NovelToon NovelToon

CINTA UNTUK ARA

1 Kompak

Pagi itu suasana di rumah masih terlihat lengang.

Seorang wanita berusia lebih dari empat puluh lima yang masih terlihat cantik dengan tubuh yang langsing,

sedang berkutat di dapur untuk mempersiapkan sarapan pagi bagi keluarganya dengan dibantu oleh ART.

“Bu biar bibi saja yang nerusin ….” Kata bi Ratmi.

“Ya sudah bi, nanti tinggal nata di meja saja ya….” Kata wanita itu, yang ternyata adalah nyonya di rumah

itu, yaitu Karina.

Meskipun usianya makin bertambah, namun kecantikan dan keanggunannya masih saja terpancar di wajahnya.

Itu yang membuat Seno bucin sepanjang masa, istilah anak-anak mereka kalau meledek papinya

Setelah memberikan beberapa instruksi kepada bi Ratmi, Karina meninggalkan dapur menuju ke kamarnya untuk

membangunkan suaminya.

“Mas… sudah siang, bangun dong….. katanya mau berrenang dulu pagi-pagi, ini udah jam setengah enam lho….”

Karina menepuk-nepuk pelan lengan Seno, karena ingat semalam suaminya pesan untuk dibangunkan pagi-pagi meskipun hari libur.

Karina kemudian duduk di pinggir ranjang dan tangannya mengusap wajah suaminya yang terlihat masih ganteng di usianya yang limapuluhan tahun, meskipun rambutnya sudah mulai ada yang memutih. Tetapi itu makin membuat Seno terlihat lebih gagah dan berwibawa.

“Mas….. isshhh… susah amat sih dibangunin……”

Pelan-pelan Seno membuka matanya, dan saat dilihatnya wajah cantik istrinya begitu dekat, tangannya terulur untuk menarik tangan Karina yang membuat Karina terjatuh di dada bidang suaminya.

“Ngapain sih mesti buru-buru bangun….?” Tanya Seno dengan suara seraknya, khas orang yang baru bangun tidur.

Tangannya menarik tubuh Karina dan mengeratkan pelukannya sehingga mau tidak mau Karina menaikan kedua kakinya ke ranjang

“Mas…. udah siang, katanya mau renang…..” Rengek Karina mengulang omongannya, dia tahu kebiasaan suaminya. Kalau dibiarkan pasti akan berlanjut pada kegiatan olah raga pagi di ranjangnya, apalagi sudah satu minggu lebih suaminya sibuk dengan pekerjaan kantor, bahkan pulang sampai larut malam.

“Ssttt…. diem sayang….. mas kangen…… kita renang di ranjang aja….” Bisik Seno di telinga Karina, lalu menciumi

wangi rambut isterinya sambil tangannya bergerak kemana-mana

Naahhhh…. kan bener…. Kata Karina dalam hati. Dia heran, di usia suaminya yang sudah paruh baya, tetapi hasrat dan staminanya masih saja seperti usia tiga puluhan. Apa ini efek Seno yang rajin berolah raga? Dan Seno sendiri, setiap berdekatan dengan Karina, selalu saja ada magnet yang mendorong untuk menuntaskan hastratnya dengan isteri cantiknya. Karina bahkan kadang merasa kewalahan mengimbangi kemauan suaminya yang seperti

tidak ada matinya.

Dan di pagi itu, lagi-lagi Karina tidak bisa menolak keinginan suaminya yang memperlakukan dirinya dengan

lembut dan menghanyutkan.

“Makasih sayang……” Bisik Seno sambil mencium kening isterinya setelah mereka selesai merengkuh nikmatnya

surga dunia. Tangannya yang kekar memeluk pinggang Karina.

Saat Seno dan Karina menuju ruang makan, dilihatnya Ara dan kedua adik kembarnya sedang sarapan dengan tenang.

“Pagi sayang……” Sapa Karina pada anak-anaknya.

“Pagi pi, mi…..” Jawab Ara lalu melanjutkan sarapannya, sedangkan kedua anak kembarnya hanya mengangkat

satu tangannya.

Merekapun sarapan dengan tenang, karena sudah menjadi kebiasaan saat makan tidak ada pembicaraan, kecuali sudah selesai.

