NovelToon NovelToon

Penantian Kinanti

Bab 1

Seharian ini Kinanti berusaha tuk menyelesaikan pekerjaannya dengan baik, bahkan laporan yang harus diserahkan ke atasan hari Senin besok sudah Kinanti selesaikan.

Yes akhirnya selesai juga pekerjaanku batin Kinanti dalam hati. Kinanti melirik jam tangan yang ada di tangan kirinya, dan jam baru menunjukkan pukul 3 sore. Duuhh kok waktu berputar lambat sekali ya hari ini, batin Kinanti. Hari ini adalah jadwal Kinanti pulang ke kota MM. Setiap Jumat sore setelah selesai kerja Kinanti pasti langsung pulang ke kota MM, walaupun ngga selalu. kadang kalau lagi sibuk atau ada acara di hari Sabtu Kinanti juga ngga pulang, menundanya sampai Minggu depan. Akhirnya teng jam empat sore, Kinanti segera merapikan meja kerja dan segera berlari ke arah mushola kantor untuk sholat ashar, Kinanti berusaha tuk melakukan kewajibannya tuk melaksanakan sholat lima waktu. Selesai sholat Kinanti berdandan sebentar, memberi bedak tipis diwajahnya dan memberi lipstik di bibirnya.

Dengan tergesa Kinanti berjalan menyusuri jalan menuju pintu keluar gedung Samudera Group, ya sudah satu tahun ini Kinanti bekerja di perusahaan itu, sebuah perusahaan besar di kota SS.

" Kinan....Kinanti....!! " sapa seseorang dari arah belakang Kinanti. Kinanti membalikkan tubuhnya, dan tampak seorang laki-laki dengan tergesa berjalan ke arahnya.

" Kinanti.... jalanmu seperti orang yang lagi di kejar-kejar debt collector saja, emang kamu mau kemana si, dari tadi loh aku manggilin kamu, sejak kamu keluar dari musholla." kata laki- laki itu mensejajari langkah Kinanti. Ya dia adalah Ryan, manager keuangan di perusahaan ini, atasan Kinanti.

" Duh maaf ya pak, saya ngga dengar kalau bapak manggil saya." jawab Kinanti sambil memperlambat langkah kakinya.

" Saya mau pulang ke kota MM pak, takut kesorean ntar ngga dapet bis nya lagi, bapak tau sendiri ini kan hari Jumat, biasanya pekerja yang berasal dari luar kota banyak yang pada pulang ke kota asalnya." kata Kinanti menjelaskan.

" Boleh ngga aku anterin kamu ke kota MM, mungkin kalau kita naik mobil sendiri, kamu akan lebih cepat sampai ke kota itu." Ryan menawarkan diri.

" Terima kasih banyak pak, ngga usah repot-repot, saya pulang naik bis aja pak." Kinanti menolak secara halus.

" Kenapa Kinan.... kamu ngga merepotkan aku kok, jangan sungkan gitu ah." ujar Ryan serius sambil menatap ke sebelah nya.

" Bukan begitu pak, saya ngga enak aja sebab kan lumayan jauh loh jarak tempuh dari SS ke MM, kalau lancar dua jam, tapi kalau macet bisa lebih loh." Kinanti menjelaskan lagi dengan hati-hati agar Ryan tidak tersinggung. Ryan pun mengangguk-anggukkan kepalanya mendengar alasan Kinanti.

" Okelah kalau begitu, kamu aku anterin sampai terminal aja ya bagaimana, jangan menolak ya." kata Ryan sambil menangkupkan kedua tangannya didepan dadanya dengan wajah memelas.

Sambil tersenyum Kinanti menganggukkan kepalanya menyetujui tawaran Ryan, karena ngga enak kalau terus menerus menolak kebaikan Ryan, lagian juga lumayanlah dianterin sampai terminal bis batin Kinanti.

Kinanti mengikuti Ryan menuju tempat parkir tuk mengambil kendaraan roda empat nya yang berwarna silver. Setelah sampai di mobilnya Ryan membuka pintu tuk Kinanti dan menyuruh Kinanti masuk ke dalam mobilnya, Ryan pun masuk dan duduk di belakang kemudi.

