NovelToon NovelToon

Cinta Istri Pengganti

Musibah

Di sebuah rumah sakit besar. Seorang gadis yang mengenakan hijab biru, tengah melangkah dengan tergesa-gesa menuju meja receptionis.

Tanpa melihat kanan dan kiri, rupanya Dia tidak berhati-hati dalam melangkah saking cemas dan paniknya.

Brugh!!

Alhasil dia pun menabrak seseorang, namun untungnya tak sampai terjatuh.

''Akh!!'' Seorang wanita mengaduh dengan kesal dan memakinya.

''Hei!! Kalau jalan di pakai matanya!!'' Hardik seorang wanita cantik itu dengan kesal.

Gadis itu menghentikan langkahnya dan segera meminta maaf.

''Ma-maaf Nona saya tidak sengaja. Maaf sekali lagi, saya terburu-buru.'' Ucap gadis itu langsung segera berlari kembali meninggalkan wanita cantik yang tengah kesal itu.

''Hei!! Aku belum selesai denganmu!! Berani sekali kamu meninggalkan aku hah!!'' Wanita itu sangat murka dengan perlakuan gadis yang menabraknya tadi.

''Sudahlah Ana biarkan saja gadis kampung sepertu itu jangan di urusin.'' Ucap seorang teman wanita itu yang sedari tadi disampingnya, sambil menarik lengannya yang hendak akan mengejar wanita yang menabraknya tadi.

''Tidak bisa! Masalah ini harus di selesaikan sekarang juga. Apa dia tidak tahu siapa aku ini??'' Ujarnya geram.

Sementara langkahnya langsung membuntuti gadis itu pergi.

''Suster saya mencari pasien bernama pak Hendrawan korban tabrak lari. Di mana ya ruangannya?'' Tanya gadis itu dengan wajah panik dan khawatir.

''Sebentar mbak saya cari dulu.''Ucap suster sambil mencari data-data pasien yang masuk hari ini.

''Oh pak Hendrawan ada di ruangan IGD. Mbak jalan lurus saja dan nanti belok ke kiri dari situ ruangannya tidak jauh lagi.'' Ucap suster itu kemudian.

''Terima kasih suster.'' Gadis itu langsung bergegas setengah berlari menuju ruangan tempat ayahnya yang saat ini sedang berjuang hidup dan mati.

''Ningrum!!!'' Pekik seorang wanita berumur 50 tahunan itu memanggilnya di ujung lorong.

Gadis itu mengenalnya dan langsung berlari ke arahnya.

''Ibu.., gimana keadaan bapak..?'' Ucap gadis itu setibanya dihadapan wanita yang di panggilnya ibu itu.

''Kok lama banget sih datangnya? Ibu sudah lama sekali menunggu kamu disini!!'' Sahut wanita itu dengan mimik kesal.

Bukannya menjawab pertanyaan Ningrum dia malah memakinya. Padahal belum juga ada 20 menit ibunya itu menunggu disana.

Ibunya tak pernah tahu bahwa buruh pabrik seperti Ningrum, jika sudah masuk jam bekerja akan sangat sulit untuk meminta izin keluar. Harus mengikuti prosedur dulu dan membuat laporan. Ningrum hanya menghela nafas dalam mendengar ocehan ibunya itu, dia sama sekali tidak marah.

''Iya bu maaf, tadi Ningrum izin keluarnya agak sulit. Apalagi tadi di jalannya macet. Ningrum sampai lari-larian kesini bu.'' Ucap Ningrum menjelaskan.

''Aduuh.. sudah ah, makin pusing aku mendengar kamu banyak alasan terus. Sekarang ibu sangat bingung bagaimana nanti kita membayar tagihan rumah sakitnya? Kita itu tidak punya uang simpanan sama sekali, apalagi jaminan kesehatan. Boro-boro untuk membayar iurannya. Untuk makan saja juga masih kurang. Ditambah dokternya belum juga keluar dari tadi.'' Ucap ibunya itu pesimis dan panjang lebar.

Bukannya mengkhawatirkan keadaan suaminya. Malahan yang difikirkan hanya tagihan rumah sakitnya saja.

''Bu, sudah dong jangan begitu ngomongnya ini kan rumah sakit malu tuh di lihatin orang.'' Ucap adik Ningrum yang sedari tadi berdiri di samping ibunya, Sambil mengelus-elus punggungnya berharap ibunya itu bisa tenang.

