Di sebuah kota kecil terdapat sekolah menengah atas dengan jumlah murid mencapai 1.200 orang. Terbagi menjadi 3 jurusan yaitu IPA, IPS dan IPB.
" Raf, udah baca WA gak?" tanya Alda.
Rafa Mahendra, sahabat Alda.
"Yoo GC. Sebelum ketos ngamuk" ajak Rafa sambil menarik pergelangan tangan Alda.
Mereka sampai di depan sebuah ruangan yang bertuliskan Ruang OSIS dengan napas yang tidak teratur.
"Rafa, masuk gih!" perintah Alda sambil mendorong belakang Rafa.
Rafa yang tidak siap pun langsung terdorong sampai pintu terbuka lebar.
BRAAAAK
Semua perhatian langsung tertuju ke arah pintu. Rafa dengan cengirannya sedangkan Alda dengan wajah meringisnya, tanda tak enak hati karena terlambat.
"I'm so sorry ketos" ucap Rafa sambil menarik tangan Alda agar duduk di kursi yang belum terisi.
"Kebiasaan, dasar" gerutu Mika, si ketos.
Sementara yang lain pun hanya bisa menghela napas, seolah kejadian tadi sudah menjadi hal yang biasa bagi mereka.
"Baiklah sebelum memulai rapat hari ini, mari sejenak menundukkan kepala sembari berdoa menurut kepercayaan masing-masing. Doa dimulai" perintah Mika.
Semua kepala tertunduk, masing-masing bibir melafalkan doa.
" Selesai" aba-aba Mika.
Pandangan kembali lurus ke depan.
"Rapat kali ini saya serahkan kepada Rafa Mahendra selaku ketua panitia MOS tahun ini' ucap Mika.
Rafa berdiri dari duduknya untuk menggantikan posisi Mika didepan. Sedangkan Mika duduk ditempat Rafa tadi. Tanpa segan Mika merangkul pundak Alda, sesekali mengelus rambut Alda.
Alda yang merasa nyaman pun merasakan ngantuk hingga sebuah spidol melayang hampir menabrak dahinya yang berhasil dihalau oleh Mika.
"Renaldaaaaa, bangun anda" murka Rafa karena merasa tidak diperhatikan oleh sepasang kembar Arunika itu.
Ya, for your information, Renalda Arunika Atmadja adalah adik dari seorang Mika Alfath Arunika yang juga menjabat sebagai ketua OSIS.
"RAFAAA, adik gua ini" sinis Mika yang melempar kembali spidol yang tadi dihalaunya.
Ngantuk Alda perlahan hilang.
"Untuk MOS tahun ini kita bagi menjadi 10 kelompok. Setiap kelompok masing-masing 40 peserta dengan jumlah panitia 4 orang. Seperti yang kita ketahui ini adalah program terakhir kita sebelum melepas jabatan. Mari berusaha sebaik mungkin, menjadikan MOS tahun ini bersejarah sepanjang masa di Maheswari."
Rapat berlangsung selama 2 jam. Alda mendapat kelompok dengan sebutan Sejahtera.
"Mik, dedek Rafa nebeng yaah" rayu Rafa.
Mika yang tahu kebiasaan Rafa hanya mengangguk pasrah. Sedangkan Alda yang berada dirangkulan Mika pun mencibir.
"Kaya doang, beli bensin kagak mampu" cibir Rendi.
"Sialan Lo Ren" umpat Rafa.
"Sesama orang numpang mobil dilarang saling menghujat" ucap Angga pedas.
Yah, nyaris setiap hari mereka a.k.a Alda, Mika, Rafa, Rendi dan Angga pergi- pulang sekolah dengan menumpangi mobil si Mika. Kalau ditanya alasannya cuma ngirit bensin, mager, kalau ada Mika kenapa harus gue. Panjang umur untuk Mika, si sabar.
Mereka berlima tinggal di kompleks yang sama. Rumah si kembar berdampingan dengan rumah Rafa dan berhadapan langsung dengan rumah Angga dan Randi.
Angga Prayudha, anak dari sepasang dokter bedah terbaik di kota tersebut.