Akhirnya mobil berjalan meninggalkan gedung Samudera Group, tidak berapa lama mobil sampai di terminal bis yang di tuju. Kinanti meminta Ryan tuk menurunkan dia di pinggir jalan sebelum pintu masuk terminal.

" Kenapa harus turun disini Kinan, kenapa ngga turun di dalam aja di dekat bis tujuan kamu ?" tanya Ryan heran.

" Ngga apa-apa pak turun disini aja kan mobil bapak bisa langsung terus jalan arah pulang kalau bapak nurunin saya di dalam nanti mobil bapak akan susah keluarnya, butuh waktu lama lagi, di dalam macet pak." jawab Kinanti.

" Okelah kalau begitu Kinan, kamu hati-hati ya, sampai ketemu hari Senin." kata Ryan.

" Makasi ya pak udah nganterin saya sampai terminal." lanjut Kinanti.

Ryan mengganggu kan kepala nya sambil tersenyum.

Kinanti keluar dari mobil Ryan, menutup pintu mobil lalu melambaikan tangannya dan mobil Ryan pun melaju meninggalkan Kinanti.

Kinanti berjalan memasuki terminal mencari bis tujuan kota MM, dan tampaklah bis tujuan di depan sana, lalu dia masuk ke dalam bis, mencari kursi yang masih kosong. Alhamdulillah masih dapat tempat kosong, batin Kinanti. Kinanti duduk di dekat kaca mobil, Kinanti memang selalu mencari posisi duduk dekat kaca agar dia bisa melihat-lihat jalanan yang akan di lewati bis yang dia tumpangi. Dan tidak berapa lama setelah kursi di dalam bis terisi semua bis pun mulai berjalan meninggalkan terminal.

Bab 2

Bis mulai berjalan perlahan, tampak keruwetan di dalam terminal, semrawut kalau menurut ku si. Untuk mengurangi kesemrawutan ada beberapa petugas yang mengatur bis-bis yang akan masuk dan bis-bis yang akan keluar terminal. Akhirnya bis keluar dari terminal menyusuri jalan raya dalam kota, tampak kemacetan lalu lintas saat lampu merah menyala. Ya kota SS termasuk salah satu kota besar di negara ini, dengan segala hiruk pikuk kehidupan masyarakatnya.

"Mbak...silahkan dicobain mbak, tadi saya beli kue ini di toko kue disebelah kantor saya", tiba-tiba wanita yang duduk di sebelahku berkata sambil menyodorkan sebuah kardus, didalamnya terdapat beberapa cupcake. Seorang wanita cantik, ramah, murah senyum, mungkin usianya di atas aku dikit , batin Kinanti. Dari pakaian yang dikenakan sepertinya dia seorang pegawai, memakai rok sepan warna hijau tosca dipadu dengan kemeja warna krem motif bunga-bunga warna hijau, serasi, batinku.

"Iya mbak makasi", tolak Kinanti sambil tersenyum.

"Hayu dong mbak dicobain, masa saya makan sendirian si, ngga asik tau,, ini enak loh" dia berusaha tuk meyakinkan Kinanti, akhirnya Kinanti mengambil satu cupcake dan memakannya, dan memang ternyata enak rasanya.

"Makasi ya mbak atas kue nya, enak loh," kata Kinanti sambil memakan kue itu. Kinanti pun memperkenalkan diri," oh iya saya Kinanti mbak, panggil aja Kinan".

"Saya Tania," kata mbak cantik itu.

"Di MM kamu tinggal dimana Kinan?, tanya Tania sambil melanjutkan kalimatnya," kalau aku di perumahan Permata Hijau.

"Kalau aku di perumahan Seruni Tan, kalau ngga salah perumahan kita berseberangan deh" jawab Kinanti menjelaskan.

"Wahh ternyata kita tetanggaan ya Kinan," kata Tania. Kinanti menganggukkan kepalanya.

Akhirnya kami mengobrol ngalor ngidul sambil makan cupcake yang di bawa Tania selama di perjalanan. Dan tanpa terasa Tania tertidur di kursi nya, akupun membiarkannya, ngga mau mengganggu Tania sepertinya tidurnya lelap sekali.

