NovelToon NovelToon

Berbagi Cinta : Matahari Terbenam Dengan Cinta

Awal Pernikahan

Matahari terbenam terlihat di balik pepohonan tepat di belakang rumahnya. Gadis cantik berjilbab biru langit menengadahkan kepalanya keatas untuk menghalau air matanya yang akan jatuh. Besok adalah hari pernikahannya. Siapa mempelai pengantin prianya? dia adalah sahabatnya sendiri. Arfan Anggara adalah sahabat baiknya. Laki-laki yang selalu menjaganya, menyayanginya. Walaupun, gadis itu, Arini Andika mulai memantapkan hatinya untuk mengenakan pakaian tertutup dan tentunya jilbab, Arfan masih menjadi sahabat baiknya.

Arfan adalah teman masa kecilnya hingga saat ini. Sejak mereka masih anak-anak berumur 8 tahun hingga 17 tahun lamanya, mereka adalah sepasang sahabat. Namun, hal itu tidak berlangsung lama, lebih tepatnya sekitar 1 bulan yang lalu. Karena persahabatan kedua orang tuanya, anak-anak mereka juga bersahabat, begitu pula dengan Arfan dan Arini. Keluarga mereka ingin mengikat persahabatannya menjadi keluarga yang sesungguhnya, oleh karena itu perjodohan itu ada. Bahagia? tentu hanya untuk Arini saja. Ada cinta lain untuk Arfan. Tetapi, perempuan itu bukan Arini.

"Arin? Bunda mau ke rumah Mama Risa dulu ya?", panggilan dari Bunda Rina membuyarkan lamunan sesaat Arin, panggilan sayang dari keluarganya.

"Iya, Bunda. Hati-hati ya", Arini menghampiri Bunda Rina.

"Siap, putri Bunda. Kamu jangan banyak pikiran ya. Ingat besok adalah hari pernikahanmu"

"Iya, Bundaku tersayang"

"Oke, Bunda berangkat dulu ya, mumpung belum maghrib", Bunda Rina langsung pergi meninggalkan Arini. Gadis itu meneteskan air matanya. Dia harus bahagia, untuk keluarganya.

"Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam", Arini menghapus air matanya. Dia mengingat kembali pertemuannya dengan sahabatnya, Arfan tadi pagi (diam-diam).

### Flashback On

-Jasmine Cafe-

Cafe itu adalah usaha milik Arini. Dia ingin membuka sebuah usaha dan keinginan terwujud. Jasmine Cafe sudah buka hampir 2 tahun lamanya. Arini pandai memasak, terutama untuk membuat makanan dan minuman ringan. Hari ini, Arini akan bertemu dengan calon suaminya, sahabatnya sendiri, Arfan. Sedangkan sahabatnya sendiri menjabat sebagai CEO di perusahaan keluarganya, Anggara Group. Perusahaan itu bergerak di bidang ekspor dan impor beberapa produk dari jalinan kerja sama dengan perusahaan lainnya.

"Maaf baru datang, tadi aku baru selesai mengantar Sonya", Arfan datang dan duduk di hadapan Arini.

"Waalaikumsalam", senyuman manis terukir indah di bibir Arini. Sejak mereka dijodohkan, Arfan berubah. Dia seperti orang asing bagi gadis cantik berjilbab pink itu.

"Hahhhh, iya, Assalamualaikum", salam Arfan sambil meminum kopi hangat yang telah di pesan oleh calon istrinya. Arini sangat mengenal dirinya.

"Bagaimana kabarmu?"

"Baik, baca dan tanda tangan", tanpa basa-basi, Arfan langsung menyerahkan sebuah map coklat beserta pulpen hitam. Dia sangat menyiapkan segala sesuatunya.

Arini mengambil map itu, dan mulai membacanya.

"1 tahun?", tanya Arini setelah selesai membaca isi map coklatnya.