''Malu apanya? Memang kenyataannya kan? Kita itu orang susah. Meski biayanya murah pun kita tetap tidak bisa membayarnya, apalagi jika biayanya mahal mau bagaimana? Dari mana kita bisa mendapatkan uang??'' Geram ibu itu.

Bukannya diam Beliau malah semakin berapi-api.

Ningrum menghela nafasnya dengan berat sekali lagi melihat sikap ibunya itu. Tak di pungkiri memang benar apa yang di katakan oleh ibunya itu. Dia juga bingung jika memikirkan pada hal itu. Namun sepenuhnya Ningrum berpasrah pada Allah SWT agar diberi jalan-Nya.

Ningrum mencoba menenangkan kerisauan ibunya lagi.

''Kita berdoa saja kepada Allah Bu. Mudah-mudahan Bapak baik-baik saja. Masalah biayanya Ningrum yang akan memikirkannya sekuat tenaga Ningrum. Jadi Ibu jangan terlalu khawatir ya.'' Ucap Ningrum berusaha menenangkan hati ibunya itu.

''Eh, Ning--'' Ucapan ibu itu tertunda, karena bersamaan dokter telah keluar dari ruangan tindakan.

''Yang mana keluarga pasien?'' Tanya dokter itu kemudian.

''Kami semua Dok!'' Jawab Ningrum cepat.

''Baiklah seseorang tolong ikut ke ruangan saya ya.'' Ucap dokter itu lagi.

''Biar saya saja dok, saya anaknya." Seru Ningrum.

Namun ternyata ibunya pun bersikeras ingin ikut.

''Biar saya saja, saya juga istrinya dok.''

''Ya sudah kalian berdua boleh masuk.'' Akhirnya mereka berdua pun masuk ke ruangan dokter.

Sedangkan adiknya tetap menunggu di kursi tunggu pasien.

''Bagaimana keadaan bapak saya dokter?'' Tanya Ningrum.

''Bapak anda mengalami patah tulang tangan dan ada pendarahan di bagian kepalanya. Bapak anda harus segera di operasi. Tidak bisa menunggu lama lagi, saya sarankan Nona menyiapkan biaya operasi nya secepat mungkin agar operasinya bisa segara di laksanakan.'' Ucap dokter itu dengan serius.

Mendengar ucapan dokter ibunya syok, di benaknya hanya terlintas biaya rumah sakitnya yang pasti mahal dia sudah tidak bisa membayangkannya lagi.

''Ya Allah, Bapak-- aku serahkan semuanya padamu Ya Allah.'' Gumam Ningrum sedih.

''Berapa biaya yang harus di bayar Dok.?'' Tanya Ningrum kemudian.

''50 juta, belum termasuk biaya perawatannya Nona.'' Terang Dokter lagi.

''A-ap-apa?? 50 juta dokter?!'' Ningrum dan ibunya terkejut mendengar penjelasan dokter.

''Ningrum dari mana kita punya uang sebanyak itu?!'' Pekik ibunya histeris.

Ningrum tak segera menjawab, jujur dia pun juga bingung.

Jika harus pinjam ke bank pasti prosesnya lama. Haruskah dia pinjam ke debt colector?

Sebenarnya itu adalah hal yang sangat dia hindari. Karena meminjam uang ke rentenir bunganya sangatlah tinggi dan dilarang dalam agamanya.

Tapi jika sudah tidak ada jalan lain mungkin dia akan melakukannya. Demi ayahnya, asalkan dia berikhtiar dulu demi nyawa sang Ayah.

''Dokter bolehkah kami mendiskusikannya terlebih dulu?'' Tanya Ningrum.

''Iya silahkan Nona, tapi saya harap jangan terlalu lama karena pasien sedang kritis.'' Kata dokter mengingatkan.

Ningrum hanya mengangguk kemudian pamit dari ruangan itu.

Setibanya di luar dan kembali ke depan ruangan ayahnya dirawat, Ningrum hanya bisa terduduk lemas.

Sedangkan ibunya malah tambah pesismis dan sedih.

''Ningrum! bagaimana kalau sudah begini? Kita tidak punya uang sebanyak itu. Apa kita bawa pulang saja bapak ke rumah??'' Keluh Ibunya tak tahu harus bagaimana lagi.

