NovelToon NovelToon

SURGA YANG TERENGGUT

SURGA YANG TERENGGUT Part 1 : Suamiku selingkuh di belakang ku

Ping!

Aku mendengar ponsel mas Ringgo berbunyi,

layarnya terlihat kedap-kedip dari kejauhan. Pagi itu, aku sedang membersihkan kamar, sedang mas Ringgo sedang dikamar mandi. Aku tidak berniat untuk membuka apalagi untuk

membacanya.

Aku lanjutkan membersihkan kamar yang berantakan. Selama ini, aku memang tidak pernah mengusik apalagi membuka ponsel mas Ringgo karena aku tak mau melanggar privasinya. Aku mencoba untuk menghargai ranah pribadinya.

Ping!

Ponsel mas Ringgo kembali berbunyi, mengagetkanku yang tengah asyik membersihkan ranjang. Aku menoleh ke pintu kamar mandi yang masih terkunci.

"mas ponselmu berbunyi ada yang what's up kamu tuh!" teriakku memberitahu, tapi mas Ringgo belum juga keluar dan ponselnya pun berhenti berbunyi.

Ketika aku membersihkan initempat ponsel mas Ringgo diletakkan, kembali ponselnya berbunyi.

Ping!

Akhirnya, rasa penasaran di dalam di hatiku mulai muncul. Aku menoleh ke layar ponsel mas Ringgo yang menyala, di sana tertulis pesan dari my secret love. Aku bertambah penasaran dan makin ingin untuk mengetahui lebih lanjut.

Aku membuka ponsel mas Ringgo, ternyata ponselnya tidak terkunci. Aku menekan nama my secret love tersebut, aku melihat sederet pesan yang sukses membuatku terkejut.Di sana tertulis kata-kata yang seketika membuat hatiku panas, terbakar cemburu.

(sayang, kamu dimana dan lagi apa? aku merindukanmu, apa kamu tidak merindukan aku? Aku ingin bertemu sama kamu, sayang).

Deg!

Aku tersentak kaget. Seketika hatiku panas terbakar api cemburu. Istri mana yang tidak akan cemburu, ketika wanita lain mengirimkan pesan mesra kepada suaminya. Aku benar geram dan sakit hati pada wanita itu.

'siapakah wanita yang berani menjadi orang ketiga dalam hubungan antara a

ku dan mas ringgo' tanyaku dalam hati.

Aku tak kuat menahan semua rasa ini, aku ambil ponsel mas Ringgo. Aku membuka setiap percakapan antara mas Ringgo dengan wanita selingkuhannya. Betapa hancur dan kecewanya hatiku, ternyata mas Ringgo tega mengkhianati cintaku yang tulus.

'Sejak kapan kamu melakukan semua ini, mas? aku bertanya dalam hatiku.

Aku benar-benar sakit hati, rasanya tak percaya semua ini terjadi padaku. Mas Ringgo kamu keterlaluan, beraninya kau bermain api di belakangku.

Aku tidak mengerti apa yang ada di dalam pikiran mas Ringgo. Selama ini aku sangat mempercayainya, tak terlintas sedikitpun di pikiranku dia akan melakukan semua ini.

Aku sekarang tahu,ternyata tak mas Ringgo tak sebaik yang yang kupikir. Aku bergegas menyalin dan mengcopy percakapan mereka, sebagai bukti bila suatu saat dibutuhkan. Aku tak lupa menyalin akun what's up mereka untuk menyelidiki lebih lanjut hubungan mereka. Setelah selesai, aku segera meletakkan kembali ponsel mas Ringgo ke tempat semula.

Aku segera menyelesaikan membersihkan kamar. Mas Ringgo telah selesai mandi, segera memakai baju yang telah ku siapkan.

"mas tadi ponselmu bunyi, sepertinya ada pesan masuk!" kataku padanya memberi tahu.

Kulihat mas Ringgo membuka dan membaca pesan masuk di ponselnya. Aku melihat mas Ringgo tersenyum sendiri. Melihat semua itu,aku bisa simpulkan kalau mas Ringgo memang telah mencurangi aku.

"pesan dari siapa mas? tanyaku pura-pura tidak tahu. "sepertinya kamu senang sekali menerima pesan itu, buktinya kamu sampai senyum-senyum sendiri membacanya." kataku melanjutkan.