“Ra.. nanti nggak ada acara kan…?” Tanya Karina setelah mereka menyelesaikan sarapannya.

“Enggak mam, kenapa….?”

“Temenin mami ke panti ya….?”

“Boleh.., jam berapa mam…..?”

“Ya…. jam sepuluhan lah, Cello sama Vano ikut juga ya….?” Tanya Karina pada si kembar.

“Nggak ah mam, Cello capek….”

Senangkan Vano, ternyata mau ikut dengan syarat lanjut ke mall karena dia ingin membeli sesuatu.

“Naaahh…. kalau lanjut ke mall Cello mau mami…..” Kata Cello sambil nyengir.

“Iisshh… kamu kalau ada maunya aja….” Jawab Karina sambil mencubit pipi anak gantengnya.

 

Memang sudah sejak anak-anak masih kecil, Seno dan Karina mengajarkan pada mereka untuk berbagi dan

mengasihi. Anak-anak diajak ke panti asuhan yang menjadi binaan keluarga Baskoro untuk membagikan kebutuhan bagi anak-anak panti, dengan begitu mereka diajarkan untuk saling mengasihi pada sesama dan selalu  bersyukur.

Bahkan tanpa orang tuanyapun, Ara sering datang ke panti asuhan sendiri atau mengajak teman-temannya,

meskipun hanya sekedar mengantarkan makanan untuk anak-anak yang kurang beruntung itu, dan sekedar bercanda atau mengajari mereka belajar.

Dan siang hari itu, setelah menyelesaikan urusannya di panti asuhan, Karina dan anak-anaknya menuju ke

sebuah mall yang cukup besar. Mereka berempat terlihat seperti kakak adik saja, apalagi dengan penampilan Karina yang modis, tidak terlihat kalau usianya sudah diatas empat puluh tahun. Dan dengan Ara, yang wajahnya ada kemiripan dengan maminya, benar-benar seperti kakak adik.

Cewek-cewek ABG ,bahkan tidak mau melepaskan pandangannya pada si kembar ganteng Cello dan Vano.

Meskipun mereka masih SMA, tetapi postur tubuhnya yang tinggi dan gagah, terlihat sangat menarik, apalagi dengan wajah gantengnya. Begitu juga dengan laki-laki dewasa, tidak akan melewatkan pemandangan indah yang mereka temui pada penampilan Ara dan maminya. Bener-bener bibit unggul semuanya. Apalagi kalau lengkap

dengan papi Seno dan mas El ya. Bisa jadi akan membuat heboh di mall itu. Mereka berempat terlihat sangat kompak berjalan beriringan di siang hari itu. Keluar masuk toko untuk mencari barang incaran mereka.

Meskipun Seno dan Karina memiliki banyak uang, tetapi mereka tidak mendidik anak-anak dengan melimpahi uang.

Mereka bahkan tidak memberikan kartu kredit yang unlimited, cukup dengan kartu debit yang diisi setiap bulan sesuai dengan kebutuhan di usia mereka, yang masih sekolah dan kuliah. Ada saatnya bagi anak-anak untuk memiliki kartu kredit. Bukan mereka pelit, tetapi dari kecil anak-anak diajarkan untuk tidak berfoya-foya dengan menghambur-hamburkan uang, sementara di luaran sana masih banyak orang membutuhkan uluran tangan mereka.

Bahkan El pun saat kuliah di luar negeri, dia juga ikut bekerja di perusahaan papinya dengan mendapatkan

gaji seperti orang lain. Banyak pelajaran yang diberikan Seno dan Karina pada anak-anaknya sejak kecil, agar mereka terbentuk menjadi pribadi yang baik.

Acara jalan-jalan di mall menjadi kesenangan untuk anak-anak, apalagi pergi bersama maminya. Mereka pasti

meminta barang-barang yang sudah menjadi incaran mereka, dan biasanya maminya pasti akan memenuhinya.

Dan ternyata benar, begitu keluar dari mall, banyak sekali tentengan masing-masing. Mulai dari sepatu,

baju kaos dan kebutuhan lainnya.

“Kita makan dulu ya mam sebelum pulang….?” Kata Cello yang merasa perutnya sudah lapar, karena memang

sudah saatnya makan siang.