''Jangan Bu, kasihan Bapak. Dia terluka sangat parah. Ningrum tidak tega lihat Bapak seperti itu.'' Bantah Ningrum sedih, matanya mulai basah dengan air mata yang tak hentinya mengalir dari tadi.

''Lalu bagaimana kita mendapatkan uang yang banyak dalam waktu yang cepat hah??!'' Sentak ibunya kesal campur sedih.

''Ibu jangan khawatir Ningrum akan meminjam uang pada bu Leni saja.'' Seru Ningrum.

''Apa kak?! Bu Leni 'debt colector' itu bukan?'' Tanya adiknya sedikit kaget.

''Ningrum terserah kamu saja. Kalau pinjam sama dia ibu tidak bisa bantu buat membayarnya.'' Kata Ibunya sudah tak bisa berfikir lagi.

''Tidak apa-apa Bu, biar Ningrum saja yang menanggungnya.'' Ucap Ningrum.

''Kalau begitu Ningrum pamit akan ke rumah Bu Leni dulu Bu

ya.'' Ucap Ningrum lagi dan akan segera pamit.

Namun baru saja Ningrum akan melangkahkan kakinya, tiba-tiba ada seorang wanita menyapa mereka. Seketika pandangan semuanya tertuju kepada yang mempunyai suara itu.

''Saya bisa membantu masalah kalian.'' Ucap seorang wanita cantik dan berpakaian modis sedang berjalan menuju ke arah mereka dengan santai.

Bersambung...

Pilihan Sulit

''Maksud anda Nona? Eh tunggu, bukankah anda yang tadi saya--'' Ucap Ningrum mengingat ingat.

''Iya, saya yang tadi kamu tabrak!!'' seru wanita itu cepat. Sementara adik dan ibunya Ningrum merasa bingung dengan perkataan wanita cantik itu. Dan hanya memilih mematung saja memperhatikan mereka.

''Ehm, saya kan sudah meminta maaf kepada anda Nona. Apa lagi yang Nona inginkan?'' ucap Ningrum merasa bingung pada wanita cantik itu. Karena sikapnya masih saja tak ramah padanya.

''Hanya itu?! Apakah kamu tak tahu siapa aku ini?'' Tanya wanita itu sekali lagi.

''Maaf, sekali lagi saya benar-benar tidak tahu Nona, bukankah kita baru saja bertemu? Bagaimana bisa saya akan mengenali Anda?'' ucap Ningrum polos dan masih bersikap sopan.

Karena dia memang tidak berbohong, dia benar-benar tidak tahu siapa wanita cantik di hadapannya itu.

''Akh, sial!! Wanita ini benar-benar membuatku kesal!! Apakah aku tidak se terkenal itu??'' gerutu wanita itu.

Kesal dengan tingkah polos Ningrum yang terlihat sangat bodoh olehnya.

''Sudahlah Ana, mungkin benar dia tidak mengenalmu, dan mungkin saja dia itu orangnya 'kudet'. Apakah kamu tidak melihat tampilannya?'' celetuk seorang teman wanita itu.

Seketika mereka pun melihat penampilan Ningrum. Mata mereka memindai jengkal demi jengkal tubuh Ningrum dari atas hingga ke bawah dengan tatapan menghina.

''Aku kenal pada anda kok!! No--Nona ini kan idola saya!!'' Ucap adik Ningrum tiba-tiba dengan antusias.

Setelah mematung begitu lama memperhatikan percakapan antara wanita itu dan kakaknya.

''Saya pun folow IG anda juga lho Nona.'' tambah adiknya lagi, kali ini sambil tersenyum lebar.

''Oh ya?! Ohh-- akhirnya ada juga yang mengakui existensi ku ini huh.'' Ucap wanita itu masih berlaga sombong.

''Kamu dengar? Adikmu saja yang masih kecil mengenali saya kan?!'' sembur Eliana pada Ningrum.

Reno yang di bilang masih kecil itu pun mendadak mengerucutkan bibirnya. Padahal sebelumnya dari tadi senyum cemerlangnya tak pernah lepas dari wajahnya sambil terus menatap Eliana.

Bagaimana tidak ada yang bisa kenal dengan Model cantik itu yang sekarang sedang naik daun. Pesona kecantikannya sangat di kagumi oleh kaum Adam dan Hawa sekalipun.

Meskipun dia telah menikah dengan seorang CEO yang sayangnya sekarang lumpuh. Namun tidak membuat aura bintangnya memudar.

