirnya,

BRUKKK…!!!!

Sarah yang selamat karena dorongan Frans, dia segera menoleh ke belakang dan melihat Frans yang sudah terbaring di tanah dengan luka berdarah di dahinya. Dia segera berlari menghampiri Frans.

“Frans…!! Bangunlah Frans, bukalah matamu…!!” Sarah yang panik berusaha menggoyang-goyangkan tubuh Frans untuk membangunkannya, tapi Frans tetap diam dan tidak bereaksi sedikitpun.

Melihat Frans yang tetap diam dan tidak bergeming, membuat bulir-bulir air mata meluncur di wajah cantiknya hingga jatuh menetes di wajah Frans.

“Bangunlah Frans…!! Maafkan aku…, ini semua salahku, aku yang harusnya terluka…!!” Sarah menangis terisak, dia merasa sangat bersalah menyebabkan Frans terluka karena menyelamatkan dirinya.

Tidak lama kemudian Frans membuka kedua matanya, dia mengernyit kesakitan karena rasa nyeri akibat dahinya yang mengucurkan darah.

“Ahhh…!! Kepalaku sakit sekali…!!” rintih Frans sambil memegangi kepalanya.

Sarah mengehela napas lega begitu melihat Frans sudah membuka matanya, dia segera menghapus air matanya.

“Ayo ku bantu berdiri, aku akan membawamu ke rumah sakit.” Sarah berusaha membantu Frans dengan memegangi lengannya.

“Tidak perlu! Aku tidak apa-apa. Ini hanya luka kecil, nanti juga akan sembuh sendiri,” kilah Frans menolak ajakan Sarah.

“Kalau kamu tidak mau pergi ke rumah sakit, ayo ke rumahku! Aku akan mengobatimu di sana, rumahku tidak jauh dari sini,” ajak Sarah menawarkan bantuan. Dia ingin mengobati luka Frans sebagai rasa tanggung jawabnya.

“Baiklah.”

Sarah membantu Frans berjalan dengan memapah dia sampai ke rumahnya. Setibanya di depan rumah Sarah, Frans langsung tercengang melihat keadaan rumah Sarah yang jauh dari angannya. Dia mengira rumah Sarah hanya sederhana saja.

Tapi rumah itu begitu reot seperti mau roboh, genting atapnya sangat berantakan dan banyak yang pecah, dinding rumahnya masih terbuat dari batu bata tanpa di plamir, lantainya masih dari tanah asli, dan kayu pintunya sudah lapuk di makan rayap.

Sungguh… rumah yang tak layak dihuni!, pikir Frans dalam hatinya.

Sarah mulai membukakan pintu rumahnya, terlihat jelas bagian dalam rumah itu, bersih tanpa perabotan apapun di ruang tamunya. Hanya ada satu kursi berwarna hitam yang terbuat dari bambu berbentuk persegi panjang, itu pun sudah terlihat reot.

Sarah menyadari jika Frans pasti merasa tidak nyaman berada di rumahnya, jadi dia pun mulai bicara,

“Maafkan aku Frans, aku tidak punya kursi yang layak untuk tamu, tapi silakan kamu duduklah di sana!” Sarah menunjuk ke arah kursi kayu yang terlihat reot itu. “Aku akan ke dalam sebentar untuk mengambilkan obat,” ujar Sarah segera berlalu pergi ke kamarnya.

Frans menyentuh kursi itu untuk memastikan, apa kursi itu masih bisa di duduki. Dia ragu-ragu untuk menduduki kursi yang terlihat reot itu. Tapi Frans mendengar langkah kaki Sarah yang berjalan mendekat, jadi dia pun segera duduk di kursi tersebut.

Sarah kembali membawa beberapa obat di tangannya, dia segera duduk di samping Frans untuk mengobatinya.

“Frans, menunduklah sedikit! Aku akan mengobati lukamu,” pinta Sarah sambil membawa kapas yang sudah diberi cairan pembersih luka di tangannya.