"dari rekan bisnis dek, kalau dikasih tahu kamipun tak akan mengenalnya" jawab mas Ringgo tanpa menatapku.

Aku benar-benar kecewa pada mas Ringgo, sekarang dia telah pandai berbohong padaku. selama ini, aku sangat mempercayai mas Ringgo. Aku sedikitpun tak pernah menaruh curiga kepadanya.

Aku menatap kearah mas Ringgo, diapun memalingkan muka dariku. Aku bisa melihat kalau mas Ringgo sedang menyembunyikan kebohongannya dariku. Mas Ringgo tak akan berani membalas tatapan mataku. Karena aku pasti dapat membaca kebohongan yang Ter simpan dimatanya.

"kamu naik jabatan ya mas? kulihat kamu senang sekali setelah membaca pesan tadi" aku mencoba mengorek jawaban dari mas Ringgo

"kamu mau tahu saja dek, cepat siap sarapan untukku" perintah mas Ringgo.

"baiklah mas, aku akan buatkan nasi goreng untukmu,tunggu sebentar ya!" jawabku sambil tersenyum pilu, menyembunyikan segala rasa sakit dan kecewa yang sekarang bersarang di hatiku.

Aku meninggalkan kamar menuju dapur. segera, aku masak nasi goreng kesukaan mas Ringgo tak lupa aku buatkan secangkir terlebih dahulu. Aku sengaja memasak nasi goreng biar lebih cepat.

Akhirnya, aku selesai membuat sarapan dan segera menatanya di meja makan. Aku menemani Mas Ringgo, kulihat mas Ringgo makan menghabiskan sarapannya dengan terburu-buru

"mas, makannya pelan-pelan saja kenapa, nanti kamu tersedak gimana? tanyaku

Mas Ringgo tak menggubris kata-kataku, dia terus buru-buru menghabiskan makanannya.Tak berselang lama, Mas Ringgo pun tersedak matanya merah menahan sakit. aku segera memberikan minuman padanya

'rasakan mas, itu balasan yang diberikan Allah padamu karena telah membohongiku." kataku dalam hati.

Setelah selesai sarapan, mas Ringgo segera buru-buru pergi.

"dek mas pergi dulu, baik-baik di rumah" kata mas Ringgo

"ya mas, tapi kenapa buru-buru sekali masih pagi? tanyaku sambil mencium tangannya takzim.

"mas ada janji dek, makanya buru-buru" jawabnya enteng dan pergi meninggalkanku. Aku tak percaya sepintar itukah mas Ringgo menutupi kebohongannya padaku.

Aku memandang kepergian mas Ringgo dengan pandangan penuh luka. Mas Ringgo begitu pandai menyembunyikan kebohongannya. Aku tak tahu entah berapa lama kebohongan dan kecurangan yang telah dilakukan mas Ringgo padaku.

'ya Allah ampunilah segala dosaku, berikanlah segala petunjuk padaku. Aku ikhlas menerima setiap ujian darimu, hamba yakin dalam setiap kesulitan pasti ada kemudahan. hamba memohon perlindungan dariMu ya, Allah' aku memanjatkan doa dalam hati.

Tak terasa, Air mataku merembes membasahi pipi. Aku tak percaya pengorbanan dan kesetiaan yang aku miliki tak berarti bagi mas Ringgo, suamiku.

'Aku tak menyangka sama sekali, kamu tega melakukan semua ini mas' aku berkata dengan rintihan dalam hati.

'baiklah mas, kalau ini yang kamu inginkan. Aku akan membuat hidupmu menderita dan penuh kesengsaraan. Mas Ringgo selama ini kamu baru melihat sisi lembut dan baiknya aku, sekarang akan aku tunjukkan sisi lain dalam diriku' aku membatin di sela Isak tangis

Aku menghapus dengan cepat air mata yang mengalir membasahi pipiku. Aku tak akan membiarkan air mata menjadi kelemahan ku.Tapi, aku menyimpan air mata ini agar bisa menjadi kekuatanku.

Aku akan segera mencari tahu wanita ****** selingkuhannya mas Ringgo. Aku akan membuat mereka menyesal telah menyakitiku.

