NovelToon NovelToon

Kita Masih Lanjut

Asrifal vs Nathan

Suara derap langkah kaki menuruni anak tangga, dan terlihat lah sosok pria dengan tubuh tingginya serta rambutnya yang hitam pekat, serta setelah Tuxedo yang dia kenakan sedang menuruni anak tangga.

Sosok pria itu menggunakan sepatu pantofel berwarna hitam, serta jam tangan mewah di pergelangan tangannya.

Yah, dia adalah sosok Asrifal yang menggunakan setelah Tuxedo yang sangat pas di tubuhnya.

Dia sudah tidak tinggal bersama dengan orang tuanya lagi, dia sudah mempunyai rumah sendiri bersama dengan Valen.

Selama ini Valen dan Asrifal masih menjalin hubungan biasa-biasa saja selama empat tahun lamanya.

Hubungan yang kedua yang mereka jalani saat itu tidak membuahkan hasil, karna nyatanya saat itu Valen tidaklah hamil. Mungkin semua itu sudah di takdirkan untuk hubungan Valen dan Asrifal.

Dan yah, keadaan Adelia juga tidak membawa perubahan apa-apa untuk gadis itu, sudah 8 tahun lamanya koma, namun gadis itu tak kunjung sadar juga.

Tubuh Adelia sudah kurus kering, serta wajahnya sudah tidak secantik dulu karna 8 tahun lamanya terbaring di rumah sakit sehingga wajahnya tidak dapat di la rawat.

Rifal membeli rumah yang jauh dari lingkungan keluarga dan juga sahabatnya. Karna apa? Karna Rifal tidak ingin orang terdekatnya mengetahui urusan pribadinya lagi.

Rifal menggeser kursi untuk segera sarapan, dia sudah melihat roti tawar dan juga susu coklat yang menjadi menu sarapan Rifal sebelum dia ke kantor.

Rifal mendonggakkan sedikit kepalanya melihat seseorang turun dari tangga dengan jas berwarna putih melekat di tubuhnya serta rambutnya tergerai indah serta menggunakan tas sedikit besar.

Yah, perempuan yang menggunakan jas putih itu adalah sosok Valensia atau yang sering kita kenal dengan sebutan Valen. Dia sudah menjadi dokter di salah satu rumah sakit di Jakarta.

Valen menggeser kursi untuk segera sarapan pagi, sedangkan Rifal sudah meminum susu coklatnya.

Rifal beranjak dari kursinya membuat Valen melihat pria itu.

Bisa di katakan hubungan mereka tidak berjalan dengan baik. Kenapa? Karna selama ini mereka berdua saling menghindar tinggal menunggu waktu yang tepat saja. Mungkin saat kesadaran Adel semua akan berubah sembilan puluh derajat.

Rifal keluar dari rumahnya dan dan segera menuju ke tempat parkiran mobilnya, pagi-pagi seperti ini Rifal akan ke kantornya.

Selama kepergian Tegar, Rifal berubah menjadi sosok dingin tak tersentuh sama seperti sosok Frezan yang saat ini sudah bahagia bersama dengan Rara istrinya dan juga anaknya.

"Makasih bi," kata Valen saat salah satu pembantu di rumah memberikanya jus jeruk.

"Sama-sama non."

Selama kepergian sosok Tegar, Valen sedikit takut berdekatan dengan Rifal. Karna setelah Rara mengetahui jika Tegar telah pergi di situlah sifat Rifal membeludak siap meledak membuat Valen mengindari Rifal selama ini.

Valen beranjak dari kursinya untuk segera kerumah sakit, karna hari ini dia mempunyai jadwal yang sudah menjadi kewajibannya selama dia menjadi dokter.

Valen menunggu taxi di depan gerbang, tidak butuh waktu lama taxi yang di tunggu telah sampai.

Sekitar tiga puluh menit perjalanan, akhrinya taxi yang di tumpangi oleh Valen telah sampai di rumah sakit tempat Valen bekerja.

Valen turun dari taxi, dan langsung melihat sosok Rifal membuka pintu mobilnya. Ternyata pria itu masih setia menjenguk Adelia di rumah sakit tempat Valen bekerja.

Mata Valen dan Rifal bertemu membuat perempuan blasteran indo Italia itu membuang pandangannya ke samping.

