...HAPPY READING...
"Athera, tolong ambilkan kunci mobil ayah di dalam kamar."
Athera mengangguk. Ia baru saja selesai makan bersama anggota keluarga kerajaan dan ayahnya akan berangkat ke suatu tempat bersama ibunya. Sudah menjadi kebiasaan ayahnya jika kunci mobil tertinggal setiap kali ingin berpergian.
Ayah Athera tersenyum simpul melihat punggung anaknya yang kian menjauh lalu melempar atensi kepada istrinya.
"Athera sudah dewasa. Kita harus mencarikan pria terbaik untuknya."
Ibu Athera mengangguk dengan senyum simpul. "Ya, aku yakin sudah banyak pria yang mengantri untuk meminang Putri kita."
Untung saja Athera tidak mendengar percakapan ayah serta ibunya. Athera paling benci jika kedua orang tua selalu membicarakan pernikahan dan tentu saja ia akan dijodohkan, maka dari itu, ia sangat benci. Ia harus menikmati masa mudanya dengan bebas sebelum benar-benar terkekang dengan status rumah tangga nantinya.
Athera memasuki kamar ayahnya kemudian berjalan mendekati laci namun, tangannya justru bergerak bukan untuk membuka laci, gadis itu justru menyentuh sebuah gagang kayu kecil dengan ukiran kuno yang terlihat begitu menarik, gagang itu menancap pada sudut ruangan di kamar ayahnya,
GRETT..
Athera mengatupkan bibirnya rapat ketika lemari besar berisi buku-buku milik ayahnya bergeser hingga memperlihatkan sebuah ruangan lain yang gelap di dalam sana. Athera melangkah dalam diam memasuki tempat itu hingga lemari besar tadi kembali bergeser dan tertutup kemudian saat itu juga sebuah lampu besar menyala menerangi segala sesuatu yang ada pada ruangan pada balik lemari besar yang kini dimasuki Athera.
"Hanya sebuah cermin?" Athera memandang bingung cermin besar dengan bingkai kayu berwarna emas mengelilingi pinggir cermin tersebut.
Athera melangkah perlahan untuk melihat cermin besar itu dengan teliti.
"Bertukarlah denganku."
Athera melebarkan matanya ketika sosok wanita sepantaran dirinya tengah berdiri di dalam cermin menggunakan pakaian zaman dahulu dengan raut penuh penderitaan. Wanita itu mengulurkan tangan padanya dan tangan itu tembus melewati cermin.
"Tidak! Aku pasti sedang bermimpi!" pekik Athera yang berniat menjauh sebab terkejut dengan apa yang ada di hadapannya.
Tapi, tangan itu lebih dulu menariknya memasuki cermin dengan sangat kuat. Cermin besar itu seakan menelan tubuhnya. Athera berteriak keras dengan mata berair ketika sosok wanita itu telah berada di luar cermin dengan ekspresi sangat bersalah.
"Maaf, tapi kaulah gadis terpilih yang ditunjuk para dewa untuk bertukar nasib denganku," ujar wanita itu sembari mengamati pakaian yang Athera gunakan sebelumnya telah melekat sempurna pada tubuhnya, pakaian mereka tertukar.
...****...
Athera Krystalian adalah seorang permaisuri dari seorang Raja yang telah diabaikan bahkan selalu disiksa. Athera merupakan seorang putri mahkota dari kerajaan Gazianor. Sebuah kerajaan yang telah lama menjadi musuh besar kerajaan para bangsa virtucal esse. Lalu kedua kerajaan itu melakukan peperangan besar yang tercatat dalam sejarah sebagai peperang terdahsyat saat ini. Raja muda dari virtucal Esse yang sukses menaklukan Gazianor kemudian menikahi Athera Krystalian untuk ia jadikan permaisuri. Melantik seorang musuh sebagai Permaisuri adalah penghinaan terbesar yang dilakukan raja virtucal esse namun sebenarnya raja virtucal esse sengaja menikahi Athera Krystalian untuk menghina para bangsa Gazianor yang masih hidup. Kakak Athera yang bernama Arthur harus menjadi panglima besar yang selalu maju di medan tempur. Ini pun dilakukan semata-mata agar Athera serta keluarga kerajaan Gazianor menderita. Para rakyat Gazianor menjadi budak di wilayah kekuasaan virtucal esse. Athera selalu disiksa oleh pria yang sekarang menjadi suaminya, dipandang rendah oleh seluruh penghuni kerajaan serta selalu dihina jika bertemu para selir raja. Athera Krystalian adalah wanita pendiam, terlalu baik, lemah lembut, namun ia tidak pandai dalam beladiri hingga ia selalu ditindas dan dianggap lemah. Ia hanya memiliki seorang adik perempuan yang menjadi pelayan pribadinya di sana.