“Terus papi makan sendiri di rumah…..?” Tanya Karina.

“Papi ajak gabung aja mam, pasti mau…” Giliran Ara yang menjawab.

“Ya sudah, coba kamu telpon papi ya, kita ketemu di restoran yang nggak jauh dari rumah….”

Rupanya Seno tidak tahan juga dengan rengekan anak gadisnya yang meminta untuk makan siang bareng,

hingga akhirnya diapun menyusul di restaurant yang sudah disepakati.

*******

Hai…… jumpa lagi di sini ya…. dengan kisah yang baru.

Masih inget dengan keluarga papi Seno kan?

Buat kalian yang baru pertama mengikuti kisah ini, silakan baca juga episode Bukalah Hatimu Untukku.

Kalian akan tahu siapa-siapa tokoh yang ada di situ dan apa kaitannya. Jadi begitu membaca kisah di sini,

kalian tidak akan bertanya-tanya keterkaitannya.

Jangan lupa ya, aku sangat berharap dukungan vote, like & komen kalian.

Cello yang iseng

Siang itu suasana kantin kampus sebuah universitas terkenal terlihat begitu riuh. Siapa lagi yang menjadi pusat

perhatian, kalau bukan seorang gadis cantik bernama lengkap Nayara Garvita Baskoro, yang sehari-harinya dipanggil Ara.

Gadis yang cantik, smart dan ramah kepada siapapun meskipun dia berlatar belakang dari keluarga pengusaha

besar. Dimanapun Ara berada selalu menjadi pusat perhatian.

Dan pagi menjelang siang itu saat Ara sedang minum di kantin dengan sahabatnya Mita sambil menunggu kelas

berikutnya, terdengar suara yang makin dekat.

“Halo Ara cantik…. kita jalan yuk…..” Seorang cowok tiba-tiba duduk di hadapannya. Dia adalah teman Ara

yang juga salah satu pengagumnya.

“Heh…. awas masih ada kelas lagi Lex….” Jawab Ara.

“Ya nanti lah setelah selesai kelas…. hee…… he….” Jawab cowok itu sambil nyengir.

“Nggak ah… aku ada acara….”

“Sama mamas ya……” Tanya cowok itu sambil garuk-garuk leher belakangnya.

“Hhmmm…. Eh ayo masuk, ntar keburu mister killer dateng….!” Kata Ara yang buru-uru berdiri diikuti

teman-temannya untuk masuk kelas.

Ara dan teman-temannya sudah duduk manis di bangku masing-masing, siap mendengarkan materi dari dosen yang terkenal killer.

Setelah dua jam berlalu, ruangan yang tadinya senyap, tiba-tiba bergemuruh setelah sosok dosen killer

meninggalkan ruangan.

Dengan langkah lesu, Ara beserta tiga sahabatnya, Mita, Nuri dan Hanny meninggalkan kelas.

“Gila bener ya, ngasih tugas nggak kira-kira. Gimana mau nyelesaiin coba….” Kata Nuri disela-sela langkahnya

menuju tempat parkir.

“Kamu enak Ra ada kak Dion yang bisa dimintai tolong….” Kata Nuri.

“Eeiittss… kenapa bawa-bawa kak Dion….?” Tanya Ara.

“Yaa… kan kak Dion asset kamu yang bisa dimanfaatin buat ngerjain tugas, pasti dengan senang hati kalau kamu maintain tolong nyelesaiin tugas…..” Giliran Hanny yang menjawab.

“Ih… enggak ah ya….. Enak aja main suruh-suruh…” Jawab Ara dengan wajah cemberut

“Ya… nggak apa-apa lah, sekali-sekali gitu, dari pada kita pusing mikirin sendiri….”Kata hanny lagi

Nuri pun ikut-ikutan setuju dengan ide Hanny.

Mereka adalah empat sekawan yang menurut orang lain unik, tetapi sangat kompak dan dekat. Ara yang anak keluarga kaya, orangnya selalu ceria dan lincah, sedangkan Mita gadis yang kalem dan cenderung pendiam, dari keluarga sederhana. Nuri si gadis tomboy dan cuek juga berasal dari keluarga kaya, dan satu lagi Hanny si cerewet keluarganya juga cukup terpandang.