Rafa Mahendra, ibunya adalah seorang ibu rumah tangga, sedangkan sang ayah bekerja sebagai pilot.
Sedangkan Randi Airlangga adalah anak dari seorang menteri pertahanan di negara tersebut.
Sejak kecil Mika, Alda, Angga dan Rafa sudah bersama. Sedangkan Randi yang sejak kecil berpindah dari tempat satu ke tempat yang lain baru menetap sejak ia memasuki masa SMA.
Dengan posisi yang sama, seperti biasa Alda duduk disamping Mika. Sedangkan di kursi penumpang bagian belakang terisi Angga dan Randi. Dan paling belakang dikuasai oleh Rafa.
"Emang gak apa-apa Al masuk gugus sejahtera? Ntar ribet loh ngurus peserta MOS" Angga buka suara.
"You know lah ini tahun terakhir kita di SMA. Alda pengen banget rasain gimana berhadapan dengan peserta MOS yang lain." jawab Alda.
"Aman gak tuh? Aku gak mau yah adik aku digoda adik-adik kelas" ucap Mika.
"Yee, si posesif brader mulai bersabda." cibir Rafa.
"Tenang aja sih. Lo kan tahu princess kita dikawal langsung oleh anak menteri pertahanan, Randi Airlangga pemegang sabuk hitam. Gue yakin aman dahh.
Mika mengangguk. Alda melihat ke arah Rafa sambil menaikkan 2 ibu jarinya.
Setelah menempuh perjalanan selama 20 menit, tibalah mereka di Arunika Residence. Sebuah kompleks perumahan yang hanya terdiri dari 10 buah rumah yang berada dalam naungan Arunika's Group. Hingga saat ini hanya 5 pemilik dari 10 buah rumah tersebut. Tentu saja para konglomerat menjadikan itu sebuah investasi. Dari rumor yang menyebar, pemilik rumah 9 dan 10 akan segera kembali dan menetap di negara ini.
Latief Maheswari dan Dina Pranata, sepasang suami istri yang menjadi penghuni baru kompleks tersebut. Yah, pemilik yayasan Maheswari, tempat mereka berlima menuntut ilmu.
✨✨✨
Alda sedang membantu sang mama membuat cookies.
"Ma, yang punya rumah nomor 9 katanya udah kembali, yah?" tanya Alda.
"Iya. Habis ini mama minta tolong yah, Alda antar cookies ini ke rumah tante Dina, yang punya rumah nomor 9" jawab Aina.
"Siap Bu boss" jawabnya sambil hormat ala tentara.
Aina hanya terkekeh pelan sembari menata cookies untuk dibagikan ke tetangganya yang hanya berjumlah 4 kepala keluarga.
"Ngapain nih Ma, kok rame?" tanya Mika sambil mengisi gelas kosong untuk diminum.
"Ohiya kak, tolong bawa ini ke rumah Angga dan Randi yah. Sisanya biar adek yang bawa ke rumah Rafa dan Tante Dina." perintah Aina.
Setelah menerima perintah dari ibunda ratu, sepasang anak kembar itu masing-masing menuju ke tempat tujuan.
Kota kecil, Juli 27th.
Upacara pembukaan masa orientasi siswa akan segera dimulai. Ratusan raga sudah berada di barisan masing-masing. Para peserta MOS berdiri dengan tegak, barisan lurus dan tentu saja pandangan mengarah kearah depan.
Pemilik yayasan sedang berdiri, memberikan sambutan kepada calon peserta didik di SMA Maheswari. Setelah sekian lama, akhirnya beliau kembali menginjakkan kaki di sekolah ini.
"Selamat datang kepada seluruh peserta MOS tahun ajaran baru ini. Terimakasih kepada seluruh pihak yang bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan ini." Ucapnya bangga.
30 menit berlalu dengan khidmat. Masing-masing menuju ke tempat tugas.
"Selamat pagi dan salam sejahtera" ucap Dian, teman kelompok Alda.
"Selamat pagi kakak" jawab para peserta MOS dengan antusias.
