Pulau samosir yang letaknya tepat berada ditengah danau toba memiliki pesona pemandangan yang begitu indah serta udara sejuk, pulau ini kerap kali dijadikan tempat wisata oleh orang asing. Keindahan danau toba yang dapat dinikmati dengan melihat ragam budaya dan tempat-tempat menarik yang dapat dikunjungi seperti tomok, museum, sigale-gale dan bahkan danau toba sendiri memiliki mitos sendiri. Pulau danau toba sangat menarik perhatiaan para turis.
Ardella seorang gadis berparas cantik dengan poster tubuh mungil tinggal di pulau samosir. Kebiasan Ardella mengunjungi tepi danau dekat pelabuhan. Sepasang bola mata melihat ke arah kapal di tengah danau yang kini semakin jauh dari pandangannya, angin yang berhembus membuat matanya memerah dan tubuhnya gemetar kedinginan. Helaan nafasnyapun begitu panjang, perasannya kosong.
"Hari ini juga bukan, mungkin besok ." Gumam Ardella sedih melihat kearah tepi danau.
Ardella berjalan dengan langkah kecil, perlaha-lahan meninggalkan tepi danau, sesekali diliriknya lagi kearah danau. Tak terasa langkahnya membuat dia tiba dirumah.
Seorang wanita dari kejahuan menatap kedatangan Ardella dari arah jalan. "Ardella. Kamu dari mana saja nak?." Tanyanya yang dari tadi menunggu didepan pintu.
"Dari tepi danau." Ucap Ardella seadanya dengan memasang wajah cemberut dan enggan berbicara.
"Apa ayah masih dirumah?." Tanyanya kembali sambil melepaskan alas kakinya berjalan menuju rumah.
"Iya masuklah. Ayah kamu sekarang menunggu untuk makan bersama." Berbicara lembut dan memasang senyum.
Tak,,, tak.
Suara langkah Ardella mulai terdengar oleh ayahnya. Sejak pagi tadi ayahnya sudah mencari keberadaan Ardella. Tetapi Ardella tidak ada dirumah. Ayahnya sudah bisa menebak bahwa Ardella kemungkinan pergi ketepi danau.
"Ardella !." Suara yang tegas dan berat memanggil, wajah yang penuh amarah ditunjukkan oleh ayah Ardella.
Ardella yang masih berada diruang tengah, melihat kearah ayahnya. " Iya, Ayah." Terkejut mendengar suara panggilan ayahnya, langkahnya terhenti.
"Apa kamu masih pergi ketepi danau?." Tanya ayahnya memasang wajah kesal.
Ardella hanya terdiam. Dengan diamnya Ardella memberikan jawaban pada ayahnya. Wajah kesal ayahnya terlihat oleh Ardella, namun Ardella tidak peduli dengan perkataan ayahnya, sebaliknya ayahnya juga tidak ingin terlalu keras terhadap Ardella menyangkut masalah dia pergi ke tepi danau.
"Mulai besok jangan pernah pergi lagi ketepi danau." Kata ayahnya memperingatkan.
Ardella tetap tidak berkata sepatah kata pun. Larangan ayahnya bukanlah hal yang dapat membuatnya berhenti mengunjungi tepi danau.
"Pak, sudahlah jangan memarahi Ardella lagi, mungkin dia kesana pergi menunggu Batara kembali." Seorang wanita yang datang mendekat dan memegang pundak ayah Ardella.
"Kalau bukan karena ibumu yang mengatakannya, pasti aku sudah menghukummu. " Ucap ayahnya.
"Ayah, Ardella kesana untuk menunggu kedatangan kak Batara. Dia adalah orang yang kusayangi dan kurindukan." Ucap Ardella.
"Dia telah pergi, jadi jangan pernah mengungkit nama itu didepanku." Ucap ayah Ardella semakin kesal.
"Ardella, dengarkan kata ayahmu, tidak baik membantah perkataan orang tua."
Ardella yang tidak peduli dengan ucapan wanita itu. "Untuk tidak menunggu kak Batara adalah hal yang sulit untuk kulakukan, kuharap ayah tidak melarangku." Ucap Ardella.