"Kamu sudah membacanya", Arfan meminum lagi kopi hangatnya. Dia tidak tahu saja, jika kopi itu buatan khusus langsung oleh calon istrinya, sahabatnya, Arini.

"Hmmm, rasa kopi yang pas", gumamnya dalam hati.

*** Kontrak Pernikahan ***

Pihak pertama yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Arfan Anggara

Pihak kedua yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Arini Andika

Pihak kedua harus mematuhi segala hal yang tertulis dan disebutkan oleh pihak pertama, sebagai berikut:

Pihak kedua tidak mencampur urusan pihak pertama, apapun itu.

Pihak kedua tidak wajib menjalankan tugasnya sebagai istri, termasuk hubungan suami istri.

Masa pernikahan selama 1 tahun

Pihak pertama tetap memberikan nafkah lahir atau segala kebutuhan pihak kedua.

Adapun, pihak kedua boleh mengajukan syarat kepada pihak pertama sebagai berikut:

1.

Ttd

Pihak Pertama

Arfan Anggara

Ttd

Pihak Kedua

Arini Andika

***

"Kamu isi syarat dari mu untukku di bagian yang sudah tersedia", Arfan mengambil pie buah. Laki-laki itu sangat suka makan, terutama camilan seperi pie buah, brownies dan makanan ringan lainnya.

"Ya Allah, apakah ini takdirku?", ucap Arini dalam hatinya.

"Hmmm, baik", gadis cantik itu mulai menulis di lembaran kontrak pernikahan nya.

Setelah itu, ...

"Dilarang poligami, maksudmu?", tanya Arfan setelah membacanya.

"Iya"

"Baiklah, tanda tangan segera tepat di atas materai nya. Nanti akan aku urus sendiri ke pengacara", tandatangan dari pihak pertama telah terukir indah.

"Pengacara? menurut ku surat ini tidak perlu di bawa ke pengacara, cukup hal ini hanya kita berdua saja yang tau. Aku takut keluarga kita mengetahui hal ini, bagaimana?, tanya Arini sebelum menandatangani surat nya.

"Hahhhh, baiklah"

"Kalau begitu aku pergi dulu", tanpa salam Arfan langsung pergi meninggalkan Arini sendiri setelah surat kontrak nya terdapat dua tanda tangan.

"Waalaikumsalam", jawab Arini setelah dia mengucapkan salam dalam hatinya mewakili sahabatnya, Arfan.

"Semoga ini langkah yang akan selalu berada dalam ridho Allah. Amin", usapan lembut dari kedua tangannya pada permukaan wajahnya.

❤️❤️❤️

Aku mau ikut lomba, semoga lolos ya 😁✌️

Hari Pernikahan

Episode Sebelumnya

### Flashback On

-Jasmine Cafe-

Cafe itu adalah usaha milik Arini. Dia ingin membuka sebuah usaha dan keinginan terwujud. Jasmine Cafe sudah buka hampir 2 tahun lamanya. Arini pandai memasak, terutama untuk membuat makanan dan minuman ringan. Hari ini, Arini akan bertemu dengan calon suaminya, sahabatnya sendiri, Arfan.

"Maaf baru datang, tadi aku baru selesai mengantar Sonya", Arfan datang dan duduk di hadapan Arini.

"Waalaikumsalam", senyuman manis terukir indah di bibir Arini. Sejak mereka dijodohkan, Arfan berubah. Dia seperti orang asing bagi gadis cantik berjilbab pink itu.

"Hahhhh, iya, Assalamualaikum", salam Arfan sambil meminum kopi hangat yang telah di pesan oleh calon istrinya. Arini sangat mengenal dirinya.

"Bagaimana kabarmu?"

"Baik, baca dan tanda tangan", tanpa basa-basi, Arfan langsung menyerahkan sebuah map coklat beserta pulpen hitam. Dia sangat menyiapkan segala sesuatunya.

Arini mengambil map itu, dan mulai membacanya.