Aku takkan membiarkan mereka bahagia sementara aku merintih merasakan setiap goresan luka yang mereka berikan. Kalian berdua harus bersiap-siap menerima pembalasan dariku.

Part 2: Firasat Hati Yang Terabaikan

'aku tak percaya semua ini terjadi padaku' aku bergumam lirih, tak percaya

Mas Ringgo tega menghancurkan dan merenggut surgaku, yang dibangun dengan penuh cinta dan kepercayaan. Aku terluka mengenang nasib cinta dan rumah tanggaku di ambang kehancuran.

Sebenarnya, aku pernah curiga pada mas Ringgo. Aku merasa akhir-akhir sikap mas Ringgo berubah, semenjak enam bulan terakhir.

Mas Ringgo sering pulang larut malam, biasanya tak pernah begitu. Biasanya, dia pukul tujuh malam sudah pulang, kalaupun telat jam delapan itu paling lama. Tapi sekarang, mas Ringgo sering pulang larut malam, terus terang aku penasaran dan heran

"mas, kenapa akhir-akhir ini kamu sering pulang larut malam, ada apakah sebenarnya? aku pernah bertanya tak mampu menutupi rasa penasaran yang muncul di hatiku.

"sekarang mas sering lembur dek?" jawabnya enteng seakan tak ada kebohongan.

"tapi mas, aku heran kenapa kamu sibuknya cuma akhir-akhir ini saja. Apa kamu naik jabatan mas? tanyaku lagi, penasaran.

"mas tidak naik jabatan dek" jawab mas Ringgo lagi.

"tapi, kenapa mas kok pulangnya sekarang sering pulang larut malam?" tanyaku mulai merasa ada yang aneh.

"sekarang mas mau meningkatkan kinerja mas di perusahaan. Sekarang banyak pemutusan hubungan kerja, mas takut dipecat dek" jawabnya dengan nada serius. Aku percaya dengan jawaban mas Ringgo waktu itu karena sangat meyakinkan dan masuk akal.

"mas sekarang gajimu pasti lebih besar dari dahulu, iya kan mas?" tanyaku lagi berharap gaji mas Ringgo naik seperti apa yang ku tanyakan tadi.

"kenapa kamu berpikiran begitu?" tanyanya lagi sambil menatap tajam ke arahku seakan tak suka aku bertanya begitu.

"maaf mas bukannya kenapa, aku cuma berfikir kalau sekarang kinerja kamu lebih baik tentunya gaji pasti naik pula. lagian, mas Ringgo sudah lama bekerja di sana." jawabku memberikan alasan agar dia tak marah dan kesal.

"ohhhh, mas tidak naik gaji dek, kan tidak naik jabatan mana mungkin gaji mas naik." itulah jawabnya pada waktu itu.

Aku mencoba untuk percaya akan kata-kata mas Ringgo, walau hati kecilku masih mengatakan ada sesuatu yang disembunyikan mas Ringgo. Aku mengabaikan setiap keraguan yang muncul di hatiku, walau terkadang terlintas berbagai pertanyaan di benakku.

Tapi sebulan terakhir ini, aku merasakan perubahan sikap mas Ringgo semakin jelas terlihat. Aku merasa mas Ringgo banyak menyimpan rahasia dariku, dia tak terbuka seperti dulu lagi. Bahkan sekarang, mas Ringgo jarang meletakkan ponselnya dekatku. Mas Ringgo sekarang sengaja menjauhkan aku dari ponselnya.

Suatu hari aku pernah memegang ponselnya berniat untuk memberikan padanya. Aku hanya ingin ponselnya karena berbunyi dari tadi, tapi mas Ringgo malam marah-marah tak jelas.

"dek, jangan pernah membuka ponsel tanpa sepengetahuan mas ya, mas juga butuh privasi." kata mas Ringgo dengan nada marah.

"maaf mas, aku tak pernah berniat untuk membuka ponselmu. Aku orang berpendidikan mas, aku tahu bagaimana harus bersikap. Mas Ringgo jangan asal tuduh" jawabku sedih rasanya dituduh oleh orang yang sangat dicintai, benar-benar sakit rasanya.

"kenapa ponsel mas ada di tanganmu, apa tujuannya kalau bukan untuk membuka" tuduh mas Ringgo lagi.