Suasana canggung diantara mereka seakan mencekam. Laki-laki dan wanita paruh baya yang berdiri dihadapannya itu adalah ayah dan Ibu tirinya. Pak Parsauliaan ayah Ardella seorang tuan tanah dan pedagang didaerah samosir. Setelah 3 tahun menduda ayah Ardella memutuskan untuk menikah lagi, ayah Ardella menikahi seorang janda bernama Sherlin dan kini menjadi ibu tirinya.
Sherlin seorang janda yang ditinggal oleh suaminya. Ditinggal bukan karena maut memisahkan melainkan ditinggal dan pergi bersama wanita lain. Sherlin membawa seorang anak perempuan seumuran dengan Ardella, hasil dari pernikahan dengan suami pertamanya. Dengan begini Ardella mempunyai saudara tiri.
Saat berumur sekitar 6 tahun Ardella bertemu dengan Sherlin. Ardella sering menangis mencari ibu kandungnya. Mendengar Ardella menangis sering kali Sherlin mencubit Ardella hingga tubuhnya memar. Dibawah asuhan Sherlin, Ardella selalu diperlakukan buruk.
Ibu tiri Ardella terlihat lemah lembut didepan ayah Ardella, karena itu sampai Ardella tumbuh semakin dewasa perilaku Sherlin terhadap Ardella tidak pernah diketahui oleh ayah Ardella. Sherlin sangat bijak memilih waktu untuk menyiksa Ardella, saat ayah Ardella tidak dirumah disitulah Sherlin memperlakukan Ardella semena-mena.
Seiring waktu berjalan Ardella tidak takut dengan ibu tirinya. Semenjak dia tumbuh lebih dewasa dia sudah mengerti arti ibu tiri sebenarnya. Sewaktu kecil seringkali dia disiksa dibelakang ayahnya, Ardella yang masih tidak berdaya menerimanya tanpa ada perlawanan.
Ayah Ardella yang hampir kehilangan kasih sayang untuk Ardella dan ibu tirinya selalu memperlakukannya buruk membuatnya sedikit pemurung didalam rumah. Bercanda dan tawa jarang terlihat diwajah Ardella saat berada dirumah, untuk menjalani harinya dia menyibukkan diri dengan pekerjaan rumah.
***
Mentari memancarkan sinarnya, menikmati udara segar dan merasakan embun pagi menyelimuti wajah tirus Ardella, senyumnya selalu menyambut hari bahagia, kepolosanya dan kesederhanan membuatnya terlihat semakin cantik.
Suara ayam berkokok menunjukkan jam 5 pagi.
Ardella terbangun dari tidurnya, hal pertama yang dilakukan merapikan tempat tidur, kemudiaan rambutnya yang panjang terurai diikatnya menggunakan jepit rambut. Ardella memulai aktifitasnya dengan semangat.
Prank,,, prank,,,prank.
Suara berisik dari dapur menandakan Ardella sedang memasak, dan dilanjutkan dengan mengepel, mencuci piring serta menyelesaikan pekerjaan yang lainnya.
Semua pekerjaan rumah kini telah selesai. Ardella mulai bersiap-siap untuk pergi.
"Ouhhh,,,tidak sekarang jam 7.30." Sambil melihat jam tangannya.
Dengan cepat dia menyusun hidangan makanan diatas meja, kemudiaan dia bergegas pergi meninggalkan mereka yang masih terlelap tidur.
Ardella berlari menuju pelabuhan, dengan mengenakan jaket berwarna pink berlengan panjang. Tiupan angin pagi membuat rambut panjang Ardella terurai sedikit berantakan, nafasnya kini mulai terengah-ngah, langkahnya mulai melambat. Ardella mulai menoleh dan melihat-lihat penumpang kapal, kemudian beranjak masuk kedalam keramaian sambil mencari-cari. Setelah lama mencari dia hanya diam berdiri ditengah keramaian, tiba-tiba di memanggil sebuah nama.
"Kak Batara,,,Kak Batara,, Kak Batara." Panggilnya dengan suara serak menahan kerinduaan.