Aku memandang keluar kaca mobil, melihat-lihat pemandangan disekitar jalanan yang dilewati bis ini. Bis sudah mulai memasuki jalan tol luar kota. Pohon-pohon hijau nan rindang mulai tampak, perbukitan juga mulai terlihat.

Kota MM memang terletak di dataran tinggi, disekitar perbukitan, makanya Kota MM berhawa sejuk. Jalanan yang dilewati bis meliuk-liuk naik turun melewati area perkebunan teh yang sangat luas.

Tiba-tiba aku teringat dengan Ryan. Laki-laki yang belakangan ini mendekatiku. Ryan adalah sosok cowok ganteng, berkulit putih, berusia sekitar dua puluh delapan tahun. Dia laki-laki ramah, sebagai atasan dia adalah atasan yang baik, selalu membantu bawahannya, jadi kami bawahannya merasa senang, ngga ada jarak diantara kami, kadang dia juga bisa diajak bercanda.

Kadang Ryan mengajakku tuk makan siang bareng atau mengantar aku pulang ke kosanku disaat pulang kerja. Aku kok ngerasa kalau sikap baik Ryan kepadaku karena laki-laki itu menyukai diriku ya, sebab jaman sekarang gitu loh apa masih ada laki-laki baik hati yang mau bersusah payah mentraktir atau mengantar pulang tanpa ada maksud tertentu, atau aku nya kali ya yang kepedean, batin Kinanti sambil tersenyum. Bisa jadi emang Ryan selalu bersikap baik terhadap siapapun.

"bodoh...bodoh...bodoh", gumam Kinanti pelan sambil memukul-mukul kepalanya sendiri.

"Jangan ge-er Kinan", suara hatiku berkata.

"Bisa jadi dia emang suka sama kamu Kinan, tapi apakah dia tetap akan suka kalau dia tau kamu sudah punya anak", suara hatiku berkata lagi.

"Apakah dia mau menerima masa lalu mu," lagi suara hatiku berkata.

Aku terpaku, saat mengingatnya.

Duhh iya iya aku ngga akan kege-eran lagi deh, kilahku tuk menghentikan suara-suara tersebut.

Tiba-tiba terbayang wajah polos bocah laki-laki berusia tiga tahun yang sudah tiga tahun ini menemaniku, bocah laki- laki yang selalu bisa membuatku tersenyum dengan tingkah lucunya. Hmmm bunda kangen kamu nak.

Bab 3

Suara azan Maghrib mulai berkumandang, Tania terbangun dari tidurnya, "aku ketiduran ya" katanya kepadaku, aku tersenyum sambil berkata, " tidurmu pules banget Tan, pasti kamu lelah ya hari ini" Tania menganggukkan kepalanya.

Sebelum sampai terminal aku dan Tania turun di depan perumahan Permata Hijau, kebetulan perumahan tempat aku tinggal di depan perumahan Tania, dari situ kami melanjutkan perjalanan kami dengan ojek online.

"Assalamu'alaikum...", kataku sambil mengetuk pintu.

"Kumcalam bunda," suara anak kecil menjawab salamku dari balik pintu.

Pintu terbuka tampaklah bi Ning dan Daffa di muka pintu. Bi Ning adalah orang yang membantu untuk mengurus rumah ini dan juga tuk menjaga Daffa, anakku. Daffa Airlangga Pratama, bocah laki-laki berusia tiga tahun, berwajah tampan kalau kata aku ibunya hhihihi.

"Waalaikumsalam mbak Kinan, masuk mbak", kata bi Ning.

"Bunda....bunda...Daffa kangen bunda" Daffa langsung memeluk kakiku.

"Bunda juga kangen sama Daffa nak" kataku sambil menggendongnya dan menciumi pipinya yang gembul.

"Tante Tika mana sayang kok ngga keliatan", tanyaku kepada Daffa sambil mataku mencari-cari sosok yang aku tanyakan.

"Ada bun, Tante Tika ada di kamalnya, Tante Tika lagi cibuk," kata Daffa menjelaskan.

"Ohh ya, tapi kamu ngga gangguin Tante Tika kan sayang," kataku lagi.