Entah apa yang bisa menyatukan keempat gadis berbeda watak ini, tetapi yang jelas persahabatan mereka sangat tulus tanpa embel apa-apa sejak masuk kuliah, bahkan orang tua masing-masingpun sudah  kenal dengan

sahabat anak-anaknya. Dan diantara keempatnya, Mitalah yang terlihat paling dewasa dan tempat curhat teman-temannya, dan kebetulan Ara dan Mita sudah bersahabat sejak mereka SMA. Empat sekawan ini cukup terkenal di kampus, karena selain mereka cantik dan manis, prestasi akademiknya juga bagus.

“Ssttt…. lihat tuh si mamas udah senyum-senyum….” Kata Hanny sambil dagunya mengarah pada seseorang yang

sedang menyandar di mobilnya dan mata gadis-gadis itupun tertuju padanya.

Seorang pemuda ganteng dengan kacamata hitam memakai celana jeans dan kaos garis-garis terus memandangi kearah empat gadis, dan pandangannya hanya terfokus pada seorang gadis dengan celana jeans dan baju kotak-kotak biru.

Jarak semakin dekat, dada Ara menjadi makin berdebar. Ya pemuda itu adalah Dino, senior Ara di kampus

yang hampir setahun ini dekat dengan Ara, atau boleh juga disebut pacar, meskipun Ara masih menyembunyikan dari keluarganya.

“Hai…..” Sapa Dion setelah Ara di dekatnya.

“Udah selesai kelas….?” Tanya Dion lagi.

“Udah kak….” Jawab Ara sambil tersenyum manis.

“Kita jalan yuk….” Ajak Dion.

Ara menoleh kearah teman-temannya seolah minta pendapat.

“Udahhh… sono gih….!” Kata Hanny sambil menyodok lengan Ara yang membuat wajah Ara memerah.

“Mau makan apa….?” Tanya Dion setelah mereka duduk di sebuah restaurant, karena kebetulan sudah jam makan

siang.

“Em…. apa aja kak…”

“Di sini nggak ada menu apa aja neng, kamu pilih apa…? Menu ikan atau ayam….?”

“Ikan aja….”

Setelah menu pesanan tersaji, merekapun menyantap dengan tenang. Sesekali terlihat Dion memandang wajah

cantik Ara.

“Kenapa sih lihat-lihat terus….?” Tanya Ara yang merasa grogi dengan pandangan Dion.

“Cantik…..” Jawab Dion sambil memajukan tubuhnya agar lebih dekat dengan Ara, dan wajah Arapun memerah.

Meskipun sudah setengah  tahun lebih mereka pacaran, tetapi sikap Ara kadang masih suka malu-malu. Apalagi ini adalah cinta pertamanya. Banyak cowok yang mendekati Ara bahkan sejak SMP, tetapi pada Dionlah Ara menjatuhkan pilihan, dan itu setelah dia memasuki masa kuliah dan Dion dengan gigih mendekatinya dengan sabar.

“Gombal…. dasar playboy cap kampret….”

Memang Dion dikenal sebagai cowok yang sering ganti-ganti gandengan, dan semua orang tahu hal itu. Tetapi semenjak dekat dengan Ara, kebiasaan itu sepertinya tidak pernah lagi dilakukan. Paling tidak itu yang diketahui oleh anggota geng Ara. Apalagi Dion merasa sulit untuk mendapatkan Ara, sementara dengan cewek-cewek yang lain, begitu mudahnya mereka jatuh ke pelukan Dion, sehingga Dion merasa tertantang dengan Ara.

Dion dan Ara satu SMA, tetapi Dion dua tahun di atas Ara. Dan saat SMA Ara sudah tahu kalau Dion banyak disukai dan dikejar cewek-cewek, namun tidak termasuk dirinya yang mencoba menarik perhatian Dion, sang playboy. Tetapi sejak masuk dunia mahasiswa, Ara dipertemukan kembali dengan Dion saat acara orientasi mahasiswa baru yang kebetulan Dion menjadi salah satu panitianya. Dan sejak itu pula Dion berusaha mendekati Ara, hingga akhirnya Ara membuka hatinya untuk Dion.

“Ini sudah satu tahun lebih anak cantik papi jadi mahasiswa, udah dapat gandengan belum….?” Tanya Seno

malam itu saat mereka kumpul di ruang keluarga sehabis makan malam.

