NovelToon NovelToon

Tujuh Pendekar Penguasa

CH 1. pengenalan.

"kakak lihat apa yang aku temukan" ucap we Fui seorang anak kecil dengan tubuh kurus dan rambut panjang berwarna Coklat dia adalah anak ketiga Dari Tujuh bersaudara.

"Dari mana kau mendapatkan buah sebanyak itu fui'er" tanya anak yang lebih besar dia adalah fu Kai anak pertama dari tujuh bersaudara dia memiliki badan yang tinggi dan juga rambut berwarna kemerahan dengan sedikit warna hitam di bagian rambut depan.

"Aku memetiknya dihutan tadi bersama kak shi mei" ucap We Fui

Shi Mei adalah anak perempuan dan dia adalah anak kedua dari tiga bersaudara, dia memiliki badan yang tingi kulit putih dan rambut berwarna hitam namun ada sedikit warna merah.

"Sungguh dia mau membantumu" tanya Fu Kai dengan serius pasalnya Shi Mei adalah anak yang sangat acuh dia jarang berkumpul dengan saudaranya namun walau bagaimana pun dia sangat menyayangi adik adiknya.

"Fui'er dan Kai'er apa yang kalian lakukan disana cepat pulang ibu sudah menunggu dirumah" ucap Seorang pria paruh baya yang tak lain adalah ayah mereka.

"Baik ayah" ucap mereka serempak.

Ayahnya bernama Ceng Ho bekerja sebagai petani dan juga memiiki watak yang lembut dan bisa juga keras, ceng Ho merupakan orang dengan penuh kasih sayang .

mereka bertiga berjalan bersama untuk pulang kerumah, We Fui segalanya saat dia dihutan bersama Shi Mei.

"Sungguh, wah ibu pasti senang mendapat banyak buah" ucap Ceng Ho sambilmengelus rambut anak ketiganya itu

Sesampainya dirumah mereka disambut hangat oleh Sang Ruo ibu mereka

"Ibu kami pulang"ucap mereka serempak.

"Kalian sudah pulang ayo segera bersihkan badan kalian kemudian kita akan makan bersama" ucap sang Ruo dengan tersenyum lembut.

"baik Bu" ucap Mereka.

"ah iya ini buah yang kupetik bersama kakak Shi mei" ucap We Fui sambil memberikan keranjang berisi buah buahan.

"Terimakasih, sekarang segera bersihkan tubuhmu" ucap Sang Ruo dengan penuh cinta.

sang Ruo adalah wanita cantik dia memiliki watak yabg sangat lembut dia tidak pernah sekalipun marah kepada anak anaknya dia selalu mengajarkan kepada ketujuh anaknya tentang cinta dan kasih sayang.

Kini semua berada diruang makan rumah yang tak terlalu besar tidak membuat mereka mengeluh meski harus berbagi tempat

"Lihat hari ini kita makan ayam hutan cao ya yang menangkapnya"ucap sang Ruo sambil membawa piring berisi ayam hutan yang telah dimasak.

"Woahh ayam yang sangat besar terimakasih kakak cao ya" ucap Sao Feng.

Cao Ya adalah anak keempat dia memiliki wajah yang cantik dengan rambut keunguan dia adalah gadis yang tomboy.

Sao Feng adalah anak terakhir dia berbeda dari yang lain rambut putih keperakan ,kulit putih bersih dan wajahnya sangat tampan dia mungkin yang paling tampan dari ketiga saudara laki lakinya, namun sayang dari ketujuhnya dia adalah satu satunya anak yang tidak bisa mengunakan energi spiritualnya sampai sekarang.

"Sama sama, besok apa kau mau ikut dengan kakak mencari ikan" tanya Cao Ya pada Sao Feng.

"Aku sudah berjanji pada ibu akan membantunya" ucap Sao Feng dengan wajah muram.

"Baiklah kalau begitu kita lakukan lain hari bagaimana" tanya cao ya pada Sao Feng.

"Sungguh, baiklah" ucap Sao feng dengan tertawa senang.

"Kakak kau tidak mengajakku" ucap Anak perempuan dengan rambut kebiruan dia juga sangat cantik namun dia adalah anak yang penakut dan juga pemalu dia bernama Yan Sha anak keenam dari Ceng Ho dan sang Ruo .

"Kau akan lari saat ikan itu muncul" Ucap Cao Ya dan itu membuat pipi Yan Sha memerah

"cao Ya berhentilah mengoda adik perempuanmu itu, sudah ayo kita makan" ucap Sang Ruo dengan lembut.