Bukan hal tabuh lagi jika Rifal menjenguk Adelia, namun entah mengapa Valen tidak suka akan hal itu.

Rifal berjalan meninggalkan mobil-nya untuk segera masuk ke dalam rumah sakit menjenguk Adelia, siapa lagi kalau bukan Adelia.

Setelah itu Valen ikut berjalan untuk segera keruangan pasien yang akan dia periksa pada pagi hari ini.

Bruk

Valen hampir terjungkal, untung saja tangan kekar dengan sigap memegang pergelangan tangannya sehingga Valen tidak jatuh di lantai rumah sakit.

Nathan!

Kejadian empat tahun yang lalu kini terulang lagi dengan tempat yang berbeda. Nathan tersenyum ke arah Valen membuat Valen langsung memperbaiki jasnya yang saka sekali tidak kotor ataupun kusut.

Valen langsung berjalan meninggalkan Nathan, sehingga perkataan yang keluar dari mulut Nathan menghentikan langkah kaki Valen.

"Apa begitu tingkah dokter junior kepada dokter senior?" tanya Nathan lebih tepatnya seperti pernyataan untuk Valen.

Tentu saja perkataan Nathan membuat Valen membalikan badannya sehingga Nathan yang menggunakan jas yang sama dengan Valen tersenyum ke arah Valen.

"Selamat pagi dokter, Nathan," kata Valen sedikit terpaksa dan jangan lupa senyuman palsu untuk Nathan.

Nathan tersenyum simpul, it's oky tidak masalah bagi Nathan jika senyum yang di paparkan oleh Valen hanya sebatas keterpaksaan.

"Selamat pagi juga dokter, Valensia," balas Nathan di sertai senyuman manis di wajahnya dengan menyebutkan nama asli Valen.

Valen tersenyum kecut lalu melenggang pergi dari koridor rumah sakit. Valen tidak menyangka jika dia dan Nathan bekerja di rumah sakit yang sama. Dan yah, Nathan tentu saja di kenal oleh kalangan dokter lainya karna cowok itu pandai dan jangan lupa wajahnya yang tampan sehingga banyak di sukai perawat maupun dokter lainya, namun tidak untuk sosok Valensia.

Nathan masih memandangi punggung Valen yang sudah menjauh, hingga seseorang menepuk pundaknya membuat Nathan membalikkan badannya.

Nathan tersenyum simpul saat melihat siapa yang menepuk pundaknya, tak lain dan tak bukan adalah Rifal, suami dari Valen.

"Ck! mau bersaing lo sama gue?" kata Rifal dengan tersenyum sinis ke arah Nathan.

Tentu saja kejadian antara Valen dan Nathan tadi di saksikan sepenuhnya oleh Rifal, karna cowok itu belum keruangan Adelia.

Nathan memperbaiki jasnya yang tidak kusut sama sekali," kalau iya kenapa tidak," tantang Nathan membuat Rifal tersenyum sinis ke arah Nathan.

"Siap-siap lo rasain sakit hati yang ketiga kalinya dengan perempuan yang berbeda-beda," bisik Rifal di sertai senyuman sinisnya.

Yah, tentu saja kalian paham bukan apa yang di maksud oleh Rifal. Cowok yang menggunakan tuxedo itu mempunyai kharismatik yang memikat lawan bicaranya, dia tidak peduli jika di hadapannya adalah sosok dokter yang di gilai di rumah sakit ini.

"Siapin mental dan hati lo," sambung Rifal menepuk pundak Nathan lalu pergi dari koridor rumah sakit.

Perkataan Rifal tentu saja membuat rahang Nathan mengeras, karna yang di maksud oleh Rifal adalah Rara dan juga Tasya dan akan menyusul adalah Valen. Dan salah satunya tidak dia dapatkan.

Apakah dia bisa mendapatkan Valen? Jika Nathan tetap kekeh maka saingannya adalah Rifal suami Valen sendiri.

"Gue bakalan bersaing sama lo Fal, meski lo suaminya," gumam Nathan lalu pergi di koridor rumah sakit.

Lea, tetangga

Valen masuk ke dalam ruangannya setelah memeriksa pasiennya pada pagi hari ini, dia membuka jasnya yang berwarna putih lalu menyandarkan kepalanya di kursi.