Ara yang duduk menyandar di bahu papinya menoleh.

“Belum pi…..” Jawab Ara pendek.

“Ehemm…” Giliran Cello yang bersuara meskipun matanya tetap asyik memainkan ponselnya.

“Memang di kampus nggak ada yang tertarik dengan princesnya papi….?” Tanya Seno lagi.

Tiba-tiba..

TING

Bunyi ponsel di tangan Ara sebagai tanda ada pesan masuk. Arapun menegakkan tubuhnya saat membaca nama

Cello di ponselnya.

Dan setelah dibuka, mata Ara melotot. Rupanya Cello mengirimkan foto Ara yang sedang makan di sebuah restaurant dengan Dion.

Dengan pandangan gusar, Ara menoleh kearah adiknya. Tetapi lagi-lagi Cello dengan cuek mengabaikan kakaknya

dan pura-pura acuh. Cello memang paling suka iseng pada kakaknya dan sering membuat kesal. Tetapi Cello akan buru-buru merayu kakaknya kalau sudah dilihatnya Ara akan marah dan menangis dengan ulah jahilnya.

Tiba-tiba Cello berdiri dari sofa dan hendak melangkah.

“Mau kemana Cello….?” Tanya Karina.

“Capek ah mam, mau selonjoran di kamar….” Dengan cuek Celo ngeloyor ke kamar.

******

Hai.... habis baca jangan lupa tinggalin jejak jemol manisnya buat vote, like dan komen ya

Love U....😘😘😘

Tidak salah lihat

“Cello kamu dapat dari mana foto-foto tadi…..?” Tanya Ara saat masuk ke kamar adiknya tidak lama setelah Cello meninggalkan ruang keluarga.

Cello yang tahu kakaknya bakal gusar hanya tertawa, yang membuat Ara makin kesal.

“Cello……!” Suara Ara meninggi karena melihat adiknya hanya senyam senyum saja.

“Ada apa mbak cantik….? Kok mukanya asem gitu sih…? Aku salah apa coba, cuman ngeshare foto doang….” Suara Cello dengan polosnya, tapi makin membuat Ara kesal.

“Kamu dapat dari mana foto-foto itu….?”

“Ya… dari TKP lah… Ganteng juga calon iparku, tapi masih tetap gantengan aku kan…..?” Tanya Cello yang

biang narsis.

“Awas…. jangan kasih tahu papi sama mami….!” Ancam Ara.

“Oke, no problem. Yang jelas ada syaratnya….” Jawab Cello sambil menaik-naikkan kedua alisnya meledek

kakaknya.

“Dasar….!!”

“Ya udah kalau nggak mau, nggak sampai lima menit juga papi bakalan tahu lho…..”

“Cello… please dech……” Wajah Ara sudah mulai terlihat memelas, yang membuat Cello tertawa.

“Iya… iya mbak Ara tenang aja, entar aku share syaratnya. Udah balik ke kamar gih….!” Kata Cello dengan santai.

“Awas ya…. janji….!”

Hari itu di rumah keluarga Dion, terlihat perbincangan serius antara Dion dengan papanya, pak Surya Wijaya.

“Dion gimana hubunganmu dengan putri keluarga Baskoro?” Tanya pak Wijaya dengan wajah serius.

“Panggilannya Ara pa. Baik-baik aja….” Jawab Dion dengan suara datar.

“Baik-baik gimana maksudmu…?”

“Yaa…. baik, nggak ada masalah…”

“Kamu harus ingat Dion, kamulah satu-satunya harapan papa. Kamu harus bisa masuk menjadi bagian dari mereka. Apalagi sekarang pak Baskoro sudah sering sakit, jadi sosok kuat di Rajawali sudah berkurang…”

Dion heran dengan ucapan papanya. Sebegitu besar ambisi papanya untuk mengalahkan Rajawali, sementara

perusahaan papanya sendiri juga sudah cukup besar. Memang tidak sebesar Rajawali, yang juga memiliki cabang dimana-mana, bahkan di luar negeri.

Flashback on

Malam itu sekitar satu tahun yang lalu, Dion sedang berbicara dengan papanya yang seorang pengusaha besar.