"Baik Ibu, selamat makan" ucap mereka serempak.

mereka menikmati setiap suapan dan setiap kebersamaan yang ada mereka ingin hal ini terus ada dan tidak pernah berakhir.

medki mengetahui bahwa Ceng Ho dan sang Ruo bukanlah orang tua kandung mereka tapi mereka menyayangi sang Ruo dan Ceng Ho sudah seperti orang tua kandung mereka sendiri.

yah sebenarnya mereka adalah anak yang ceng Ho temukan dibukit yunsa didekat ladang mereka, setiap tahun ditempat yang sama selama tujuh tahun Ceng Ho dan Sang Ruo mendapatkan seorang anak.

mereka tidak tau siapa orang tua yang tega membuang anaknya begitu saja hingga berkali kali, namun mereka juga bersyukur karena dengan adanya anak anak itu mereka tidak kesepian lagi, mereka telah menikah selama empat tahun dan tepat di tahun keempat mereka menemukan Fu Kai sebagai putra pertama mereka.

"Anak anak selesai makan kalian segera beristirahat ya" ucap Sang Ruo.

"Ibu aku akan pergi bersama ayah memeriksa ladang malam ini" ucap Ji huo anak kelima mereka dia memiliki rambut agak kehijauan dengan wajah tampan dan lembut dia sangat pendiam

"Eh kau ikut bersama ayah, baiklah kalau begitu" ucap Ceng Ho

"Apa aku boleh ikut" tanya Suo Feng dengan wajah imutnya.

"Eh tidak sayang kau masih terlalu kecil tidak boleh , jika kau sudah besar kau boleh ikut bersama ayah" ucap Sang Ruo dengan tersenyum.

"baik"ucap Suo feng dengan mengangkat tangannya.

Malam semakin larut Ji Huo dan Ceng Ho telah pergi keladang sementara suo Feng dia tidak bisa tidur meski terlihat polos dia sudah mengerti beberapa hal tentang energi spiritual.

"Feng'er apa yang kau fikirkan" tanya Fu Kai yang masih terjaga.

"kakak apakah aku sungguh tidak bisa mengeluarkan energi spiritualku" tanya Suo Feng Dengan menundukkan kepalanya.

"Feng'er kakak akan membantumu, kau tenang saja kau pasti bisa" ucap Fu Kai dengan mengelus rambut adiknya.

"Tapii..."

"Sudahlah sekarang kau tidurlah besok sepulang dari ladang aku akan mengajarimu" ucap Fu Kai.

"Baik kak"Ucap Suo Feng kemudian diaberbaring dan tidur.

Sedangkan Fu kai masih ada banyak hal yang berputar dipikirannya

"Kai'er kau belum tidur nak, apa yang kau tunggu" Tanya Sang Ruo yang baru saja memeriksa anak anaknya , itu memang selalu dia lakukan dia khawatir terjadi sesuatu pada anaknya.

"ibu , kenapa ibu ada disini" tanya balik Fu Kai

"Ibu hanya memeriksa apakah kalian sudah tidur" ucap Sang Ruo.

Fu Kai hanya terdiam termenung

"nak sebenarnya apa yang kau pikirkan"tanya Sang Ruo.

"Ibu, aku sungguh takut jika suatu saat aku tidak bisa menjadi kakak yang baik untuk adik adikku apakah mereka akan membenciku" ucap Fu Kai.

"Putraku, kalian semua bersaudara kalian akan selalu menyayangi dan memahami satu sama lain, dunia ini memang kejam namun kau harus tau satuhal keluarga adalah satu satunya yang akan mendukung disegala keadanmu" ucap Sang Ruo sambil mengelus rambut panjang putranya itu.

.

.

.

.

Terimakasih telah mampir:)

CH.2. Ledakan..!

"Terimakasih ibu, tentang Sao Feng yang sampai sekarang belum bisa mengendalikan energi spiritual apa yang harus aku lakukan" tanya Fu Kai

"Ibu bukan seorang pendekar tapi ibu tau pasti ada saatnya, meski kalian bukan anak kandung ibu tapi ibu yakin kalian adalah anak anak yang hebat, sao feng hanya butuh waktu untuk tumbuh kau bisa mengajarinya sedikit demi sedikit" ucap Sang Ruo

"Aku akan berusaha sebaik mungkin"Ucap Fu kai.

"Ibu benar benar beruntung memiliki kalian dalam hidup ibu, ibu berharap kita tidak akan berpisah" ucap Sang ruo sambil berjalan menuju jendela .