"Hiks,,, hiks,,,hiks kakak." Ucapnya tak tahan lagi menahan kerinduan. Air matanya terjatuh membasahi pipinya.
Hatinya terasa sesak, rasanya Ardella ingin berteriak keras untuk meluaskan isi hatinya. Dia menghentakkan tubuhnya denga posisi setengah duduk, kedua tangannya disandarkan ke lututnya, kemudiaan menundukkan kepalanya sambil menutup matanya.
Dia melupakanku. Bagaimana sekarang wajahnya. Apa dia baik baik saja. Didalam benak Ardella.
Seketika ingatannya kembali mengingat janji antara mereka.
Ardella berteriak kembali. "Pembohong, pembohong, pembohong. Tahukah kamu bagaimana rasanya menuggu begitu lama." Ardella kembali terisak menangis.
"Aku merindukan Kak Batara. Aku rindu. Cepat pulang." Ucap Ardella pelan.
"Kenapa kakak tidak kembali? (Tanyanya dalam hati) katanya akan cepat kembali tapi sampai sekarang tidak Ada kabar sama sekali." Bergumam sendiri masih dalam keadaan sebelumnya.
Tap,,,tap,,.
Suara langkah terdengar samar-samar mulai mendekati Ardella, mendengar itu tangisannya terhenti dan mulai mendengarkan dengan jelas.
💔💔💔
Bersambung
Berceritakan seorang pemuda terpelajar Kenzo Albian. Saat usianya 15 tahun Kenzo mengalami kecelakaan sehingga merengut keluarganya. Akibat kejadiaan tersebut Kenzo menjadi lebih penutup dan tidak suka bergaul. Kenzo memilih untuk tinggal sendirian karena dia merasa tidak nyaman kembali kerumahnya yang penuh kenangan bersama keluarganya dan memilih tinggal di apertemen biasa.
Tap,,,tap,,,tap suara langkah Kenzo yang memasuki sebuah perusahaan XX yang terkenal atas keberhasilannya. Kenzo yang mewarisi kekayaan almarhum ayahnya menjadi seorang CEO muda dengan menaklukkan dunia bisnis.
Didalam perusahannya Kenzo dikenal seorang CEO berpramental buruk, sehingga membuat karyawan takut bertingkah salah dan membuat Kenzo marah.
"Selamat pagi pak." Ucap para karyawan menundukkan kepala dan tidak berani menatap wajahnya secara langsung.
Kenzo yang sifatnya dingin tidak menyapa balik melainkan terus berjalan yang diikuti oleh sekeretarisnya dan 2 pengawalnya.
Kreekk suara pintu terbuka. Hari ini Kenzo sedang melakukan meeting untuk melihat kinerja karyawannya dan perkembangan perusahaan.
Kenzo menuju ke mejanya dan melihat semua dokumen yang telah diserahkan oleh para karwayan. Suasana ruang meeting membuat para karyawan rasanya sesak udaranya pun terasa mencekram bagi para karyawan.
Srek,,, srek,, srek membalikkan lembar setiap dokumen dengan mengerutkan dahinya terpancar dari raut wajahnya bahwa dokumen tidak sesuai ekpetasi Kenzo.
Bukk,,, Kenzo melemparkan dokumen keatas meja meeting lembaran kertas berceceran dimeja.
"Aku tunggu jam 14.00 dokumen harus sudah diperbaiki diatas mejaku." Ucap Kenzo.
Kenzo bahkan tidak sampai 30 menit berada di perusahan dan langsung pergi. Bahkan Peraturan dalam hal bekerja sangat keras hingga tidak sedikit karyawan yang mengundurkan diri karena tidak tahan menghadapi sifat dinginnya Kenzo.
"Bos nanti siang jam 12.00 wib ada pertemuan dengan perusahaan XX masalah proyek bulan lalu." Ucap sekretaris Kenzo.
"Batalkan semua jadwal hari ini, aku ingin pulang lebih awal, antar dokumen-dokumen ke apertemenku." Ucap Kenzo.
Diapertemen Kenzo biasanya menghabiskan waktunya dengan tumpukan dokumen, hari-harinya hanya difokuskan dalam hal bekerja.