“Kamu kenal dengan foto cewek ini….?” Tanya papa Dion sambil menyodorkan beberapa foto seorang gadis

cantik.

“Kenal pa, tapi nggak dekat, cuma tahu aja, dia adik kelas Dion di SMA. Papa dapat dari mana foto-foto ini,

dan apa hubungannya sama Dion?” Tanya Dion heran.

“Kamu tidak tertarik dengan dia?” Tanya papanya lagi yang dijawab Dion dengan garuk garuk kepala.

“Dia seorang gadis yang cantik dari keluarga pemilik Rajawali Grup, tuan Baskoro Adinegoro..”

“Terus apa hubungannya dengan Dion…..?”

“Kamu bodoh kalau tidak tertarik dengan gadis ini. Cobalah kamu dekati dia, dan berusahalah untuk bisa masuk

menjadi bagian dari keluarga Baskoro untuk memperkuat posisi perusahaan kita di dunia usaha, hanya itu satu-satunya cara. Selama ini papa tidak berhasil menggeser mereka karena mereka terlalu kuat dan bersih, tidak pernah melakukan hal-hal kotor dalam bisnisnya. Hanya kamu satu-satunya harapan papa karena papa yakin

kamu mampu menaklukkan gadis itu , apalagi dengan pengalaman kamu dengan gadis-gadis di luar sana, tidak akan ada yang sulit buat kamu menaklukkan dia karena papa sudah tahu semuanya tentang kelakuan kamu”

“Tapi pa…, Dion sudah …..”

“Lupakan semua pacar-pacarmu yang tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan gadis dalam foto ini, semua

juga demi masa depanmu. Dan ingat, kamu jangan main kasar dan melakukan hal-hal yang bodoh sebelum kamu benar-benar bisa masuk dalam keluarga mereka, karena kamu akan berhadapan dengan keluarga besarnya….”

“Tapi……” Kata Dion lagi, yang belum selesai kata-katanya tapi sudah dipotong papanya.

“Apa lagi yang kamu cari sih…? Jelas-jelas gadis ini cantik dan dari keluarga terpandang, kalau urusan cinta,

kamu ahlinya. Sudah nggak usah banyak alasan, papa nggak mau dengar….!”

Flashback off

“Kita udah sering jalan bareng pa…” Jawab Dion.

“Kalian sudah resmi pacaran….?” Tanya pak Surya lagi dengan wajah serius.

“Ya….. begitulah pa…. Kan maunya papa seperti itu…. Siapa sih yang nggak tertarik dengan Ara…?”

“Ya syukur kalau begitu, tinggal selangkah lagi. Atau kamu langsung nikah aja…..?”

“Ih… kenapa sih buru-buru pa? Umur Dion baru berapa coba, rugi lah kalau buru-buru nikah. Nikmati dulu

masa muda….. Pacaran oke, tetapi menikah no….!” Jawab Dion.

“Dion…..!” Nada suara pak Surya mulai meninggi.

“Please pa….. Dion ikuti maunya papa sekarang, tetapi untuk menikah dengan Ara, Dion belum kepikiran,

apalagi…..”

“Ya sudah… terserah kamu. Tapi ingat pesan papa….!”

Di kamarnya Dion merenung. Memang Ara tidak ada kekurangannya, dan semua orang tahu itu. Tetapi di hati

kecilnya, Dion masih belum bisa seratus persen menjatuhkan pilihannya terhadap Ara meskipun dia tahu Ara mencintainya dengan tulus, karena di sudut hatinya masih tersimpan sebuah nama yang sulit untuk dihilangkan meskipun selama ini orang lain menilainya Dion adalah seorang playboy yang mudah ganti-ganti gandengan.

Sementara untuk menolak keinginan papanya, Dion tidak berdaya. Dia masih butuh semua fasilitas dari

papanya.

Dan dengan berjalannya waktu, hubungan Dion dengan Ara makin dekat. Sikap Dion yang begitu manis terhadap Ara, membuat Ara makin merasa terikat dengan sosok Dion. Apalagi ini adalah cinta pertama Ara, dan Ara memang begitu tulus mencintai Dion meskipun dia belum berani berterus terang dengan keluarganya.