Hosh.. Hosh.. Hosh..
Napasnya terengah-engah dengan keringat deras mengalir hingga lehernya.
"Kakak akhirnya kau sadar!"
Athera belum bisa mencerna apa yang terjadi padanya saat ia telah bermimpi panjang tentang kehidupan seorang wanita yang memiliki nama depan yang sama dengannya, lalu seorang gadis muda tengah memeluknya dengan erat.
"Aku sesak," ujar Athera susah payah.
Gadis yang tak lain adalah adik Athera terdahulu langsung melepaskan pelukannya kemudian menatap kakaknya dengan sedih.
"Maaf kak, aku sangat senang kau sadar. Aku kira kau akan mati setelah Selir Yuen memukul kepalamu dengan balok kayu."
Athera berjengit dari tidurnya sembari menyentuh perban di kepalanya yang bahkan tak terasa sakit sama sekali. Ingatannya tentang cermin serta mimpinya itu tengah berputar di otaknya.
Jadi semuanya nyata, ia telah bertukar hidup dengan seorang wanita yang hidup di zaman dulu yang menyandang gelar permaisuri. Saat ini ia tidak bisa menangis bahkan memaki para dewa karena nyatanya semua akan sia-sia.
"Aku benci alur kehidupan yang penuh derita ini! Aku benci bertukar nasib dengan wanita yang bahkan gampang ditindas!" geram Athera tanpa mempedulikan gadis yang tampak bingung dan terkejut dengan perkataan kakaknya.
"Kakak apa yang te-"
Retha Krystial, adik kandung dari Athera terlonjak kaget ketika kakaknya bangkit serta memotong perkataannya .
"Di mana Selir Yuen?! Antar aku ke sana! Ingin kupecahkan kepalanya dengan tiga balok kayu besar!" seru Athera.
Athera tak habis pikir dengan semua ini. Bagaimana bisa sang raja tidak datang melihat kondisinya yang hampir mati karena diserang oleh seorang selir bahkan tak ada satu pun tabib yang tampak berjaga untuk mengobatinya.
"Kakak tahan emosimu. Kau masih kurang sehat." Retha menahan lengan kanan kakaknya.
Athera menghentikan langkahnya lalu menarik napas dalam sebelum mengembuskannya dengan perlahan. Saat ini ia harus menyadari posisinya juga orang-orang yang belum ia ketahui, termasuk gadis yang terus bersamanya ini. Mimpi yang seperti penjelasan itu sungguh sangat kurang untuk dipahami.
"Baiklah, tapi tolong jelaskan segala sesuatu tentang diriku. Sepertinya aku melupakan semuanya termasuk siapa dirimu. Jelaskan semuanya bahkan seluruh orang yang telah menyakiti kita, kemudian jelaskan Raja yang menjadi suamiku, secara detail."
Retha tercengang kemudian tangannya luruh dari lengan kakaknya. Apakah kakaknya menjadi lupa karena sebuah pukulan di kepalanya? Saat ini Retha hanya bisa mengangguk kaku.
"Kalau begitu, kakak berbaring dulu." Retha menuntun Athera kembali ke tempat tidur kemudian mengambil posisi di samping kakaknya sebelum akhirnya membuka suara dan menceritakan semua hal mengenai Athera Krystalian.
...BERSAMBUNG......
...Temukan karya Saya lainnya jika kalian berminat menikmati dan membacanya ^^...
