Ali anak semata wayang Bu Hena dan Pak Hendarto. Ali telah lulus kuliah di Thailand, dan Ali putuskan pulang ke Jakarta. tapi setelah sampai Jakarta, Ali di suruh tinggal di Bogor bersama Pamannya. Bokapnya Ali ingin Ali hidup mandiri, supaya tidak terlalu di manja oleh Mamahnya.
"Papah gimana sih? Ali kan baru pulang dari Thailand, tunggu anaknya istirahat lah!" sahut Bu Hena.
"Tahu nih, gak tahu aku capek apa." sahut Ali kesal.
"Kenapa sih Pah? Ali harus tinggal di Bogor?" sahut Bu Hena cemberut sambil memakan roti.
"Aku istirahat dulu, nanti sore aku berangkat." jawab Ali langsung berjalan ke arah kamar.
Di kediaman rumah Hawa dan Ibunya. setelah Hawa membantu Ibunya membuat kue, Hawa izin pamit ke Danau. setiap berbicara Hawa hanya membawa kertas dan alat pendengaran di telinga.
Hawa menulis di bukunya, kalau ia ingin pergi ke Danau.
"Bu aku izin jalan ke Danau yah! mau cari udara segar." Hawa menulis di bukunya.
"Iya, kamu hati-hati! kalau ada orang tidak di kenal jangan di ladenin yah! pakai terus alat pendengarannya yah! bukunya di bawa." sahut Ibunya cemas.
Lalu Hawa pergi ke Danau sambil tersenyum bahagia. Hawa sampai di Danau, ia melukis pemandangan yang indah di tepi Danau.
"Nak, sudah sore, katanya kamu mau berangkat ke bogor?" sahut Bu Hena.
"Iya Mah, ini lagi siap-siap lho!" jawab Ali.
"Pah, kenapa sih, Ali gak pakai mobil kita saja? kasian kan Ali harus naik Kendaraan umum." sahut Bu Hena kesal.
"Mah, kan saya bilang, Ali harus belajar mandiri." jawab Pak Hendarto.
Ali pun berangkat dengan kendaraan umum. Ali marah-marah di jalan karena merasa kesal, naik kendaraan umum desak-desakan.
Sial, kampung apa sih ini? aneh banget. sial, sial, sial..
"Prak...." Ali menendang botol dan mengenai kepala Hawa.
"Akh,,, hah..." Hawa menghampiri Ali dan mengambil botolnya kembali dan melemparnya kembali ke Ali.
"Hei, cewek **** lo ya? sakit *****,,, akh.." Ali melotot dan memegang botol itu.
Hawa mendorongnya dan berlari meninggalkan bukunya. sedangkan Ali berteriak tapi Hawa tetap pergi. Ali melihat Buku Hawa yang tertinggal.
Hah, apaan nih! buku? lukisan? bagus juga lukisan ia. kok ini banyak percakapan gitu ya? aneh..
Ali pun sampai rumah pamannya. ia merasa risih karena tempatnya tidak enak. dan Ali mengadu kepada Mamahnya.
"Ali, sudah dewasa kamu, tampan, gagah lagi hahaha." sahut Pamannya Ali. Pamannya Ali bernama Danang.
"Iya Paman, Aku Ali." Ali sambil tersenyum.
"Masuk Al, begini lah keadaan rumah paman, betah-betah yah!" Paman Danang menepak pundak Ali.
Waduh, tempat apaan nih? ya Allah bokap tega banget sih?
Ali pun langsung ke kamar mandi. tapi air di rumah pamannya menggunakan pompa. ia bingung mutar-mutar mencari air.
Ya Allah, mana airnya? benar-benar deh. ugh..
"Kenapa li? bingung ya mencari air? haha,, sini Paman ajarin!" Paman Danang mengajarkan Ali.
"Makasih ya Paman, Ali bingung." jawab Ali sambil tersenyum malu.
"Kalau ada apa-apa, bilang yah!" sahut Paman Danang.
Ali pun mandi dengan sangat terpaksa. Ali mandi tidak seperti di rumahnya.
"Kamu kenapa nak? bukunya mana?" tanya Ibunya Hawa.
"Aw,, haaa.. " Hawa sulit berbicara dan menggerakan tangannya.