Berada diruang kerja Kenzo sedang membaca sebuah surat yang di tinggalkan oleh seorang wanita untuknya. Kenzo bahkan belum pernah bertemu denganya. Selama ini Kenzo berusaha mencari informasi tentangnya tapi sampai sekarang belum juga ditemukannya.
"Ariana Puspita seperti apa kamu sebenarnya." Ucap Kenzo melihat isi surat.
Surat yang telah dibacanya beratus kali, mencari seorang gadis bernama Ariana Puspita.
✳️✳️✳️
"Mama sudah bilang tidak perlu menyiapkan sarapan untuk kita Grace." Ucap mama Grece sambil membantunya menghidangkan makanan.
"Grace senang melakukanya ma." Sibuk dengan menuangkan teh kedalam cangkir.
"Kan ada mbok yang melakukan pekerjaan rumah, kamu fokus aja cari jodoh, mama udah gk sabar pengen punya cucu." Ucap mamanya mengomel.
"Papa sarapan sudah siap.(Teriaknya). apa Kevin belum bangun jam segini." Tanya Grece kemudiaan naik keatas tangga menuju kekamar Kevin.
"Lihat lah pak, anakmu itu tidak mendengarkan lagi kata mamanya." Mengomel pada papanya Grace yang baru datang menuju ke meja makan.
"Udahlah ma, lagian bapak masih senang Grace tinggal bersama kita." Ucap papa Grece sambil mengoles selai ke roti.
"Lihat aja nanti kalau Grece sudah berumur dan beruban, disitulah nanti bapak baru sadar." Ucap mamanya Grace.
Sedangkan Grace yang menuju kamar adiknya Kevin.
"Kevin bangun." Menarik selimut Kevin sambil memukul pantatnya.
"Mmm kakak, lima menit lagi." Ucap Kevin menarik kembali selimutnya
"Cepat bangun, kamu gk sekolah." Tanya Grace.
"Apa boleh aku gk sekolah kak." Ucap Kevin melihat kakaknya.
"Jadi kamu lama bangun berencana tidak sekolah." Ardella mencewer kuping adiknya itu.
"Aduh sakit kak, Kevin salah tak berani lagi." Memegang tangan kakaknya.
Suara ribut dari atas kamar bahkan terdengar sampai ke bawah.
"Ada apa lagi dengan kedua anak itu setiap pagi selalu saja ribut." Ucap papanya.
"Grace mungkin mencewer kevin karena gk mau ke sekolah." Kata mama Grace yang tahu situasi dan kondisi mereka diatas.
Di meja makan telah tersedia sarapan, setiap paginya sebelum berangkat bekerja atau melakukan aktifitas lain harus sarapan bersama, itu adalah peraturan Grace.
Tring,,, tring,,,tring suara telepon berbunyi.
"Mbok angkat dulu telponnya." Ucap mama Grace sambil memanggil pembantunya yang dipanggil dengan sebutan mbok.
"Hallo dengan siapa." Kata mbok.
"Mbok tolong panggilkan Grece."
"Non Ariana." Ucap mboknya mengenal suara Ariana.
"Non Grece ini dari non Ariana mau bicara katanya."
Grace meletakkan roti ke piringnya kemudiaan berjalan keruang tengah untuk mengangkat telpon.
"Hallo Ariana, apa kabar."
"Baik Grece, bagaimana dengan kalian."
"Kami juga baik-baik saja, kapan kamu main-main kesini." Tanya Grace.
"Tebak sekarang aku dimana Grace. "
"New York."
"Salah,,,(Tertawa) sekarang aku di indonesia tepat berada di depan rumahmu."
"Jangan bercanda Ariana." Ucap Grace tak percaya.
"Tante, paman and Kevin aku rindu kalian." Suara Ariana yang sudah masuk kedalam rumah memanggil.
"Ariana kenapa tidak bilang kamu datang ke indonesia kan tante bisa jemput." Mencium pipi Ariana.
"Ariana mau kasih kejutan buat tante dan paman." Ucap Ariana tersenyum.
Grece yang mendengar suara Ariana pergi menuju keruang makan.
"Ariana. I miss You." Memeluk Ariana.