HAPPY READING
Regazio O'pray Esse, itulah nama raja muda yang sekarang memimpin kerajaan virtucal esse. Memiliki wajah tampan dengan sifat yang angkuh, ekspresi yang dimilikinya sangat datar bahkan sangat mengintimidasi. Di usia ke-14 tahun, Regaz telah mampu memimpin peperangan dengan strategi luar biasa yang telah ia rancang, kemudian di usia yang ke-16 Regaz telah ikut andil memimpin perang untuk menguasai beberapa wilayah besar. Hal ini terus berlanjut hingga Regaz berumur 19 tahun kemudian setelah menginjak umur ke-20 tahun, Regaz telah resmi menjadi raja terkuat bangsa virtucal esse. Memiliki banyak selir dan permaisuri yang amat dibenci. Ia hidup terpisah bersama keluarganya.
Regaz yang saat itu sangat membenci bangsa Gazianor melakukan sebuah peperangan besar yang berhasil menaklukan bangsa Gazianor saat ini, lalu seorang gadis cantik yang ternyata adalah putri mahkota dari kerajaan Gazianor dinikahi oleh Regaz dengan posisi permaisuri. Namun, hanya gelar itulah yang terlihat terhormat tapi nyatanya putri mahkota hanya menjadi sebuah bahan hinaan ketika menjadi permaisuri. Seharusnya ini sebuah penghinaan juga bagi kerajaan virtucal esse, tapi Regaz memang sengaja melakukannya bahkan membiarkannya. Regaz tidak membunuh keluarga kerajaan gazianor, rakyat bahkan prajurit yang selamat saat peperangan. Regaz menjadikan mereka seorang budak, berbeda dengan putra mahkota kerajaan gazianor yang sekarang menjadi panglima besar yang selalu maju di medan tempur. Regaz memanfaatkan putra mahkota gazianor yang memiliki keceradasan dalam berperang hingga ia tidak perlu turun tangan dan melukai dirinya setiap berperang. Cukup menjadikan keluarga kerajaan gazianor sebagai pion.
Athera memejamkan matanya sembari mengulang beberapa cerita yang ia ingat setelah Retha menjelaskan seluruh kejadian yang terjadi. Athera tak bisa mengingat kembali lanjutan cerita itu mengenai orang-orang yang belum ia ketahui. Hari ini, Retha pergi keluar hingga meninggalkannya sendirian di kamar. Athera kemudian bangkit dari tidurnya sembari berjalan keluar dari kediamannya untuk menyusuri taman yang begitu indah dengan udara yang segar. Sepertinya hujan telah turun semalam karena rerumputan terasa basah begitu pun tumbuhan yang lain.
Jembatan kayu kali ini menjadi arah jalan bagi Athera untuk melihat-lihat, jembatan kayu cekung yang di bawahnya terdapat kolam panjang yang menjorok entah sampai mana. Athera tidak mengenakan alas kaki hingga rasa dingin kian menusuk telapak kakinya.
"Oh, aku kira kau sudah tidak bisa menghirup udara segar lagi?"
Athera menghentikan langkahnya di jembatan kayu, ia baru berjalan dari setengah jembatan dan kini ada empat orang selir dengan warna rambut berbeda-beda, tengah tersenyum sinis padanya.
"Jika warna rambutnya kuning, berarti dia Selir Yuen; Selir Tang berambut hijau; Selir Jian berambut warna hitam pendek, lalu ada juga Selir Awen, dia memiliki rambut bewarna coklat. Mereka itu adalah Selir yang sangat membenci kita, dan kakak harus berhati-hati."
Athera tersenyum puas sembari mengamati wanita berambut kuning yang ternyata adalah Yuen dan wanita itulah yang telah memukul kepalanya.
"Sepertinya dia menjadi tuli dan bisu," ejek Yuen.
Athera melangkah mendekati Yuen lalu tersenyum manis, baru kali ini Yuen melihat senyuman Athera sejak tinggal di istana ini.
"Lihatlah, dia jadi berani mendekati kita dengan senyum menjijikkannya!" Kali ini Jian ikut bersuara sembari menatap sinis Athera yang berhenti melangkah dengan jarak yang cukup dekat.
"Selir Yuen, kau terlalu tinggi bicara padaku dengan posisi rendahanmu ini."
Yuen terperangah. Ia tak percaya bahwa Athera berani berbicara sekasar ini.
"Kau! Ternyata kau tidak ada jeranya, ya!" geram Awen dengan jemari terkepal siap melayangkan tinjunya pada perut Athera.