"Sebentar, Ibu ambilkan kertas yah!" Bu Sari kedalam mengambil kertas.
Buku aku ketinggalan di Danau, Ya Allah kok sampai ketinggalan sih? besok aja deh aku ambil lagi. semua gara-gara cowok gak jelas itu.
"Ini Buku baru buat kamu, jangan sampai hilang lagi yah!" sahut Bu Sari memberi buku baru dan Hawa pun mengangguk sambil menggerakan tangannya bilang terima kasih.
Handphone Ali terus berdering, ternyata dari mantan pacarnya Ali yang di Thailand. Ali menolaknya dan tidak pernah Ali angkat.
mau apa lo? sampai nangis darah pun, gue gak bakal angkat. dasar cewek tukang selingkuh.
Gak lama Bu Hena menghubungi Ali. Bu Hena menanyakan kenapa telepon Verlina tidak di angkat. dan Bu Hena ingin menjodohkan Ali dengan Verlina. tapi Ali mengabaikannya.
"Sayang, kenapa sih kok telepon Verlina gak di angkat?" sahut Bu Hena di telepon.
"Mah, udah deh malas aku bicarakan ia, ia itu udah selingkuhin aku." sahut Ali.
"Mungkin kamu salah paham nak." sahut Bu Hena lagi.
Ali langsung mematikan telepon Mamahnya. merasa muak dan kesal jika menyebutkan perempuan itu.
"Anak kok songong banget sih? sama Mamahnya pengen matiin aja, sebal." Bu Hena kesal dan ngedumel.
"Kenapa sih Mah? mungkin ia capek kali." Pak Hendarto membela Ali.
Ini apa sih artinya buku ini? semua yang gue lihat percakapan sama Ibu. aneh banget, tapi gue lihat-lihat cantik juga. haha.
Keesokan harinya, hawa ke Danau itu lagi untuk mencari bukunya yang hilang. sedangkan buku itu ada di tangan Ali.
Kemaren di sini, yah mungkin di ambil orang.
"Kamu cari apa? buku ini?" Ali tiba-tiba datang dan menunjukan buku itu. Hawa langsung merebutnya dan pergi meninggalkan Ali.
"Woy, pengen kabur aja! punya sopan santun gak?" Ali berteriak dan mengejar Hawa dan menarik tangan hawa. saat Ali menarik tangan Hawa, alat pendengaran Hawa jatuh. lalu Ali mengambilnya.
Ya Allah, ternyata ia bisu.
Saat Ali melamun dan menatap Hawa, Hawa merebutnya dan berlari.
"Hei, tunggu! nama kamu siapa?" Ali berteriak sedangkan Hawa terus berjalan.
Gue harus cari tahu namanya.
Ya Allah kenapa jatung aku berdebar, siapa sih cowok itu, tiba-tiba datang di kehidupan aku.
"Kenapa sayang? lho, ini buku kamu?" tanya Bu Sari.
"Iya tertinggal di Danau Bu." jawab Hawa menulis di kertas.
"Ya sudah, kamu mau bantu Ibu?" tanya Bu Sari dan Hawa pun mengangguk dan menggerakan tangannya, bantu apa? katanya.
"Tadi Pak Danang pesan kue gemblong, kamu antar yah!" perintah Bu Sari.
Lalu Hawa ke rumah Pak Danang untuk mengantar gemblong. saat Hawa mengetuk pintu ada Ali membuka Pintu. Ali dan Hawa sama-sama terkejut.
"Hah? kamu? ngapain di sini? tadi kenapa lari? nama kamu siapa?" tanya Ali.
"Hmm.." Hawa memberi gemblong itu ke Ali.
"Apaan nih? maksud kamu apa sih?" tanya Ali, saat Hawa ingin menulis di buku Pak Danang datang.
"Eh Hawa,, pasti bawa gemblong yah? Ali kenalin Hawa! ia memang bisu." sahut Pak Danang.
"Hawa, ini Ali keponakan Paman! Pak Danang mengenalkannya ke Hawa.
Jadi namanya Hawa, kasian juga ia.
"Hawa pulang dulu Paman, permisi." Hawa menulis di bukunya.
"Oh iya, terima kasih yah! Ali kok kamu bengong aja, Hawa mau pulang." Ali terus memandangi wajah Hawa.