Berbeda dengan Ningrum, dia hanyalah gadis biasa bahkan mungkin terlalu biasa. Dia tidak pernah mengikuti fasion yang sedang hits tahun ini. Gaya berpakainnya hanya gamis panjang dan hijab yang menutupi dadanya, tanpa polesan make up.

Dia juga tidak pernah melihat dan mengikuti perkembangan artis-artis yang terkenal di tahun ini. Hanya sesekali saja dia mendengar obrolan dari teman-teman kerjanya yang kebetulan sedang bergosip.

Sedangkan untuk Handphone pun Ningrum hanya punya keluaran jadul bukan tipe android apalagi merek apel di gigit. Cukup untuk bisa menelepon dan kirim SMS saja sudah baginya. Begitulah Ningrum, hidupnya hanya untuk bekerja keras demi keluarganya dan membiayai adiknya Reno yang masih sekolah SMA.

Sangat jelas sekali bukan pebedaan antara Eliana dan Ningrum bagaikan langit dan bumi.

''Reno, memangnya kamu kenal dimana dengan wanita ini?'' Tanya Ningrum heran.

''Kakak dia itu adalah top model internasional. Dia adalah Eliana Betari, beruntung sekali aku bertemu dia hari ini.'' kata adik Ningrum menjelaskan, dia memaklumi ketidaktahuan kakaknya itu.

''Baiklah, saya minta maaf sekali lagi Nona Eliana, sudah lancang tidak mengenali anda.'' ucap Ningrum kemudian tidak ingin membuat kesal lebih lama lagi wanita yang ada di hadapannya itu.

''Iya tidak apa-apa, bisa di maklum kok.'' Jawab Eliana dengan masih sedikit dongkol.

''Oh iya Nona Eliana, tadi bukannya Anda akan menawarkan bantuan. Bantuan seperti apa itu?'' kini giliran ibunya Ningrum bersuara.

''Oh iya, terima kasih sudah mengingatkan saya lagi. Saya akan membantu biaya operasi suami ibu sampai suami ibu pulih. Asalkan dengan satu syarat.'' Ucap Eliana.

''Oh benarkah nona? Terima kasih banyak sebelumnya. Tapi syaratnya apa?'' Tanya ibunya Ningrum dengan perasaan senang.

''Aku sedang mencari wanita untuk aku nikahkan dengan suamiku. Dan saya rasa, anak perempuan ibu ini akan cocok.'' Jelas Eliana dengan enteng.

Deg!!

Bola mata Ningrum membulat begitu juga dengan ibu dan adiknya. Untuk beberapa detik mereka kaget mendengar syarat dari Eliana.

''Saya ingin anak perempuan ibu itu menuruti apa kemauan saya dan jangan pernah menolak keinginan saya. Dan saya akan membawa anak ibu untuk tinggal bersama di rumah saya mulai dari sekarang.'' Ucap Eliana lagi.

''A-apa?? Apa maksud nona??'' Tanya Ningrum masih tidak mempercayai apa yang di katakan Eliana.

Dia berfikir mungkin orang ini kesal karena dia telah menabraknya hingga melakukan hal seperti ini.

''A-ah-- i-itu syarat yang sangat mudah sekali Nona. Saya sangat setuju dengan syarat Anda.'' jawab ibunya Ningrum berbinar tanpa befikir lebih jauh dan bertanya dulu ke pada Ningrum.

''I-ibu?!'' Ningrum membelalakan kedua matanya ke arah ibunya.

Dia syok mendengarnya. Bagaimana mungkin ibunya itu bisa berkata begitu.

Apakah wanita itu sudah gila dengan yang dia ucapkan? Bisa-bisanya dia ingin mencari wanita lain untuk di jadikan istri untuk suaminya sendiri?

''Sudahlah Ningrum jika ada yang mudah kenapa kita harus mencari yang susah! Jangan membantah lagi pikirkan kondisi bapakmu.'' sergah ibunya lagi.

Ningrum tak habis pikir jika dia menyetujuinya bukankah nanti hak kebebasannya akan terampas. Apakah ibunya sudah memikirkan hal itu?

Tentu saja tidak, bagi ibu uang adalah yang utama di bandingkan kebahagiannya bukan?

Bulir bening air mata Ningrum mengalir begitu deras tanpa bisa dia bendung lagi.