Athera tersenyum miring kemudian menangkap tinju Awen dengan gerakan cepat kemudian memelintirnya hingga menyudutkan Awen pada pinggiran jembatan kemudian menendang selir itu hingga tercebur di kolam.
Athera terkekeh ketika melihat Awen tercebur kemudian berdiri dengan cepat, ternyata kolamnya tidak dalam, hanya sampai sedada Awen saja.
"Kurang ajar! Kakak Yuen tolong balas dia!" teriak Awen dari bawah sana.
Selir Tang terdiam mengamati Athera yang terkekeh melihat Awen di sana. "Dia jadi kuat."
"Biar aku hajar dia!" Kali ini Tang maju namun, Athera meliriknya sekilas, tapi belum sempat melawan, Athera sudah menarik selendang yang melekat pada lingkaran perut selir Tang dan menariknya hingga selir itu tampak melayang dan ikut terjatuh di kolam. Para pelayan yang menonton kejadian itu tercengang melihat betapa kuat serta cepatnya pergerakan Athera. Padahal selama ini Athera tidak bisa bahkan tidak pandai berkelahi.
Jian jadi takut mendekati Athera, dan kali ini Athera menatap tajam Yuen yang menatapnya tak kalah sengit.
"Kau yang memukul kepalaku, jadi biar aku gantikan rasa sakitku," desis Athera kemudian kakinya siap ia layangkan ke kepala Yuen namun, sebuah tangan kekar menahan kakinya kemudian menghempaskannya dengan kasar, untung saja tubuh Athera tak limbung dan justru berdiri tegap.
"Jaga sikapmu!"
Athera menatap lekat sosok pria tampan yang kini berdiri di samping selir Yuen. Selir Yuen sekarang tampak terisak kemudian mengadu yang tidak-tidak. Athera tak pernah mengedipkan matanya barang sedetik, tatapan Athera saat ini begitu tajam dan menusuk manik kelam pria yang tak lain adalah Regaz.
"Regaz," ujar Athera penuh penekanan tanpa sadar.
Regaz tak pernah mengira bahwa Athera berani menatapnya seperti ini bahkan mengucapkan namanya langsung. Biasanya wanita itu akan menunduk dan tak berani menatap wajahnya, tapi kini dengan arogant menatapnya tanpa rasa takut sedikitpun.
"Apa kau merasa hebat telah menyakiti Selir ku?" tanya Regaz dingin.
Athera tersadar dari lamunannya kemudian tersenyum sinis ke arah Awen serta Tang yang dibantu naik oleh pelayan pria.
"Tentu."
Regaz menggertakkan giginya, ia tidak tahu bahwa Athera berani menyahuti perkataannya begitupun Jian serta Yuen yang ikut terkejut dengan keberanian yang dimiliki Athera.
"Ikut aku! Kau harus dihukum karena telah menyakiti para Selir!" bentak Regaz seraya membawa pergi Athera dan meninggalkan tempat itu untuk kembali ke kediaman Athera.
Athera mengelus pergelangan tangannya yang tampak memerah akibat cengkraman kuat Regaz yang telah terlepas darinya.
"Kau mau apa?" tanya Athera dengan tenang.
Regaz membawa Athera ke dalam kamar hingga menyandar pada dinding di sana.
"Memberimu pelajaran. Mungkin dengan menelanjangimu kau akan dipermalukan seperti Selir yang kau dor-"
PLAK!
Athera menampar wajah Regaz sebelum pria itu menyelesaikan perkataannya. Regaz membeliakkan mata tak percaya. Sepasang hazel indah milik Athera berkilat penuh amarah.
" Sebaiknya jaga perkataanmu! Melihat wajahmu saja, membuatku ingin langsung membunuhmu. Seharusnya aku membawa senapan untuk menembak jantungmu!" bentak Athera kemudian mendorong tubuh Regaz yang masih membeku mendengar perkataannya. Wanita itu meninggalkan Regaz yang masih berdiri seperti orang bodoh di sana.
...BERSAMBUNG......
**Happy Reading**
Athera mengepalkan tangannya kuat, di dalam istana miliknya ini hanya ada ia dan Retha. Sekarang Retha entah pergi kemana. Athera baru saja menampar Regaz dan memilih meninggalkan pria itu, namun belum jauh keluar dari kamar kini Regaz telah menggapainya lagi kemudian menggendong tubuhnya seperti karung beras.