Meskipun sebegitu besar cinta Ara pada Dion, tetapi Ara masih tetap memegang teguh nasehat orang tuanya.

Dia tidak begitu saja terlena dengan rayuan-rayuan Dion, apalagi kalau itu menyangkut dengan harga dirinya sebagai seorang wanita. Ara tidak mau mengikuti gaya pacaran teman-temannya yang begitu mudah menyerahkan kemormatannya pada laki-laki yang disebut pacar, meskipun dengan alasan bukti cinta. Ara tetap menjaga norma-norma susila seperti yang diajarkan maminya, meskipun kadang membuat Dion kesal. Tapi Ara tetap kekeh dengan pendiriannya, cinta tidak berarti menyerahkan segalanya.

“Mit… kita ngumpul ngumpul yuk bikin reunian….”  Kata Ara saat mereka di kantin menunggu kelas selanjutnya.

“Boleh…. kapan….?” Tanya Mita.

“Ya… kita bikin panitia kecil-kecilan dulu lah. Kita ngobrol-ngobrol dulu.”

“Oke, kamu yang atur semuanya ya, kapan kita ngumpul terus mau dimana, aku ikut saja….”

“Kalau tempat, mungkin bisa di café kakakku aja, ntar aku yang atur…”

“Siip lah, aku setuju…”

Setelah ada kesepakatan, Mita akan mulai mengontak teman-temannya untuk ngumpul, sedangkan Ara tinggal

menunggu berapa orang yang akan datang, karena dia sudah berpikir untuk tempat ngumpul, di café kakak iparnya, Dira, yang suasananya juga enak selain menu makanannya cukup banyak variasinya.

Dan siang itu, setelah jadwal kelas Ara selesai, rupanya Dion sudah menunggu di tempat parkir.

“Ra… sory ya nggak bisa nemenin cari buku. Aku siang ini harus ikut papa meeting dengan rekan bisnisnya…..”

Kata Dion.

“Iya nggak papa kak, kita bisa pergi lain kali. Aku langsung pulang aja, kebetulan temen-temen pada mau ke rumah ngerjain tugas” Jawab Ara.

Memang selain kuliah, sejak lulus SMA Dion sudah mulai ikut bekerja di kantor papanya, meskipun tidak full

time. Karena Dion adalah anak laki-laki satu-satunya, sementara kakak dan adiknya semua perempuan, makan harapan orang tuanya sangat besar pada Dion sebaga penerus, sehingga harus dipersiapkan sejak dini.

“Bener kamu nggak papa…?” Tanya Dion lagi.

“Bener kak, aku nggak papa. Lebih penting kerjaan kantor dulu. Kalau pergi kan bisa kapan-kapan.”

Karena Dion tidak bisa mengantar Ara, maka Ara bersama gengnya punya acara sendiri. Mereka mau jalan-jalan ke mall sambil mencari sesuatu. Setelah berputar-putar mengelilingi mall, merekapun kelelahan dan berjalan menuju sebuah café untuk makan.

Karena rumah Ara sejalur dengan Hanny, maka mereka satu mobil, sedangkan Mita ikut dengan mobil Nuri.

“Ra coba lihat ke seberang, itu seperti kak Dion bukan ya…?” Kata Hanny. Ara pun melayangkan pandangannya kearah yang ditunjuk Hanny, tetapi dia tidak menemukan sosok Dion karena pandangannya terhalang oleh mobil box yang melintas di sisi mobil Hanny yang terus melaju. Mata Ara terus memandang ke belakang setelah mobil box berlalu.

“Nggak ada tuh, kak Dion kan lagi ikut meeting sama papanya.” Jawab Ara setelah tidak menemukan sosok Dion.

“Ya udah, berarti bukan kak Dion, mirip aja kali.” Kata Hanny menenangkan Ara, meskipun dalam hati dia sangat yakin dengan matanya kalau yang dilihatnya adalah Dion yang sedang berjalan menggandeng seorang cewek.

*******

Halloooo..... 

Yuk aku up lagi, sory kalau nggak bisa tiap hari ya untuk bulan Oktober ini...

Tapi jejak jempol manis kalian tetap aku harapkan dan selalu kutunggu...

Dan..... jangan lupa vote, like , komen dan hadiah lainnya ya...

He.... he..... he....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!