Frans segera menundukkan kepalanya supaya Sarah bisa menjangkau dahinya yang terluka. Saat Sarah menatap luka di dahi Frans matanya berkaca-kaca hingga tangannya gemetaran saat mengoleskan obat tersebut, dia mengoleskan obatnya dengan sangat lembut dan hati-hati.

Setelah Sarah selesai mengobati luka di dahi Frans, air matanya langsung meluruh, dia tidak bisa lagi menahan perasaannya.

“Ada apa Sarah, mengapa kamu menangis?” tanya Frans bingung.

“Aku takut Frans, bagaimana kalau tadi terjadi sesuatu denganmu?” jawab Sarah dengan berurai air mata.

“Sudahlah…, yang pentingkan aku baik-baik saja. Kamu tidak perlu merasa bersalah,” ucap Frans berusaha menenangkan Sarah.

“Terima kasih Frans...”

“Aku akan melakukan apapun untuk orang yang ku cintai Sarah,” ucap Frans dengan tersenyum. Dia mengarahkan tangannya menyentuh wajah Sarah untuk menghapus air matanya.

Saat tangan Frans menyentuh wajah Sarah dan tatapan mata mereka bertemu, Sarah merasakan perasaan aneh yang belum pernah dia rasakan, detak jantungnya berdegup sangat cepat dan wajahnya menjadi merona.

Pernyataan Cinta

Sarah langsung mengalihkan pandangannya karena dia sangat malu Frans menyentuh wajahnya.

“Tunggulah di sini, aku akan buatkan kamu minuman!” Sarah segera beranjak dari kursi ingin pergi ke dapur.

“Tidak perlu!" Frans menahan tangannya. "Aku akan segera kembali ke hotelku. Sebentar lagi juga sopirku akan datang menjemput,” ujar Frans dengan alasannya.

“Aku pergi dulu ya, sampai bertemu lagi…” pamit Frans pada Sarah. Dia menatap Sarah dengan tersenyum sebelum masuk ke dalam mobilnya.

Sarah menatap kepergian Frans dengan wajah sedih, dia semakin merasa rendah diri pada Frans karena melihatnya yang mempunyai sopir dan mobil mewah.

Di perjalanan kembali ke hotel Frans sibuk dengan pikirannya, dia terlihat senyum-senyum sendiri di dalam mobil, sampai teriakan Aldo menyadarkan dia dari lamunannya.

“Hei Frans…! Apa yang kau pikirkan? Aku memanggilmu berkali-kali tapi kau tidak menjawabku?” tanya Aldo yang kesal. “Apa tadi kepalamu terbentur terlalu keras saat jatuh?”

“Apa kau tidak lihat perban di dahiku ini!” keluh Frans yang kesal sambil menunjuk ke arah luka di dahinya. “Kau benar-benar kelewatan Do. Aku kan menyuruhmu untuk menyerempetku saja, kenapa kau benar-benar menabrakku?!”

“Maafkan aku Frans, itu tidak sengaja. Niatku tadi supaya terlihat lebih real kejadiannya. Untungnya tadi aku segera mengerem motornya,” kilah Aldo supaya Frans tidak marah padanya.

“real-real palamu!” sahut Frans sambil menjitak kepala Aldo dengan bercanda. “Untunglah … dengan kejadian ini Sarah jadi lebih terbuka denganku, sepertinya aku akan segera mendapatkannya,” uca Frans dengan tersenyum.

Sejak kejadian hari itu hubungan Frans dengan Sarah menjadi semakin dekat dan semakin akrab, Sarah mulai menerima kehadiran Frans dihidupnya.

Sudah hampir satu bulan Frans mendekati Sarah, semua upaya sudah dia lakukan untuk membuat Sarah jatuh cinta padanya.

Dari mulai menemaninya bekerja di perkebunan teh, mengunjungi ke rumahnya setiap hari, dan mengajaknya jalan-jalan di desa dengan mobil sportnya.