Seperti kegiatan MOS pada umumnya, sesi perkenalan selalu menjadi hal pertama yang dilakukan. Perkenalan dimulai oleh Dian, Alan, Angga kemudian Alda.
"Halo semuanya" sapa Alda ceria, seperti biasanya.
"Namaku Renalda, kelas 12 jurusan IPA." Ucapnya.
Perkenalan berlanjut ke peserta MOS. Beberapa ada yang memperkenalkan diri dengan percaya diri, dan sebagiannya merasa malu khas anak baru.
"Perkenalkan nama saya Renaldi, alamat Arunika's" kata seorang lelaki dengan pandangan tegas.
Sontak Alda dan Angga saling berpandangan, berbicara lewat mata.
Setelah sesi perkenalan, kegiatan selanjutnya adalah mengenal lingkungan sekolah. Berjalan berkeliling sekolah, mencari tahu setiap letak bangunan yang akan mereka tempati selama 3 tahun.
"Ruang diatas untuk apa yah kak?" Tanya seorang peserta, namanya Monic.
"Ruang itu adalah kelas untuk siswa pilihan SMA MAHESWARI. Kouta kelas hanya 20 orang. Dan perlu kalian ketahui, Alda dan Angga adalah 2 orang dari 20 orang tersebut" jawab Dian.
"Wahh luar bisa"
"Kak Angga, aku padamu"
"Kak Al, cari calon suami gak?"
"MasyaAllah"
Bisik bisik mulai terdengar.
"Apasih Yan?" gerutu Alda.
"Lah emang benar kan Lo masuk kelas pilihan lagi." Sewot Dian.
"Terserah Dianlah" putus Alda dengan bibir mengerucut.
Di bagian depan sekolah, ada satu bangunan yang dibuat bertingkat. Sejak SMA MAHESWARI ini berdiri, kelas tersebut diperuntukkan untuk kelas 12 dengan murid pilihan. Tidak seperti sekolah lain yang bertingkat hingga 4 lantai, di Maheswari terkenal dengan sekolah terluas, fasilitas lengkap juga tentu saja kualitas murid dan tenaga pengajar.
Angga yang melihat ekspresi Alda pun hanya terkekeh. Kemudian berbisik. "Al, ada yang terus memandangmu"
Alda memperhatikan sekitar, hingga matanya menangkap tatapan seorang adik kelas, yang mengaku tinggal di kompleks mereka. Tatapan tegas juga teduh. Alda bisa merasakannya.
✨✨✨
Hari berganti.
Matahari bersinar terang hari ini. Tema kegiatan hari ini adalah Fisik, mental dan disiplin.
"Hitungan satu sampai tiga, semua peserta ada di lapangan." Teriak Alda .
Para peserta berlari secepat yang mereka bisa.
"Satu.."
"Duaa"
"Tiga"
"Berhenti"
Seolah terhipnotis, keadaan lapangan senyap sunyi mendengar teriakan seorang Alda.
Renalda, yang terkenal dengan lemah lembutnya kini menjelma menjadi seekor singa betina.
"Adek gue ngeri baat yaa Allah"
"Tetangga gue ternyata singa"
Bisik Rafa ke Mika.
"Yang terlambat, silahkan masuk" ucap Alda
Seorang peserta lelaki yang Alda ketahui berasal dari kelompoknya memasuki lapangan.
"Seperti peraturan yang telah kita semua ketahui, silakan ambil posisi dan lakukan" perintah Alda.
Sandi, nama peserta tersebut berjalan ke barisan belakang kelompoknya diikuti Alda untuk melaksanakan hukumannya.
"Tunggu kak, saya juga terlambat" ucap seseorang dari arah pintu lapangan. Ia berlari dan langsung mengambil posisi.
"Satu" hitung Renaldi.
Tanpa terduga semua anggota kelompok sejahtera mengambil posisi dan melaksanakan hukuman.
Sebagian tercengang melihat itu. Ada yang refleks bertepuk tangan.
Alda sendiri takjub.
"Didikan gua tuhh" bangga Alan.
"Huuuu" serempak panitia.