''Sekarang kamu tanda tangani surat perjanjian ini. Lalu setelah itu manajer ku akan segera mengurus administrasi ayah kamu.'' Ucap Eliana seraya menyodorkan selembar kertas bermaterai beserta tintanya.

''Ayo Ningrum cepat tanda tangani! Jangan lama-lama kasihan ayah kamu.'' kata ibunya tidak sabaran.

''Kakak--'' Reno adiknya pun menatap sendu pada Ningrum dan menggelengkan kepala sambil menyetuh bahu Ningrum.

Seolah berkata jika tidak ingin jangan lakukan hal itu.

Ningrum meraih tangan adiknya sembari tersenyum pahit, lalu membalasnya dengan anggukan kepalanya saja pertanda dia akan menyetujuinya demi ayah mereka.

Mungkin ini adalah jalan dari Allah, dan pertolongan dariNya. Disaat tak ada lagi jalan untuk di ambil.

Meskipun kebahagian Ningrum akan terenggut. Tapi biarlah asalkan ayahnya selamat. Oleh karena itu Ningrum tidak akan berburuk sangka pada Allah. Makanya dia menerimanya dengan hati yang ikhlas.

Karena Allah tidak akan memberikan suatu hal yang kita ingingankan melainkan Allah akan memberikan suatu hal yang kita butuhkan meskipun suatu hal itu buruk di hadapan kita namun menurutNya itu lebih baik untuk kita.

Namun sejujurnya kenyataan yang mendadak ini dirasa menyakiti hati Ningrum. Jika dia tidak cepat-cepat mengambil keputusan, maka nyawa ayahnya lah yang akan jadi taruhannya. Benar benar pilihan yang sangat sulit.

'Biarlah aku yang berkorban, mungkin ini jalan yang terbaik yang Allah berikan meskipun jujur aku tidak menyukainya. Semoga Allah menguatkan hatiku untuk apapun yang akan terjadi ke depannya.' Batin Ningrum menguatkan hatinya sendiri.

''Bismillah--'' ucap Ningrum seraya membubuhkan tanda tangannya dia atas kertas perjanjian itu.

🍑🍑🍑🍑🍑

Ningrum Hapsari pov"

'Dan aku sudah mempercayakan hidupku ke pada Allah. Apapun yang direncanakan Allah meskipun kita tak menyukainya, sesungguhnya itulah yang terbaik untuk kita... La tahzan innallaha ma'ana (jangan bersedih sesungguhnya Allah bersama kita)'

Bersambung...🍑🍑

Assalamualikum..

Hai para pembaca yang baik hati 😊😊 terima kasih banyak sudah mau meluangkan waktunya ke novel ini yang masih banyak kekurangannnya.

mohon dukungannya ya teman teman pembaca... 🥰🥰

Cerita novel ini sebenarnya adalah karya pertama saya cuma up nya yg kedua🤭🤭

Apalah karya aku ini tanpa kalian..

terima kasihh...🍬🍬🍬🍬

Pernikahan Di Bawah Tangan

Sebuah acara ijab qobul tampak sedang berlangsung di sebuah rumah yang mewah dengan hanya sedikit orang yang menghadirinya.

pernikahan siri itu hanya di hadiri beberapa orang saksi dan ustadz yang sengaja di undang untuk melakukan proses pernikahan.

Ningrum tampak menitikkan air matanya, entah dia harus bahagia atau pun bersedih. Karena bagaimana pun ini bukanlah pernikahan yang dia inginkan.

Ayahnya belumlah sembuh dari koma nya. Sudah pasti ayahnya tidak bisa menjadi wali nikahnya.

Sebelumnya Eliana dan dirinya terikat sebuah perjanjian. Dan memaksanya untuk melakukan apapun yang di inginkan oleh Eliana, atas imbalan biaya operasi ayahnya. Yang terbujur kritis korban tabrak lari kala itu.

Namun tak pernah terbayangkan jika keinginan Eliana adalah menikahi suaminya yang lumpuh itu, dan menjadikannya sebagai madunya.

Ningrum sempat menolaknya karena itu permintaan yang sangat sulit menurutnya. Pernikahan dan menikah dengan siapa itu adalah hak pribadinya.

Tapi bukanlah Eliana namanya jika keinginannya tidak terpenuhi. Dia mengancam Ningrum kembali hingga akhirnya Ningrum bersedia.