Valen memejamkan matanya, sembari mengingat kejadian di koridor rumah sakit tadi saat dia hampir terjatuh dan tangan kekar milik Nathan berhasil menolongnya, sehingga dia tidak terjatuh di lantai.

Membayangkan hal itu saja membuat Valen bergedik ngeri.

Tok....Tok....Tok....

Suara ketukan pintu membuat Valen membuka matanya perlahan-lahan, dia memperbaiki posisi duduknya.

"Masuk!" sahut Valen mempersilahkan seseorang yang mengetuk pintu ruangannya.

Ceklek....

Pintu di buka oleh salah satu mahasiswa yang sedang praktek di rumah sakit tempat Valen bekerja, dia adalah salah satu mahasiswa keperawatan.

"Kenapa Lea?" tanya Valen kepada Lea yang menarik kursi untuk segera duduk.

Gadis yang mengetuk pintu ruangan Valen adalah Lea, yang tak lain dan tak bukan adalah tetangga Valen.

Lea merupakan mahasiswa keperawatan di salah satu universitas di jakarta. Lea sedang melakukan praktek di rumah sakit tempat Valen bekerja, ini pertama kalinya dia praktik di rumah sakit karna dia baru semester 2. Gadis itu baru semester 2 dan baru berusia 19 tahun.

"Om Rifal lagi di ruangan kak Adel," kata Lea membuat Valen tertawa kecil.

Apa selama praktek Lea selalu memperhatikan Rifal di ruangan Adelia? Sehingga gadis itu selalu melaporkan kepada Valen. Bagaimanapun Valen adalah tetangganya yang menurut Lea sangat baik.

Lea hampir satu minggu praktek di rumah sakit, dan selama satu minggu pula dia selalu memperhatikan Rifal secara diam-diam menjenguk Adelia. Yah, bisa di katakan jika Lea yang diam-diam memperhatikan Rifal menjenguk Adelia. Dan selama satu minggu pula dia melaporkan kepada Valen.

"Di bawa santai aja," kata Valen santai namun tidak untuk hatinya.

"Lebih baik alat di tubuh kak Adel di lepas aja, kayak mati suri aja!" usul Lea dengan gemes membuat Valen melototkan matanya.

Valen akui jika gadis di hadapannya sedikit bar-bar saat berbicara, dia tau akan hal itu semenjak bertetangga dengan Lea yang berbicara tanpa rem.

"Mulut kamu rem sedikit," balas Valen menggelengkan kepalanya melihat Lea.

"Kamu datang kesini cuman buat laporan lagi?" tebak Valen membuat Lea mengangguk mengiyakan ucapan Valen. Karna apa yang di katakan oleh Valen memang benar adanya.

"Kamu tuh di sini buat praktek, bukan jadi detective," terang Valen kepada Lea.

"Itu mah tugas tetangga jadi detective," balas Lea.

Valen tertawa mendengar penuturan dari Lea, tetangganya itu benar-benar langkah.

"Udah nggak ada kerjaan lagi kamu ke sini?" kata Valen sembari mengecek email yang masuk di handponenya.

"Nggak ada sih..." kata Lea ragu-ragu membuat Valen mendonggakkan kepalanya menatap Lea yang mempunyai sedikit sikap yang hampir sama Rara sahabatnya.

Memikirkan tentang Rara membuat Valen merindukan sahabatnya itu, apa lagi kedua anak Rara dan Frezan yang sangat menggemaskan.

"Yakin?" kata Valen.

Tentu saja Lea menggaruk tengkuknya yang tidak gatal," kalau gitu Lea pamit, kayaknya dua menit yang lalu Lea telat praktek," kata Lea lalu beranjak dari kursinya untuk segera keluar dari ruangan Valen.

Sedangkan Valen hanya menggelengkan kepalanya, lalu fokus kembali kepada handponenya membuka email yang masuk.

Lea melototkan matanya saat melihat salah satu dokter di rumah sakit tempat dia praktek sedang berjalan ke arahnya, lebih tepatnya berjalan ke arah ruangan Valen. Karna Lea baru membuka pintu ruangan Valen dan langsung di suguhkan wajah seseorang yang tampan.

"Itu 'kan dokter yang famous di rumah sakit ini!" pekik Lea tertahan.