Ali Hendarto Setia
*Bersambung*
Sampai sini dulu ya teman-teman! semoga kalian suka 😍😍
"Oh iya, hati-hati." sahut Ali tersenyum.
Hawa langsung meninggalkan Ali dan Paman Danang. wajah Hawa selalu terniang di benak Ali. Ali seperti merasakan getaran cinta, tidak peduli ia miskin atau pun Bisu.
"Kenapa Ali? kamu teringat Hawa ya? Hawa itu memang bisu, tapi ia perempuan baik." sahut Paman Danang memuji Hawa.
Kenapa di pikiranku ia lagi? apa aku sedang jatuh cinta?
Ali tersenyum sendiri sambil memikirkan Hawa. Ali ingin berusaha mendapatkannya.
"Kamu kenapa Nak? sudah kamu antar ke rumah Pak Danang?" Tanya Bu Sari dan Hawa menganggukan kepalanya.
Jadi cowok itu ke ponakan Pak Danang, aku jadi takut ngeliatin aku sampe segitunya.
Seperti biasa setiap sore Hawa selalu bermain di tepi Danau. lalu Ali menghampiri Hawa.
"Hai, selalu di sini?" tanya Ali tersenyum, Hawa menganggukan kepala.
"Aku sudah tahu cerita kamu kok, aku gak jahat kok." Ali tersenyum dan memandangi Hawa.
"Kamu ngapain di sini? emang tidak malu sama dekat sama orang bisu." Hawa menulis di buku dan menunjukan ke Ali.
"Haha, kenapa aku harus malu? kita berteman kan sama siapa aja, aku gak mandang kamu bisu atau apa pun, semua di mata tuhan sama." Ali tersenyum dan terus memandangi Hawa.
"Kamu kenapa lihatin aku seperti itu? tolong jangan lihatin aku seperti itu." Hawa menunjukan lagi tulisannya.
"Kenapa? kamu cantik, manis, beda dengan yang lain, apa aku boleh jadi sahabat kamu?" sahut Ali sambil menunjukan kelingkingnya, dan Hawa menganggukan kepala bilang mau.
"Terima kasih yah." sahut Ali senang.
"kamu dari mana? kenapa bisa di sini?" tanya Hawa.
"Aku dari Jakarta, lulusan dari Thailand, lagi libur aja di sini." jawab Ali tidak berhenti tersenyum.
Ali dan Hawa sangat akrab, meskipun Hawa setiap ngobrol harus menulis dulu. tapi bagi Ali itu tidak masalah, Ali sangat nyaman berada di dekat Hawa. sudah 1 bulan Ali betah di bogor karena Hawa. Ali mengajak jalan Hawa dan Ali memotret Hawa yang sangat cantik.
Hawa Alana
"Haa,, wa.." suara Hawa kencang meminta lihat fotonya. tapi Ali tidak malu dengan suara Hawa.
"Ini foto kamu, cantik yah! nanti aku cuci buat aku simpan." jawab Ali. lalu Hawa mengeluarkan kertas kecil untuk menulis.
"Aku boleh gak, foto kamu juga?" minta Hawa.
"Boleh dong!" Ali tersenyum manis.
"Kamu juga bagus, ganteng." sahut Hawa tersenyum.
"Masa sih? Hawa aku boleh ngomong sesuaktu gak?" Ali memegang tangan Hawa.
"Apa?" jawab Hawa dan menunjukan kertas ke Ali.
"Aku kan udah sebulan di sini, bulan depan aku mulai bekerja, sebelum aku ke Jakarta, aku mau bilang sesuaktu sama kamu! semenjak aku ketemu kamu, aku udah suka sama kamu? jelasnya, aku mencintai kamu, apa kamu mau jadi calon istri aku?" tanya Ali menyatakan cinta ke Hawa.
"Aku gak salah dengar? kamu salah pilih, aku bisu gak pantas di cintai." jawab Hawa dan melangkah meninggalkan Ali. Ali pun menarik tangan Hawa.
"Aku mencintai kamu apa adanya, menerima kekurangan kamu, gak perduli kamu bisu atau miskin, aku serius! bukan menjadikanmu pacar, tapi istri aku." Ali memegang tangan Hawa.
"Nanti malam aku jawab, aku tunggu di taman dekat Danau." jawab Hawa.