"I miss you too Grace."
"Sarapan dulu baru dilanjukan miss you,, miss you nya." Ucap kevin dengan mulutnya yang mengunyah roti.
"Oho,, sibocah udah gede sekarang." Mengacak rambut Kevin.
"Aduh jangan berantain rambut Kevin." Ucapnya sambil membereskan rambutnya kembali.
"Ayo sarapan dulu nak." Ucap papanya Grace.
"Oh no, aku harus berangkat sekarang takut terlambat." Melihat jam tangannya kemudian bergegas meninggalkan ruang makan.
"Hati-hati dijalan nak." Ucap mama dan papa Grace.
Grace Liona bekerja sebagai seorang guru, sifatnya sedikit cerewet, hobi memasak dan mengurusi pekerjaan rumah, masih jomblo tak pernah berpecaran, penampilannya biasa saja karena menyesuaikan pekerjaannya sebagai guru.
Ariana Puspita adalah sepupunya Grece berpenampilan cantik serta lemah lembut,
mereka tumbuh bersama sejak kecil tapi saat melanjutkan kuliah, Ariana memilih untuk melanjutkan studinya di new york dan bekerja disana sebagai sekretaris. Sekarang dia berada diindonesia dan berencana tinggal diindonesia.
Kevin adiknya Grece yang masih duduk di kelas SMP, kebiasaan setiap pagi berusaha untuk tidak masuk sekolah, walau sedikit nakal tapi terlihat imut.
Papanya Grace seorang pengusaha yang sibuk, namun untuk keluarga tidak ada kata sibuk di kamusnya.
Mamanya Grace, kebanyakan seperti ibu-ibu yang lain, ingin cepat Grace menikah dan punya cucu. Pekerjaannya saat ini mencarikan Grace jodoh dengan mengatur kencan buta.
Hubungan Ariana dan Grace seperti saudara dan sekaligus sahabat sejak kecil, semenjak kecil Ariana diasuh oleh tantenya, dikarenakan orang tua Ariana sangat sibuk bekerja sehingga jarang sekali bertemu dengan Ariana.
Ayah Ariana meninggal karena sebuah penyakit kini dia tinggal berdua dengan ibunya di new york, setahun setelah kepergiaan ayahnya, ibu Ariana memutuskan untuk menikah lagi. Karena tidak menerima ibunya menikah lagi Ariana kembali ke indonesia dan memutuskan untuk tinggal lagi bersama tantenya yaitu mamanya Grace.
💔💔💔
Bersambung
Dari kejahuan Ardella sudah mulai melihat rumahnya, di halaman rumah yang memiliki sebuah kebun bunga, kemudiaan terdapat sebuah kursi bambu tua, dimana Ayahnya yang sedang duduk dan menggunakan sampan sambil sibuk mencoret-coret diatas sebuah buku, Ardella mulai beranjak mendekati dan berdiri disamping, tetapi tak ada respon sama sekali dari Ayahya
Mendekati ayahnya, Ardella ingin mengatakan sesuatu. " Ayah, Ardella mau lanjut sekolah di kota." Kata Ardella dengan memegang izasahnya, walau ragu dia tetap ingin menyampaikan keinginannya.
Seketika itu Ayahnya meletakkan pulpennya dan mulai melihat kearah Ardella, saat ingin memulai pembicaraan, terdengar suara langkah kaki mulai mendekati kearah mereka, dengan membawa secangkir kopi hitam.
Ibu tiri Arella datang dengan membawakan secangkir kopi. "Pak, ini kopinya." Ibu tiri Ardella yang terlihat lemah lembut dalam segala ucapannya.
Setelah beberapa menit dilanjutkan dengan kedatangan Leli dari jalan depan rumah. Leli berlari ke hadapan ayah Ardella dan langsung merangkul tangannya.
"Leli ingin kuliah,,, Yah." Berbicara manja duduk ditengah-tengah antara ayah Ardella dan ibu tiri Ardella.
Ucapan Leli sama seperti yang dikatakan Ardella, membuatnya kembali berpikir.