Lea kembali masuk ke dalam ruangan Valen, membuat Valen tersentak kaget karna Lea yang tiba -tiba muncul.

"Kenapa lagi?" kata Valen kepada Lea dengan ekspresi wajah gadis itu seperti sedang melihat sesuatu.

"Dokter tampan!"

Valen memutar bola matanya malas, dia sudah tau siapa yang di maksud oleh Lea, tak lain dan tak bukan adalah Nathan pastinya.

"Biasa aja," kata Valen.

"Emang dokter Valen kenal sama dokter Nathan?" tanya Lea mengintrogasi Valen.

"Kenal," balas Valen santai.

Lea menyipitkan matanya ke arah Valen, membuat Valen menaikkan alisnya sebelah melihat tingkah Lea yang sangat sulit di tebak.

"Jangan sampai dokter Valen suka sama dokter Nathan. Ingat yah Dokter Valen tetangga kesayangannya Lea, dokter Valen udah punya suami, haram kalau suka sama seseorang padahal udah punya suami," kata Lea membuat Valen menjitak kening Lea.

"Itu efek karna kamu nggak pernah pacaran, jadi saat lihat orang tampan sedikit bawaannya pengen terbang," kata Valen kepada Lea.

"Dokter Valen bilang tampan dikit? OMG dokter Valen harus di periksa kornea matanya," kata Lea.

"Wajar aja sih kalau dokter Valen bilang dokter Nathan biasa-biasa aja kalau dokter Valen setiap pagi di suguhkan wajah tampan milk om Rifal," goda Lea membuat Valen melototkan matanya ke arah Lea.

"Tau apa kamu," ketus Valen.

"Om Rifal juga nggak kalah tampanya kok sama Dokter Nathan," kata Lea," dokter Nathan milik Lea," sambungnya dengan tawa cekikikan.

"Lebih baik kam-"

Ceklek

Belum sempat Valen menyelesaikan perkataannya seseorang membuka pintu ruangannya sehingga Valen dan Lea melihat ke arah pintu yang di buka oleh seseorang yang tadi di lihat oleh Lea. Yang sudah pasti adalah dokter Nathan!

Lea merapikan anak rambutanya saat melihat dokter Nathan menatapnya, ahk atau lebih tepatnya menatap Valen.

"Apa dokter Nathan tidak bisa mengetuk ruangan saya sebelum membuka pintu? Bagaimana jika saya sedang ganti baju dan dokter Nathan membuka pintu ruangan saya," kata Valen tidak suka karna Nathan membuka pintu ruangannya secara tiba-tiba tanpa mengetuk untuk di persilahkan masuk.

Sedangkan Nathan hanya merapikan jasnya membuat Lea semakin terhipnotis dengan Nathan, yang usianya lumayan terpaut jauh.

"Dokter Valen kok bahas gituan sih," kata Lea pelan hanya di dengarkan oleh dirinya sendiri.

"Saya tidak akan masuk begitu saja kalau tidak melihat aktifitas dokter, Valen dengan mahasiswa praktek ini," kata Nathan tanpa menatap Lea.

"Hmm." Lea berdehem sehingga Nathan dan Valen melihat ke arah gadis itu.

"My name is Lea," kata gadis itu dengan menekan namanya.

Sedangkan Nathan hanya mengabaikan Lea, yang merupakan masih labil menurut Nathan.

Orang tampan mungkin cuek kayak di novel Batin Lea.

"Ter-" belum sempat Valen menyelesaikan perkataannya seseorang langsung menyahut dari ambang pintu yang lupa di tutup oleh dokter Nathan.

"Apa tugas dokter cuman bergosip riah." Mereka bertiga langsung melihat ke arah ambang pintu, dia sudah melihat sosok Rifal sedang menyandarkan kepalanya di tembok dekat pintu sembari bersedekap dada.

"Om Rifal datang!" pekik Lea dengan tawa kecil melihat ekspresi Rifal yang sangat datar.

Sedangkan Nathan menatap Lea sejenak lalu kembali melihat Rifal yang menatapnya sangat intens.

Sedangkan Valen meneguk salivanya susah payah, ternyata Rifal belum meninggalkan rumah sakit ini.