"Apa yang ibu katakan kita akan selalu bersama sama selamanya, kami lebih beruntung memiliki ibu sebaik dan secantik ibu" ucap Fu Kai.

"Putraku dunia ini kejam tidak ada yang tau apa yang terjadi dimasa depan, jika suatu saat ayah dan ibu tidak ada berjanjilah untuk terus menjaga adik adikmu jangan pernah biarkan mereka berpisah darimu, jangan sampai ada diantara kalian menuju jalan kegelapan, ibu ingin apapun kondisi kalian kebaikan selalu ada dihati kalian" ucap Sang Ruo tanpa sengaja air matanya menetes.

"Ibu" Fu Kai memeluk erat ibunya.

"Aku berjanji akan hal itu, tapi kumohon berjanjilah juga padaku ayah dan ibu tidak akan meninggalkan kami" ucap Fu Kai.

"Kai'er ini sudah larut segeralah tidur, sebentar lagi ayah dan Huo'er pasti juga akan pulang" ucap Sang Ruo sambil mengusap air matanya lalu tersenyum.

Fu Kai hanya menurut dia lalu berbaring dan Sang ruo memberinya selimut.

"Selamat malam, cepatlah tidur" ucap Sang Ruo

"Ibu juga segeralah tidur agar ibu tidak sakit" ucap Fu Kai dan diangguki oleh Sang Ruo.

Keesokan harinya mereka beraktifitas seperti biasa ,namun hari ini Ceng Ho sedang tidak enak badan karena mungkin semalam mereka pulang terlalu larut.

"Fui'er dan huo'er bisakah kalian membantu ayah untuk mengurus ladang hari ini, sepertinya ayah sedang tidak enak badan" ucap Sang Ruo.

"Baik ibu aku dan adik Huo akan mengurus ladang biarkan ayah istirahat hari ini" ucap We Fui dan Diangguki oleh Ji Huo.

"Mei'er tolong carikan tanaman obat dihutan kau bisa mengajak yan Sha, dan tanyakan pada Huo'er apa yang diperlukan untuk membaut ayah segera sembuh" kata Sang ruo sambil tersenyum lembut.

"Tapi Ibu yan Sha itu.."

"ajari dia agar menjadi pemberani sepertimu" ucap Sang Ruo

"Huh baiklah ibu" ucap Shi Mei dengan ekspresi malas.

"ibu aku akanpergi kehutan juga untuk berburu dan juga sambil berlatih sebentar" ucap Fu Kai.

"Kalau begitu kau ajaklah Cao Ya dia akan kesepian dirumah nanti" ucap Sang ruo.

"Baiklah" ucap Fu Kai.

"Kami berangkat ibu" ucap mereka serempak.

"Ingat untuk kembali sebelum tengah hari, ibu dan Feng'er akan memasak untuk kalian" ucap Sang ruo

"Baik Ibu" ucap mereka serepak sebelum akhirnya mereka melesat dengan ilmu meringankan tubuh.

"Baiklah Feng'er mari kita lakukan pekerjaan Rumah" ucap Sang ruo sambil tersenyum.

"Ya ibu, kita akan memasak apa hari ini" tanya Suo Feng yang mengandeng tangan Sang Ruo.

"Emm ibu akan memasakk sayur dari kebun kita apa kau mau membantu" tanya Sang ruo

"Tentu saja" ucap suo Feng.

mereka berdua sibuk memasak sedangkan we Fui dan Ji Huo sibuk menbersihkan ladang dan juga mengusir hama dan jangan lupa tentang penennya.

"ji Huo apa kau tidak lelah, hari ini sangat panas" ucap we Fui

"Tidak kak, tapi..."

"ada apa dengan wajahmu apa kau lapar kalau begitu kau istirahat disini sebentar biara ku selesaikan lalu kita akan pulang makan" ucap We Fui.

"Tidak bukan itu kak" ucap Ji Huo dia agak ragu mengatakannya.

"Katakanlah ada apa" ucap We Fui sambil memegang pundak Adiknya itu.

"Perasaanku sungguh tidak enak, apa tidak apa apa kita semua pergi dan dirumah hanya ada ayah ibu dan Suo Feng" ucap Ji Huo.

"Biasanya kau lebih banyak diam, sudah lah itu mungkin hanya perasaanmu ,ayah dan ibu pasti baik baik saja lagi pula meski desa kita kecil tapi desa kita sangat ramai bukan" ucap We Fui menenangkan adiknya.

