NovelToon NovelToon

ROMAYA

Stasiun kereta api

Perjalanannya terasa berhenti saat ini, semua sudah berakhir tak ada lagi yang tersisa. Disebuah stasiun kereta api dia berhenti. Inilah saatnya mengakhiri semua kesalahan yang pernah ia buat. Meninggalkan segala macam keburukan dunia. Meninggalkan mereka yang mereka sayangi.

Maya melangkahkan kaki nya kedepan berjalan lamban dengan langkah pasti. Dia seperti melihat secercah cahaya didepan sana. Langkah demi langkah. Dia berhenti ditengah rel kereta api. Menanti kegundahan dan kegelisahannya menghilang.

Dari kejauhan dia melihat cahaya putih yang makin lama makin mendekat. Dia tak lagi mendengar apa apa. Mereka yang melihat seakan berteriak supaya Maya menjauh dari sana.

Tiba tiba tubuh nya seperti terhempas jauh. Dengan mata yang masih terpejam Maya merasa dirinya telah pergi dari dunia fana ini.

Apakah aku sudah mati?

"Apa kau gila??"

Terdengar suara yang bernada marah dekat gendang telinganya.

Apakah itu suara malaikat yang sedang marah kepadaku?

Perlahan lahan matanya terbuka. Nampak langit cerah berawan. Kiri kanan nya telah dipenuhi wajah wajah manusia. Suara mereka seperti ribuan lebah mengitari telinganya.

"Gadis macam apa dia? tiba tiba mau bunuh diri"

"Apa ingin membuat tempat ini berhantu?"

"Jangan jangan dia orang gila yang lepas dari rumah sakit jiwa"

"Apa dia telah hina hingga ingin mengakhiri hidupnya."

Suara suara itu terdengar jelas ditelinganya. Pelan pelan ia duduk, bulir bulir bening itu ikut jatuh seketika.

"Maaf... maafkan aku... " Maya tertunduk pasrah.

Suara nya lirih tanpa menatap mereka yang menghakimi nya dengan kata kata.

"Cepatlah berdiri! Tubuh ku sakit menahan berat mu" seorang pria membentaknya.

Cepat cepat ia menoleh kebelakang. Dilihatnya pria yang tengah menahan sakit. Karna dia berada diatas tubuh pria itu.

Cepat cepat ia berdiri, dibantu oleh beberapa orang yang melihatnya iba.

"Lamban sekali..." pria itu menggerutu sambil berusaha berdiri.

Pria itu lantas berdiri dengan sedikit nyeri pada punggungnya. Membersihkan kotoran pada tubuhnya.

Ia memperhatikan wanita yang nekat menunggu kereta menabrak tubuhnya. Pandangan wanita itu tampak lesu dan tak bersemangat.

Apa yang ia pikirkan saat melakukan itu? Separah itu kah masalahnya hingga memiih mengakhiri hidupnya.

"Maafkan aku tuan, seharusnya kau tak perlu mengorbankan dirimu untuk melangsungkan hidupku." ia berdiri menatap orang yang menolongnya.

"Apa yang kau bicarakan? Tentu saja aku menolong mu. Semua orang disini menolongmu. Kau bahkan tak mendengar teriakan mereka" pria itu membersihkan bajunya yang terkena kotoran debu.

Kerumunan yang masih tersisa mengangguk , mengiyakan ucapan pria itu. Kemudian mereka mulai meninggalkan pria dan wanita itu.

"Maaf kan aku.. itu satu satunya jalan agar keadaan membaik" jawabnya lirih

"Dasar aneh... kau ingin membuat kampung kami menjadi angker??" sang pria membentak nya.

"Aku akan pergi ketempat lain"

Maya berjalan meninggalkan pria itu. Mencari tempat teraman untuk menyudahi hidupnya.

"Apak kau mencari tempat lain untuk bunuh diri lagi?" selidik pria tadi penasaran.

Pria itu mengejarnya. Maya mengangguk pelan, dirinya telah putus asa. Tak ada gunanya lagi semua yang didunia ini.

"Wanita gila..."

Gumam pria itu. Dia menarik tangan Maya untuk memaksanya ikut ketempat yang lebih aman. Dia tak tega membiarkan seorang wanita yang tengah putus asa berjalan seorang diri tanpa arah.

Bisa bisa ia akan jadi santapan pria pria bejat diluaran sana. Atau akan menimbulkan masalah baru ditempat lain lagi.

"Lepaskan...!! Kau bawa aku kemana?" Maya mencoba melepaskan genggaman tangannya dari prianyang menolongnya tadi.

"Ketempat yang ternyaman untuk mengakhiri hidupmu."

Bibirnya sedikit mengulas senyum, merasa lucu dengan jawabannya tadi.

Wanita itu diam dan berjalan tenang mengikuti pria yang menolongnya.

Perjalanan yang cukup jauh membuat lelah kaki nya melangkah. Beberapa kali ia berhenti. Memukul mukul kakinya. Sedangkan pria tadi tetap berjalan berpura pura tak menghiraukan wanita disampingnya.