Sekian detik

Nathan dan Rifal saling bertatapan, kedua pria tampan di mata kaum hawa itu bertatapan seakan-akan siap menerkam satu sama lain. Tidak di pungkiri jika seorang CEO dan seorong Dokter mempunyai aura yang semakin wow.

Rifal berjalan ke arah Nathan dengan tanganya dia masukkan ke dalam saku celananya, mengesankan gaya angkuh seorang CEO kepada seorang dokter di hadapannya.

"Utamain kewajiban lo sebelum hati lo," kata Rifal kepada Nathan membuat Nathan menatap manik mata Rifal secara intens.

"Kenapa? Takut kalah saing lo?" ucap Rifal lagi sembari mengeluarkan sebatang rokoknya, tentu saja hal itu membuat Valen melototkan matanya. Apa Rifal akan merokok di ruangannya?

"Lo mau ngapain." Meski Valen sudah tau apa yang akan di lakukan Rifal dia tetap bertanya dan merebut sebatang rokok di tangan Rifal.

Rifal menatap Valen sejenak lalu kembali menatap Lea yang sedang menyaksikan dirinnya.

"Anak kecil ngapain disini? kata Rifal setelah dia sadar jika bukan cuman dia bertiga di ruangan Valen, namun ada Lea juga tetangganya.

"Menyaksikan om Rifal dengan ibu dokter," kata Lea dengan cekikikan membuat Rifal mengerenyit, untung saja tetangganya.

"Ck, nggak praktek lo," kata Rifal menggeser kursi lalu duduk sehingga Nathan harus sedikit menggeser tubuhnya Karna berdiri di dekat kursi.

"Nggak."

"Kata siapa?" Kini Valen yang bertanya, setahunya Lea ada jadwal praktek.

"Karna Dokter Nathan ada di sini," kata Lea membuat Rifal dan Valen menatap Nathan secara bersamaan.

"Dokter yang tak patut untuk di contoh," cibir Rifal membuat Nathan mengeraskan rahangnya.

"Kalau lo nggak tau apa-apa lebih baik lo diam," desis Nathan kepada Rifal.

"Apa perkataan Lea kurang pas?" Rifal berkata dengan santai namun tersirat makna yang tentunya untuk menyindir dokter Nathan.

"Lah, kok Lea sih?" kata Lea kepada Rifal.

"Jadwal hari ini yang ngajarin praktek siapa?" tanya Rifal.

"Dokter Nathan," kata Lea.

"Terus ngapain dia keruangan Valen, kalau dia punya jadwal buat ngajarin praktek?" kata Rifal lagi dengan memutar bola matanya malas kepada Lea.

"Mungkin buat ngapelin dokter Valen," kata Lea asal dan berhasil mendapatkan jitakan oleh Valen.

"Mulut di rem dikit Lea," kata Valen kepada Lea.

"Lebih baik lo keluar terus ngajarin nih tetangga gue praktek sampai pintar, kayak lo," ucap Rifal kepada Nathan.

"Dan satu lagi, jangan cuman ngajarin tentang teori doang," Rifal menjedah perkataannya," ajarin juga sesuatu yang mustahil buat di capai," sambungnya membuat tangan Nathan terkepal erat.

Tak di pungkiri, jika Rifal mempunyai mulut pedas serta wajahnya yang dingin saat tiba waktunya.

Nathan menatap Valen sejenak lalu keluar dari ruangan Valen, yang membuatnya semakin panas karena adanya Rifal di sini.

Rifal tersenyum samar melihat punggung Nathan yang sudah pergi meninggalkan ruangan Valen.

"Ngapain masih di sini?" ucap Rifal karna Lea masih berada di ruangan Valen, belum juga keluar.

"Pantau tetangga," kata Lea kelewat santai.

"Lea, kamu praktek sana. Kamu nggak lihat dokter Nathan udah keluar," peringat Valen kepada Lea.

Lea dengan berat hati keluar dari ruangan dokter Valen, padahal dia sangat suka menyaksikan hubungan tetangganya itu, yang menurutnya sangat menarik untuk di tonton.

Dan tinggal lah Valen dan Rifal saja di ruangan Valen. Valen menjadi gugup setelah keadaan sekarang menjadi hening hanya mereka berdua saja.

Rifal mendekati Valen, sontak saja hal itu membuat Valen memundurkan langkah kakinya, sehingga punggungnya tersandar di tembok.