"Tapi semua warga desa.." Ji Huo tidakmelanjutkan kata katanya dia hanya menunduk.

Seketika we Fui teringat bahwa hampir semua warga desa menjauhi orang tua mereka karena diangap melakukan hal sesat untuk mendapatkan anak, lagi pula dari Ketujuh anaknya mereka semua terlihat berbeda entah dari warna rambut dan juga kulit mereka yang sangat putih bersih, ditambah kedatangan mereka tidak ada seorang pun yang tau asalnya.

"Tidak apa apa, percayalah tidak akan terjadi apapun, sebentar lagi kakak kai akan pulang pastinya" ucap We Fui dengan tersenyum dan diangguki oleh Ji Huo.

"Baiklah sekarang bantu aku mengankat sayuran ini kesana" ucap We Fui , mereka berdua kemudian melanjutkan pekerjaan mereka.

dan disisi Shi Mei dan Yan Sha mereka kini telah mengumpulkan hampir setengah tanaman herbal yang mereka butuhkan.

"Kakak ayo kembali disini sangat menakutkan" ucap Yan sha sambil menarik lengan Shi mei.

"Hei kau ini berhentilah merengek disini tidak ada apa apa" ucap Shi Mei dengan kesal dia lalu melompat keatas pohon.

"Kakak jangan tingalkan aku tunggu aku ak..." Yan Sha tidak bisa melanjutkan kata katanya dia sama seperti Ji Huo sebelumnya merasa ada yang aneh dengan perasaanya.

"Ada apa Yan Sha kenapa kamu terdiam" Tanya Shi Mei dengan khawatir.

"Kakak perasaanku tidak nyaman" ucap Yan Sha

"Sudahlah tidaka kan terjadi apapun, ayo lanjutkan disini tidak ada hewan buas kau tenang saja lagi pula ada kakak disini" ucap Shi mei.

Yan Sha mengangguk dan tersenyum namun hatinya masih merasakan perasaan tidak nyaman.

kemudian ditempat dimana Fu Kai berada dia dan Cao Ya baru saja menangkap seekor rusa meski tidak terlalu besar itu akan cukup untuk mereka satu keluarga.

"Kakak apa kita akan memburu hewan lagi" tanya Cao Ya.

"Tidak cao Ya kita tidak akan berburu lagi, itu sudah cukup kakakakan berlatih tombak setelah ini apa kau mau ikut" tanya Fu Kai.

"Aku ikut kakak, dan bisakah mengajariku memanah kak?" tanya Cao Ya.

"Baiklah kakak akan mengajarimu , emm kurasananti kau yang akan mengajariku .." ucap Fu Kai dengan tertawa.

"Aku tidak sehebat kakak" ucap Cao Ya.

"Kau adalah adikku yang hebat, ayo kita ke dekat sungai itu, disana adalah tempat kakak berlatih" ucap Fu Kai sambil menunjuk sebuah aliran sungai.

"Wahh apakah disini ,tempat ini sangat menyegarkan " ucap Cao Ya yang terpesona dengan tempat dimana Fu Kai sering berlatih.

"Tempat ini sangat tenang jadi sangat cocok untuk berlatih" kata Fu Kai.

"Ya kakak benar , tempt ini akan menjadi tempat kesukaanku" ucap Cao Ya.

" Hahaha baiklah ayo berlatih" ucap Fu kai.

Bommmmm....

"Hah dari mana asal ledakan itu kak" tanya Cao Ya.

Fu Kai memejamkna matanya.

"Desa, ada banyak orang disana apa yang terjadi" ucap Fu Kai.

"Ayah Ibu..." ucap Mereka semua serempak padahal mereka berada ditempat berbeda.

mereka semua langsung meninggalkan pekerjaan nya lalu melesat pergi kearah desa tanpa basa basi lagi.

.

.

.

.

CH 3. Kebakaran.

Didesa saat Sao feng dan Sang Ruo sedang memasak mereka dikejutkan oleh ledakan dan rumah mereka dibuka paksa oleh segerombolan orang.

"Ini adalah rumah terakhir, buka paksa"ucap Seseorang bertubuh tinggi besar dan suara berat

"Berikan semua harta kalian atau rumah kalian akan aku hancurkan" ucap Seseorang dengan suara berat.

"Siapa kau" ucap Ceng Ho dia berjalan sempoyongan karena kondisi tubuhnya yang lemah.