"Iya, gak apa-apa! aku tunggu kamu yah? jam 7 malam." sahut Ali tersenyum.
Ali tidak sabar menunggu sampai malam tiba. Hawa bercerita ke Ibunya. Ibunya Hawa menyetujuinya kalau memang ada yang serius dengan Hawa.
Ali menunggu Hawa, Hawa pun datang. Ali mempersilakan Hawa duduk di Bangku. suasana indah, sepi cocok untuk berdua. banyak juga anak remaja yang datang menikmati makanan sambil pacaran.
"Hawa gimana jawaban tadi siang? apa kamu mau?" tanya Ali menatap Hawa.
"Aku terima, tapi janji jangan pernah sakitin aku!" jawab Hawa memberi kertas ke Ali.
"Ya Allah kamu serius? aku janji bakal setia sama kamu gak akan sakitin kamu." jawab Ali langsung mencium punggung tangan Hawa. Hawa pun tersenyum bahagia begitu pun Ali.
"Aku janji akan menjemput kamu dan melamar kamu! kamu tunggu aku yah!" jawab Ali memandangi Hawa. Hawa pun menganggukan kepala.
"Kamu mau jagung bakar gak?" Ali menawarkan jagung bakar. dan Hawa menganggukan kepala.
"Kamu tunggu yah!" sahut Ali sambil memegang kepala Hawa. gak lama Ali datang, membawa 2 jagung.
Ali dan Hawa menikmati jagung bakar dekat danau. dan Hawa mengambil sisa makanan di pinggir bibir Ali, sambil mengelapnya dengan tisu. lalu Ali memegang tangan Hawa.
"Makasih ya sayang!" Ali memegang tangan Hawa dan mencium tangan Hawa.
Gak lama Hawa dan Ali, pulang. Ali mengantar Hawa sampai rumahnya. Ibunya Hawa sudah tidur, Hawa tidak berani membangunkannya.
"kamu hati-hati yah!" sahut Hawa.
"Hawa, I Love You, mmmm." lalu Ali mencium bibir Hawa dan memasukan lidahnya Ali ke mulut Hawa dan mengigitnya. Hawa tidak bisa memberontak ciuman Ali. Hawa hanya menikmati ciuman pertamanya pada Ali.
"Maafin aku ya Hawa! aku janji bakal jemput kamu! besok aku ke Jakarta, kamu mau antar aku sampai stasiun?" setelah Ali memberikan ciuman pertama ke Hawa merasa berat pisah dengan Hawa. Hawa pun mengangguk dan merasa berdebar saat Ali menciumnya.
"Keesokan paginya, Hawa ke rumah Pak Danang dan mengantar Ali sampai satasiun kereta ke Jakarta. Hawa menangis takut kehilangan Ali. Ali pun sama memeluk Hawa erat, dan bilang setelah sampai Ali video call dengan Hawa karena hanya Video call yang bisa di lakukan Ali.
"Setelah sampai, aku video call yah." sahut Ali. Ali pun berangkat. setelah sampai Jakarta semua menyambut kedatangan Ali. termasuk Mamah dan Papahnya.
Bu Hena Lakasari
Hendarto Setia
"Pah anak kita pulang!" teriak Bu Hena.
"Apa sih Mah, teriak-teriak gitu." sahut Papahnya.
"Kok kamu selama di bogor kurusan sih? kusam lagi, mandi gih bersih-bersih lalu makan!" sahut Bu Hena yang agak bawel.
"Aku ke kamar dulu ya Mah, Pah." Ali langsung ke kamar dan video call Hawa.
"Sayang aku sudah sampai rumah." Ali tersenyum tidak merasa capek sedikitpun. Ali banyak belajar bahasa isyarat. Kalau Ali tidak mengerti Hawa langsung menulisnya dan menunjukan tulisannya. Ali sangat bahagia memandangi wajah Hawa yang tersenyum.
Setelah lama video call Ali baru tidur lelap. Mamahnya teriak memanggil juga tidak kedengeran.
"kasian anakku, selama tinggal di kampung sampai tertidur lelap." Bu Hena menyelimuti Ali.
"Pah, Ali jadi kurus gitu! Mamah gak tega deh." sahut Bu Hena.
"Mau di apain abisnya, yang penting sehat." jawab Pak Hendarto.