"Siap, selesai" serempak anggota sejahtera.
"Ambil barisan masing-masing" perintah Alda.
Barisan diambil alih oleh aparat yang bertugas atas FMD kali ini. Untuk menghindari sistem perploncoan, pihak Maheswari selalu melibatkan aparat dalam sesi FMD.
✨✨✨
Seperti sekolah pada umumnya, pengumpulan tanda tangan selalu menjadi hal yang tak terlupakan. Alda yang sedang duduk sendiri di sudut kantin didatangi beberapa peserta.
"Kak Alda, minta tanda tangannya boleh?" Ucap seorang perempuan.
Dengan senyum khasnya Alda mengangguk. " Baris yang rapi yahh" ucapnya.
Dalam sekejap sebuah barisan terbentuk. Alda hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya.
Barisan kian berkurang jumlahnya, sementara meja kantin yang Alda tempati kian sempat karena beberapa bungkus kado yang menumpuk disana. Tak sedikit yang memberikan Alda kado berupa coklat, permen karet bahkan surat cinta pun ada. Menolak pun percuma, mereka sama keras kepalanya dengan Alda.
Hingga orang terakhir yang mengantre dibarisan itu datang membawa kertas kosong. Alda melihat nama yang tertera di sudut kanan atas.
Renaldi.
"Masih kosong Al?" Tanya Alda.
Renaldi mengangguk.
"Kak Al yang pertama" katanya.
Alda hanya mengangguk. Kemudian membubuhi kertas tersebut dengan tanda tangan, jabatan dan kelasnya.
"Done" ucap Alda.
Renaldi mengambil kertasnya dari tangan Alda, lalu menukarnya dengan permen karet rasa stroberi.
"Thanks, kak" ucap Renaldi lalu balik kanan meninggalkan meja Alda.
"Hufft" Alda menarik napas panjang melihat tumpukan kado di depannya.
Ia kemudian menghubungi seseorang dengan panggilan cepat.
"Kak, ke kantin. GC!" katanya.
Tak lama Mika datang dengan Rafa. Tanpa dikomando ia membersihkan meja tersebut, memasukkan bingkisan warna warni itu ke dalam kantong plastik lalu membawanya ke bagasi mobil.
"Tibalah kita di penghujung acara. Sebelum MOS tahun ini diakhiri, mari kita sama-sama membuka surat pandangan junior ke seniornya. Kertasnya saya pilih secara acak, hanya 3 kertas yang akan terpilih. Sisanya akan dibuka dan dibaca oleh senior masing-masing. Baiklah, surat pertama dari Dwi Anggraeni untuk Alan" kata Dian.
"Eyaaaak" teriak orang-orang di lapangan.
"Gass keunlah Lan!" Teriak Rafa heboh.
"Surat ke dua untuk Di... Ehh kok untuk gue" kata Dian terkejut.
"Uhhhuii"
"Dayeeen aku padamu"
Dengan lincah Alda merebut kertas tersebut.
"Kepada kakak Dian, terimakasih telah sabar menghadapi kami yang bawel. Terimakasih telah menjadi salon gratis bagi kami, terimakasih atas segala hal baik yang telah kak Dian berikan kepada kami. Akhir kata, minta WA nya dong" Alda heboh membaca surat untuk Dian.
"Dari yang terbaik, Sandi" tutup Alda.
"Kakak Diaaaaaaaannn aku padamu" teriak orang-orang heboh.
Sementara Dian hanya menghela napas pasrah. Alda dan Angga bertos ria berhasil menjahili Dian.
Karna tak ada yang kunjung mengacak surat ketiga, dengan suka rela Rafa mengacak kertas tersebut.
"Surat ketiga atau yang terakhir kita baca bersama. Tanpa nama gais. Langsung saja kita buka. Senior paling galak Renalda. Senior paling cantik Renalda. Senior paling bawel Renalda. Senior yang paling disukai Renalda. Jatuh cinta sama Renalda" baca Rafa heboh.
Lapangan kembali senyap. Alda dengan muka merahnya, menahan malu.
"Karma berlaku untuk kakak Alda tersayang" serobot Dian.