"1 tahun?", tanya Arini setelah selesai membaca isi map coklatnya.

"Kamu sudah membacanya", Arfan meminum lagi kopi hangatnya. Dia tidak tahu saja, jika kopi itu buatan khusus langsung oleh calon istrinya, sahabatnya, Arini.

"Hmmm, rasa kopi yang pas", gumamnya dalam hati.

*** Kontrak Pernikahan ***

Pihak pertama yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Arfan Anggara

Pihak kedua yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Arini Andika

Pihak kedua harus mematuhi segala hal yang tertulis dan disebutkan oleh pihak pertama, sebagai berikut:

Pihak kedua tidak mencampur urusan pihak pertama, apapun itu.

Pihak kedua tidak wajib menjalankan tugasnya sebagai istri, termasuk hubungan suami istri.

Masa pernikahan selama 1 tahun

Pihak pertama tetap memberikan nafkah lahir atau segala kebutuhan pihak kedua.

Adapun, pihak kedua boleh mengajukan syarat kepada pihak pertama sebagai berikut:

1.

Ttd

Pihak Pertama

Arfan Anggara

Ttd

Pihak Kedua

Arini Andika

***

"Kamu isi syarat dari mu untukku di bagian yang sudah tersedia", Arfan mengambil pie buah. Laki-laki itu sangat suka makan, terutama camilan seperi pie buah, brownies dan makanan ringan lainnya.

"Ya Allah, apakah ini takdirku?", ucap Arini dalam hatinya.

"Hmmm, baik", gadis cantik itu mulai menulis di lembaran kontrak pernikahan nya.

Setelah itu, ...

"Dilarang poligami, maksudmu?", tanya Arfan setelah membacanya.

"Iya"

"Baiklah, tanda tangan segera tepat di atas materai nya. Nanti akan aku urus sendiri ke pengacara", tandatangan dari pihak pertama telah terukir indah.

"Pengacara? menurut ku surat ini tidak perlu di bawa ke pengacara, cukup hal ini hanya kita berdua saja yang tau. Aku takut keluarga kita mengetahui hal ini, bagaimana?", tanya Arini sebelum menandatangani surat nya.

"Hahhhh, baiklah"

"Kalau begitu aku pergi dulu", tanpa salam Arfan langsung pergi meninggalkan Arini sendiri setelah surat kontrak nya terdapat dua tanda tangan.

"Waalaikumsalam", jawab Arini setelah dia mengucapkan salam dalam hatinya mewakili sahabatnya, Arfan.

"Semoga ini langkah yang akan selalu berada dalam ridho Allah. Amin", usapan lembut dari kedua tangannya pada permukaan wajahnya.

Arini masih berdiam di ujung ruangan cafe tersebut. Entah kemana pikirannya saat ini. Dia hanya bisa berdo'a semoga semua akan baik-baik saja nanti.

### Flashback off

Adzan maghrib mulai mengumandangkan iramanya yang merdu sebagai tanda bahwa waktu sholat maghrib telah dimulai, terlihat pula matahari terbenam mulan menghilang dari penglihatan Arini yang masih berdiri di balkon kamarnya.

"Kak Rini? Kata Ayah sholat jamaah di musholla", panggil adik Arini, Aflah Andika. Adik Aflah memanggil kakaknya di balik pintu kamar kakak tercintanya.

"Iya, dek", Arini mulai mengambil wudhu dan bersiap sholat berjamaah bersama keluarganya di musholla lantai bawah rumahnya.

Setelah Arini dan keluarga telah menyelesaikan sholat jamaah bersama, mereka melakukan kegiatan rohani masing-masing, seperti sholat rawatib ba'diyah magrib atau mengaji sebentar.

"Kak, Bunda sudah masak untuk makan malam, kamu makan duluan saja tidak apa-apa, setelah itu langsung istirahat ya, biar besok bisa fresh, oke", perintah Bunda Rina sambil melipat mukenanya.