.

.

.

Bersambung.

Bertemu Pria baik

Perjalanan yang cukup jauh membuat lelah kaki nya melangkah. Beberapa kali ia berhenti. Memukul mukul kakinya. Sedangkan pria tadi tetap berjalan berpura pura tak menghiraukan wanita disampingnya.

"Bisakah kita berhenti sebentar? Kaki ku sudah sangat lelah" ia membungkuk dibelakang pria yang membawa nya tadi.

Pria itu menatapnya dari depan. Mencoba menetralisirkan nafasnya. Kemudian melemparkan pandangan nya kekiri dan ke kanan. Mencari tempat untuk beristirahat sejenak.

"Baiklah, ayo kesana"

Ia menunjuk ke suatu arah. Terdapat batu besar dibawah pohon rindang, yang bisa digunakan untuk berteduh. Melepas lelah mereka selama diperjalanan tadi.

Maya memaksakan kakinya melangkah dengan pelan. Sementara pria iti telah duduk diatas batu itu, meluruskan sendi sendinya.

"Duduklah...!"

"Terima kasih"

Maya memijit mijit kakinya. Dia mengamati pemandangan sekitar. Ada sawah yang membentang luas dihadapannya. Sepanjang jalan tadi ia mengikuti bibir sungai yang terlihat jernih.

"Indahnya...." gumam Maya namun masih terdengar ditelinga orang yang didekatnya.

Pria itu menoleh kearah Maya yang saat ini terkesima menikmati pemandangan didepan mereka.

"Tak akan indah lagi jika kau tak dapat melihatnya"

Maya menoleh kearah pria itu. Berpikir dengan ucapan nya. Apakah niatnya selama ini salah?

"Aku hanya mengagumi ciptaanNya" Maya membuang pandangan jauh kearah sawah membentang.

"Teruslah hidup..." kata kata itu keluar dari mulut pria yang membawanya.

"Kau tak tau apa apa tentang ku" Maya mencoba menoleh sebentar padanya.

"Aku tau... kau wanita yang putus asa. Berniat mengakhiri hidupmu. Apakah kau siap nanti jika bertemu dengan Tuhan?" kali ini pria kekar itu menatap Maya.

Maya terdiam sejenak, meneguk minuman yang diberikan pria itu. Tenggorokan nya mulai segar kembali.

"Apa tujuan mu membawaku kesini?" ia menatap lagi wajah tampan sang pria baikhati.

"Kita bahkan belum sampai" pria itu menjawab santai.

"Kemana sebenarnya tujuan mu?" Maya penasaran dengan tujuan mereka.

"Ketempat kematian mu" pria tampan itu menatapnya dengan senyuman yang ditahannya.

"Apa kau mau membunuh ku?" Maya bergidik mendengar jawaban nya tadi.

"Kau sendiri yang mau membunuh dirimu, aku hanya membantu" kali ini dia menampakan senyuman nya.

Maya kembali diam, dia tak bisa lagi menjawab ucapan pria itu. Karna semua yang diucapkan nya benar. Mati, memang itu keinginannya.

Tapi sekarang ia merasa tak ingin melakukannya. Merasa ada sesuatu hal yang menunggunya disana. Mungkin yang selama ini dicarinya.

»»»»»»»»»»»»»

Rumah itu cukup kecil dibandingkan dengan rumah disekitarnya, lokasinya pun cukup terpencil. Berjarak jauh dari rumah lainnya.

Juga terlihat agak lusuh tak terawat. Terlihat dari halamannya yang dipenuhi tanaman liar. Cat temboknya juga mulai memudar.

Kebun disebelahnya pun sudah ditumbuhi rumput liar. Beberapa batang sayuran terlihat hanya meninggalkan batangnya yang kering. Sangat tak terurus.

Pria itu mengajaknya masuk kedalam rumah setelah membuka pintunya dengan gembok besar yang berwarna hitam.

"Masuklah.." ia berjalan masuk kedalam rumah dan melepaskan sepatunya.

"Dengan siapa kau tinggal?" Maya masih bersiri diambang pintu.

"Aku sendiri" ia meletakan tas yang dibawanya diatas kursi.

"Aku diluar saja" Maya menghentikan langkah kakinya.

"Aku bukan seperti pria dalam pikiran mu!" pria kekar itu masuk kekamar nya.

Maya melangkah masuk dengan keraguan. Ia meyakinkan hatinya bahwa yang membawanya adalah pria baik baik. Semoga saja.

Terdapat sepasang kursi kayu dengan rotan. Ada lemari kaca kecil disudut ruangan, berisikan gelas, tempat kue dan lain lain. Sepertinya tempat penyimpanan. Isi ruangan tersebut sangat sederhana.

Ada satu kamar disebelah ruang tamu dan kamar satu lagi disisi yang berlawanan. Maya terus melihat sampai kedalam. Dapurnya terlihat bersih walaupun tak banyak peralatan disana.