''Bisakah menunggu Ayahku sembuh dulu Nona? Bagaimana pun dia adalah wali ku.'' mohon Ningrum sempat menawar dengan memelas.

Berharap Eliana berubah pikiran.

''Kamu itu hobi banget ngebantah ya!!'' Bentak Eliana.

''Jika aku berkata tidak! Ya tidak!! Ingat Ningrum, sekarang kamu itu ibarat budak yang sudah aku beli. Jadi kamu harus dan wajib melakukan apa saja yang aku katakan!!'' gertak Eliana dengan seringai yang mengejek.

Ningrum kembali menghela napas panjang sambil berderai air mata.

''Baiklah Nona aku setuju.'' pasrah Ningrum akhirnya.

Seperti mimpi saja kini hidupnya, entah akan bagaimana kedepannya. Sekarang hidup Ningrum ada di bawah telapak tangan seorang Eliana.

Bak seorang budak sahaya yang harus menuruti kemauan tuannya meskipun benar atau salah dia harus menurutinya.

'' Ningrum, kok malah nangis terus sih?'' tanya Ibunya rada kesal dan gemas sambil menyenggol bahu Ningrum.

''Aku ingat sama Ayah, Bu.'' Kata Ningrum sambil terus terisak.

''Sudahlah jangan sok drama gitu sih! Tenang saja Bapak mu baik-baik saja ada Reno yang menjaganya. Sebenarnya Ibu juga malas datang ke pernikahan mu ini, kalo bukan Nyonya Eliana yang mengundang ibu!!'' Kata Ibunya dengan sinis dan sedikit berbisik.

Ningrum sudah tidak kaget lagi dengan sikap Ibunya yang seperti itu.

Karena memang sudah semenjak dulu sewaktu Ayahnya memutuskan menikah lagi. Dia tidak pernah merasakan kasih sayang yang tulus dari ibu nya itu.

Entah mengapa Ibu tirinya itu tidak pernah menyayanginya. Padahal Ningrum tak pernah menyakitinya dan selalu bersikap sopan padanya.

Mungkin waktu itu dia juga sudah mempunyai Reno sebelum menikah dengan Ayahnya. Jadi dia lebih sayang pada anaknya. Terlebih pernikahan dengan ayahnya tidak menghasilkan seorang anak.

Jadi dia merasa tak peduli lagi dengan nya. Tapi meskipun Ibunya selalu membencinya, justru Ningrum sebaliknya.

Dia tidak bisa membenci Ibunya dan tidak pernah ingin membencinya. Ningrum pikir mungkin suatu saat nanti hati Ibunya itu akan luluh dan akan menyayanginya kelak. Harap Ningrum dalam angannya.

Juga alasan mengapa Ningrum tidak bisa membenci ibunya itu adalah. Dia sangat menyangi Reno, adik tirinya itu sudah Ningrum anggap seperti adik kandungnya. Terlebih Ningrum pun tak mempunyai saudara lain lagi selain Reno.

Di tambah kasih sayang ayahnya juga yaang masih sama kepadanya. Dan tak membedakan antara dirinya dan juga pada Reno.

''Jangan di ambil hati ya Nak, jika ibumu itu terus marahin kamu. Karena itu adalah ungkapan kasih sayangnya sama kamu.'' Ucap Ayahnya kala itu. Apabila Ibunya kadang mengomeli Ningrum tiada henti.

Karena apapun sesuatu yang di lakukan oleh Ningrum tidak sejalan dengan ke inginan hati ibunya, sudah pasti omelannya yang panjang tidak akan berhenti secepatnya.

Dalam tangisnya Ningrum mengulas sedikit senyum karena mengingat masa itu.

''Apa Ayah sudah siuman Bu?'' Tanya Ningrum kemudian.

''Ya belum lah '' Jawab Ibunya cepat.

Tak berapa lama kemudian terdengar suara pintu di ketuk, di susul oleh seorang wanita yang muncul di balik pintu. Yang tak lain adalah Grace manejernya Eliana langsung masuk ke dalam kamar tanpa menunggu dipersilahkan untuk masuk.

''Ayo, acara akan segera dimulai kalian sudah pada siap kan?'' Tanya Grace kemudian.

''Iya Nona kami sudah siap,'' jawab ibu Ningrum.

''Ayo cepat, kita sudah di tunggu di luar. Acaranya sudah di mulai.'' Katanya lagi pada Ningrum.