"Iya, Bunda"

"Kamu baik-baik saja kan Sayang?, tanya Ayah Andika kepada putrinya, dia merasa ada sesuatu yang disembunyikan oleh putri cantiknya.

"Rini baik, Ayah", senyuman manis terlihat di raut wajah putihnya.

"Alhamdulillah, yaudah kamu makan duluan ya terus istirahat"

"Cieee, bentar lagi adek jadi anak tunggal nih di rumah, yahhh, kakak buruan hamil ya terus adek biar ada teman main", senyum usil dari Adek Aflah.

"Ntar adek ganti panggilan jadi Abang aja ya, kan adek masih mudah lho, ga pantes di panggil om atau paman", mode kekanakannya masih ada walaupun umur nya sudah beranjak dewasa, karena laki-laki yang berlesung pipi seperti kakaknya, mulai masuk masa perkuliahan.

Arini diam, entah jawaban apa yang harus dia utarakan.

"InsyaAllah", Arini langsung melepaskan mukenanya, dan beranjak ke dapur untuk makan malam dan langsung ke kamar nya.

Esok hari yang cerah menandakan hari ini akan berjalan dengan baik. Arini telah bersiap untuk pernikahannya hari ini. Halaman rumahnya sudah ramai karena acara ijab qabul akan segera di mulai.

"Wahhh, mbak cantik natural lhooo. Saya jadi pangling", seorang MUA perempuan selesai melaksanakan tugas nya untuk mempercantik sang mempelai wanita.

Tidak lama kemudian, Bunda Rina, Mama Risa dan putri pertamanya, Ratih, kakak perempuan Arfan masuk ke dalam kamar Arini.

"Aduh aduh, menantu Mama cantik banget sih", Mama Risa memeluk pelan menantu perempuannya.

Menantu?

Yap, karena Arfan telah menyelesaikan ikrar janji pernikahannya dengan wali Ayah Andika.

"Eh iya ya Ma, ehem adik ipar kakak cantiknya plus plus ya", Kakak Ratih mengusap pelan pundak Arini.

"Putri Bunda memang sangat cantik, cantik wajah dan hatinya", kini giliran Bunda Rina memeluk pelan putrinya sambil meneteskan air matanya.

"Yuk, kita keluar, suami kamu sudah menunggu kedatangan istri cantiknya ini", kedipan mata Bunda Rina membuat rona merah di wajah Arini.

-Halaman Rumah Arini Anggara-

Arfan Anggara, laki-laki tampan itu tidak mengedipkan mata nya sama sekali ketika melihat sahabat (dulu), sekarang telah menjadi istrinya. Cantik alami masih terlihat di wajahnya.

"Nah, pengantin laki-laki bisa mengedipkan mata sejenak ya, kemudian ayo di pasang cincinnya dan tanda tangan surat nikahnya, Hahahaha", canda Pak Penghulu membuat semua orang melihat dan tertawa geli kepada sang pengantin Pria.

"Hahahahah", tawa bahagia memberikan suasana acara menjadi meriah.

"Ehem, iya", Arfan menormalkan detak jantungnya yang tiba-tiba berdetak lebih cepat dari sebelumnya.

*"Ada apa denganku? Arfan, ingat dia adalah orang yang telah merusak kehidupan percintaan mu bersama Sonya", Arfan memperingatkan kepada dirinya sendiri dalam hatinya. *

Setelah, Arfan dan Arini saling memasangkan cincin nikah dan tanda tangan buku nikah. Arini mencium takdim punggung tangan sahabatnya, bukan lagi, kini dia adalah suaminya. Spontanitas, Arfan mencium pelan kening sahabatnya, atau musuh, atau istrinya (entah bagaimana menurut Arfan, dia bingung), Arini Andika. Nama itu telah dia ucapkan secara lantang ketika ijab qabul di depan ayahnya, Ayah Andika.