Jarak mereka berdua sangat dekat, Rifal mendekatkan wajahnya ke arah Valen membuat Valen memejamkan matanya. Ini jarak yang sangat dekat bagi Valen lagi setelah empat tahun menjaga jarak dengan Rifal.

Wangi mine di tubuh Rifal, langsung masuk ke dalam indra penciuman milik Valen, ternyata Rifal masih setia dengan parfum mine.

Deruh nafas milik Rifal dapat di rasakan oleh Valen, karna jarak mereka sangatlah dekat. Valen meremas ujung bajunya, dia yakin Rifal akan menciumnya, setelah empat tahun tidak bersentuhan secara fisik.

Valen memejamkan matanya saat sentuhan bibir dari Rifal.

Ceklek....

Valen melototkan matanya saat suara pintu di buka. Mata Valen terbuka sehingga matanya bertatapan dengan mata milik Rifal dengan jarak yang sangat dekat.

Siapa yang berani masuk ke dalam ruangannya tanpa mengetuk terlebih dahulu?

"UPS.... sepertinya Lea datang tidak tepat waktu."

Lea langsung menutup kembali pintu ruangan Valen, saat melihat kejadian yang seharusnya tidak dia lihat oleh gadis seperti dirinnya.

Dia hanya melihat Valen dan Rifal dengan jarak yang sangat dekat, sebagai mahasiswa yang fikirannya sudah terbuka jelas saja Lea tau, apa yang terjadi.

Valen meneguk salivanya susah payah, ternyata yang membuka pintu ruangannya adalah tetangganya sendiri, yaitu Lea. Kepribadian gadis itu sangat sulit di tebak, sifatnya kadang berubah kapan saja. Contohnya tadi dia mengetuk pintu ruangan Valen sebelum masuk, dan sekarang dia membuka pintu ruangan Valen tanpa mengetuk pintu.

Valen memalingkan wajahnya ke samping, karna malu kepada Rifal. Rifal memegang dagu milik Valen, sehingga mereka berdua saling bertatapan, dengan jarak yang sangat dekat.

"Apa lo rindu sama sentuhan bibir gue," kata Rifal dengan senyuman jenaka di wajahnya.

Yah, tak di pungkiri ciuman singkat Rifal tadi, mampu membuat Valen merasakan kasih sayang, setelah empat tahun tidak melakukan kontak fisik dengan Rifal.

Drt....

Handpone milik Rifal berbunyi, sehingga pria itu memundurkan langkahnya sedikit menjauh dari Valen, untuk mengangkat telfonnya.

"Saya akan segera ke sana," jawab Rifal di seberang telfon, sembari mengecek jam di pergelangan tanganya, karna ternyata dia telat setengah jam, untuk rapat bersama kliennya.

"Tolong, kamu handel semuanya," kata Rifal lagi berjalan keluar dari ruangan Valen masih setia berbicara dengan tangan kanannya di kantor.

Valen memegang bibirnya, sembari melihat punggung Rifal yang sudah pergi dari ruangannya. Pria itu lupa untuk pamit? Atau tidak mempunyai niatan pamit kepada Valen?

Valen masih tidak bergeming di tempatnya, sentuhan dari Rifal tadi membuatnya ingin terbang tinggi, setelah empat tahun tidak bersentuhan secara fisik. Bahkan di rumah pun dia hanya berbicara jika perlu.

Sejak kepergian Tegar mampu membuat hati Rifal terombang-ambing, sifat Tegar yang tegas, dingin kini telah di warisi untuk Rifal, sehingga membuat pria itu semakin tampan dan semakin gencar di incar oleh karyawannya dan juga kliennya.

Valen tersentak kaget, dia tidak tau sejak kapan Lea duduk di kursinya sembari memperhatikan dirinya. Valen langsung melepaskan tangannya yang memegang bibirnya, karna itu semua tidak luput dari penglihatan Lea.

"Cie! dapat tenaga dari om Rifal!" kata Lea sembari tertawa kecil.

"Nggak sopan banget sih!" ketus Valen, namun tidak di pungkiri jika dia juga salting.

"Ngapain kamu balik lagi ke sini?" tanya Valen.

"Dokter Nathan, nyuruh Lea ke sini. Dokter Valen di panggil sama dokter Nathan."

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!