Ningrum hanya mengangguk pelan, sungguh badannya terasa sangat berat hanya sekedar untuk bangkit dari duduknya.

''Baiklah, jangan lama-lama semuanya sudah menunggu.'' peringat Grace sambil berlalu pergi kembali keluar kamar.

''Wajahmu jangan seperti itu Ningrum, kamu itu pengantin. Seharusnya kamu itu bahagia karena calon suami kamu itu orang kaya. Ingat ya, nanti jangan sampai lupa sama ibu dan Reno. Kami itu masih tanggung jawabmu. Apalagi sekarang ayahmu tidak bisa cari uang. Mau makan apa Ibu sama Reno.'' Ucap Bu Rina nama dari ibu tiri Ningrum itu panjang lebar.

Sejatinya seorang ibu jika anak perempuannya menikah adalah memberikan doa yang baik dan wejangan yang sangat berharga untuk anaknya. Dan akan menangis haru karena akan melepaskan anak gadisnya.

Yang ada malah urusan tanggung jawab dan hanya uang yang dia bicarakan dengan Ningrum.

''Jawab dong Ningrum!! Malah diam saja!!'' seru ibunya merasa kesal karena Ningrum hanya diam saja mendengar dia berbicara panjang lebar.

''Iya Bu, tenang saja. Ningrum tidak akan melupakan kalian.'' Ucap Ningrum akhirnya. Sambil masih terisak.

Jujur sebenarnya dalam hati Ningrum merasa hancur dan sakit. Tapi ibunya tidak mengerti akan hal itu. Bagaimana bisa dia memberikan uang padanya. Sedangkan ibunya itu tahu sendiri tentang status pernikahannya saat ini.

Mungkin statusnya adalah seorang istri, tapi kenyataannya dia adalah seperti seorang budak saja.

''Ayo cepat kita segera keluar.'' ucap Bu Rina kemudian.

Lalu melangkah ke arah pintu dan membukakan pintu untuk Ningrum.

Ningrum hanya mengangguk pelan saja. Lalu dia pun melangkah mengikuti Ibunya keluar kamar dan menuju ruangan tengah.

Sepanjang jalan dia hanya menundukkan pandangannya hingga sampai ke meja akad.

Bahkan dia sama sekali tidak melirik pada calon suaminya yang kini duduk di sampingnya.

Berbeda dengan calon suaminya, dia begitu lekat memandangi Ningrum semenjak datang sampai akhirnya duduk di sampingnya.

''Apakah ini calon istri yang kau pilihkan untuk ku Ana? Ada apa dengan wajahnya? Dia seperti tertekan." Batin lelaki itu dipenuhi tanya melihat raut wajah wanita yang sebentar lagi akan menjadi istrinya itu.

''Mas--'' lirih Eliana di samping satunya sambil memegang tangannya.

''Ya,'' ucapnya sedikit kaget, dan langsung menoleh ke arahnya.

''Ijabnya sudah akan di mulai.'' kata Eliana dengan menampilkan senyum manisnya.

Pria itu hanya memasang wajah datar dan dinginnya, sambil mengangguk pelan.

Lalu beberapa saat kemudian.

Prosesi ijab qobul dengan bermaharkan hanya seperangkat alat sholat itu pun telah selesai dan berlangsung secara lancar.

Dan tibalah saat Ningrum akan mencium tangan suaminya.

Tangannya begitu bergetar dan terasa berat untuk bergerak. Yang di rasakan Ningrum, entah mengapa tiba-tiba dadanya terasa sesak.

Dengan masih menunduk dia memaksakan tangannya bergerak untuk meraih telapak tangan suaminya yang terulur padanya.

Disaat Ningrum hampir meraih tangan itu, tiba-tiba perhatianya teralihkan.

''Kakak!! Ibu!! Ayah Kak!! Ayah!!!'' Teriak seseorang di pintu utama rumah dengan histeris.

Dengan napas yang tersengal-sengal orang itu berusaha melangakah menuju Ningrum berada.

Semua perhatian orang di ruangan itu seketika langsung tertuju padanya.

''Reno!!?'' Lirih Ningrum dengan terkejut.

Seketika hatinya merasa gusar mendengar nama Ayahnya disebut.

💔💔💔💔💔💔💔💔💔💔💔💔💔💔💔💔

Bersambung...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!