Matahari telah menyelesaikan tugas mulianya untuk menyinari bumi, kini Bulan yang bersinar terang yang menjadi pengganti cahaya sang mentari. Setelah acara akad nikah dan resepsi pernikahan berakhir dengan lancar, seluruh keluarga termasuk sang pengantin baru pulang ke rumah masing-masing.

Rumah masing-masing?

Iya, Arfan langsung membawa Arini untuk ke apartemen yang dibelinya beberapa bulan yang lalu.

"Kamar itu adalah kamarmu", Arfan menunjuk kamar yang berada di lantai bawah.

Arini tau jika dia tidak akan tidur bersama suaminya.

"Iya, Mas", Arini memegang erat kopernya.

"Mas? oke tidak apa-apa, ingat jangan pernah masuk ke dalam kamarku di lantai atas. Ingat itu baik-baik", Arfan langsung menaiki tangga menuju kamarnya.

Begitu pula dengan Arini, wanita cantik itu mengetuk pintu kamarnya terlebih dahulu dan mengucapkan salam.

"Assalamualaikum", Arini membuka pelan pintu kamarnya.

Ada bunga mawar dan beberapa lilin yang masih menyala terang. Aroma ruangan yang menenangkan. Ternyata di sini adalah kamar pengantin untuknya dan Arfan, suaminya. Gadis itu duduk di pinggir kasur yang berukuran besar, dan melihat sekeliling ruangan itu.

"Sebaiknya, aku membersihkan bunga-bunga ini, mandi, sholat dan memasak makan malam"

❤️❤️❤️

Aku mau ikut lomba, semoga lolos ya 😁✌️

Dukung aku :]

Follow, Like dan comment ya ....

Aku masih pemula teman-teman. Semoga kalian suka ya.

Dia adalah Suamiku

--- Episode sebelumnya ---

Matahari telah menyelesaikan tugas mulianya untuk menyinari bumi, kini Bulan yang bersinar terang yang menjadi pengganti cahaya sang mentari. Setelah acara akad nikah dan resepsi pernikahan berakhir dengan lancar, seluruh keluarga termasuk sang pengantin baru pulang ke rumah masing-masing.

Rumah masing-masing?

Iya, Arfan langsung membawa Arini untuk ke apartemen yang dibelinya beberapa bulan yang lalu.

"Kamar itu adalah kamarmu", Arfan menunjuk kamar yang berada di lantai bawah.

Arini tau jika dia tidak akan tidur bersama suaminya.

"Iya, Mas", Arini memegang erat kopernya.

"Mas? oke tidak apa-apa, ingat jangan pernah masuk ke dalam kamarku di lantai atas. Ingat itu baik-baik", Arfan langsung menaiki tangga menuju kamarnya.

Begitu pula dengan Arini, wanita cantik itu mengetuk pintu kamarnya terlebih dahulu dan mengucapkan salam.

"Assalamualaikum", Arini membuka pelan pintu kamarnya.

Ada bunga mawar dan beberapa lilin yang masih menyala terang. Aroma ruangan yang menenangkan. Ternyata di sini adalah kamar pengantin untuknya dan Arfan, suaminya. Gadis itu duduk di pinggir kasur yang berukuran besar, dan melihat sekeliling ruangan itu.

"Sebaiknya, aku membersihkan bunga-bunga ini, mandi, sholat dan memasak makan malam"

- - -

Arini telah menyelesaikan masakan pertamanya di dapur rumahnya bersama suaminya. Dia sadar, Arfan bukan sahabatnya, melainkan suaminya. Yahhh, walaupun dia berusaha untuk tetap menguatkan hatinya karena penolakan statusnya sebagai istri Arfan.

“Hmmm, naik, tidak, naik, tidak, naik”, Arini menghitung kelima jarinya. Dia bingung, bagaimana cara memanggil suaminya. Tadi Arfan bilang, jika Arini tidak boleh masuk ke dalam kamarnya.