"Anak perempuan, untuk apa sekolah tinggi-tinggi nanti juga jadi ibu rumah tangga." Ayah Ardella tidak terlalu suka atas keinginan mereka.
Orang desa yang masih berpikiran kuno masalah tidak pentingnya sekolah salah satunya yaitu Pak Parsauliaan ayah Ardella sendiri.
Dengan merengek Leli menarik lengan ayah Ardella sembari mengatakan. "Semua teman Leli lanjut kuliah di kota, masa Leli dikampung terus." Ucap Leli dengan nada sedih.
Ardella terdiam dan melihat tingkah Leli yang bermanja-manja pada ayahnya, sekali lagi diucapkannya bahwa dia pun mau melanjutkan sekolahnya.
"Aku juga ingin melanjutkan sekolahku." Ucap Ardella kembali.
Ayahnya melihat kearahnya dengan Leli. "Panen tahun ini gagal ditambah lagi tenggelamnya kapal peri membuat semakin susah untuk menjual hasil panen, untuk modal dan upah para kerja pun harus diperhitungkan, belum lagi adik kalian yang sebentar lagi masuk sekolah." Ucap ayah Ardella menjelaskan kesusahannya.
Penjelasan Pak Parsauliaan begitu panjang untuk membuat mereka mengerti akan keadaan keuangan keluarga mereka. Sherlin istri Pak Parsaulian mengelus pundak suaminya itu dan mengucapakan kata lembut.
"Pak bagaimana kalau tahun ini kita kirim Leli untuk kuliah duluan, kalau keuangan kita nanti sudah stabil, Ardella juga bisa kuliah tahun depan." Bujuk Sherlin.
Mendengar perkataan istrinya Pak Parsauliaan langsung memutuskan bahwa Leli yang akan kuliah untuk tahun ini, mendengar itu ibu tiri dan saudara tiri Ardella senyum-senyum sambil melirik wajah Ardella yang hampir meneteskan air mata.
Menahan air matanya terjatuh Ardella mengucapakan sepatah kata untuk ayahnya "Aku anak kandung ayah, kenapa bukan aku saja yang dulu kuliah, kenapa ayah selalu lebih mementingkan Leli daripada Ardella." Suara Ardella bergetar menahan sedih dihatinya.
Melanjutkan sepatah dua kata lagi mengatakan bahwa Sherlin dan Leli adalah orang asing di keluarganya. "Mereka berdua bukan siapa-siapa, tapi ayah sangat menyayangi mereka, mereka ini orang jalanan yang ayah tampung. " Ucap Ardella yang mulai merasa kesal.
Prak,,, ayah Ardella mendengar perkataan itu marah dan memukul meja sambil menunjuk jari ke wajah Ardella. "Dia ini sekarang adalah ibumu." Kata Ayahnya sambil menarik Sherlin ke hadapan Ardella.
Dengan tegas Ardella menjawab bahwasanya ibu nya sudah meninggal. "Ibuku sudah meninggal, dia tidak akan pernah menggantikan posisi ibu." Ucap Ardella.
Sherlin mendengar perktaan Ardella geram, kalau bukan karena ayah Ardella masih dirumah, sudah pasti Sherlin akan melakukan hal yang buruk pada Ardella. Leli juga menatap Ardella dengan wajah kesal, rasanya Leli tidak sabar ingin memukul Ardella.
"Hiks,,,hiks,,, hiks." Sherlin yang menutup wajahnya seakan sedang menangis mendengar perkataan Ardella.
"Ibu." Ucap Leli menenangkan ibunya.
Melihat sandiwara Ibu tirinya itu membuat Ardella tak tahan dan pergi meninggalkan mereka, kemudian membanting pintu kamarnya hingga terdengar sampai keluar.
Sedangkan percakapan mereka masih berlanjut diluar.
"Padahal ibu sudah bersikap baik sama Ardella, tapi kenapa dia tetap tidak mengakui ibu." Sambil memperhatikan wajah ayah tirinya yang masih marah. "Apa Ayah juga menganggap Leli bukan anak ayah." Ucap Leli memasang wajah sedih.