Athera terlonjak kaget hingga memukul kepala, punggung bahkan lengan Regaz dan sialnya pria itu hanya diam dengan tatapan murka. Athera menjadi takut ketika Regaz kembali membawanya ke kamar kemudian tubuhnya dibanting begitu saja di lantai. Athera meringis ketika merasa bokongnya begitu sakit setelah menghantam lantai kamar, berbeda dengan Regaz yang kini berjongkok mensejajarkan wajah mereka kemudian mencengkram kuat dagu Athera.
"Kemana sifat penurutmu?" Regaz bertanya dingin sedangkan Athera menatap sengit Regaz.
"Memang sejak kapan aku jadi penurut?" jawab Athera dingin. Ia tak akan kalah, bagaimana bisa ia yang selalu keras kepala pada kedua orang tuanya harus menurut pada pria angkuh di depannya saat ini.
Regaz menggeram, tangannya yang siap menampar Athera terhenti, pria itu menarik napas dalam kemudian mengembuskannya kasar hingga Athera bisa merasakan hangatnya napas Regaz yang berhembus di depan wajahnya.
"Retha akan menanggung hukumanmu lagi, karena telah mendorong selir-selirku jatuh ke kolam." Regaz melepaskan cengkaramanya pada dagu Athera kemudian beranjak namun dengan cepat Athera menahan tangan Regaz.
"Kenapa Retha yang dihukum?!"
Regaz menghentak kasar tangan Athera hingga terlepas. "Jangan berlagak bodoh, bukankah selama ini Retha yang menanggung semua hukumanmu?!"
"Aku tak mengerti maksudmu! Ini salah para selirmu yang memukul kepalaku terlebih dahulu, seharusnya kau tahu itu!"
Regaz memandang keji Athera. "Semua yang kau lakukan salah di mataku. Walaupun sebenarnya kau benar"
Athera terdiam, sebenarnya apa maksudnya semua ini. Apakah selama ini jika Athera salah maka Retha yang menggantikannya. Jadi sekarang Retha tak kunjung datang apa karena telah dipanggil untuk menjalani hukuman?
"Kenapa kau begitu membenciku?" tanya Athera dengan kepala menunduk dalam.
Regaz terkekeh, "Sepertinya kau benar-benar pandai bermuka dua."
Athera menatap manik kelam Regaz. "Mengapa kau menyiksaku! Bukankah yang salah adalah para tetua di zaman dulu lalu mengapa kesalahan itu kau putar balik?! Bukankah para bangsa Gazianor telah meminta maaf pada bangsa Virtucal Esse! Apakah hatimu ini tidak memiliki rasa kasihan! Apakah otakmu tidak bisa berpikir jernih atas semua perbuatanmu! Saat ini, para bangsa Gazianor telah cukup menderita atas apa yang ia lakukan lalu mengapa kau tidak berhenti menyiksa kami?!"
Athera tak tau apa yang membuatnya bisa berkata seperti ini, bahkan ia dengan berani menunjuk dada Regaz berkali-kali dengan mata yang hampir menangis. Manik kelam Regaz terkunci oleh tatapan milik Athera saat ini.
"Aku benar-benar membencimu!" suara Athera meninggi sedangkan Regaz terdiam seribu kata, apakah ia memang tak memiliki hati nurani? Lalu mengapa ia hanya bisa diam menatap lekat Athera yang mengatainya. Biasanya ia akan membanting Athera ke kasur dan memberi hukuman pada wanita itu.
"Bagus kalau kau membenciku, karena dengan begitu kau memudahkanku untuk menyiksa seluruh bangsa Gazianor," jawab Regaz enteng kemudian pergi begitu saja meninggalkan Athera yang masih kurang puas mengocehi Regaz.
AH! Retha! Dimana dia?
Athera langsung keluar dari kamarnya untuk mencari seseorang di dalam kastil kecil permaisuri ini, menanyakan di mana Retha saat ini setiap kali menjalani hukuman, ia harus menggantikan hukuman Retha karena ini semua salahnya. Namun tak ada siapa pun yang ia temui sepanjang lorong di dalam kastil hingga Athera memilih keluar dari dalam kastil.