Setiap hari Frans selalu berusaha untuk membuat sarah tersenyum bahagia. Hingga hari itu Frans berniat menunjukan ketulusan cintanya, dia membawa Sarah ke sebuah taman yang indah. Taman itu di penuhi dengan beragam jenis bunga yang berwarna-warni.

Frans segera mengambil posisi berlutut di depan Sarah sambil menyodorkan sebuket bunga anggrek bulan berwarna ungu, karena itu adalah bunga favorit Sarah.

"Sarah… aku sangat mencintaimu. Sejak pertama kali aku melihatmu hari itu, rasanya hidupku tidak berwarna tanpa dirimu, kamu adalah belahan jiwa yang ditakdirkan Tuhan untukku. Tolong menikahlah denganku Sarah...!" Frans memohon dengan tersenyum seraya menatap lurus ke dalam mata Sarah.

"Aku tidak tahu apa yang kamu lihat dariku, kamu tampan, berpendidikan, dan juga kaya, kamu punya segalanya. Sedangkan aku, hanyalah gadis desa yang miskin dan tidak berpendidikan. Aku merasa tidak pantas bersanding denganmu Frans, dunia kita terlalu berbeda," jawab Sarah dengan alasannya.

Dia menyadari perbedaan besar di antara mereka yang bagaikan langit dan bumi, yang tidak akan mungkin bisa bersatu walaupun Sarah menginginkannya.

"Aku tidak peduli itu semua Sarah, aku mencintaimu tulus dari lubuk hatiku yang paling dalam, aku siap menerima apapun kekuranganmu, menikahlah denganku Sarah…!" Frans berusaha meyakinkan Sarah jika perasaan cintanya itu tulus.

Sarah terdiam seraya memainkan jari-jemarinya karena bingung harus menjawab lamaran Frans. Sarah sebenarnya memang menyukai Frans, tapi dia sadar dengan dirinya yang tidak sebanding dengan Frans. Itulah alasannya yang membuat dia masih ragu untuk menerima cinta dari Frans.

Melihat Sarah yang tetap diam dan terlihat bingung, Frans segera bicara lagi untuk meyakinkannya.

"Sarah... aku janji akan membahagiakanmu seumur hidupku, aku akan menjaga dan melindungimu dengan nyawaku. Bagiku kamu adalah wanita yang ditakdirkan Tuhan untuk menjadi ibu dari anakku nanti, menikahlah denganku Sarah...!" Frans tidak menyerah, dia tetap berusaha untuk meyakinkan Sarah betapa tulus cintanya.

Hati Sarah tergerak dengan ucapan Frans, matanya berbinar menatapnya. Dia teringat kegigihan Frans yang selama ini terus-menerus berusaha tanpa menyerah hanya demi membuktikan cintanya. Sampai akhirnya dia yakin mengikuti kata hatinya.

"Aku mau menikah denganmu Frans," jawab Sarah dengan tersenyum bahagia. Dia tanpa ragu mengulurkan jari-jemarinya yang lentik itu untuk mengambil sebuket bunga anggrek tersebut dari tangan Frans.

Frans yang mendengar itu matanya langsung terbelalak, dia segera bangkit dari posisinya dan memeluk erat Sarah ke dalam pelukannya.

"Terima kasih Sarah. Aku benar-benar bahagia akhirnya kamu mau menikah denganku," ucap Frans dengan tersenyum. Dia sangat senang akhirnya Sarah mau menerima pinangannya.

Sarah yang tidak pernah mengerti cinta dan mengenal pria, tentu baginya semua yang Frans tunjukan itu adalah cinta. Cinta yang di impikan oleh setiap wanita manapun, hingga dia luluh dan menerima lamaran Frans.

Dengan begitu taruhannya berhasil dimenangkan oleh Frans, karena dia berhasil membuat Sarah menerima cintanya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!