"Ayahh, siapa mereka aku takut" ucap Sao Feng sambil memeluk kaki ibunya.

"Sao Feng , sang Ruo cepat tinggalkan tempat ini biar ayah yang menangani mereka" ucap Ceng Ho.

"Tidak Ceng Ho kau masih lemah aku tidak akan meninggalkan mu" ucap Sang Ruo.

"Banyak Bicara" ucap Orang Itu dengan marah dia lalu menyerang Ceng ho dengan kapak besar.

bangggg.....

Ceng ho terhempas kebelakang dengan keras dia tergeletak dilantai dengan darah mengucur dikepalanya.

"Suamikuuu.."Teriak Sang Ruo sambil berlari menghampiri Ceng Ho.

"Ayahhh"teriak Sao feng.

Sao feng merasa marah dia mencoba mengunakan energi spiritualnya.

"Hyaaaa..." naas energinya tidak keluar sama sekali.

"Hahaha anak kecil apa kau ingin melawan kami" ucap Orang berbadan agak pendek dengan perut membuncit lalu memukul Sao Feng Hingga sao Feng terpental dan menabrak dinding yang menyebabkan lengannya terluka cukup dalam dan kepalanya terbentur, sao feng pun pingsan seketika.

"Feng'er.... jangan lukai putrakuu"Ucap sang ruo sambil mengangkat balok kayu untuk melawan

Ceng Ho yang masih terluka pung kembali bangkit setelah melihat putranya dilukai.

"Jangan pernah mencoba untuk menyakitinya lagi" ucap Ceng Ho

"Hohoho sudah terluka saja masih berani melawan" ucap Orang Itu , dia kemudian menyuruh anak buahnya untuk menghabisi Ceng Ho dan Sang Ruo.

Sang ruo Dan Ceng Ho melawan dengan sekuat tenaga meski begitu mereka tetap kewalahan karena mereka tidak pernah belajar bela diri.

cukup lama Sang Ruo dan Ceng Ho bertahan sebelum Akhirnya senjata mereka dijatuhkan oleh orang itu, kemudian Ceng Ho dan Sang Ruo dipukul menggunakan gada besi dibagian kepala mereka.

Seketika mereka tergeletak tak berdaya.

"Apa kau yakin mereka sudah mati" tanya orang berbadan besar dan tinggi

" Ya aku yakin" ucap Orang dengan perut buncit.

"Baiklah cari barang berharga nya kemudian bakar rumah ini" ucap Orang Berbadan besar dan tinggi.

"Bagaimana dengan anak kecil itu" tanya pria dengan suara berat.

"Biarakan saja, dia akan mati setelah rumah ini dibakar" ucap Orang Berbadan Tinggi besar.

mereka kemudian mengeledah seluruh isi rumah dan hanya menemukan beberapa perhiasan milik Sang ruo.

"Hanya segini" ucap Pria berbadan tinggi besar dengan besar.

"Ya hanya ini yang kami temukan" ucap Orang dengan suara berat.

"Payah..! sudahlah cepat bakar rumah ini dan kita pergi"Ucap orang berbadan tinggi .

mereka segera menyiram rumah Ceng Ho dengan minyak kemudian membakarnya mereka akhirnya pergi meninggalkan desa beserta rumah rumah yang hancur , tak banyak orang yang selamat dari kejadian itu.

Disaat Rumah Ceng Ho terbakar disaat itu pula Sao Feng terbangun dan melihat ibu dan ayahnya tergeletak dengan bersimbah darah.

"Ayah ibuuu.. tidakkk" teriak Sao feng lalu berlari kearah ayah danibunya dia tidak perduli dengan rasa sakit ditububnya.

"Ayahh.. ibuu kumohon buka mata kalian jangan bercanda seperti ini" ucap Sao Feng dengan air mata mengalir deras melihat banyaknya darah yang mengalir dari tubuh kedua orang tuanya.

"Kakak dimana kalian , kumohon cepat kembali kumohonn" ucap Sao feng sambi lekegang kedua tangan Ayah dan ibunya.

"Sao Feng" ucap Sang ruo dengan lemah.

"Hah ibu, ibu bertahanlah aku akan mencari bantuan" ucap Sao Feng sambil menghapus air matanya dan bergegas bangkit dari duduknya.

"tidak nak, ibu sudah tidak kuat lagi, ambil ini dikantung ini ada tujuh benda milik kalian bertujuh , ibu mohon kalian tetaplah bersama apapun yang terjadi" ucap Sang Ruo.