"aku berniat untuk memberikannya padamu, karena ponselmu berbunyi dari tadi. tapi kamu malah menuduhku ingin tahu dan melanggar ranah privasi kamu, sedih sekali aku mendengar kamu berkata begitu mas." aku menjawab tuduhan mas Ringgo, mataku mulai berembun menahan air mata yang hendak mengalir.

"maafkan mas dek, bukan maksudnya menuduh kamu. Mas cuma ingin, kamu menghargai privasi mas tidak ada maksud lain." kata mas Ringgo terlihat ada sesal dimatanya.

"mas Ringgo, aku ini istrimu mas. Apakah aku tak berhak tahu tentangmu mas?" tanyaku menahan sesak di dada,perih diperlakukan begitu.

"tapi tak semuanya kamu harus tahu dek, aku butuh privasi tolonglah hargai." katanya lagi.

"sebenarnya, kamu menyembunyikan apa dariku mas. Aku merasa aneh dengan sikapmu akhir-akhir ini, ada apa sebenarnya mas? tanyaku

"tolong, kamu jujur padaku mas." kataku lagi, aku berharap ada kejujuran yang akan dikatakan mas Ringgo

"dek jangan berpikiran aneh-aneh. Memangnya apa yang bisa aku sembunyikan darimu" jawab mas Ringgo, sambil menatap padaku.

"aku tak berpikiran aneh-aneh mas, aku hanya merasa sikapmu aneh dan tak wajar. Sikapmu seakan-akan mengatakan ada sesuatu yang kamu sembunyikan dariku." kataku mengatakan apa yang ada di benakku, aku merasa sikap mas Ringgo benar-benar aneh.

"mas harap kamu tak berpikiran macam-macam,kamu harus percaya sama mas!" kata mas Ringgo, aku mendengar kata-kata mas Ringgo seperti serius walau tak aku lihat ada kejujuran di matanya

"tapi mas,aku....!

"sudahlah mas berangkat dulu, kita sudahi saja pembicaraan ini. mas harap kamu percaya dengan apa yang mas katakan." kata mas Ringgo sambil berlalu memotong kata-kataku yang belum selesai diucapkan.

Aku mencoba mempercayai kata-kata mas Ringgo pada waktu itu, berusaha menghapus segala rasa curiga yang kurasakan. Aku berusaha mempercayainya karena aku sangat mencintai mas Ringgo. Aku tak ingin menyakiti perasaanku sendiri dengan segala kecurigaan yang aku rasakan.

Tapi hari ini, aku merasa sangat sedih dan kecewa. aku merasa, mas Ringgo benar-benar keterlaluan. Mas Ringgo tidak menghargai cinta suci dan kesetiaan yang selama ini aku jaga untuknya. Sakit rasanya, kepercayaan yang aku berikan dikhianati.

'tega kamu melakukan ini semua padaku mas' aku bergumam dalam hati menahan pedih luka yang telah digoreskan oleh orang yang sangat kucintai.

Aku menyangka mas Ringgo begitu tega kepadaku, dia berselingkuh tanpa aku mengetahuinya.

Aku percaya semua ini terjadi, tapi inilah kenyataan yang harus aku alami. Aku tak menyangka akan terluka karena aku sangat mencintainya

"apakah ada kebohongan lain yang disembunyikan mas Ringgo dariku?" aku bertanya dalam hati. Sekarang aku tak tahu berapa banyak kebohongan yang mas Ringgo sembunyikan, aku tak tahu.

Mulai sekarang, aku harus mencari kebenaran yang coba di tutupi oleh mas Ringgo. Aku harus pandai-pandai dalam bersikap, jangan sampai mas Ringgo curiga padaku. Aku tak mau gegabah dalam mengambil keputusan, harus memikirkan matang-matang setiap langkah yang akan aku lakukan

"baiklah mas, pertempuran ini kamu yang memulainya. Mas Ringgo jangan pernah salahkan aku, kehancuran akan datang padamu karena kesalahan yang kamu lakukan sendiri." aku berkata dalam hati, tak mampu mengendalikan kemarahan yang sekarang merajai hati

Aku tak bisa menerima semua ini, cinta dan dan kepercayaan yang selama ini aku berikan dipermainkan. Aku tak akan biarkan surgaku direnggut dariku oleh siapapun. Aku akan membalas setiap rasa sakit yang kalian berikan padaku. kalian tunggulah pembalasan dariku....