"Ngga dong bun, aku kan anak yang baik, tanya deh cama Tante Tika, aku anak yang baik kan ya Mbah, aku ngga nakal kan mbah?", kata Daffa ke bi Ning, bi Ning tersenyum. Daffa memang aku biasakan memanggil bi Ning dengan sebutan Mbah.

"Daffa ngga nakal kok Bun, Daffa anak pinter, ngga gangguin Tante Tika malahan Daffa nemenin Tante ya sayang," tiba-tiba suara Tika terdengar keluar dari kamarnya lalu dia menghampiri Daffa dan mencium pipi Daffa.

"Jagoan bunda memang jempol ya," kataku sambil mengacungkan kedua jempol ku ke pada Daffa.

"Bunda....bunda mana oleh-oleh tuk aku", tiba-tiba Daffa berkata, "katanya bunda mau bawain oleh-oleh kalau datang cekalang", kata Daffa melanjutkan. Ya.. Minggu lalu aku memang menjanjikan Daffa oleh-oleh tapi aku lupa sebab tadi saat pulang Ryan memaksa tuk mengantar jadi ngga keingatan tuk beli sesuatu tuk Daffa.

"Maafin bunda ya sayang, bunda lupa bawa oleh-oleh tuk Daffa, ngga apa-apa kan ya sayang, kamu ngga marah kan sama bunda, bagaimana kalau besok kita jalan-jalan ke taman bermain", kataku kepada Daffa saat kulihat wajah kecewanya. Tapi memang Daffa anak yang baik, dari kecil dia ngga pernah nyusahin, ngga pernah minta yang aneh-aneh, mungkin Daffa mengerti dengan kesusahan bunda nya. Sebetulnya kalau aku bawain coklat aja Daffa juga udah senang, tapi emang aku nya yang lupa.

"Iya bunda, ngga apa-apa kok kalau bunda lupa, Daffa ngga malah kok cama bunda, Daffa cayang cama bunda," katanya sambil menciumi pipiku.

"Makasi ya sayang, anak bunda memang pintar ya, lop yu", kataku.

" Lop yu tu bunda," balas Daffa.

"Bagaimana kalau sekarang Daffa temenin Tante ke minimarket yang baru buka itu", kata Tika.

"Yang mana Tan..", tanya Daffa.

"Itu loh yang ada di depan sana itu yang waktu kita lewat waktu itu lagi dipasangin balon-balon kayak yang di acara ulang tahun", kata Tika menjelaskan.

"Oh iya Daffa ingat Tan", kata Daffa.

"Ada yang mau Tante beli disana dan Daffa boleh beli es krim, iya kan Bun", kata Tika, aku ngerti maksud Tika mungkin tuk menghilangkan kekecewaan Daffa.

"Apa.... es klim, benel Bun aku boleh makan es klim cekalang?", tanya Daffa dengan mata berbinar senang saat mendengar kata es krim. Memang si biasanya aku ngelarang Daffa makan yang manis-manis kalau malam hari, makanya dia menanyakan ke aku, tapi malam ini aku mengijinkannya tuk menebus kesalahanku.

"Iya sayang, malam ini Daffa boleh makan es krim tapi ngga boleh banyak-banyak ya nak, satu aja ya", kataku kepada Daffa.

"makaci bunda" katanya dengan seringai tawa diwajahnya.

"Bunda, kita jalan dulu ya, dadah bunda," kata Tika sambil menuntun Daffa ke arah motor matic nya.

"Calamikum bunda", kata Daffa sambil melambaikan tangan, dia berdiri didepan Tika duduk sambil memegang stang motor, aku pun melambaikan tangan sambil tersenyum dan berkata, " wa'alaikumsalam sayang, hati-hati ya nak, inget ngga boleh nakal ya disana. Dan motor pun akhirnya mulai berjalan dengan kecepatan pelan.

+++++++++++++++++++++++++++++++++

Hai Readers maaf ya baru update lagi ni, maklum author lagi kurang enak badan, biar author tambah semangat bikin cerita nya jangan lupa ya tuk kasih like, vote, rate dan komen. Oia jangan lupa tuk mampir ke cerita aku yang berjudul "Seputih Cinta Karina". Thanks readers.

Love u❣️❣️

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!