Tawa kembali menggelegar.
"Wah wah, bentar lagi kakak posesif ada saingan" pancing Randi.
"Sialan Lo Ran. Adek gua ini" murung Mika sambil merangkul Alda yang masih shock dengan surat itu.
"Ulululu adiknya kakak Angga udah ada yang suka nih" goda Angga.
Alda hanya memeluk erat Mika. "Kak Mikaa, Angga tuh" adunya.
Alda duduk di anak tangga menuju kelasnya, sedang menunggu para bodyguardnya a.k.a Mika, Rafa, Angga dan Randi yang sedang mengadakan pertemuan basket. Sebentar lagi club basket SMA MAHESWARI mengadakan perekrutan anggota baru.
"Alda, ngapain Lo disini?" Tanya Dian yang melintas di depan Alda.
"Lagi nungguin kang cilok, Yan" jawab Alda.
"Sini temanin Alda" katanya menarik tangan Dian agar duduk disebelahnya.
Dian pasrah.
"Emang penjual cilok udah pindah tempat yah Al?"
"Ya kalii penjual cilok masuk area gedung kelas. Nggaklah, Yan. Aku tuh nungguin kak Mika." Jawab Alda.
Dian hanya mengangguk.
"Lo beneran pacaran dengan Mika?" Tanya Dian kepo.
Alda hanya menghela napas.
"Kak Mika itu cuman temanku, Yan"
"Kok manggilnya pake kak segala? Mana pergi pulang sekolah barengan terus pulak"
"Gimana yaah jelasinnya." Alda menggaruk kepalanya kikuk
"Nanti juga Dian bakal tahu."
Tak banyak orang yang tahu pasangan kembar Arunika sekolah di Maheswari. Hanya beberapa guru dan tentu saja tetangga mereka yang selalu ikut kemana-mana. Jika ditanya A di belakang nama mereka itu apa, mereka hanya menyengir lucu, enggang menjawab.
"Dian gak apa-apa temanin aku nungguin kak Mika?" Tanya Alda tak enak hati.
Dian mengangguk. "Gak apa-apa kok Al. Supirku juga belum datang.."
Baru saja Dian berkata demikian, ponselnya sudah berbunyi. Telpon dari sang supir yang sudah berada di depan gerbang sekolah.
"Al, gue tinggal gak apa-apa kan? Pak Ujang ternyata udak di depan."
"Iya, pulang gih. Kasian pak Ujang nunggu. Makasih yah, Dian. Sudah temanin Al." Kata Alda dengan senyumnya.
Dian pun berdiri dari duduknya.
"Bye Al!"
"See you, Yan" Alda melambaikan tangan.
Tak lama setelah kepergian Dian, Mika juga sudah selesai dengan kegiatannya.
"Maaf yah dek, kakak lama" ucapnya.
Alda berdiri dari duduknya. "Never mind. Kuyy pulang, adek lapar" katanya.
Mika menggenggam tangan sang adik. Mereka berjalan menuju parkiran. Setelah duduk pada posisi masing-masing, mobil Audi R8 itu pun meninggalkan sekolah.
"Kok sepi yah gak ada Rafa, Angga dan Randi?" Alda membuka obrolan.
"Yah gimana lagi, mobil kakak gak muat untuk 5 orang. Sesekali mereka juga harus berkendara sendiri." Jawab Mika.
Yah, mobil yang biasanya di pakai Mika ke sekolah pagi tadi dipakai mamanya arisan. Jadilah dia mengganti mobilnya.
✨✨✨
Keadaan kantin cukup ramai. Alda dan kawan-kawan sedang menikmati waktu istirahat mereka.
"Permisi kak" ucap seseorang yang langsung menghentikan kegiatan mereka.
" Kenapa?" Tanya Angga.
"Ini buat kak Alda. Titipan dari Renal" katanya sambil memberikan sekotak permen karet.
Tanpa menunggu lama, Alda menerima kotak permen itu.
"Terimakasih yah" ucapnya.
Siswa itupun kembali meninggalkan meja yang isinya sedang memikirkan hal yang berbeda.