Part 3 : Semua Deritaku Karena Kamu

"ya ampun, aku lupa kalau lagi masak air kompor gas yang belum aku matikan!" aku berteriak sendiri, teringat kompor yang belum aku matikan.

Aku berlari menuju dapur, bergegas mematikan kompor gas yang masih menyala. sebenarnya tadi, aku sedang memasak air untuk dimasukkan kedalam termos. Aku lupa karena memikirkan semua yang telah terjadi. Aku melihat pantat Periuk yang biasa ku gunakan untuk merebus air, berubah warna menjadi kemerahan seakan hendak meleleh.

"mas Ringgo semua ini terjadi karena kesalahanmu, kamu telah membuat aku jadi begini!" Aku berteriak sambil menangis sesenggukan, menumpahkan segala amarah dan kekesalan didalam hati.

Aku menangis sampai puas, berharap dengan menangis bisa mengurangi beban yang menghimpit hati. puas menangis, aku menghapus air mata yang merembes membasahi pipi, mencoba kuat menerima semua luka yang telah digoreskan di dalam hatiku.

'aku tak boleh menangis lagi, biarlah ini terakhir kalinya aku meneteskan air mata' aku berkata dalam hati berusaha menghibur diriku sendiri.

Aku berharap ini hanyalah sebuah mimpi, yang akan hilang saat bangun. Aku menampar pipiku sendiri, terasa panas dan sakit. Aku tak percaya tapi inilah kenyataan yang harus diterima, semua derita yang menimpaku adalah nyata.

'aku harus kuat, tak boleh terpuruk dalam kesedihan. Aku akan membalas rasa sakit yang telah mereka berikan, tak akan aku biarkan mereka bahagia di atas penderitaan yang mereka berikan kepadaku.

Aku bertekad untuk bangkit, tak boleh lemah dalam keadaan apapun. Aku akan tunjukkan pada mas Ringgo, betapa sakitnya menderita disakiti oleh orang yang dicintai.

Aku mencoba menenangkan diri, bersikap seperti biasanya. Aku akan mencari cara supaya bisa membalas rasa sakit yang aku rasakan. Mas Ringgo dan selingkuhannya harus merasakan pembalasan atas perbuatan mereka padaku.

Aku memutuskan untuk bersikap tenang, melakukan aktivitas seperti biasanya. Aku menuju dapur untuk mempersiapkan makan siang untuk mas Ringgo, karena biasanya dia akan pulang untuk makan siang.

Aku bergegas memasak, karena semua ini aku terlambat masak dari biasanya. Setelah selesai selesai, aku kemudian bergegas membereskan rumah. Aku ingin pekerjaanku selesai sebelum mas Ringgo datang.

Aku berusaha keras menyelesaikan pekerjaanku. Akhirnya sebelum jam dua belas, aku berhasil menyelesaikan semuanya. Aku merasa lega, kemudian aku segera mandi membersihkan diri dari keringat dan debu yang menempel di tubuhku.

Setelah selesai mandi, aku merasa segar kembali. Aku merasa rasa lelah habis bekerja tadi sedikit berkurang.

Aku kemudian menuju kamar hendak mengenakan pakaian. Aku membuka lemari pakaian, mengambil pakaian yang hendak aku pakai. Aku memilih-milih mana yang bagus, tapi semua pakaianku terlihat sama tak ada yang bagus. Aku baru menyadari telah lama tidak membeli baju, semua baju yang ada di lemari sudah lusuh semuanya.

Aku merasa kesedihan menyelinap di hatiku. Mas Ringgo selama ini memberikan nafkah terlalu sedikit, kadang-kadang tak cukup. Aku terpaksa berhutang di warung kala uang belanja habis sebelum tanggal gajian berikutnya.

setelah lama memilih, aku melihat kearah bawah. Aku melihat baju lamaku di sana, kemudian mengambilnya. aku perhatikan baju lamaku terlihat masih bagus. Aku mencoba mengenakannya ternyata masih layak untuk dipakai dan warnanya masih bagus.