"Tega Papah tahu gak." sahut Bu Hena kembali.
*BERSAMBUNG*
"Mah, Papah itu ingin Ali menjadi anak yang mandiri." sahut Pak Hendarto. Gak lama datang Verlina. ia mencium pipi kanan dan kiri Bu Hena dan mencium punggung tangan Pak Hendarto.
"Hallo, Tante, Om, apa kabar?" sahut Verlina.
"Verlina, Tante kangen sekali lho! Tante sama Om baik, kapan kamu tiba di Jakarta?" tanya Bu Hena.
"Tadi malam Tan, dengar Ali udah di Jakarta, Lina langsung ke sini!" jawab Verlina.
"Kenapa tidak bilang Tante kalau mau kesini? kan bisa Tante jemput atau Ali jemput." sahut Bu Hena.
"Mah, Papah istirahat dulu yah! Ver, Om tinggal yah!" sahut Pak Hendarto sambil melangkah ke kamarnya.
"Gimana sih Papah, ada tamu istimewah malah di tinggal." sahut Bu Hena kesal dan ngedumel.
"Gak apa-apa Tante, mungkin Om capek, Tan Ali kemana ya kok gak kelihatan?" Verlina sambil menengok kanan dan kiri.
"Ada, sebentar Tante panggilin yah!" sahut Bu Hena.
Tok,, tok,, tok,, Ali bangun Ali! Ali buka pintunya!" Bu Hena berteriak memanggil Ali.
Tumben banget pintu kamar di kunci.
"Uaaah,,,, Ada apa sih Mah? Ali masih capek." sambil menggaruk kepalanya dan menguap.
"Ali, ada tamu istimewah datang, Verlina ada di bawah, kamu cepat turun yah!" sahut Bu Hena tersenyum.
Verlina Nazula
Bodo amat, mending lanjut tidur. liat mukanya aja gue pengen muntah.
Ali pun menghiraukan Verlina, ia melanjutkan tidurnya kembali. setelah 10 menit, Bu Hena datang lagi ke kamar Ali. sampai berteriak pun Ali tidak membukanya.
"Anak ini susah di atur, udah tahu ada wanita cantik datang, di tungguin bukan kebawah malah tidur lagi." Bu Hena kesal dan ngedumel.
"Maafin Ali ya Verlina, mungkin ia kecapean gara-gara lama tinggal di kampung, maklum mungkin di kampung kurang nyaman." sahut Bu Hena menjelaskan.
"Gak apa-apa Tante, besok kan bisa, mungkin Ali capek." Sahut Verlina dengan raut wajah kesal. Verlina akhirnya pamit pulang.
Awas aja lo li, lo bakal jadi milik gue. kalau lo berhasil gue dapetin gue bakal ambil harta lo, dan lo bakal gue buang deh...
"Hawa kenapa kok melamun? kamu gak tidur?" tanya Bu Sari.
"Gak apa-apa Bu, Hawa lagi nikmatin angin malam aja." Hawa menulis di buku dan menunjukan ke Ibunya.
"Ya udah, tapi jangan malam-malam yah!" perintah Bu Sari dan Hawa mengangguk.
kamu lagi apa Ali? kok kamu tidak mengabariku? apa setelah di Jakarta, kamu lupa sama aku? aku rindu saat pertama kau cium aku, masih terasa di hatiku.
Gak lama Ali video call Hawa. Hawa sangat senang dan sedikit cemberut meledek Ali.
"Hai, maafin aku lama yah! aku ngantuk banget sayang, senyum dong!" sahut Ali sambil tersenyum dan Hawa pun sudah memakai alat pendengaran.
"Aku rindu kamu, sejak sore nunggu kamu! takut kamu lupain aku." Hawa menunjukan buku ke Ali dan Ali membacanya pelan-pelan.
"Maafin aku ya sayang, aku janji gak akan lupa ngabarin kamu, dan aku gak akan melupakan kamu! aku mencintai kamu, suatu saat aku bakal jemput kamu, kamu percaya aku?" Ali menggerakan tangannya dan tersenyum ke Hawa dan Hawa pun mengangguk. setelah 1 jam lebih video call Hawa, Ali keluar kamar dan ke meja makan untuk makan malam.