“Tunggu, aku kan tidak boleh masuk ke dalam kamarnya. Jadi, aku boleh donk memanggilnya di luar kamar?”, tanyanya pada diri sendiri.

“Oke, aku akan naik ke lantai atas. Bismillah”

Tetapi, ketika dia akan menaiki anak tangga yang pertama, terlihat Arfan mulai menuruni tangga.

“tampannya suamiku”, Arini tersenyum sendiri, di dalam pikirannya.

“Aku pergi”

Arini kaget, tiba-tiba saja Arfan mengucapkan kata itu dengan nada sedikit keras begitu melewatinya.

“Tetapi, aku sudah memasak untuk makan malam kita berdua”, Arini memilin pelan ujung jilbabnya. Arfan menatap tajam dirinya.

“Dan aku tidak meminta mu untuk memasak kan?”, laki-laki tampan itu langsung pergi dan menutup kasar pintu rumahnya.

“Huffft”, Arini menghembuskan nafasnya pelan. Dia tahu, Arfan akan menolak untuk makan berdua bersamanya

“Malam pengantin yang …”, gadis itu tidak melanjutkan kata-katanya sendiri. Dia langsung menuju meja makan, dan makan sendirian.

Setelah makan malam, Arini menyimpan makanan untuk suaminya tetap di meja makan, mungkin hati Arfan memanggilnya untuk makan masakan istrinya. Semoga.

“Semoga esok hari menjadi lebih baik”, do’a sebelum tidur sebagai pengantar tidur Arini di malam pernikahannya, sendirian.

Lou Café -

Arfan duduk di sebuah meja, sendirian. Lebih tepatnya, dia sedang menunggu sahabatnya, sekaligus asistennya di kantor.

Kemana kekasihnya?

Siapa?

Sonya namanya. Perempuan itu sedang berada di luar negeri untuk pemotretan majalah terbarunya. Sonya Sans adalah nama panggungnya sebagai model terkenal di dalam maupun luar negeri.

Arfan ingin menikahinya, namun sebelum keinginannya terwujud, ada harapan dari Papa Anggara dan Mama Risa untuk menikahi sahabatnya sendiri, Arini sebagai istrinya. Dia tidak punya pilihan lain. Dia sangat menghormati orang tuanya, termasuk Mama Risa.

Sebenarnya, Arfan pernah membicarakan hubungannya dengan Sonya yang lebih serius yaitu pernikahan. Akan tetapi, perempuan cantik dan selalu berpakaian se*y itu tidak pernah mau menerima ajakannya.

“Aku masih belum ingin menikah, Sayang. Kamu tahu sendiri kan, masa-masa ini sangat aku nantikan sejak dulu. Ini adalah impianku untuk go internasional, aku ingin membuktikan kepada dunia, jika aku adalah Sonya Sans, model internasional seluruh penjuru dunia. Jadi stop kamu bertanya tentang hal ini terus”, ujar Sonya, sekitar beberapa bulan yang lalu.

Lamunan Arfan berhenti, ketika seseorang yang di tunggunya telah duduk di hadapannya.

“Lo ngapain ngajakin gue ke sini? Lo itu pengantin baru Bro. Bukannya nikmati surga dunia bareng Arini, istri lo, eh malah diem di sini. Gue baru bisa tiduri anak kecil gue”, Jacob, sahabatnya mengutarakan semua kekesalannya kepada bos nya atau sahabatnya, jika di luar kantor.

Jacob, adalah sahabat Arfan ketika masa kuliah dulu. Laki-laki yang memiliki paras wajah yang tidak kalah tampan dengan Arfan telah menikah hampir 1 setengah tahun yang lalu dengan seorang perempuan cantik dan solehan. Entah bertemu dimana mereka berdua. Pernikahan mereka baru saja di karuniai seorang putra kecil yang tampan, persis bapaknya.

“Gue bingung dengan perasaan gue sendiri. Hampir 1 minggu ini gue ga bisa hubungin Sonya”, Arfan meminum sedikit kopi yang sudah dipesannya.