'ternyata tubuhku tidak berubah masih seperti dulu' kataku dalam hati memperhatikan penampilanku. Aku kelihatan masih langsing, baju ini masih pantas aku kenakan

Aku mematut penampilanku di depan cermin. Aku terlihat masih cantik, maklum umurku sekarang masih 22 tahun. Aku memoles tipis wajahku dengan bedak tak lupa memakai lipstik kesukaanku. Aku membuka ikatan rambut yang aku ikat kemudian menyisirnya dengan lembut, rambutku biarkan tergerai. Aku perhatikan ternyata aku masih cantik, bahkan lebih cantik dari pada sebelum menikah dulu.

Sedang asyik mematut diri, aku mendengar suara mobil memasuki pekarangan rumahku. Aku tahu siapa yang datang, pasti itu mobil suamiku aku paham betul dengan suara mobilnya.

Aku bergegas keluar kamar, maksud hati akan membuka pintu buat mas Ringgo.

tok! tok! tok.

"Assalamualaikum dek, buka pintunya!" aku mendengar mas Ringgo mengucapkan salam.

"waalaikumsalam, sebentar mas." jawabku

Aku segera membuka pintu untuk mas ringgo. Aku melihat ada ekspresi terkejut mas Ringgo melihat penampilanku, eh apa perasaanku saja kali.

"kamu mau kemana dek, kok rapi sekali?" tanya mas Ringgo kelihatan heran.

"aku mau pergi ke pasar mas." jawabku pada mas ringgo.

"kamu cantik sekali hari ini dek, tak seperti biasanya" lanjut mas Ringgo lagi memuji penampilanku.

"mas pandai sekali memuji masa iya aku cantik mas padahal aku tak pernah perawatan seperti wanita lain diluar sana" jawabku tersipu malu, sedikit bangga karena dipuji.

"benar dek kamu cantik,beda dari biasanya" puji mas Ringgo.

"mas bolehkah aku minta uang buat beli baju baru mas aku sudah tidak punya baju yang layak untuk dipakai?" tanyaku pada mas Ringgo

" aku tak punya baju lain mas untuk ke pasar, baju dasterku pun telah kusam warnanya gak ada yang layak untuk dipakai" kataku lagi penuh harap.

Sekarang, aku akan berusaha untuk membujuk mas Ringgo supaya mau memberikan uang. Aku merasa bodoh selama ini, terlalu berusaha untuk memahami mas Ringgo. Ternyata sekarang apa yang aku dapatkan, sebuah penghianatan.

"tapi mas belum gajian dek, mas gak punya uang" jawab mas Ringgo memberikan alasan

"mas berilah aku uang untuk belanja keperluanku, berapapun mas berikan aku sangat berterimakasih" jawabku terus membujuk mas Ringgo. Aku harus berhasil membujuk mas Ringgo, tak ingin gagal kali ini.

"baiklah, tapi mas cuma punya uang lima ratus ribu kita bagi dua ya. Kamu mas beri tiga ratus ribu, yang dua ratus ribu buat mas ya" kata mas Ringgo seraya menyodorkan uang tiga ratus ribu kepadaku.

"terima kasih mas aku senang sekali hari ini, muachhhhh." aku berkata sambil mengecup mesra pipi mas Ringgo. Aku mengecup pipi mas Ringgo senatural mungkin, walau sebenarnya aku pura-pura senang melakukannya.

"ayo kita makan siang dahulu mas, aku sudah menyiapkan di meja makan," kataku mengajak mas Ringgo makan siang.

Aku sengaja bersikap semanis mungkin di hadapan mas ringgo, tak ingin dia tahu kalau aku sudah mencium perbuatannya. aku melihat cara ini sedikit ampuh, buktinya aku bisa tadi membujuknya . Aku harus terus berpura-pura supaya bisa memikirkan dengan baik langkah berikutnya.

'ini baru permulaan mas, aku akan memberikan balasan dan mengambil hak seharusnya aku dapatkan darimu' aku berkata dalam hati sambil melukiskan senyum manis kearah mas Ringgo. Mas Ringgo juga tersenyum kepadaku, dia tidak tahu senyum apa yang telah aku berikan. Aku akan mengikuti permainan yang sedang mas Ringgo.

'mas Ringgo, kau pandai bersandiwara di depanku tapi aku lebih lihai dari pada kamu' aku berkata dalam hati sambil terus tersenyum penuh arti kepada mas Ringgo.

.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!