"Aduh, ini lihat Pah! kelakuan anak Papah baru keluar kamar." sahut Bu Hena ngedumel.
"Mungkin Ali capek Mah." bela Pak Hendarto.
"Ali kenapa tadi kamu gak turun? tadi kan ada Verlina." Bu Hena masih ngedumel.
"Kan Ali bilang, Ali capek, Ali juga gak mau ketemu cewek tukang selingkuh itu!" bantah Ali.
"Kamu tuh salah paham Ali, kamu harus bicara baik-baik." sahut Bu Hena tak mau kalah.
"Mah, Ali lihat mata kepala Ali sendiri, ia di apartemen telanjang bulat sama lelaki." bantah Ali sambil menjelaskan.
"Mamah masih gak percaya, keluarga Pak Cahyo itu keluarga baik-baik." Bu Hena tetap ngebantah ucapan Ali.
"Mah, kalau Mamah masih bicarakan cewek itu, Ali mending gak usah makan!" Ali membanting sendok dan melangkah ke kamar.
"Ali, Ali, iya Mamah ngalah gak bicarakan lagi, kamu makan ya sayang!" Bu Hena menarik Ali dan merayunya agar makan.
"Kalian itu, seperti anak kecil, berantem mulu! dan Mamah, Ali sudah besar Mah, Ali berhak menentukan pilihannya." ucap Pak Hendarto membela Ali.
"Betul Papah, Ali bisa cari jodoh sendiri Mah." Ali tersenyum karena ada yang membela.
Gimana caranya Ali harus dengan Verlina. aku biarkan saja dulu Ali tenang, kapan-kapan aku bakal tegas sama Ali.
Aku kok jadi kepikiran Hawa yah? meskipun tadi udah video call, aku masih rindu sama Hawa. rasanya ingin cepat memperistri ia.
"Ali, besok kamu sudah mulai kerja di tempat Papah, Papah percayakan sama kamu tolong yah kerja benar-benar! jangan sampai kecewain Papah." minta Pak Hendarto.
"Siap Pah! Ali gak akan kecewain Papah." Ali tersenyum bahagia dan semangat.
"Nah gitu dong! anak Papah ada perubahan juga." Pak Hendarto memegang kepala Ali.
"Anak Papah doang? anak Mamah juga lah." sahut Bu Hena sambil memotong buah.
"Iya dong, anak Mamah juga." sahut Pak Hendarto.
"Sayang kenapa? kok kesal gitu?" Tanya Bu Yuni Mamahnya Verlina.
"Kesal sama Ali, Ali tuh susah di taklukin Mah." sahut Verlina sambil cemberut.
"Kamu gak usah khawatir, kan Bu Hena sayang banget sama kamu!" sahut Bu Yuni sambil membelai rambut Verlina.
"Betul juga sih Mah, hehe." Verlina tertawa.
"Ada Apa ini? kayanya bahagia sekali?" Tanya Pak Cahyo.
"Biasa Pah, Verlina lagi jatuh cinta sama Ali, anaknya Pak Hendarto." sahut Bu Yuni sambil tersenyum.
"Wah, bagus dong! Pak Hendarto itu kan pengusaha besar, kalau anak kita nikah sama anaknya, kan kita bisa ambil Hartanya." sahut Pak Cahyo merencanakan jahat.
"Emang itu yang aku incar Pah." Verlina tersenyum.
Ali tidak bisa tidur, selalu kepikiran Hawa. jika video call Hawa pasti sudah tidur dan Ali tidak mau mengganggunya. Ali hanya memandangi foto Hawa sambil senyum-senyum sendiri. Hawa adalah wanita pertama yang membuat dirinya mabuk kepayang.
Aku kangen banget sama kamu Hawa, jujur kamu wanita pertama yang pernah aku cium. semenjak aku pacaran, aku gak pernah menyentuh wanita lain, karena tidak ada perasaan cinta. tapi sama kamu aku merasakan cinta, cinta yang gak pernah aku rasain. aku janji jika aku sudah bisa mengelolah perusahaan Papah, secepatnya aku jemput dan melamar kamu. aku tidak pernah perduli kamu dari kalangan apa pun, aku akan menerima kamu apa adanya. karena aku tidak bisa hidup tanpa kamu Hawa.
*BERSAMBUNG*
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!