Ia kembali duduk dikursi rotan tersebut. Menunggu intruksi dari pemilik rumah yang sejak tadi masuk kekamar bagian depan.

.

.

.

Bersambung

Menunggu rencanaNYA

Ia kembali duduk dikursi rotan tersebut. Menunggu intruksi dari pemilik rumah yang sejak tadi masuk kekamar bagian depan.

Menelisik kearah dinding, terdapat dua figura. Foto itu terlihat berasal dari tahun yang sangat lampau.

Mungkin itu foto ibu pria itu... keliatan jadul sekali.

"Pakai lah kamar kedua ini. Carilah sesuatu dilemari mana tau ada pakaian yang cocok untuk mu" suara berat pria itu membuyarkan lamunan Maya.

Pria itu berjalan kearah kamar mandi yang terpisah dari kamar. Maya berdiri berjalan memasuki kamar yang dimaksud. Dia membuka lebar jendela yang tampaknya lama tertutup. Aroma debu juga sangat menyengat.

Pelan pelan ia membuka lemari, memeriksa apakah ada pakaian yang bisa dikenakannya seperti yang pria itu ucapkan. Sesekali ia menoleh kearah tempat tidur. Ranjang kecil yang kasur nya sudah tak empuk lagi.

Ia menyinsingkan lengan baju nya. Bergerak mulai membersihkan kamar tersebut. Mencari sosok sapu yang bisa ia gunakan.

Sepertinya aku akan menghabiskan hidupku ditempat ini. Entah apa yang telah direncanakan oleh Tuhan. Semoga ini yang terbaik.

Ia membuka alas ranjang, sarung bantal dan tirai jendela dikamar itu. Mencari didalam lemari penggantinya. Senyumnya terukir melihat benda yang ia cari.

Pelan pelan menyapu bersih hingga debu didinding, dilantai dan diatas kasur habis tak tersisa. Tempat itu kini telah bersih berkat campur tangannya. Ia berdiri memperhatikan apa yang kurang dari proses beres beresnya.

"Apa yang kau lakukan?"

Pria itu berdiri diambang pintu sesekali mengusap rambut nya dengan handuk. Kelihatannya ia telah selesai mandi.

"Aku hanya membersihkan kamar ini" Maya menoleh sebentar lalu melanjutkan lagi kegiatannya.

"Tempat ini dulunya ditempati bibiku. Semenjak ia meninggal 5 tahun yang lalu. Aku tak pernah membersihkannya. Tapi kain diambang pintu ini selalu kubuka." sebuah penjelasan yang harus diketahui Maya.

"Apakah aku boleh menginap disini?" Maya menatap pria yang berdiri didepannya.

"Kau tak berniat untuk bunuh diri lagi bukan?" Pria itu memastikan perbuatan Maya kelak.

"Sepertinya begitu, sekarang aku hanya menunggu rencanaNYA." Jawab Maya mantap.

"Bagus, kalau tidak rumah ini akan angker"

Senyuman tampak terukir diwajah tampannya. Dia memperhatikan wanita yang sekarang terlihat cantik dimatanya setelah beberapa jam bersama.

"Boleh aku meminjam handuk? Badan ku terasa lengket, aku ingin membersihkan diri."

Maya menggaruk garuk tangannya. Pria yang belum menyebutkan namanya berjalan kekamarnya. Tak lama kemudian memberikan sehelai handuk.

"Ini sangat kecil. Tubuh ku pun takan tertutup"

Protes Maya melihat handuk berwarna pink yang diberikan pria itu.

"Aku hanya punya itu. Atau jika kau mau memakai handuk punyaku?"

Ia membuka handuk yang sedang berkalung dilehernya. Maya memerah melihat pria itu yang hanya mengenakan celana pendek. Sehingga tubuh atletisnya terlihat jelas saat ia membuka handuknya.

"Ini saja.. " Maya cepat mengalihkan pandangannya kesembarang tempat.

Maya berjalan keluar kamar, mencari dimana kamar mandi. Tapi pria tadi msih berdiri diambang pintu.

"Setelah mandi aku ingin bicara" Pria itu berjalan kearah kamarnya.

Sial, dia membuatku memanas seperti ini.

Pipiku terasa panas saat ini. .

Maya melanjutkan langkahnya kekamar mandi. Berusaha untuk melakukan yang terbaik untuk diri sendiri. Setidaknya ia harus terlihat bersih.

»»»»»»»»»»»»»

Maya melihat pria itu duduk menyeduh secangkir kopi panas. Aroma kopi nya memenuhi seluruh ruangan. Ia mencoba duduk di kursi satunya.

"Ini baju ibuku.. masih bagus rupanya"

Pria tadi membuka obrolan pertama ketika melihat baju yang dikenakan Maya. Ia memperhatikan Maya yang sudah kelihatan segar.

"Terima kasih, sudah menolong ku"

.

.

.

Bersambung

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!