“Rasa kopinya tidak sama seperti di Jasmine Café, padahal aku memesan jenis kopi yang sama”, ungkapnya dalam hati.

“Lo ngapain masih mikirin si cewek itu hah? Seharusnya, lo itu mikirin istri lo, Bro. Arini. Dia istri lo sekarang”, Jacob bingung dengan pemikiran dangkal sahabatnya itu.

“Dia itu sahabat gue”

“Hufft”

“Tadi pagi lo ngucapin ijab qabul pakek nama Arini Anggara kan?”

“Iya”

“Nah itu berarti istri lo itu Arini, sahabat kecil lo dulu, Bro. Lo boleh anggep Arini sahabat lo, tapi dia juga istri sah lo di mata agama dan hukum”

“Hahhhhh”, Arfan menghela nafasnya kasar.

“Ingat Bro, lupain Sonya, perempuan seperti dia tidak pantas jadi pendamping lo. Dia membuang lo, Bro. Dia lebih milih karirnya dibandingkan lo, pacarnya sendiri.”

“Bro, penyesalan selalu di akhir”

“Gue balik, bayarin”

Jacob memandang sedih punggung sahabatnya. Dia bingung harus menjelaskan bagaimana lagi. Dulu, dia pernah melihat Sonya, pacar Arfan, sedang bermesraan dengan laki-laki lain di hotel. Hotel? Yap di hotel. Ada kejadian apa coba di hotel antar laki-laki dan perempuan yang belum menikah (Kalian para pembaca mungkin tau). Tetapi, Arfan tidak mempercayai apa yang dikatakannya.

“Semoga lo cepat menyadari semuanya, Bro”

“Aha, besok gue ajak Cika ke rumah Arfan aja. Siapa tau, Arini butuh teman. Untung saja besok hari minggu”

Jacob langsung meninggalkan café tersebut setelah membayar tagihannya dan Arfan juga. Laki-laki tampan itu mengendarai pelan mobilnya menuju istana rumah nya bersama istri dan anak tercintanya.

Rumah Jacob -

"Assalamualaikum", Jacob membuka pelan pintu rumah nya. Rumah itu adalah hasil dari menabung selama di bekerja bersama sahabatnya, Arfan.

"Waalaikumsalam", jawab salam dari suara yang lembut. Perempuan cantik nan anggun menghampiri suaminya, Jacob.

"Bagaimana Mas? Kak Arfan baik-baik saja kan"

"Yah begitulah, kamu tau sendirilah bagaimana dia kalau sifat keras kepalanya masih bersarang dalam dirinya itu", gerutu Jacob sambil memeluk pinggang istrinya, Farah menuju kamar mereka.

"Coba kamu nasihat lagi pelan-pelan Mas", Farah mengenal Arfan karena suaminya. Sahabat suaminya sering main di rumah ini, entah itu catur atau PlayStation, kadang-kadang Arfan ikut menjaga putranya, Jef Candra. Namanya yang singkat. Siapa lagi kalau bukan bapaknya yang membuat nama itu.

"Biar putra kita ga lama nulis namanya di ujian sekolah nanti, terus tidak menderita menjadi murid di urutan pertama atau terkahir, Jef kan namanya di tengah-tengah, jadi aman. Hehehehe", ujar Jacob ketika pemberian nama pertama untuk putra pertamanya.

"Oh ya sayang, besok kamu ga ada acara kan? besok kita main-main yuk ke rumah Arfan. Sekalian kamu kenalan sama istrinya. Teman baru gitu"

"Wahhh, boleh banget Mas", Farah tersenyum manis kepada suaminya.

❤️❤️❤️

Aku mau ikut lomba, semoga lolos ya 😁✌️

Dukung aku :]

Follow, Like dan comment ya ....

Aku masih pemula teman-teman. Semoga kalian suka ya.

############################################

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!