"Renal yang adik kelas itukan?" Tanya Angga yang tanggap duluan.
"Sepertinya." Jawab Alda lalu membuka kotak itu. Dengan mata berbinar ia mulai menghitung berapa banyak permen dikotak tersebut.
"Bagi dong dek" pinta Mika.
Alda mengangkat pandangannya. Melihat satu persatu isi meja tersebut.
"Kalian juga mau?" Tanya Alda.
Rafa, Angga dan Randi mengangguk kompak.
Dengan telaten Alda membagi permen tersebut sama banyaknya dengan dirinya.
"Dedek Al yang terbaik" ucap Mika, Rafa, Angga dan Randi kompak.
Alda hanya tersenyum polos. Kemudian berkata "pulang sekolah ganti ice cream 3 kotak perorang yah"
"Pemerasan"
"Duitkuuu"
"Yaa Allah"
Kata Angga, Rafa dan Randi serempak.
Sementara Mika dan Alda bertos ria.
Disudut kantin, seseorang memperhatikan itu dalam diam. Mengamati setiap ekspresi dari kakak kelasnya yang manis dan mungil itu. Sesekali ia tersenyum melihat tawa bahagia sang senior.
"Awas Lo, Ren. Entah kesurupan" kata William yang sedari tadi memperhatikan gerak gerik temannya.
Renal hanya mengedikkan bahunya
"Yakin Lo Ren deketin kak Alda? Dia kakel kita woii. Udah gitu bodyguardnya 4 orang pulak" tanya Sandi serius
Renal yang mendengar pertanyaan Sandi pun hanya mampu tersenyum.
"Dia berbeda, San. Gue pasti bakal dapetin." Jawabnya yakin.
"Ma, tahu gak tadi adek dapat permen karet loh" Mika buka suara.
"Yah paling dari Rafa, Angga kalau nggak yah Randi. Kok mesti di umumkan segala" respon sang ibu.
Alda yang mendengar Kakak dan ibunya bergosip hanya menghela napas. Ia tetap berada dipangkuan sang papa, menikmati elusan sang papa di kepalanya.
"Kalau dari mereka bertiga yahh Kakak gak bakal umumin jugalah ma." Mika mulai jengah.
"Terus dari siapa kak?" Tanya sang papa.
"Dari itu loh pa, adik kelas. Yang kata adek tinggal di Arunika's juga" jawab Mika.
Mendengar jawaban sang anak, pandangan sang papa mengarah ke anak perempuannya.
"Emang bener, dek?" Tanyanya.
Alda mengangguk.
"Bentar lagi kakak bakal pensiun dong mepetin adiknya terus" goda Aina pada anak sulungnya.
"Nggaklah ma. Lewatin dulu nih 2 jagoan Arunika sebelum mepetin adikku"
Sang papa dan Aina hanya terkekeh mendengar kalimat posesif sang anak.
"Tampan orangnya, dek? " Tanya sang mama.
Alda mengangguk. "Lumayan tampan, ma" jawabnya.
"Emang papa bolehin adek dekat dia?" Tanya Mika.
Sang papa mengangguk. "Dia anak Maheswari kan?"
"Papa tahu?" Tanya sang mama, Aina.
"Ma, di Arunika's Residence cuma kita berlima. Ya kali papa gak tahu tetangga kita." Jawabnya.
"Emang bener pa dia anak pak Maheswari?" Tanya Alda kepo.
"Adek gak tahu? Kan adek yang jadi mentornya.
Alda menggeleng. "Waktu perkenalan dia cuma bilang gini. Nama saya Renaldi, tinggal di Arunika's" kata Alda mempraktekkan cara Renal memperkenalkan diri.
"Dia gak ada bilang anaknya pak Maheswari"
Sang papa mengangguk. "Seperti adek kan yang gak bilang namaku Renalda Arunika Atmadja." Skak sang papa.
Alda hanya mencebikkan bibirnya dan menyembunyikan wajahnya di dada bidang sang papa.
Sang papa, Aina dan Mika terkekeh melihat sang adik.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!