Melihat istrinya sedih dan Leli anak tirinya, ayah Ardella menenangkan mereka. "Sudah kamu jangan menangis lagi, suatu hari Ardella pasti akan melihat ketulusan dan kebaikanmu dan mengakuimu sebagai ibunya." Ucapnya pada Sherlin. "Kamu sekarang adalah anak ayah, jadi jangan berpikir yang tidak-tidak." Ucap ayah Ardella melihat kearah Leli dan mengelus kepala Leli dengan lembut.
Setelah perdebatan itu Pak Parsauliaan juga membereskan barang-barangnya dan beranjak masuk kerumah.
Sedangkan Sherlin dan Leli tertawa kecil melihat Ardella yang dibentak oleh ayahnya, semakin Ardella tidak mengakuinya sebagai Ibunya, maka pertengkaran antara Ardella dengan Ayahnya semakin dalam, jarak antara Ayahnya dan Ardella semakin jauh, sedangkan untuk Ibu tiri Ardella semakin nampak baik dimata Pak Parsauliaan, sedangkan Ardella terlihat seperti anak pembangkang.
Ruang kamar Ardella yang dipenuhi dengan gambar almarhum Ibunya. Dia membaringkan tubuhnya dan menutup wajahnya dengan bantal.
Mengingat kenangan masa kecilnya bersama ibunya. "Seandainya ibu disini pasti ibu akan mendengarkan Ardella." Gumam Ardella mengingat ibunya dan membuat Ardella menangis kemudian tertidur.
Malam hari.
Ayah Ardella yang kebetulan bertugas jaga malam dikampung, harus tidur dipos.
Brak,,,suara bantingan pintu.
"Apa yang kalian lakukan dikamarku." Ucap Ardella.
"Beraninya kamu merendahkanku, sepertinya kamu harus diberi pelajaran biar mengerti." Ucap ibu tirinya.
Ibu tirinya menjambak rambut Ardella diikuti dengan Leli mengikat tangan Ardella.
"Sakit, lepaskan aku." Teriak Ardella.
"Diamlah anak sial." Ucap Sherlin menutup mulut Ardella dengan kain.
Ardella yang memberontak tidak dapat lagi bersuara.
"Ibu mau di apain setelah ini." Tanya Leli.
"Seret kegudang belakang."
"Oke Bu."
Dengan semangat mereka menyeret Ardella kegudang. Sesampainya digudang tubuh Ardella dilempar masuk kedalam dan mengunci Ardella diluar.
"Haha. rasain." Ucap Leli.
"Biarkan dia tidur bersama tikus-tikus digudang." Ucap Sherlin ikut senang.
Ardella yang didalam gudang merasa gemetar, gelapnya gudang membuat Ardella semakin takut, suara tikus didalam gudang juga terdengar oleh Ardella. Mulut dan tangannya yang masih teriikat membuat Ardella tidak bisa bersuara meminta pertolongan.
Lelah membanting pintu, Ardella menyerah dan duduk didekat pintu. Sambil menangis Ardella masih berusaha membuka ikatan tali ditangannya.
"Hiks. selalu saja seperti ini, kapan ayah sadar dengan kelakuan mereka." Pikir Ardella berbicara dalam hati.
Rasa dingin menyelimuti tubuh Ardella, sangkin menahan rasa dingin Ardella tertidur dalam posisi duduk bersandar ke pintu.
Didalam rumah Sherlin dan Leli tampak senang memasukkan Ardella digudang.
"Sesekali hukumannya harus lebih berat lagi Bu." Memberi saran pada ibunya. " Kenapa gk dicambuk aja Bu, kalau cuman dikurung digudang palingan besok dia keluar juga." Ucap Leli kembali.
"Ibu tidak bisa memekuli Ardella, nanti ketahuan oleh ayahmu." Ucap Sherlin.
"Oh. Betul juga ya Bu, kalau hanya dikurung digudang ayah tidak akan pernah tahu." Ucap Leli.
Memukul Ardella akan meninggalkan bekas ditubuh Ardella, sehingga Sherlin selalu memilih untuk menyiksa Ardella dengan mengurungnya didalam gudang dan tidak memberinya makan sepanjang hari.
💔💔💔
Bersambung
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!