"Ibu Aku berjanji tapi ibu harus bertahan aku akan memanggil kakak" ucap sao Feng dan sang Ruo mengelengkan kepalanya lalu tersenyum .

Sang Ruo ingin mengapai wajah anaknya untuk menghapus air matanya namun belum sempat menyentuh wajah sao Feng , sang Ruo Sudah kehilangan nyawanya dan tangnnya terjatuh tepat dipangkuan Sao Feng.

"Ibuu, ibuu bangunn" teriak Sao feng

Rumah yang terbakar semakin rapuh bagian atas rumah sudah berjatuhan api berkobar semakin besar, dan Sao Feng masih menangis didekat ayah dan ibunya tanpa perdulidengan sekitarnya.

sementara itu Fu Kai dan saudara yang lainnya tiba didesa ,mereka terkejut dengan kondisi desa yang sudah hancur banyak orang tergeletak di jalanan dengan bersimbah darah .

merek menjatuhkan apa yang mereka bawa mereka begitu terkejut.

"Tidak tidak, itu tidakakan terjadi kan" ucap We Fui dengan mengelengkan kepalanya mencoba menghilNgkan fikiran buruk yang menghantuinya.

"Ayahh. ibu sao Fengg.." teriak Fu Kai dia tanpa basa basi Langsung berlari kearah Rumahnya dengan perasaan Khawatir.

Setibanya didepan Rumah dia melihat rumahnya sudah terbakar , api yang sangat besar masih memenuhi rumah itu.

"Ayahhhh ibuuuuu..." teriak Fu Kai dan air matanya tumpah begitu saja.

begitupun dengan yang lainnya mereka langsung terduduk kaki mereka terasa lemas setelah melihat kondisi rumah mereka.

Fu Kai mengusap air matanya.

"Ayah ibu dan Sao Feng masih ada didalam, aku harus selamatkan mereka" ucap Fu Kai

"Kakak itu berbahay" Ucap Cao ya.

"Aku tidak perduli aku harus menyelamatkan mereka" ucap Fu Kai dia menatap semua adiknya yang kini sedang menangis dan itu membuatnya semakin tidak tahan.

Dia berlari masuk kedalam rumah yang sedang terkepung api.

"Kakakkk" teriak mereka serempak air mata mereka semakin deras mengalir.

"Kumohon siapa pun selamatkankan mereka" ucap Shi Mei .

we Fui mencoba menenangkan adik adiknya dengan memeluk mereka meski di sendiri juga tak kuasa membendung air matanya.

Didalam Rumah Fu Kai melihat Sao feng dan kedu orang tuanya berada disebuah kubah tipis dengan hawa dingin.

"Siapa yang melindungi mereka" pikir Fu Kai namun dia mengesampingkan hal itu.

"Sao Feng apa kau baik baik saja" teriak Fu Kai dari luar Kubah.

Sao Feng tidak mendengar teriakan Fu Kai dia terus menangis di samping ayah dan ibunya, Fu Kai terus memanggil Sao Feng dan dia mencoba berfikir positif tentabg keadaan kedua orang tuanya.

Karena Sao Feng tak kunjung mendengar, fu kai memutuskan untuk membuka paksa kubah tipis itu.

blarrr...

Sebagian kubah itu hancur karena energi Fu Kai.

"Sao Feng, kau tidak apa apa kan" ucap Fu Kai lalu memeluk adik kecilnya itu.

"Kakak, kumohon bangunkan ayah dan ibu mereka tertidur tidak mau bangun" ucap Sao Feng sambil menarik baju Fu Kai.

"biarkan kakak membawa ayah dan ibu keluar dulu ya kau tunggu disini berlindunglah di bagian kubah ini" ucap Fu Kai sambil menghapus air matanya dia mencoba tersenyum dihadapan Sao Feng.

diluar We Fui dan yang Lainya Masih bersedih namun tak lama muncul Fu Kai yang membawa ayah dan ibu mereka yang sudah berlumuran darah mereka lalu menghapiri Fu Kai.

"Kakak apa yang terjadi pada Ayah dan ibu, katakan kakk" teriak Ji Huo sambil mengoyangkan Fu Kai yang hanya diam dengan tatapan kosong.

tanpa mengatakan apapun setelah meletakkan ayah dan ibunya Fu Kai berbalik untuk mengambil Sao Feng.

Setelah berhasil membawa sao Feng Keluar Fu Kai langsung berlutut dengan tatapan kosong dan tubuh yang seperti tanpa tenaga.

.

.

.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!