Athera yang begitu panik bisa menghela napas lega ketika ia yang sudah keluar dari kastil dan pergi ke perkarangan menemukan Retha yang telah dipegangi oleh dua lengawal milik Regaz.
"Tunggu!"
Retha terkejut ketika kakaknya tiba-tiba menghalang jalan kedua prajurit yang entah ingin membawanya ke mana, ia yang baru saja pulang dari gudang obat tiba-tiba sudah melihat jembatan yang menjadi pembatas antara kediaman para selir dan permaisuri ramai. Ia langsung dipanggil untuk menghentikan hukuman kakaknya, Ah! Ia sudah biasa menghadapinya.
"Maaf permaisuri, dia harus kami cambuk 20 kali karena tidak menjagamu dengan baik di kastil permaisuri hingga membuat keributan," ujar sang pengawal.
Athera melirik Retha yang hanya menunduk takut.
"Aku yang akan menggantikannya," jawab Athera mantap.
Retha langsung mendongkak. "Jangan! Kakak masih belum sem-"
"Lepaskan dia dan bawa aku," titah Athera tajam hingga kedua pengawal itu melepaskan Retha dan menghampiri Athera.
Athera menatap Retha kemudian tersenyum manis seakan ia akan baik-baik saja setelah dicambuk. "Jangan lupa siapkan makan malam untukku."
Retha menangis melihat kepergian Athera. Kakanya benar-benar melindunginya saat ini.
****
Kastil Selir Yuen.
Selir Yuen mencebik kesal mengingat kejadian beberapa jam lalu ketika dirinya hampir dipermalukan oleh Athera.
"Apa yang membuatmu kesal, Selir?"
Selir Yuen yang kini telah berada di kamarnya dan duduk sambil bersilang kaki di sebuah kursi kayu melempar atensinya kepada kepala pelayan pria yang sudah sangat setia pada keluarga serta dirinya. Tuan Gegu nama pria paruh baya yang menjadi kepala pelayan, selir Yuen.
"Athera mulai menunjukkan keberaniannya bahkan mempermalukanku!"
Tuan Gegu terdiam sembari memainkan janggut hitamnya, alisnya terpaut pertanda tengah berpikir keras. Selir Yuen memperhatikan Tuan Gegu ketika pria paruh baya itu tiba-tiba menolehkan kepalanya ke kanan-kiri untuk memastikan tak ada orang selain mereka berdua di dalam sini.
"Kalau begitu anda bisa memberi pelajaran ke Permaisuri Athera dengan jebakan yang bahkan akan membunuh keluarganya serta seluruh rakyatnya." seringai tercetak jelas di wajah pria paruh baya itu.
Selir Yuen langsung memasang wajah serius. "Bagaimana caranya?"
Tuan Gegu merogoh saku bajunya kemudian menyodorkan sebuah papan kayu dengan simbol sebuah bangsa di atas meja untuk agar dilihat oleh selir Yuen.
"Simbol ini sudah tidak dibutuhkan lagi, mereka sudah menjadi budak kita."
Tuan Gegu menggeleng tak setuju.
"Bukankah anda tahu bahwa saat ini Raja tengah mencari siapa pelaku pemberontakan yang membuatnya harus turun tangsn saat ini? Maka dari itu kita harus membayar orang untuk melakukan pekerjaan ini dan menjebak Permaisuri Athera."
Selir Yuen langsung melotot kemudian tersenyum lebar. "Ini rencana yang luar biasa! Kalau begitu aku tinggal mencari orang bayaran itu. Aku tak sabar melihat Athera makin menderita."
Tuan Gegu ikut tersenyum. "Kita akan memulainya besok, karena saya dengar Raja akan melakukan penyerangan di desa Frokela karena di desa itu telah menjadi target para pemberontak."
Tuan Gegu telah mengetahui rencana Raja dari menteri yang merupakan ayah kandung dari selir Yuen hingga ia mudah untuk mengetahui informasi dalam kerajaan walaupun ia adalah orang luar.
"Aku tak sabar melihat reaksi Regaz pada Athera, hahaha!" Yuen tergelak.
**BERSAMBUNG**..
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!